Anda di halaman 1dari 3

Peda dan penghitungan populasi mikroba

Salah satu teknik pengolahan ikan yang sederhana dan mudah adalah fermentasi.
Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa organic kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Keunggulan produk fermentasi adalah membantu mengawetkan makanan, memiliki
cita rasa yang unik, dan meningkatan nilai ekonomi (Hutkins, 2006). Salah satu contoh produk
fermentasi yang banyak dikenal masyarakat karena pembuatannya mudah dan murah adalah ikan
peda.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan peda adalah ikan kembung
(Rastrelliger sp.). Proses pembuatan ikan peda sengaja dibiarkan setengah basah agar proses
fermentasi tetap berjalan. Proses fermentasi peda umumnya secara spontan, pembuatannya
memanfaatkan mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses fermentasi berkembang biak
secara spontan karena lingkungan hidupnya yang dibuat sesuai untuk pertumbuhannya (Desniar,
2009). Pengolahan ikan peda umumnya menggunakan garam selama proses fermentasi. Garam
yang digunakan pada pembuatan ikan peda umumnya menggunakan garam rakyat hasil dari
penguapan air laut, namun garam ini masih belum murni. Garam berfungsi untuk menyeleksi
mikroorganisme penyebab kebusukan (Ijong & Ohta, 1996).Beberapa faktor yang menentukan
kualitas ikan peda antara lain kemurnian garam, kecepetan penetrasi garam, dan konsentrasi
penambahan garam yang digunakan.
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas ikan peda adalah konsentrasi penambahan garam
yang diberikan. Penambahan garam dengan konsentrasi 10-12% (berat ikan/berat garam) masih
menyebabkan mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh (Pelczar & Chan, 1988; Derosier,
1988).Mackie et al. (1971) menyarankan perbandingan antara garam dan ikan adalah 1:3.
Berdasarkan penelitian Nikmatul (2009) menunjukkan bahwa pembuatan ikan peda dapat
dilakukan dengan penambahan konsentrasi garam 15-30% dari bobot ikan.Penelitian Desniar
(2009) menunjukan penambahan garam dengan konsentrasi 30% memberikan penerimaan
konsumen terbaik.
Penentuan jumlah angka mikroorganisme sangat penting dilakukan untuk menetapkan
keamanan suatu sediaan farmasi dan makanan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk
menghitung jumlah mikroorganisme. Metode tersebut menghitung jumlah sel, massa sel, atau isi
sel yang sesuai dengan jumlah sel (Volk, 1993). Ada 2 macam cara perhitungan jumlah
mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara langsung dengan hitung mikroskopik menggunakan
hemasitometer dan tidak langsung dengan hitung cawan. Perhitungan jumlah mikroba secara
langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup
sedangkan perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara
keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang
hidup saja (Volk, 1993).
Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia
keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup Berbagai cara perhitungan mikroba secara
langsung menggunakan (Dwidjoseputro, 2005):
1. Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikrospis
Mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas benda, suspensi bahan atau biakan
mikroba yang telah diketahui volumenya diratakan diatas gelas benda pada suatu luas
tertentu. Setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel mikroba tiap bidang
pemandangan mikroskopik. Luas bidang pemandangan mikroskopik dihitung dengan
mengukur garis tengahnya.

2. Menggunakan filter membrane (miliphore filter)


Suspensi bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu kemudian disaring
dengan filter membrane yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung
jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas pada filter membran dapat dihitung jumlah sel
dari volume suspensi yang disaring (Jutono, 1980).

3. Menggunakan counting chamber


Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan satu tetes suspense bahan atau
biakanmikroba pada alat tersebut ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati
dengan mikroskop yang perbesarannya tergantung pada besar kecilnya mikroba.
Perhitungan ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff Hauser Bacteria Counter
atau alat-alat lain yang sejenis.

Perhitungan secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik
yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini
tergantung cara-cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat
dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan factor pengenceran
tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan sifat-
sifat mikroba. Menurut Hadietomo (1990) menyatakan bahwa perhitungan secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penentuan volume total
Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada pengukuran volume
total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa silinder dan bergaris ukuran.

2. Metode turbidometri
cara mengukur kekeruhan suspensi atas dasar penyerapan dan pemencaran cahaya yang
dilintaskan, sehingga yang mengandung lebih dari 107-108 sel/ml, tampak lebih keruh
oleh mata telanjang. Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung
khusus yang jernih dengan diameter tertentu.

Prinsip metode hitung adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada media
agar, maka sel mikroba itu akan berbiak membentuk koloni yang dapat dilihat dan dihitung dengan
mata telanjang, dan disebut dengan “colony forming unit” = cfu. Metode hitungan cawan ada dua
yeitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate). Perhitungan jumlah
mikropba dianggap valid jika dalm satu cawan tumbuh koloni sebanyak 30-300cfu. Sehingga jika
pertumbuhan mikroba terlalu padat, maka harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu.
Daftar Pustaka :
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Hadieotomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman
Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : Departemen Mikrobiologi Fakultas
Pertanian UGM.
Volk. 1993. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Erlangga.
http://biologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/panduan-praktikum-mikro-2016.pdf
(diakses 22 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai