Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoglobin merupakan protein yang banyak mengandung zat besi dan
memiliki afinitas terhadap oksigen untuk membentuk oksihemoglobin di dalam
eritrosit. Dari mekanisme tersebut dapat berlangsung proses distribusi oksigen
dari pulmo menuju jaringan (Pearce, 1991).
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik
dengan satu atom besi. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah. Bila kadar hemoglobin berkurang di bawah
normal, maka akan mengganggu aktifitas dalam tubuh. Suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin lebih rendah dari harga normal (13 gr %) disebut sebagai
anemia (Ganong, 2002).
Sintesis Hemoglobin berlangsung dalam sumsum tulang. Sintesis
hemoglobin dimulai pada tahap eritroblast dan berlangsung hingga tingkat
retikulosit dan kemudian menjadi eritrosit matur. Sel darah muda yang telah
keluar dari sumsum tulang tetap membentuk hemoglobin pada hari berikutnya.
Sintesis tersebut dimulai dari kondensasi glisin dan suksinil koenzim A (CoA)
dibawah aksi enzim kunci δ-aminolevulinic acid sintetase (ALA-sintetase) untuk
membentuk ALA (Amino Levulinic Acid) selanjutnya ALA mengalami dehidrasi
menjadi phorphobilinogen oleh enzim ALAD (ALA Dehidratase). Setelah
melewati beberapa tahapan reaksi, senyawa phophobilinogen mengalami
perubahan bentuk menjadi protoporfirin. Salah satu senyawa protoporfirin, yaitu
protoporfirin IX akan berikatan dengan Fe membentuk heme. Heme bereaksi
dengan globin dimana 4 molekul heme berikatan dengan satu molekul globin dan

165
ion logam Fe¬2+ dengan bantuan enzim ferrochelatase membentuk hemoglobin
(Hoffbrand dan Petit, 1987 ; Palar, 1994 ; Darmono, 1995 ; Sadikin, 2001).
Kandungan Hb normal rerata adalah 16 g / dL pada pria dan 14 g / dL pada
wanita yang semuanya terdapat pada eritrosit. Kekurangan kadar Hb dalam darah
dapat menyebabkan anemia( Ganong, 2001 ).
Praktikum pemeriksaan kadar hemoglobin darah ini menggunakan metode
Sahli yaitu berdasarkan pembentukan hematin asam. Praktikum ini perlu
dilakukan untuk mengetahui kadar hemoglobin normal di dalam darah.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk menentukan kadar hemoglobin dalam darah menggunakan metode
sahli

166
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu protein dengan Fe sebagai penyebab warna sel
darah merah, yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke dalam jaringan dan
mengambil gas CO2 dari jaringan ke paru-paru. Pada seorang wanita bila kadar
hemoglobin berkurang dibawah normal, maka akan mengganggu aktifitas dalam
tubuh. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari ahrga normal
(13 gr%) disebut sebagai anemi (Anonim, 1989).
Kadar hemoglobin minimum sebesar 10,0 gr% dan kadar hemoglobin
maksimum 12,8 gr%. (Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang).
Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat
dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis.
Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada
panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah dalam kosentrasi tertentu
mengalami lisis, terjadi pembebasan hemoglobin yang dapat diukur secara
spektrofotometris pada panjang gelombang ini yang konsentrasinya setara
dengan densitas optis (Ronald A. Sacher. 2004).

2.2 Fungsi Hemoglobin


Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-
paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen:
menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak
kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun fungsi dari hemoglobin darah antara lain
sebagai berikut (Sopny, 2010) :

167
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia.

2.3 Jenis Hemoglobin


Hemoglobin normal mempunyai sepasang rantai alfa identitas jenis
hemoglobin ditentukan oleh sepasang rantai yang lain, yaitu beta, gamma, dan
delta. Struktur hemoglobin dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai
globin yang ada (Widman, Frances K. 1995 : 56).
1.) Hemoglobin normal :
a. Hemoglobin A
Ditemukan pada orang dewasa normal sekitar 92 – 95 %. HbA terdiri dari
atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
b. Hemoglobin A¬2
Ditemukan pada orang dewasa normal sekitar 2 – 3 %. HbA2 terdiri dari
atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
c. Hemoglobin F
Ditemukan pada janin dan bayi baru lahir. Pada orang dewasa
hemoglobin F ditemukan sekitar 1 – 2 %. Hemoglobin F terdiri atas 2
rantai alfa dan 2 rantai gamma.

