Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM DAN PROYEK KIMIA

PERCOBAAN II
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Oleh :
Kiki Riana Yulita Sari
17728251035
Pendidikan Kimia B

Dosen Pengampu :
Dr.Dra Amanatie, M.Pd.,M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. Tujuan
Menentukan tingkat kemurnian dan nilai Rf senyawa organik hasil sintesis atau
isolasi.

B. Dasar Teori
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen-komponennya akan dipisahkanantara dua buah fase yaitu fase diam dan fase
gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat. (Sohibul,2008).
Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan graphien
berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1903)
seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam percobaannya ia berhasil
memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan
menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3) yang diisikan ke dalam kaca dan
petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan
larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan
pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang
kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan.
(Alimin, 2007).
Pada kromatografi, komponen- komponen yang akan dipisahkan berada diantara
dua fase yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam adalah fase
yang akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak adalah fase yang akan
melarutkan zat komponen campuran. Komponen yangmudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal atau tidak bergerak sedangkan komponen yangmudah larut dalam fase
gerak akan bergerak lebih cepat.
Fasa diam KLT terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5 sampai 50 m. Serbuk
halus ini dapat berupa suatu adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak molekul atau
dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. Bahan adsorben sebagai fasa
diam dapat digunakan silica gel, aluminium dan serbuk selulosa. Partikel silica gel
mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul-molekul polar (Soebagio, 2002 : 87).
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna
untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatusenyawa dalam sampel dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak
yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan : 2008).
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu; kromatografi
lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen
dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan
sinar ultraviolet. Kemudian metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan
menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Serta dapat digunakan
sampel yang sangat kecil (mikro). (Z.Abidin : 2011).
Kurkumi atau yang dikenal dengan nama 1,7-bis-(4-hidroksi-3-metoksi fenol)
hepta-1,6-diena-3,5 dien merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp.
(Meiyanto, 1999). Kurkumin memiliki zat warna kuning dan memiliki berat molekul
386,126 g/mol. Kunyit kering mengandung senyawa kurkumin seitar 1,5-2% dari berat
kunyit itu sendiri (Anggarwal et al., 2003).

C. Alat dan Bahan


1. Alat 2. Bahan

NO NAMA ALAT NO NAMA BAHAN


1. Chamber 1. Aquades
2. Lampu UV 2. Metana
3. Pipet Ukur 3. Diklorometana
4. Plat KLT 4. Sampel Kunyit
5. Tabung Reaksi
6. Gelas Ukur
D. Cara Kerja
Cara kerja dalam percobaan ini ada beberapa tahap yaitu sebagai berikut.

Dipegang kedua ujung pipa kapiler kemudian dibakar di atas api lampu spiritus sambil
ditarik. Kemudian dipotong kedua ujung runcingnya untuk membuat lubang, kedua
lubang kapiler ini digunakan untuk mengambil sampel.

Menyiapkan plat KLT dengan ukuran 1 x 7 cm. Sejauh 1 cm dari bawah dan 0,5 cm dari
bagian atas digaris dengan pensil.

Menyiapkan sampel kunyit dengan cara menghaluskan kunyit lalu diambil air kunyit
dengan kertas saring. Kemudian sampel (kunyit) dilarutkan dalam methanol.

Menyiapkan fasa gerak yang berupa 4 ml larutan diklorometana : metanol = 4 : 1 (4ml


: 1ml) larutan dimasukkan ke dalam chamber. Melakukan penjenuhan dengan cara
memasukkan ujung kertas saring ke dalam fasa gerak, kemudian chamber ditutup
selama sekitar 1-2 menit.

Setelah 2 menit memasukkan plat KLT ke dalam chamber (dengan catatan garis bawah
tidak boleh terendam fasa gerak). Migrasi dibiarkan hingga fasa gerak mencapai garis
batas bagian atas plat KLT. Lalu mengeluarkan plat KLT dari chamber dan
mendiamkannya hingga pelarut kering. Melakukan pengamatan pada noda sampel
(kunyit) dan noda yang dihasilkan ditandai dengan pensil kemudian dihitung nilai
Rfnya.

Melakukan percobaan diatas dengan perbandingan larutan diklorometana : metanol


= 4,5 ml diklorometana : 0,5 ml metanol.
F. Data Hasil Percobaan
Berdasarkan hasil percobaaan yang dilkukan, diperoleh data yang dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Data Hasil Percobaan


PERBANDINGAN JARAK JARAK
NO SAMPEL PELARUT TEMPUH TEMPUH
Diklorometana Metanol PELARUT SAMPEL
1 Kunyit 4 ml 1 ml 5 cm 4,6 cm
2 Kunyit 4,5 ml 0,5 ml 5 cm 2 cm

G. Perhitungan
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah diperoleh, maka dapat ditentukan
harga Rf dalam ekstrak sampel kunyit pada Tabel 2. Perhitungan harga Rf masing-
masing dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

𝐣𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐧𝐨𝐝𝐚
Rf =
𝐣𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐞𝐥𝐮𝐞𝐧

1. Sampel Kunyit
a. Diklorometan : metanol (4 : 1)
Nilai Rf
4,6 𝑐m
Rf1 = = 0,92
5 𝑐m

b. Diklorometan : metanol (4,5 : 0,5)


