Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang


diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah Daerah
(LKPD).
Laporan keuangan pokok menurut SAP
adalah:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Neraca;
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan Pemerintah untuk tujuan umum juga mempunyai kemampuan
prediktif dan prospektif dalam hal memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk
operasi berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan serta resiko
dan ketidakpastian yang terkait.

Pengguna laporan keuangan pemerintah adalah:

1. Masyarakat.
2. Para wakil rakyat, lembaga pemeriksa dan lembaga pengawas.
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman.
4. Pemerintah.

SAP memiliki dua basis Penerapan yaitu :

1. SAP Berbasis Kas

Basis Akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja
diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau entitas
pelaporan (PP No.71 tahun 2010).

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis akrual yang
mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran ( budgetary reports),
sebagaimana di cantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk pelaporan financial,
yang pada PSAP 12 mempasilitasi pencatatan, pendapatan, dan beban dengan basis akrual.

Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas,
serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara
bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP berbasis akrual
terletak pada PSAP 12 menganai laporan operasional. Entitas melaporkan secara transparan
besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang di tanggung untuk
menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus / deficit operasional merupakan penambah atau
pengurang ekuitas/ kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan ( PP NO 71 Tahun 2010)

2. SAP berbasis Akrual

SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBN/APBD.
Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan di
catat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh
pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar
(PP No.71 tahun 2010).

SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah, jika menurut
peraturan perundang – undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan (PP No.71 Tahun 2010).

SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan
(due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban
profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan memperhatikan
urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam
bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

2.1.1 Tahap - tahap penyiapan SAP yaitu (Supriyanto:2005):

a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar

b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam Komite

c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja

d. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja

e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja


f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan

g. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)

h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Publik Hearings)

i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian

j. Finalisasi Standar

Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan berdasarkan
masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP meminta pertimbangan
kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena
komite belum ditetapkan dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan
Presiden, dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk
menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar dapat segera
ditetapkan.
Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK dan mendapatkan pertimbangan dari BPK.
BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera Menetapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun berjalan dengan
Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan
HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan Peraturan Pemerintah.

2.1.2 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP) dan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDP-LK).
KKAP dan KDPP-LK sama-sama menujukan pada 4 (empat) pihak yaitu: komite
penyusun standar, penyusun laporan keuangan, pemeriksa (auditor) dan para pemakainya. Ini
agaknya memang suatu hal yang tak bisa dihindari, sebab keempat pihak tersebut telah menjadi
fixed sebagai pengguna standar akuntansi.

Perbedaan baru mulai terlihat pada poin ruang lingkup. Sebab merupakan hal yang baru, cakupan
ruang lingkup yang dibahas dalam KKAP memang terkesan lebih banyak pertimbangan adaptasi.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, kerangka ini merumuskan konsep yang
mendasari penyusunan dan penyajiaan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sebagai
acuan bagi :

1. Penyusunan Standar Akuntansi pemerintah (KSAP)

Tujuan KSAP adalah untuk meningkatkan transparasi dan akubilitas penyelenggaraan


akuntansi pemerintahan, melalui penyusunan dan pengembangan SAP.

2. Penyusun laporan keuangan

3. Pemeriksa

Adalah orang yang melakukan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara untuk dan atas nama BPK(Badan Pemeriksa Keuangan).

4. Para pengguna laporan keuangan

Pada KKAP ruang lingkupnya meliputi:

a) tujuan kerangka konseptual;

b) lingkungan akuntansi pemerintahan;

c) pengguna kebutuhan informasi para pengguna;

d) entitas pelaporan;

e) peranan dan tujuan pelaporan keuangan, serta dasar hukum;

f) asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfat informasi dalam laporan keuangan,
prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi; dan

g) defenisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.(KKAP


Paragraf 4)

Sementara pada KDPP-LK, ruang lingkupnya meliputi:

a) tujuan laporan keuangan;

b) karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan;

c) defenisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan; dan

d) konsep modal serta pemeliharaan modal.(KDPP-LK, paragraf 05)