168
2.) Hemoglobin Abnormal
a. Hemoglobin S
Jenis hemoglobin abnormal yang sering dijumpai adalah HbS. Pada HbS
posisi keenam pada rantai beta tidak ditempati oleh glutamat tetapi oleh
valin yang hidrofobik. Posisi keenam berada pada permukaan luar rantai
yang saling berkaitan yaitu tempat rantai alfa dan rantai beta bertukar-
tukar saat oksigenisasi dan deoksigenisasi.
b. Hemoglobin C
Pada HbC posisi keenam rantai beta ditempati oleh asam amino lain yaitu
lisin. Muatan positif pada lisin berinteraksi dengan gugusan bermuatan
negatif didepanya. Hemoglobin cenderung membentuk gumpalan
berbentuk roda sehingga menyebabkan eritrosit lebih kaku dan lebih
muda pecah dari pada sel normal. (Widman, Frances K. 1995 : 60)

2.4 Sintesis Hemoglobin


Untuk mengangkut O¬2 ke jaringan dan mengembalikan CO2
(karbondioksida) dari jaringan ke paru-paru, sel darah merah mengandung protein
kusus yaitu hemoglobin. Setiap sel darah merah mengandung 640 juta molekul
hemoglobin dan setiap molekul hemoglobin dewasa normal (HbA) terdiri atas
empat rantai polipeptida a2b2, masing-masing dengan gugus hemnya sendiri.
Sintesis hemoglobin dalam sel darah merah yang sedang berkembang, 65%
hemoglobin disintesis dalam eritroblast, 35% stadium retikulosit sintesis hem
terjadi banyak dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai
dengan kondensasi glisin dan suksinil koenzim A dibawah reaksi enzim kunci
delta-amino laevulinik acid (ALA) sintetase yang membatasi kecepatan.
Piridoksal fosfat (Vitamin B6) adalah koenzim untuk reaksi ini yang dirangsang
oleh eritropoietin dan dihambat oleh hem. Akhirnya portofirin bergabung dengan
besi untuk membentuk hem yang masing-masing molekulnya bergabung dengan
rantai globin yang terbuat pada poliribosom. Kemudian tetrameter empat rantai

169
globin dengan masing-masing gugus hemnya sendiri terbentuk dalam ”kantong”
untuk membangun molekul hemoglobin. (Hoffbran dan Pettit. 1987 : 8)

2.5 Katabolisme Hemoglobin


Hemoglobin yang dilepaskan dari eritrosit dihancurkan oleh sistem
retikuloendotelial. Mula-mula besi di lepas dan dikembalikan ke sumsum tulang
untuk digunakan kembali dalam sintesis hem atau disimpan sebagai cadangan.
Rantai globin dirombak dan asam amino disimpan untuk pembentukan protein.
Sisa cincin porfirin dirombak menjadi biliverdin kemudian menjadi bilirubin yang
diangkut ke hati dan dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronida. Dalam
perjalanan ke hati bilirubin terikat pada albumin (bilirubin indirek). Peningkatan
bilirubin indirek dalam plasma merupakan indikasi peningkatan destruksi eritrosit
(Widman, Frances K. 1995).
Di dalam hati bilirubin dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi
bilirubin diglukoronida atau bilirubin direk. Bilirubin indirek tidak larut dalam
air, tetapi bilirubin direk larut dalam air dan dapat masuk ke dalam saluran
empedu kemudian ke saluran cerna. Bilirubin diubah menjadi urobilinogen,
urobilinogen ini sebagian besar direabsorpsi dan kembali ke dalam sirkulasi dan
ke dalam hati untuk kemudian diekskresi melalui urine. Bila ada peningkatan
destruksi hemoglobin dan peningkatan ekskresi bilirubin diglukoronida ke dalam
saluran cerna, terjadi peningkatan ekskresi urobilinogen melalui urine dan feses.
Peningkatan ekskresi urobilinogen merupakan petunjuk adanya proses hemolitik
dan perombakan hemoglobin berlebihan (Widman, Frances K. 1995 : 37 – 38).

