Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 1998

TENTANG
PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
Nama : Tri Ramdani Wahyuningsih
NIM : 1704026266
Kelas : Apoteker Pagi
ASPEK PP No. 72 Tahun 1998
Judul Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Latar Bekang / Alasan 1. Bahwa pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Diterbitkan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan kesehatan
dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
2. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan sebagai
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
Dasar Hukum 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3274)
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495).
Ketentuan Umum Definisi: Sediaan farmasi, Alat kesehatan, Produksi, Peredaran,
Pengangkutan, Kemasan sediaan farmasi.
Tujuan -
Materi Muatan 1. Persyaratan Mutu (Pasal 2-4)
2. Keamanan Dan Kemanfaatan
3. Produksi (Pasal 3-5)
4. Peredaran (Pasal 6-8)
5. Pemasukan Dan Pengeluaran Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan Ke Dalam Dan Dari Wilayah Indonesia (Pasal 17-
23)
6. Kemasan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan (Pasal 24-25)
7. Penandaan Dan Iklan (Pasal 26-33)
8. Pemeliharaan Mutu (Pasal 34-35)
9. Pengujian Dan Penarikan Kembali Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan Dari Peredaran (Pasal 36-43)
10. Pemusnahan (Pasal 44-47)
Materi Farmasi Definisi: Sediaan farmasi, Alat kesehatan, Produksi, Peredaran,
Pengangkutan, Kemasan sediaan farmasi (Pasal 1); Izin edar
(Pasal 9-11); Pengujian sediaan farmasi dan alat kesehatan (Pasal
12-14); Penyaluran (Pasal 15); Penyerahan (Pasal 16); Penandaan
dan Informasi (Pasal 26-30); Iklan (Pasal 31-33); Pengujian
Kembali (Pasal 36-40); Penarikan Kembali (Pasal 41-42); dan
Ganti Rugi (Pasal 43).
Sanksi Tindakan administratif (Pasal 72-72) dan Pidana (Pasal 74-79).
Aturan peralihan / Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka:
penutup 1. Pharmaceutissche Stoffen Keurings Verordening (Staatsblad
Tahun 1938 Nomor 172);
2. Verpakkings Verordening Pharmaceutissche Stoffen Nomor 1
(Staatsblad Tahun 1938 Nomor 173);
3. Verpakkings Verordening Kinine (Staatsblad Tahun 1939
Nomor 210); dinyatakan tidak berlaku lagi. (Pasal 82)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1189/MENKES/PER/VIII/2010
TENTANG
PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA
Nama : Tri Ramdani Wahyuningsih
NIM : 1704026266
Kelas : Apoteker Pagi
ASPEK PERMENKES No. 1189 Tahun 2010
Judul Produksi Alat Kesehatan Dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga
Latar Bekang / Alasan a. Bahwa masyarakat perlu dilindungi kesehatan dan
Diterbitkan keselamatannya terhadap kesalahgunaan, penyalah gunaan dan
penggunaan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan;
b. bahwa ketentuan mengenai produksi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga yang telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1184/MenKes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga perlu
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Produksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;

Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3274);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821)
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844)
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2000 tentang Perizinan
Pemanfaatan Tenaga Nuklir (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3993);
7. .Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Departemen Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4975);
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan;

Ketentuan Umum Definisi: Alat kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga,


yang selanjutnya disingkat PKRT, Rekondisi/Remanufakturing ,
Bahan baku, Produksi, Pembuatan, Perakitan, Pengemasan
kembali, Sertifikat produksi, Izin edar, Perusahaan, Perusahaan
rumah tangga, Mutu, Penanggung jawab teknis, Menteri, Direktur
Jenderal.

Tujuan -
Materi Muatan 1. Ketentuan Umum (Pasal 1-4)
2. Produksi (Pasal 5-33)
3. Pemeliharaan Mutu (Pasal 34-35)
4. Ekspor (Pasal 36)
5. Penarikan Kembali dan Pemusnahan (Pasal 37-41)
6. Biaya (Pasal 42-43)
7. Pembinaan dan Pengawasan (Pasal 44-49)
8. Ketentuan Peralihan (Pasal 50)
9. Ketentuan Penutup (Pasal 51-52)
Materi Farmasi Definisi: Alat kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga,
yang selanjutnya disingkat PKRT, Rekondisi/Remanufakturing ,
Bahan baku, Produksi, Pembuatan, Perakitan, Pengemasan
kembali, Sertifikat produksi, Izin edar, Perusahaan, Perusahaan
rumah tangga, Mutu, Penanggung jawab teknis
Sanksi -
Aturan peralihan / Pada saat Peraturan ini mulai berlaku:
penutup 1. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan atau PKRT yang telah
diterbitkan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan
habis masa berlakunya;
2. Permohonan sertifikat produksi yang sedang dalam proses
diselesaikan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG
NARKOTIKA

