Anda di halaman 1dari 12

Analisis Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Dewasa Terhadap Retensi

Pengetahuan Dan Ketrampilan Resusitasi Jantung Paru Dewasa Pada Mahasiswa S1


Keperawatan Stikes Kendedes Malang.

Bayu Budi Laksono1, Titin Andri W2, Tony Suharsono3.


1
Staf Pengajar Prodi Keperawatan Poltekkes RS dr.Soepraoen Malang
2,3
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Email : bayubydi87@gmail.com

ABSTRAK

Peristiwa henti jantung memerlukan tindakan resusitasi jantung paru


(Cardiopulmonary resuscitation / CPR) segera. Perawat dan mahasiswa keperawatan
sebagai first responder akan sangat berperan dalam memberikan pertolongan awal pada
pasien yang mengalami henti jantung wajib mampu memberikan Cardiopulmonary
resuscitation (CPR) yang benar dan berkualitas tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelatihan resusitasi
jantung paru terhadap retensi pengetahuan dan ketrampilan resusitasi jantung paru dewasa
pada mahasiswa s1 keperawatan stikes kendedes malang.
Metode penelitian Quasi experimental dengan pendekatan design Time series
(repeated measure) diterapkan dalam penelitian ini. Sejumlah 36 sample dipilih sesuai
kriteria inklusi dan esklusi untuk mengikuti penelitian dalam durasi 4 minggu.
Pengetahuan (p=0,000 )dan ketrampilan (p=0,000 ) responden mengalami
peningkatan setelah pelatihan.Tingkat pengetahuan tidak mengalami perubahan berarti
pada fase berikutnya (p=0,356 dan p=0,085). Namun, analisa sub variabel menunjukkan
sub variabel pengetahuan adequate deep (p= 0,012) dan minimal interruption (p=0,002)
mengalami penurunan signifikan dua minggu setelah pelatihan dilakukan. Keterampilan
mengalami penurunan signifikan pada dua minggu setelah pelatihan dilakukan (p=0,040)
dan cenderung stabil pada fase berikutnya (p=0,870). Pengetahuan tidak menunjukkan
memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan responden (p=0,059 dan r=318).
Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan yang dilakukan terbukti
mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru Dewasa
Pada Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Kendedes Malang. Penurunan keterampilan
signifikan tampak pada keterampilan adequate deep dan minimal interruption resusitasi
jantung paru dewasa setelah pelatihan dan dua minggu setelah pelatihan resusitasi jantung
paru dewasa dilakukan. Pemberian umpan balik tidak menunjukan hubungan yang cukup
kuat terhadap retensi keterampilan Resusitasi Jantung Paru Dewasa, hal ini diduga
disebabkan oleh umpan balik yang tidak tepat dan interval antara pemberian umpan balik
dan pengkajian kembali yang cukup lama (2 minggu). Pada akhir penelitian tampak tidak
terdapat hubungan antara retensi pengetahuan dan retensi keterampilan Resusitasi
Jantung Paru Dewasa. Interval penelitian yang relatif pendek (4 minggu ) diduga
memberikan dampat tidak teridentifikasinya pengaruh pengetahuan terhadap keterampilan.

Kata kunci : Resusitasi jantung paru dewasa, mahasiswa keperawatan, retensi


pengetahuan dan keterampilan

31
Analysis The Effect of Adults Cardiac Pulmonary Resuscitation Training Against the
debt plus Knowledge and Skills Adult Cardiac Pulmonary Resuscitation on S1
Nursing Students STIKES Kendedes Malang.

Bayu Budi Laksono1, Titin Andri W2, Tony Suharsono3.


1
Lecturer in Nursing Prodi Poltekkes RS dr.Soepraoen Malang
2.3
Lecturer Faculty of Medicine, University of Brawijaya
Email : bayubydi87@gmail.com