2.6 Kadar Hemoglobin


Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran
darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-
kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”
(Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan
karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO

170
telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis
kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).
Batas kadar hemoglobin (Sumber: Sopny, 2010)
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/ml)
Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin


Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu
sebagai berikut (Sopny, 2010) :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia
defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih
kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi
mengangkutoksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke
dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim
pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi
berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin
dalam sel otot.
2. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih
dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau
hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin 150 mg), phorphyrin cytochrome,
hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam
tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan

171
bagian yang merupakan cadangan. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari
proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.
Kadar haemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi
haemoglobin yang optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal
meliputi (Rindamusti,2012) :
1. Makanan atau gizi
Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang
dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya haemoglobin yaitu Fe
(zat besi) protein.
2. Fungsi Jantung dan paru
Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat
haemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai
pembentukan energi. Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen
dari udara luar yang kemudian disuplai ke aliran darah dengan adanya
ikatan antara haemoglobin dan paru mempengaruhi kerja jantung yang
optimal.
3. Fungsi Organ-organ Tubuh Lain
Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses
pembentukan eritrosit dan haemoglobin.
4. Merokok
Menurut Giam,C.K dan The K.C(1993:47) merokok mengurangi
kelembaban haemoglobin membawa oksigen dari darah. Juga pengaliran
darah ke organ-organ vital dan jaringan-jaringan(seperti jantung, otak dan
otot)akan berkurang. Secara timbulnya stress terhadap organ-organ
vital,seperti jantung.
5. Penyakit Yang Menyertai
Penyakit yang di derita membutuhkan lebih banyak zat gizi dan oksigen
untuk pembentukan energi guna penyembuhan penyakit yang di derita.

172
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Hari, Tanggal : Senin, 14 November 2016
Tempat : Lab. Kimia Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Gizi
Waktu : 10.00 – 12.00 WITA

3.2 Metode
Praktikum Uji kadar hemoglobin darah ini dilakukan dengan
menggunakan metode Sahli.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
 Hemometer Sahli

3.3.2 Bahan
 Reagen HCl 0,1 N
 Sampel Darah
 Aquades

3.4 Prinsip Kerja


Membandingkan warna asam hematin coklat yang telah di rubah dari
hemoglobin dengan asam klorida 0,1N dengan cara membandingkan pada alat
standart hemoglobinometer.

3.5 Prosedur Kerja


1. Memasukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengenceran
hemometer.

173
2. Mengisap sampel darah denagn pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,02 ml.
3. Menghapus semua darah yang melekat pada ujung pipet.
4. Mengalirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer yang telah
diisi larutan HCl 0,1 N, dengan hati-hati jangan sampai timbul gelembung
udara.
5. Mengangkat pipet itu sedikit, lalu hisap HCl yang jernih dalam pipet 2 – 3
kali untuk membilas pipet.
6. Mencampur isi tabung sampai homogen. Masukkan ke dalam alat
pembanding, mendiamkannya selama 5 menit untuk membentuk hematin
asam.
7. Menambahkan aquades tetes demi tetes sampai warna larutan di tabung
(setelah diaduk) sama dengan warna gelas dari alat pembanding.
8. Membaca skala Hb dari yang terbaca pada skala tabung.

174
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Membandingkan hasil pengenceran


Hasil pemeriksaan menunjukkan pada
dengan warna standar pada alat
angka 14 gram/dl.
hemoglobinometer.

Pada praktikum pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode Sahli didapatkan


hasil Hb sebesar 14 gram/dl.