2.1.3 Kandungan PP SAP
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
terdiri dari:

SAP berbasis Akrual

Lampiran I.01 ; Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan

Lampiran I.02 ; Penyajian laporan keuangan

Lampiran I.03 ; Laporan realisasi anggaran berbasis kas

Lampiran I.04 ; Laporan arus kas

Lampiran I.05 ; Catatan atas laporan keuangan

Lampiran I.06 ; Akuntansi persediaan

Lampiran I.07 ; Akuntansi investasi

Lampiran I.08 ; Akuntansi asset tetap

Lampiran I.09 ; Akuntansi kontruksi dalam pengerjaan

Lampiran I.10 ; Akuntansi kewajiban

mpiran I.11; Koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang
tidak di lanjutkan

Lampiran I.12 ; Laporan keuangan konsolidasi

Lampiran I.13 ; Laporan keuangan operasional

SAP berbasis Kas menuju Akrual

Lampiran II.01 ; Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan

Lampiran II.02 ; Penyajian laporan keuangan

Lampiran II.03 ; Laporan realisasi anggaran

Lampiran II.04 ; Laporan arus kas

Lampiran II.05 ; Catatan atas laporan keuangan


Lampiran II.06 ; Akuntansi persediaan

Lampiran II.07 ; Akuntansi investasi

Lampiran II.08 ; Akuntansi asset tetap

Lampiran II.09 ; Akuntansi kontruksi dalam pengerjaan

Lampiran II.10 ; Akuntansi kewajiban

Lampiran III ; Proses penyusunan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual

2.2 Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan kerangka acuan dalam prosedur yang
berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan ini sendiri terdiri
dari sebuah pernyataan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta
seperangkat standar akuntansi keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PASK) No. 1 paragraf 7 adalah :
• Neraca;
• Laporan laba-rugi;
• Laporan perubahan ekuitas;
• Laporan Arus Kas;
• Catatan atas laporan keuangan.
Keberadaan SAK dibutuhkan untuk membentuk kesamaan prosedur dalam menjelaskan
bagaimana laporan keuangan disusun dan disajikan, oleh karenanya ia sangat berarti dalam hal
kesatuan bahasa dalam menganalisa laporan – laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun
dan unit ekonomi lainya.
Di Indonesia standar akuntansi keuangan tersebut dikenal dengan istilah Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi
Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984.
Standar Akuntansi Keuangan ini sendiri terdiri dari sebuah pernyataan kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta seperangkat standar akuntansi keuangan
dengan 35 pernyataan. SAK ini mulai berlaku efektif tanggal 1 januari 1995. Sebagai pedoman
penyusunan dan penyajian laporan keuangan ia menjadi peraturan yang mengikat, sehingga
pengertian yang bias terhadap suatu pos laporan keuangan dapat dihindari.
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan

Standar akuntansi merupakan salah satu cabang yang penting dalam mewujudkan suatu
tranparansi di segala bidang, khusunsya dunia binis ataupun praktik-praktik akuntansi yang lain.
Akuntansi berkembang dengan sangat cepat sejalan dengan adanya revolusi industri dunia,
prosedur akuntansi selama ini sering dikembangkan tanpa perdebatan maupun diskusi yang
berkepanjangan. Para akuntan mengembangkan metode-metode yang tampaknya akan
memenuhi kebutuhan perusahaan mereka masing-masing, sehingga hal ini menimbulkan
prosedur yang berbeda-beda di antara berbagai perusahaan dalam perlakukan akuntansi untuk
aktivitas yang sama. Standar akuntansi dirancang untuk membantu para akuntan dalam
menerapkan prinsip–prinsip yang konsisten dalam perusahan yang berbeda.

Standar akuntansi oleh profesi dianggap sebagai cerminan posisi profesi yang diterima
umum, dan harus diikuti dengan penyusunan setiap laporan keuangan, kecuali jika keadaan
membenarkan adanya pengecualian terhadap standar yang ada. Standar–standar ini sering
disebut Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). Proses pembentukan standar akuntansi
atau sering disebut standar setting prosses merupakan proses yang cukup pelik karea melibatkan
aspek politik, bisnis, sosial dan budaya. Aspek politik cukup dominan karena tarikan beberapa
kepentingan, baik pihak pemerintah, swasta maupun profesi akuntan itu sendiri. Hal ini dapat
dipahami karena standar akuntansi yang akan diberlakukan akan mengingat semua pihak.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara
lain :

1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan
posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan
pengujian secara hati – hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya
dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya.
3. Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan
dengan berbagai variable yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi,
perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial
lainnya.
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.

