Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas

Istilah penilaian (assement) merupakan istilah yang umum dan mencakup


semua metode yang dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan
cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok (Haryati, 2007, hlm.
16).

Dalam Kurikulum Berbasis Kelas (KBK) yang kenyataannya pada Kurikulum


Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang sedang diterapkan
menggunakan sistem Penilaian Berbasis Kelas (PBK) atau yang disebut juga
dengan penilaian kelas.

Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang PBK menurut para
ahli yaitu sebagai berikut.

Majid (2007, hlm. 190) mengatakan bahwa penilaian berbasis kelas adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi
tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar
mengajar.

Sedangkan menurut Sanjaya (2006, hlm. 4) mengatakan bahwa penilaian


berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran yang
dilakukan sebagai proses pengumpulan data, pemanfaatan informasi yang
menyeluruh tentang hasil belajar yang diperoleh siswa untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan penguasaan kompetensi seperti yang ditentukan dalam kurikulum
dan sebagai umpan balik perbaikan proses pembelajaran.

Sedang menurut Syah (2007, hlm. 199) bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsipprinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten”.
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Penilaian Berbasis Kelas
(PBK) adalah suatu pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten,
serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi yang telah ditentukan pada
kurikulum yang ditetapkan.

Dalam pelaksanaannya, peran guru sangat penting dalam menentukan


ketepatan jenis penilaian untuk menilai keberhasilan dan kegagalan siswa. Jenis
penilaian yang dibuat oleh guru harus standar validitas dan realibilitas, agar hasil
yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu, kompetensi
profesional bagi guru merupakan persyaratan penting dalam melakukan penilaian.

B. Tujuan dan Manfaat Penilaian Berbasis Kelas


1. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas

Secara umum tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa


telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu yang
dipersyarakatkan dalam standar kompetensi lulusan. Tujuan penilaian berbasis
kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan, yaitu:

a. Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses


pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru
mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui
bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian
kompetensi oleh siswa.
b. Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah
kelemahankelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran
melalui penilaian kelas, baik yang formal ataupun informal guru
melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah
kuasai dan apa yang belum dikuasai.
c. Penilaian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil
penilaian kelas dan mencari hal- hal yang menyebabkan proses
pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
d. Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik
telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum
atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada
saat guru diminta untuk melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada
orang tua, ajaran baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk-bentuk
lainnya.

(Majid, 2007, hlm. 187-188)

Adapun tujuan yang utama dari Penilaian Berbasis Kelas (PBK), yaitu:

a. Memberikan penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam belajar


Penilaian ini digunakan untuk menentukan apakah siswa dapat mengikuti
tingkat atau kelas berikutnya, penilaian jenis ini seringkali disebut
penilaian sumatif, yang memberikan gambaran menyeluruh tentang apa
yang telah dicapai siswa.
b. Memperbaiki program kegiatan belajar mengajar dan belajar siswa
Penilaian untuk tujuan ini, digunakan untuk melihat apakah siswa sudah
mengetahui, dan memahami dan terampil pada suatu pemb iasaan
pelajaran. Penilaian ini sering disebut penilaian formatif, yang bermanfaat
untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar.

(Depdiknas, 2003, hlm. 3)

2. Manfaat Penilaian Berbasis Kelas

Manfaat Penilaian Berbasis Kelas antara lain sebagai berikut:

a. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui


kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi
sehingga termotivasi untuk meningkatkan dan memperbaiki proses dan
hasil belajarnya.
b. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
c. Sebagai umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
d. Sebagai masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar sedemikian
rupa sehingga para peserta didik dapat mencapai kompetensi dengan
kecepatan belajar yang berbeda-beda dalam suasana yang kondusif
menyenangkan.
e. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektifitas pendidikan sehingga partisipasi orang tua dan komite sekolah
data ditingkatkan.

(Kunandar, 2011, hlm. 395-396)

C. Domain dan Alat Penilaian Berbasis Kelas


1. Domain Penilaian Berbasis Kelas
a. Domain Kognitif

Domain kognitif meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau


menghafal frase materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip dan
prosedur.
b. Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi,
karakteristik, menggeneralisasi dan menyimpulkan.
c. Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus,
dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
d. Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi,
menggolongkan, merinci dan mengurai suatu objek.
e. Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur
atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang,
melukis, menggambar dan sebagainya.
f. Tingkatan evaluasi/penilaian mencakup kemampuan menilai
(judgement) terhadap objek studi dengan menggunakan kriteria
tertentu.
b. Domain Psikomotorik
Domain psikomotor meliputi hal-hal berikut.

1) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta


didik dalam menggerakkan anggota badan.
2) Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan
ataumenirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan
secaramenyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan
otomatis.
c. Domain Afektif

Adapun tinkatan domain afektif yang dinilai adalah kemampuan


peserta didik dalam:

a) memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang


dihadapkankepadanya,
b) menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai
nilai etikadan estetika,
c) menilai (valuating) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil,
indah tidakindah terhadap objek studi, dan
d) menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika
dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

(Baharun, 2016, hlm. 211-212)

2. Alat Penilaian Berbasis Kelas


a. Prinsip Umum Penilaian Berbasis Kelas

Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh
penilai maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau proses
penilaian yang akan di lakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini
bukan hanya untuk mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik
sehingga motivasi belajar mereka akan bertambah juga, akan tetapi
sekaligus mereka akan memahami proses mereka sendiri dalam
pencapaian kompetensi.

b. Jenis-jenis Alat Penilaian


1) Alat penilaian berbentuk tes, diantaranya yaitu:
a) Kuis (quiz)
b) Pertanyaan lisan di kelas
c) Ulangan harian
d) Tugas individu
e) Tugas kelompok
f) Ulangan semester
g) Ulangan kenaikan
h) Laporan kerja praktik/praktikum
i) Responsi atau ujian praktik
2) Alat penilaian berbentuk nontes

Sikap dan minat terhadap suatu pelajaran dapat positif atau negatif atau
netral, tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru bertugas untuk
membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran, serta mengubah dari
sikap negatif ke sikap positif. Ada beberapa jenis skala sikap, antara lain
skala Likert, skala Thurstone, skala perbedaan semantik (untuk
mengetahui sikap terhadap sesuatu); skala Bogardus (untuk mengetahui
sikap sosial siswa); skala Chapin (untuk mengetahui tingkat keterlibatan
siswa dalam organisasi).

c. Persyaratan Alat Penilaian

Penilaian harus melakukan pengukuran. Agar penilaian itu tepat, maka


hasil pengukurannya harus akurat. Alat ukurnya harus memiliki bukti
kesahihan, keandalan, hasilnya dapat dibandingkan, dan ekonomis.
Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu kesahihan isi dan
konstruk, dan kriteria (Syah, 2007, hlm. 201).

Alat ukur harus memiliki persyaratan: sahih dan andal, efisien, mudah
dan murah menyusunnya atau menggunakannya. Selain itu waktu yang
digunakan untuk mengukur dan mengoreksi hasil ujian peserta tidak
terlalu lama. Kesahihan isi atau kesahihan kurikuler dapat dilihat
berdasarkan kisi-kisi tesnya, atau seberapa jauh materi ujian sesuai dengan
kompetensi dasar yang hendak diukur.
Kesahihan konstruk diperoleh dari hasil analisis faktor, yaitu jumlah
faktor yang diukur suatu tes, buktinya berupa data empiris. Kesahihan
prediktif juga memerlukan data empiris untuk dapat dihitung. Acuan yang
digunakan dalam penilaian hasil belajar dapat berupa kriteria mutlak atau
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan kriteria relatif atau Penilaian Acuan
Norma (PAN).

Keandalan mengacu pada konsistensi pengukuran, yaitu bagaimana


skor tes atau hasil penilaian yang lain tetap (tidak berubah, sama) dan satu
pengukuran ke pengukuran yang lain. Hasil-hasil penilaian hanya
memberikan ukuran unjuk kerja terbatas yang diperoleh pada waktu
tertentu.

(Rustaman, 2012, hlm. 4-5)

DAFTAR PUSTAKA

Baharun, H. (2016). Penilaian Berbasis Kelas pada Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam di Madrasah. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI,
3(2), 206-216.

Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbank dan Pusat


Kurikulum.

Haryati, M. (2007). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada


Press.

Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Kunandar. (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Rustaman, N.Y. (2012). Penilaian Berbasis Kelas. Bandung: Jurusan Pendidikan


Biologi FPMIPA UPI.
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kelas. Jakarta: Kencana.

Syah, D. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Gaung Persada Press.

Anda mungkin juga menyukai