4.2 Pembahasan
Pengukuran kadar hemoglobin ( Hb ) dalam darah. Ada dua cara
pengukuran kadar Hb, yaitu :
• Metode Sahli ( dengan menggunakan 0,1 N HCl )
• Metode Cyanmeth Hb-Drabkins ( menggunakan spektrofotometer )

175
Pada praktikum kali ini digunakan metode Sahli untuk mengukur kadar
Hb. Metode Sahli mengandalkan pembentukan asam hematin yang kemudian
diukur kadarnya dengan cara membandingkan warna hasil pengenceran dengan
warna standart. Pada langkah – langkah cara kerja menggunakan metode Sahli
harus dilakukan penghisapan larutan HCl yang telah dicampur dengan darah yang
kemudian dikeluarkan lagi dan diulang sebanyak 3 kali hal ini dimaksudkan
untuk menghomogenkan larutan campuran darah dan HCl serta untuk
memasukkan udara (O¬2 ). Setelah homogen, kemudian larutan campuran
didiamkan selama 8 – 10 menit, hal ini dimaksudkan agar Hb bereaksi dengan
HCl sehingga dapat terbentuk asam hematin dan kadar asam ini dapat dihitung
dan yang sekaligus kadar Hb juga dapat diketahui.
Penggunaan HCl dalam praktikum kali ini bertujuan untuk melisiskan
eritrosit sehingga Hb yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi
dengan HCl membentuk asam hematin.
Dari hasil percobaan, dengan metode sahli didapatkan kadar Hb sebesar
14 g / dL. Pada buku panduan praktikum biokimia gizi nilai normal Hb pada
lelaki dewasa sebesar 14-18 gram/dl, jadi pasien yang diambil sampel darahnya
memiliki kadar Hb yang normal.
Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar hemoglobin yang tidak
teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat distandarkan dan pembandingan
warna secara visual tidak teliti. Metode sahli juga kurang teliti karena
karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah
menjadi hematin asam (Gandasoebrata, 2010 hh. 13-14).
Pada metode Sahli membutuhkan ketelitian visualisasi praktikan dalam
membandingkan warna yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standart.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penilaian dalam pengambilan data
sangat subjektif mengingat kemampuan visualisasi tiap individu berbeda – beda.
Pemeriksaan Hb dalam darah mempunyai peranan penting dalam diagnosa
suatu penyakit, karena Hb merupakan salah satu protein khusus yang terdapat
dalam eritrosit yang berfungsi untuk mengangkut O2 ke jaringan dan

176
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan Pemeriksaan Hb ini
adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguang kesehatan pada pasien,
misalnya kekurangan Hb (anemia) atau kelebihan Hb (polisitemia). Hb bisa saja
ada dalam keadaan terlarut dalam plasma. Akan tetapi kemampuan Hb untuk
mengikat O2 tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor
lingkungan.

177
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar Hb sebesar
14 gram/dl. Nilai yang didapatkan menjelaskan bahwa kadar Hb pasien normal
dengan acuan nilai Hb pada laki-laki dewasa sebesar 14-18 gram/dl

178
DAFTAR PUSTAKA

Chusnia, Wilda. 2011. Pengukuran Kadar Hemoglobin . .


http://wildablog.blogspot.co.id/2011/11/pengukuran-kadar-hemoglobin.html .
Diakses pada tanggal 24 Desember 2016
Depkes R.1, 1 989, Hematologi, Pusdiknakes, Jakarta
Frilia, Qammara. 2015. Laporan Besar Biokimia Gizi : Pemeriksaan Kadar
Hemoglobin . http://raraaqamaraa.blogspot.co.id/2015/10/laporan-besar-
biokimia-gizi-pemeriksaan.html . 24 desember
Ganong, W. F., 2001, Fisiologi kedokteran, penerbit Buku Kedokteran EGC . Jakarta
Pearce, C.E., 1991 . Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Rolahnoviza, Gestri. 2015 . Laporan Hemoglobin.
http://gestrirolahnoviza.blogspot.co.id/2015/03/laporan-hemoglobin.html .
Diakses pada tanggan 27 Desember 2016
Sopny. 2010. Kadar hemoglobin darah . http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/ 20481/4/Chapter%20II.pdf. diakses pada Sabtu, 27 Desember
2016.

179

Anda mungkin juga menyukai