2.3 Perbedaan SAK dan SAP


Perbandingan Definisi Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas
menurut PSAK dan SAP
SAK SAP
Aktiva sumber daya yang dikuasai sumber daya ekonomi yang
oleh perusahaan sebagai dikuasai dan/atau dimiliki oleh
akibat dari peristiwa masa pemerintah sebagai akibat dari
lalu dan dari mana manfaat peristiwa masa lalu dan dari
ekonomi di masa depan mana manfaat ekonomi dan
diharapkan akan diperoleh atau sosial di masa depan
perusahaan. diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan
yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan
sumber- sumber daya yang
dipelihara karena Balasan
sejarah dan budaya.
Kewajiban hutang perusahaan masa kini utang yang timbul dari
yang timbul dari peristiwa peristiwa masa lalu yang
masa lalu, penyelesaiannya penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan mengakibatkan aliran keluar
arus keluar dari sumber daya sumber daya ekonomi
perusahaan yang pemerintah
mengandung manfaat
ekonomi.
Ekuitas hak residual atas aktiva Dikenal dengan ekuitas dana
perusahaan setelah dikurangi adalah kekayaan bersih
semua kewajiban. hak pemerintah yang merupakan
residual selisih antara aset dan
atas aktiva perusahaan setelah kewajiban pemerintah.
dikurangi semua kewajiban.
Sumber : SAK Kerangka Konseptual par 49 dan SAP No 1 Par 8
Bila dalam PSAK dengan tegas memakai istilah laporan keuangan, maka karena masih
adaptasi, PSAP menggunakan istilah pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tidak mengacu
secara tegas pada fisik laporan keuangan, melainkan pada proses penyusunannya.
BAB III
KESIMPULAN
Strategi adaptasi yang dipakai oleh KSAP dalam menyusun SAP merupakan langkah
tepat dalam memperkenalkan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Meski strategi itu akhirnya
menimbulkan banyak kerancuan dan memiliki fleksibilitas yang tinggi, namun SAP terbukti
mampu menciptakan paradigma baru dalam akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
negara.

Namun, membandingkan SAP dengan SAK hanya salah satu cara dalam rangka
mengukur sejauh mana standar tersebut bisa memenuhi tujuan awal disusunnya. Dengan catatan,
pembandingan itu tentu tidak bisa secara kaku, sebab sifat entitas pemakai keduanya berbeda.

Setelah membandingkan dengan SAK, dapat disimpulkan, SAP baru bisa menghasilkan
laporan keuangan yang memiliki tingkat keterbandingan (comparability) yang memadai bila
masing-masing entitas mempunyai pemahaman yang sama terhadap poin-poin SAP. Namun, hal
itu sepertinya sulit dicapai, karena strategi adaptasi yang diterapkan KSAP telah menyebabkan
SAP memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Artinya, uniformity atau keseragaman menjadi
suatu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan standar tersebut di kemudian hari.
PSAK 101 (Penyajian Laporan Keuangan Syariah)