Nilai Rf
2𝑐m
Rf1 = = 0,4
5 𝑐m

Tabel 2. Harga Rf Sampel


PERBANDINGAN JARAK JARAK
PELARUT NILAI
NO SAMPEL TEMPUH TEMPUH
Diklorometana Metanol RF
PELARUT SAMPEL
1 Kunyit 4 ml 1 ml 5 cm 4,6 cm 0,92
2 Kunyit 4,5 ml 0,5 ml 5 cm 2 cm 0.4
H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan kromatografi lapis tipis.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat kemurnian dan nilai Rf dari
senyawa organik hasil sintesis atau isolasi. Senyawa organik yang akan ditentukan
dalam percobaan ini adalah senyawa kurkumin yang merupakan suatu senyawa yang
terdapat pada tanaman kunyit. Percobaan ini menggunakan metode kromatografi lapis
tipis yang ini dilakukan dengan cara meletakkan penyerap yaitu kertas saring pada
sebuah lempeng gelas.
Prinsip kerja KLT memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara
sampel dengan pelarut yang digunakan.Teknik ini biasanya menggunakan fase diam
dalam bentuk plat silica dan fase geraknya disesuaikan dengan janis sampel yang ingin
dipisahkan.Larutan atau campuaran larutan yang digunakan dinamakan eluen.Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh
fase geraknya tersebut.
Pada percobaan ini fase diam menggunakan plat KLT yang terdapat kertas
saringnya dan fase gerak yang merupakan campuran diklorometana dan metanol. Pada
percobaan ini dilakukan dua kali pengamatan dengan fase gerak yang berbeda. Fase
gerak pertama merupakan campuran 4 ml diklorometana dengan 1 ml metanol dan fase
gerak yang kedua merupakan campuran 4,5 ml diklorometana dengan 0,5 ml metanol.
Percobaan kali ini menggunakan sampel kunyit yang didalamnya terdapat suatu
senyawa yang disebut kurkumin. Kurkumin merupakan suatu senyawa yang dapat
membentuk ikatan hidrogen maupun ikatan van der wall yang lemah. Senyawa yang
membentuk ikatan hidrogen ini akan melekat pada plat lebih kuat dibandingkan dengan
senyawa lainnya atau dapat dikatakan bahwa senyawa kurkumin ini terserap lebih kuat
dibandingkan dengan senyawa lainnya.
Pada percobaan pertama dengan perbandingan eluen diklorometan : methanol
(4:1) memperoleh hasil 4,6 cm untuk jarak tempuh sampel dan 5 cm untuk jarak empuh
eluen (pelarut). Setelah dilakukan perhitungan, didapat nilah Rf sebesar 0,92. Retention
factor (Rf) yang terbilang tinggi ini menunjukkan bahwa komponen pada sampel kunyit
ini mudah larut dengan eluen yang sudah dibuat dengan jumlah perbandingan tersebut.
Harga Rf yang mendekati nilai 1 meununjukkan bahwa komponen sampel yaitu kunyit
mudah larut dengan eluen yang digunakan.
Pada percobaan kedua dengan perbandingan eluen diklorometana : metanol (4,5
: 0,5) memperoleh hasil 2 cm untuk jarak tempuh sampel dan 5 cm untuk jarak tempuh
eluen (pelarut). Setelah perhitungan, didapat nilai Rf sebesar 0,4. Nilai Rf yang
dihasilkan sangat kecil yang artiya bahwa komponen dalam kunyit ini sukar larut dalam
eluen yang berbeda jumlahnya. Dan komponen dari eluen dengan perbandingan tersebut
memiliki tingkat kepolaran yang rendah.
Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam
sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. nilai Rf akan besar bila senyawa
tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi
lapis tipis. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila
identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
Kromatografi lapis tipis mengandung silika gel yang bersifat polar, sehingga
apabila semakin cepat komponen eluen bergerak berarti komponen eluen memiliki
kepolaran yang tinggi. Pada percobaan ini nilai Rf yang didapat tidak sesuai dengan
teoritisnya dimana nilai Rf secara teoritis adalah 0,2 – 0,8. Yang artinya adalah terjadi
kegagalan.

I. Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, kesimpulan dari percobaan ini
adalah tingkat kemurnian dan nilai Rf senyawa kurkumin hasil sintesis atau isolasi
adalah 0,92 menggunakan perbandingan fase gerak diklorometana : metanol yaitu 4ml :
1ml. sedangkan nilai Rf 0,4 dengan perbandingan fasa gerak diklrometana : methanol =
4,5 ml : 0,5 ml. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan kedua lebih polar dibandingkan
dengan percobaan pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press.

Aggarwal, B., Kumar, A., & Bharti, A. (2003). Anticancer Potential of Curcumin:
Preclinical and Clinical Studies. Anticancer Research, 23 , 363-398.

Haqiqi, Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. nadjeeb.files.wordpress


.com/2009/10/kromatografi.pd

Khopkar, S. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Soebagio,dkk.2003. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang

Wiryawan, Adam. 2008. Kimia Analitik. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah

Anda mungkin juga menyukai