ABSTRACT

Sudden Cardiac Arrest require immediate Cardio Pulmonary Resuscitation


(CPR) .Nurses and nursing students as a first responder has a big role in giving a correct
and high quality CPR. But in fact, CPR training not always accompanied by retention ability
on any individual capability .
The aim of these research was to analyze influence of adult cardio pulmonary
resuscitation training on the retention of adult cardio pulmonary resuscitation knowledge and
skills on undergraduate nursing students STIKES Kendedes Malang.
Quasi experimental with time series (repeated measure ) design approach applied
in this research . 36 sample selected based on inclusion and exclusion criteria to participate
in research in the duration of 4 weeks .
Respondents knowledge ( p = 0.00 ) and skill( p = 0.00 ) increase after training .The
level of knowledge has not changed significantly in next phase ( p = 0,356 and p = 0,085 )
however , an significant change appear in sub variable adequate deep (p=0,012) and
minimal interruption (p=0,002) knowledge. Respondent skill decreases significantly in the
two weeks after training (p=0,040 ) and tended to be stable at next phase (p=0 , 870 ) .The
decline of skill in this phase it may be observed significantly in adequate deep skill ( p =
0,001 ) and minimal interruption skill ( p = 0.025 ).The provision of feedback doesn’t give
significant impact against skills retention ( p = 0,598 ). There was found no correlation
between knowledge and skill on respondents ( p = 0,059 and r = 318 ).
.Generally it could be conclude that CPR (cardio pulmonary resuscitation) training
improved both knowledge and skill of adult cardio pulmonary recussitation on STIKES
Kendedes Malang undergraduates nursing student.The significant skills decline appear in
adequate deep skills and aminimum interruption two weeks after adult cardio pulmonary
resuscitation training. There is no significant correlation between feedbackand adult cardio
pulmonary resuscitation retention skills, it caused by inappropriate feedback gave to
responden and too long interval between the feedback and reevaluation (2
weeks ).Relationship between knowledge and skill didn’t significant.This phenomena
relatively liked by short interval research (4 weeks).

Key word: Adult Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) , nursing student , knowledge and
skill retention

32
PENDAHULUAN tersebut tidak hanya harus dimiliki oleh
Masalah kardiovaskuler perawat namun juga mahasiswa
telahmenjadi masalah utama yang terus keperawatan sebagai calon calon tenaga
tumbuh secara global termasuk di perawat professional.Setiap mahasiswa
Indonesia. Di amerika serikat, kejadian keperawatan wajib memiliki keterampilan
OHCA (Out Of Hospital Cardiac Arrest) penangann henti jantung (Depkes, 2005).
merenggut lebih dari 300.000 nyawa Jumlah mahasiswa keperawatan yang
pertahun setiap tahunnya dengan survival cukup banyak, sebagian besar waktunya
rate yang bervariasi di setiap daerahnya dihabiskan membaur dalam masyarakat
dengan rata-rata kurang dari 10% dari memberikan kesempatan pada mereka
seluruh kejadian (Bobrow, Leari dan untuk berperan sebagai first responder
Heighmen, 2011). American Heart dalam kasus OHCA di masyarakat. Peran
Association (2013) menyebutkan bahwa efektif dari BystanderCPR mampu
angka kejadian OHCA mencapai 359.400 menggandakan angka kemungkinan
kasus dengan survival rate mencapai keselamatan pasien henti jantung ( Parnell
9,5%. Angka kejadian OHCA (Out of dan Larsen, 2007).
Hospital Cardiac Arrest) dua kali lebih Salah satu upaya peningkatan
besar dibandingkan kejadian IHCA (In kemampuan CPR pada mahasiswa
Hospital Cardiac Arrest). keperawatan adalah dengan melakukan
Di Indonesia, penyakit jantung dan pelatihan. Peningkatan pemahaman
pembuluh darah secara konsisten tetap pengetahuan dan ketrampilan dalam
menduduki peringkat pertama penyebab penanganan henti jantung mampu
kematian di Indonesia. Beberapa sumber memberikan dampak siknifikan dalam
menyebutkan jumlah kejadian henti meningkatkan survival rate pada kasus
jantung di Indonesia sangat henti jantung (Glaa dan Chick, 2011).
beragam.Hingga saat ini, tidak terdapat Namun pada kenyataannya,
data statistik yang pasti mengenai kasus pelatihan penatalaksanaan henti jantung
henti jantung tiap tahunnya di Indonesia melalui CPR tidak selalu diiringi dengan
(Suharsono dan Kartikawati, retensi kemampuan pada setiap
2009).Kejadian henti jantung merupakan individunya.Beberapa studi melaporkan
masalah kesehatan yang letal dan bahwa kemampuan CPR pada mahasiswa
menjadi fokus masalah kesehatan global umumnya rendah.Nyman dan Sihvonen
di banyak negara di Asia termasuk (2000) menganalisa retensi keterampilan
Indonesia. CPR pada 298 perawat dan mahasiswa
Peristiwa henti jantung keperawatan. Mereka tidak menemukan
memerlukan tindakan degradasi yang tajam secara keseluruhan
resusitasikardiopumuner (CPR) yang dalam waktu 6 bulan setelah pelatihan,
terintergasi, dalam hal ini disebut dengan Kemampuan kognitif umumnya mampu
Chain Of Survival (rantai kehidupan) bertahan lebih lama, sedangkan
(Travers et all, 2010). Salah satu poin kemampuan psikomotor menurun dengan
penting yang krusial dalam rantai ini cepat bahkan sejak 2 minggu setelah
adalah Cardiopulmonary pelatihan diberikan (Fossel et all 1983
resuscitation(CPR) atau resusitasi jantung dalam Janti, 2010). Dalam sebuah
paru (Fanshanet all, 2012).Perawat penelitian lain yang dilakukan pada orang
sebagai first responder akan sangat awam menunjukkan bahwa 80% subjek
berperan dalam memberikan pertolongan mengalami penurunan kemampuan CPR
awal pada pasien yang mengalami henti setahun setelah pelatihan (Christensonaet
jantung(Heng et all, 2011).Kompetensi all, 2007).