Laporan Keuangan Syariah adalah suatu laporan keuangan yang dibuat oleh
entitas syariah untuk digunakan sebagai pembanding baik dengan laporan keuangan sebelumnya
atau laporan keuangan lainnya. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari :
a. Neraca
b. Laporan Laba Rugi
c. Lapaoran Arus Kas
d. Laporan Perubahan Equitas
e.Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Prinsip universalisme dalam PSAK 101 terdapat pada ruang lingkupnya dimana laporan
keuangan dapat digunakan untuk kebutuhan bersama bagi semua pihak yang berkepentingan
yang melakukan transaksi syariah. Hal ini sesuai dengan PSAK 101 Prgf.4 : Laporan keuangan
bagi tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan bagi tujuan umum termasuk juga
laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publiklainnya
seperti laporan tahunan/prospektus.Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan
konsolidasian.
Prinsip universalisme juga terlihat pada Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat.
PSAK 101 Prgf. 71 menyatakan bahwa Zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh
wajib zakat dan diserahkan kepada penerima zakat . Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab
dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat.
Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Kebajikan seperti pada PSAK 101 Prgf.75 juga
menyatakan bahwa adanya penerimaan dari infaq, sedekah, denda yang diperoleh dari nasabah
untuk diberikan kepada penerima dana kebajikan. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya
zakat, infaq, denda, sedekah prinsip universalisme dapat terlihat dimana semua orang muslim
yang mempunyai harta berlebih wajib mengeluarkan zakat tanpa terkecuali sebagaimana juga
dijelaskan dalam Al-Qur’an. Begitupun dengan nasabah yang melakukan kesalahan/ kelalaian
usaha tanpa terkecuali wajib membayar denda dan diserahkan kepada yang wajib menerimanya.
Transaksi perbankan syariah juga dapat dilakukan dengan mata uang asing/ orang berkebangsaan
asing tanpa terkecuali. Hal ini menunjukan adanya prinsip universalisme dalam transaksi
perbankan syariah. Seperti pada PSAK 101 Prgf. 87 yang menyatakan bahwa Untuk setiap jenis
instrumen pendanaan dalam mata uang asing, entitas syarah harus mengungkapkan informasi
berikut ini :
a. karakteristik umum dari setiap instrumen pendanan termasuk informasi mengenai nisbah bagi
hasil/ margin/ ujroh dan nama pemodal.
b. nilai Prgfminal dalam mata uang asing, jangka waktu, tanggal jatuh tempo, jadwal angsuran
dan pembayaran.
c. dasar konversi menjadi efek lain jika instrumen pendanaan dapat dikonversi.
d. nilai kurs yang digunakan pada tanggal neraca
e. jaminan
f. hal penting lainnya.

2.2. PSAK 102 (Akuntansi Murabahah)


Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut
kepada pembeli (PSAK 102 Prgf 5). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan/ tanpa
pesanan.
Murabahah dilakukan oleh pihak-pihak yang berkaitan seperti adanya pihak penjual dan
pihak pembeli yang melakuakan transaksi syariah yang juga diatur dalam PSAK 102 secara
keseluruhan. Hal ini terdapat dalam PSAK 102 Prgf2 : Pernyataan ini diterapkan untuk: (a)
lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik
sebagai penjual maupun pembeli; dan
(b) pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau
koperasi syariah.
Penjualpun memiliki kewajiban dalam transaksi murabahah seperti yang tercantum dalam PSAK
102 Prgf 21 : Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan
tereliminasi pada saat:
(a) dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan
biaya pengembalian; atau
(b) dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual.
Hal ini menyatakan bahwa semua penjual tanpa terkecuali memiliki kewajiban- kewajiban yang
harus dilakukan sesuai dengan PSAK tersebut.
Pembeli dalam murabahah tanpa terkecuali jika melakukan kesalahan/ kelalaian akan dikenakan
denda sesuai dengan akad. PSAK 102 Prgf.35 : Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam
melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.
Semua transaksi murabahah, dimana penjual memberikan potongan uang muka kepada pembeli
namun di akhir perjanjian akad tersebut batal maka potongan uang muka tersebut diakui sebagai
kerugian. Hal ini dijelaskan dalam PSAK 102 Prgf 36 : Potongan uang muka akibat pembeli
akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

2.3. PSAK 103 (Akuntansi Salam)

PSAK 103 Prgf. 1 : Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi salam. PSAK 103 Prgf.2 : Pernyataan ini diterapkan
untuk entitas yangmelakukan transaksi salam, baik sebagai penjual ataupembeli. PSAK 103 Prgf.
4 : Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian
hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembelipada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarattertentu. Hal ini menjelaskan bahwa semua pihak yang
berkepentingan tanpa terkecuali dapat melakukan akad salam sesuai dengan PSAK 103.
PSAK 103 Prgf. 14 : Denda yang diterima oleh pembeli di akui sebagai bagian
dana kebajikan. Hal ini menunjukan bahwa denda tersebut ditujukan untuk pihak penerima dana
kebajikan secara menyeluruh. Dana denda juga berasal dari pihak yang lalai dalam melakukan
kewajibannya, hal ini ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam transaksi salam.
Bagi penjual apabila pembeli telah memberikan modal usahanya maka diakui sebagai
kewajiban salam dimana besarnya sesuai dengan modal yang diterima. Hal ini terdapat
dalam PSAK 103 Prgf. 17 : Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha
salam sebesar modal usaha salam yang diterima.
2.4. PSAK 104 (Akuntansi Istishna)