Nama : Tri Ramdani Wahyuningsih


NIM : 1704026266
Kelas : Apoteker Pagi

ASPEK UU No. 35 Tahun 2009


Judul Narkotika
Latar Bekang / Alasan a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
Diterbitkan sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, kualitas sumber daya manusia
Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan nasional
perlu dipelihara dan ditingkatkan secara terus-menerus,
termasuk derajat kesehatannya;
b. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di bidang
pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain dengan
mengusahakan ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang
sangat dibutuhkan sebagai obat serta melakukan pencegahan
dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat
pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan
apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan saksama;
d. bahwa mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam,
menyimpan, mengedarkan, dan/atau menggunakan Narkotika
tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama
serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
merupakan tindak pidana Narkotika karena sangat merugikan
dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan
manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan
nasional Indonesia;
e. bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional
yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang
tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi
yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di
kalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga
UndangUndang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan
kondisi yang berkembang untuk menanggulangi dan
memberantas tindak pidana tersebut
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Narkotika;
Dasar Hukum 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan
Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol Tahun
1972 yang Mengubahnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3085);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic
Drugs and Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3673);

Ketentuan Umum Definisi: Narkotika, Prekursor, Produksi, Impor, Ekspor,


Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, Surat
Persetujuan Impor, Surat Persetujuan Ekspor, Pengangkutan,
Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, Transito Narkotika,
Pecandu Narkotika, Ketergantungan Narkotika, Penyalah Guna,
Rehabilitasi Medis, Rehabilitasi Sosial, Permufakatan Jahat,
Penyadapan, Kejahatan Terorganisasi, Korporasi, Menteri
Tujuan a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia
dari penyalahgunaan Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi
medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika.
Materi Muatan 1. Ketentuan Umum (Pasal 1)
2. Dasar, Asas dan Tujuan (Pasal 2-4)
3. Ruang Lingkup (Pasal 5-8)
4. Pengadaan (Pasal 9-14)
5. Impor dan Ekspor (Pasal 15-34)
6. Peredaran (Pasal 35-44)
7. Label dan Publikasi (Pasal 45-47)
8. Prekursor Narkotika (Pasal 48-52)
9. Pengobatan dan Reharbilitasi (Pasal 53-59)
10. Pembinaan dan Pengawasan (Pasal 60-63)
11. Pencegahan dan Pemberantasan (Pasal 64-72)
12. Penyidikan, Penuntun, Pemeriksaan disidang Pengadilan
(Pasal 73-103)
13. Peran Serta Masyarakat (Pasal 104-108)
14. Penghargaan (Pasal 109-110)
15. Ketentuan Pidana (Pasal 111-148)
16. Ketentuan Peralihan (Pasal 149-151)
17. Ketentuan Penutup (Pasal 152-155)
Materi Farmasi Definisi: Narkotika, Prekursor, Produksi, Impor, Ekspor,
Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, Surat
Persetujuan Impor, Surat Persetujuan Ekspor, Pengangkutan,
Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, Transito Narkotika,
Pecandu Narkotika, Ketergantungan Narkotika, Penyalah Guna,
Rehabilitasi Medis, Rehabilitasi Sosial,
Sanksi 1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
3. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
4. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
5. Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja
tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
6. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
7. Aturan peralihan / 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
penutup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3698); dan
2. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan
Golongan II sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang telah
dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut Undang-
Undang ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah
ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang
ini diundangkan.
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

NOMOR 49 TAHUN 2006

TENTANG

PENGAWASAN IMPOR DAN EKSPOR OBAT, OBAT TRADISIONAL,


KOSMETIK, PRODUK KOMPLEMEN/SUPLEMEN MAKANAN, NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, PREKURSOR, PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
(PKRT) DAN MAKANAN

Nama : Tri Ramdani Wahyuningsih


NIM : 1704026266
Kelas : Apoteker Pagi
ASPEK PKBPOM No. 49 Tahun 2006
Judul Pengawasan Impor Dan Ekspor Obat, Obat Tradisional, Kosmetik,
Produk Komplemen/Suplemen Makanan, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (Pkrt) Dan
Makanan
Latar Belakang a. Bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan
terhadap impor dan ekspor obat, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen/suplemen makanan, narkotika, psikotropika,
prekursor, PKRT dan makanan, dipandang perlu untuk melakukan
koordinasi pengawasan secara lebih intensif antara Badan
Pengawas Obat dan Makanan dan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bersama Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
tentang pengawasan impor dan ekspor obat, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen/suplemen makanan, narkotika,
psikotropika, precursor, PKRT dan makanan;
Dasar Hukum a. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3695);
b. Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Negara Nomor 3612);
c. Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3656);
d. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3671);
e. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3698);
f. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3821);
g. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2005;
h. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005;
i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
j. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
444/KMK.04/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai;
k. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
453/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 112/KMK.04/2003;
l. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
557/KMK.04/2002 Tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Ekspor;
13. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
302/KMK.04/2004 tentang Organisasi dan Tatakerja Departemen
Keuangan;
m. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM tanggal 26 Pebruari 2001 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
n. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004;
Ketentuan Umum -

Tujuan -

Materi Muatan -

Sanksi -
Ketentuan Peralihan/ -
Penutup

Anda mungkin juga menyukai