KAJIAN PUSTAKA
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang PBK menurut para
ahli yaitu sebagai berikut.
Majid (2007, hlm. 190) mengatakan bahwa penilaian berbasis kelas adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi
tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar
mengajar.
Sedang menurut Syah (2007, hlm. 199) bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsipprinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten”.
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Penilaian Berbasis Kelas
(PBK) adalah suatu pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten,
serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi yang telah ditentukan pada
kurikulum yang ditetapkan.
Adapun tujuan yang utama dari Penilaian Berbasis Kelas (PBK), yaitu:
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh
penilai maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau proses
penilaian yang akan di lakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini
bukan hanya untuk mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik
sehingga motivasi belajar mereka akan bertambah juga, akan tetapi
sekaligus mereka akan memahami proses mereka sendiri dalam
pencapaian kompetensi.
Sikap dan minat terhadap suatu pelajaran dapat positif atau negatif atau
netral, tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru bertugas untuk
membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran, serta mengubah dari
sikap negatif ke sikap positif. Ada beberapa jenis skala sikap, antara lain
skala Likert, skala Thurstone, skala perbedaan semantik (untuk
mengetahui sikap terhadap sesuatu); skala Bogardus (untuk mengetahui
sikap sosial siswa); skala Chapin (untuk mengetahui tingkat keterlibatan
siswa dalam organisasi).
Alat ukur harus memiliki persyaratan: sahih dan andal, efisien, mudah
dan murah menyusunnya atau menggunakannya. Selain itu waktu yang
digunakan untuk mengukur dan mengoreksi hasil ujian peserta tidak
terlalu lama. Kesahihan isi atau kesahihan kurikuler dapat dilihat
berdasarkan kisi-kisi tesnya, atau seberapa jauh materi ujian sesuai dengan
kompetensi dasar yang hendak diukur.
Kesahihan konstruk diperoleh dari hasil analisis faktor, yaitu jumlah
faktor yang diukur suatu tes, buktinya berupa data empiris. Kesahihan
prediktif juga memerlukan data empiris untuk dapat dihitung. Acuan yang
digunakan dalam penilaian hasil belajar dapat berupa kriteria mutlak atau
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan kriteria relatif atau Penilaian Acuan
Norma (PAN).
DAFTAR PUSTAKA