PSAK 104 Prgf. 5 : Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Hal
ini menunjukan bahwa istishna dapat dilakukan oleh dan untuk semua pihak yang
berkepentingan tanpa membedakan apapun.
PSAK 104 Prgf 6 : Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan
barang pesanan (mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,
dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh. Semua penjual dalam transaksi istishna
diharuskan untuk menyediakan barang sesuai dengan karakteristik pesanan pembeli jika pembeli
tersebut telah membayar uang muka atau uang tangguh.
Akad istishna akan selesai apabila proses pembuatan barangnya telah selesai dan
telah diserahkan kepada pembeli seperti yang terdapat dalam PSAK 104 Prgf. 17 : ……… Akad
selesai adalah jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.

2.5. PSAK 105 (Akuntansi Mudharabah)

PSAK 105 Prgf. 4 : Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama/ pemilik dana menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua/ pengelola dana
bertindak sebagai pengelola dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Hal ini menunjukan bahwa
semua pihak yang berkepentingan dapat berperan sebagai pihak pemilik dana dan pengelola dana
dalam akad mudharabah.
Jika pengelola dana melakukan kelalaian dalam transaksi mudharabah diakui sebagai kerugian
dan diakui sebagai beban pengelola dana. Terdapat dalam PSAK 105 Prgf 30 : Kerugian yang
diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.
Semua pemilik dana juga wajib membuat penyajian laporan keuangan seperi pada PSAK 105
Prgf 36 : Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat.
Semua pengelola dana dalam transaksi mudaharabah wajib menyajikan transaksi mudharabah
dalam laporan keuangannya seperti yang tercantum dalam PSAK 105 Prgf 37 : Pengelola dana
menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk
setiap jenis mudharabah ;
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di
kewajiban.

2.6. PSAK 106 (Akuntansi Musyarakah)

PSAK 106 Prgf. 4 : Musyarakah adalah akad kerjasama antara 2 pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi
dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset Prgfn kas yang diperkenankan oleh syariah. Hal ini
menunjukan bahwa semua pihak yang berkepentingan dapat melakukan akad musyarakah.
Dalam transaksi musyarakah, semua pihak baik bank maupun pengelola wajib mengeluarkan
dana modal untuk melakukan usaha musyarakah. Oleh karena itu jika terjadi kerugian
ditanggung oleh kedua pihak tersebut sesuai dengan porsi dana masing-masing. Sesuai dengan
PSAK 106 Prgf 24 : Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-
masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
Akan tetapi jika kerugian terjadi akibat kelalaian pengelola usaha maka kerugian tersebut hanya
ditanggung oleh pengelola usaha tersebut. Tercantuh dalam PSAK 106 Prgf 25 : Jika kerugian
akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.
Semua mitra aktif juga wajib melakukan pelaporan keuangan seperti pada PSAK 106 Prgf 35 :
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif
disajikan sebagai investasi musyarakah;
(b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer untuk;
(c) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas.
Semua mitra pasif juga wajib menyajikan laporan keuangan tanpa terkecuali seperti pada PSAK
106 Prgf 36 : Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah;
(b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar
disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

2.7. PSAK 107 (Akuntansi Ijarah)

PSAK 107 Prgf.4 : Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/ manfaat atas suatu assets dalam
waktu tertentu dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu
sendiri. Sewa yang dimaksud adalah sewa operasi/ operating lease. PSAK 107 Prgf. 5 : Ijarah
merupakan sewa menyewa obyek ijarah tanpa pemindahan resiko dan manfaat yang terkait
dengan pemindahan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikan dari
pemilik kepada penyewa pada saat tertentu. Hal ini menunjukan bahwa akad ijarah dapat
dilakukan oleh semua pihak(pemilik aset dan penyewa) yang berkepentingan tanpa terkecuali.
Semua keuntungan dan kerugian tidak diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah
seperti pada PSAK 107 Prgf 27 : Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan
ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.

2.8. PSAK 108 (Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah)

PSAK 108 Prgf. 7 : Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya
mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas
resiko tertentu akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami peserta yang berhak.
Donasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu dan merupakan milik peserta secara
kolektif bukan merupakan pendapatan entitas pengelola. Hal ini menunjukan bahwa semua pihak
yang berkepentingan tanpa terkecuali dapat menjadi peserta asuransi syariah.
Dalam asuransi syariah memiliki prinsip dasar sebagaimana dalam PSAK 108 Prgf 8 : Prinsip
dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong (ta’awuni) dan saling menanggung
(takafuli) antara sesama peserta asuransi.
PSAK 108 Prgf 13 : Dana peserta adalah semua dana baik berupa dana tabarru’ maupun dana
investasi (Dana peserta tersebut mencakup semua dana peserta asuransi syariah tanpa terkecuali).

PENUTUP

Prinsip universalisme esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang
berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat
kerahmatan semesta.

PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101-
108 IAI:Jakarta
- See more at: http://pbsstainmetro.blogspot.com/2013/11/materi-lengkap-tentang-psak-
syariah.html#sthash.ooKebmD8.dpuf

Konvergensi PSAK ke IFRS

Dua puluh Sembilan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi
IFRS yang dicanangkan DSAK IAI tahun 2009 dan 2010.
"Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK
agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun
2011/2012," demikian disampaikan Ketua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga pada Public Hearing
Eksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis
20 Agustus 2009 lalu.
Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 Standar, yang meliputi:

1. IFRS 2 Share-based payment


2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
5. IAS 28 Investments in associates
6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
7. IFRS 8 Operating segment
8. IAS 31 Interests in joint ventures
9. IAS 1 Presentation of financial
10. IAS 36 Impairment of assets
11. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset
12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
13. Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 Standar sebagai berikut:
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 41 Agriculture
3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 24 Related party disclosures
6. IAS 38 Intangible Asset
7. IFRS 3 Business Combination
8. IFRS 4 Insurance Contract
9. IAS 33 Earnings per share
10. IAS 19 Employee Benefits
11. IAS 34 Interim financial reporting
12. IAS 10 Events after the Reporting Period
13. IAS 11 Construction Contracts
14. IAS 18 Revenue
15. IAS 12 Income Taxes
16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan

Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan
yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan
dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini
dapat berjalan dengan baik tentunya sangat diharapkan.
Ditambahkan bahwa tantangan konvergensi IFRS 2012 adalah kesiapan praktisi akuntan
manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti
aktuaris dan penilai.
Akuntan Publik diharapkan dapat segera mengupdate pengetahuannya sehubungan dengan
perubahan SAK, mengupdate SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS.
Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses
konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap
analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya
untuk optimalisasi sumber daya.
Akuntan Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses konvergensi IFRS
untuk mengupdate pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan
berbagai penelitian yang terkait serta Memberikan input/komentar terhadap ED dan Discussion
Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupun IASB.
Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan keuangan
dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait
dengan pelaporan keuanganseperti penilai dan aktuaris. Asosiasi Industri diharap dapat
menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan perkembangan SAK, membentuk
forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak
penerapan SAK dan secara proaktif memberikan input/komentar kepada DSAK IAI.
Program Kerja DSAK lainnya yaitu: Mencabut PSAK yang sudah tidak relevan karena
mengadopsi IFRS; Mencabut PSAK Industri; Mereformat PSAK yang telah diadopsi dari IFRS
dan diterbitkan sebelum 2009; Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi
penggunaan istilah; Mengadopsi IFRIC dan SIC per 1 January 2009; Memberikan komentar dan
masukan untuk Exposure Draft dan Discussion Paper IASB; Aktif berpartisipasi dalam berbagai
pertemuan organisasi standard setter, pembuat standar regional/internasional; serta Menjalin
kerjasama lebih efektif dengan regulator, asosiasi industri dan universitas dalam rangka
konvergensi IFRS.
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting
Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi
Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi.
Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi
global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999
dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)
Natawidnyana(2008), menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS
sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun
1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee (IASC). Pada
bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang
dilakukan.

Struktur IFRS

International Financial Reporting Standards mencakup:


• International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun
2001
• International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001
• Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
• Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum
tahun 2001 (www.wikipedia.org)

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang pertama
berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi
digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan
dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah
pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen
laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian
laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah
pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga
elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis
informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa
penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan (Chariri, 2009).

Konvergensi ke IFRS di Indonesia


Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan
IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal. Dewan Pengurus
Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan
tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada
IFRS.
Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program konverjensi
tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal. Sehingga, dalam
perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan penyusunan standar akuntansi
internasional yang dilakukan oleh International Accounting Standards Board (IASB). Standar
akuntansi keuangan nasional saat ini sedang dalam proses secara bertahap menuju konverjensi
secara penuh dengan International Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB.
Adapun posisi IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun 2009
dan 2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini.

Tabel 1:
IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember 2008
1. IAS 2 Inventories
2. IAS 10 Events after balance sheet date
3. IAS 11 Construction contracts
4. IAS 16 Property, plant and equipment
5. IAS 17 Leases
6. IAS 18 Revenues
7. IAS 19 Employee benefits
8. IAS 23 Borrowing costs
9. IAS 32 Financial instruments: presentation
10. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement
11. IAS 40 Investment propert
Tabel 2:
IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IFRS 4 Insurance contracts
3. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
4. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources
5. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
6. IAS 1 Presentation of financial statements
7. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
8. IAS 28 Investments in associates
9. IFRS 3 Business combination
10. IFRS 8 Segment reporting
11. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
12. IAS 12 Income taxes
13. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
14. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans
15. IAS 31 Interests in joint ventures
16. IAS 36 Impairment of assets
17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets
18. IAS 38 Intangible assets

Tabel 3:
IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance
3. IAS 24 Related party disclosures
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 33 Earning per share
6. IAS 34 Interim financial reporting

Dan untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia,
terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin berkembangnya
usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah
disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang
tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan
landasan konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi syariah akan
dimulai dari nomor 101 sampai dengan 200. (SY)
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional (International Accounting
Standard/IAS) untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau
sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah
karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal.
Membahas tentang IAS saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi standar
akuntansi ini antara lain adalah IASC (International Accounting Standard Committee),
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah
perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan,
serta IOSCO (International Organization of Securities Commissions)
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi
untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang
berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat
dengan akuntansi internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi
ekspor atau impor. Standard akuntansi internasional (IAS) adalah standard yang dapat digunakan
perusahaan multinasional yang dapat menjembatani perbedaan-perbedaan antar Negara, dalam
perdagangan multinasional.
IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi akuntan dari
sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134 organisasi profesi akuntan
dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah (1) merumuskan dan menerbitkan
standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa
diterima secara luas di seluruh dunia, serta (2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi
standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.
IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC Consultative Group yang terdiri dari
pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan keuangan, pembuat laporan keuangan,
lembaga-lembaga pembuat standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok
ini bertemu secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan
dengan peranan IASC.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat
arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi
informasi keuangan.
Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-
periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas
tinggi yang :

1. transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

Manfaat dari adanya suatu standard global:


1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten
di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local
2. investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
3. perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger
dan akuisisi
4. gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan dalam
mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.

Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara
sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang
telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard
nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna
laporan keuangan lainnya.
Usaha-usaha standard internasional ini dilakukan secara sukarela, saat standard internasional
tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan ada masalah, yang menjadi masalah,
apabila standard internasional berbeda dengan standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang
didahulukan adalah standard nasional (rujukan pertama).
Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard
internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra. Contoh : komisi
pasar modal AS, SEC tidak menerima IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan yang diserahkan
perusahaan-perusahaan yang mencatatkan saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam
tekanan yang makin meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para
pembuat laporan non-AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk
mengembangkan standard akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan yang digunakan
dalam penawaran lintas batas.

Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam hidup kita
memang mengalami perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat adanya perkembangan dari
segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS , sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang
mungkin menentangnya, contoh alasannya adalah pemahaman yang mungkin masih dirasa
kurang. Mengapa tidak, IFRS ini dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris yang
berarti kita harus menerjemahkannya kedalam bahasa yang sesuai dengan Negara yang akan
menganutnya. Dengan ini, permasalahannya adalah kita memerlukan banya waktu untuk
menerjemahkan. Serta anggapan bahwa dengan pengubahan ini menimbulkan biaya yang
lumayan besar. Karena inilah pengadopsian IFRS di Indonesia belum berjalan.

Sumber : http://theinspiringblog.blogspot.com/2011/02/konvergensi-ifrs-international.html

Anda mungkin juga menyukai