33
kompresi serta tingkat keakuratan jumlah
METODE PENELITIAN kompresi tampak lebih tinggi pada
Penelitian telah dilakukan di STIKES responden laki-laki dibandingkan
Kendedes Malang pada tanggal 15 , 29 perempuan. Namun, rekoil dada maksimal
novenber dan 13 desember 2014. Tujuan tampak lebih baik dilakukan oleh
penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih responden perempuan dibandingkan
jauh tentang pengaruh pelatihan resusitasi olegh responden laki laki.Faktor kelelahan
jantung paru dewasa terhadap retensi merupakan penyebab utama responden
pengetahuan dan ketrampilan resusitasi perempuan hanya mampu melakukan
jantung paru dewasa pada mahasiswa S1 kompresi efektif pada rasio 15: 2.Jumlah
keperawatan STIKES Kendedes Malang. kompresi yang tinggi menyebabkan tidak
Melalui metode penelitian Quasi tersedianya cukup waktu bagi otot untuk
experimental dengan pendekatan design melakukan fase istirahat.
Time series (repeated measure), 36
sample dipilih sesuai kriteria inklusi dan Tabel 1. Prosentase karakteristik umum
eksklusi untuk mengikuti penelitian dalam responden
durasi 4 minggu dengan karakteristik Variable n=36 n %
tampak pada tabel 1. Responden Jenis kelamin
mendapatkan pelatihan resusitasi jantung Laki laki 6 16.7
paru sesuai panduan AHA 2010.Selama Perempuan 30 83.3
proses pelatihan, peserta mendapatkan Semester
kesempatan untuk mendengarkan Mahasiswa semester 3 23 63.9
ceramah, melihat video, demonstrasi Mahasiswa semester 1 13 36.1
langsung oleh peneliti yang diikuti dengan BMI*
praktik individu dengan pendampingan
<24 30 83.3
fasilitator. Segera setelah pelatihan
>24 6 16.7
selesai dilaksanakan, evaluasi segera
*BMI = Body Mass Indeks/ indeks masa
dilakukan untuk mendapat data awal dan
tubuh
diikuti evaluasi setiap dua minggu setelah
pelatihan. Evaluasi meliputi pengetahuan
BMI tidak menunjukkan memiliki
dan keterampilan (variabel dependen)
pengaruh terhadap retensi keterampilan
resusitasi jantung paru dewasa serta
terutama komponen adequate deep dalam
identifikasi efek pemberian Feedback
penelitian ini.Kekuatan kompresi turut
(umpan balik) dan pelatihan lain selama
dipengaruhi oleh faktor kelelahan yang
masa penelitian terhadap variabel
mungkin terjadi. Pembatasan evaluasi
dependent
keterampilan dengan durasi 2 sampai
dengan 4 menit, pemberian waktu istirahat
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang cukup panjang dan pemberian
Dalam penelitian ini tampak bahwa
asupan nutrisi selama proses evaluasi
rata-rata keterampilan responden laki-laki
mampu meminimalisir kemungkinan
(87,5) lebih baik dibandingkan rata-rata
kelelahan pada responden sehingga
keterampilan responden perempuan (85)
mampu menampilkan performa yang baik
pada akhir penelitian. Zhang et al (2013)
saat melakukan kompresi dada.
menyebutkan bahwa kualitas kompresi
Secara umum, rata – rata
dada berhubungan dengan jenis kelamin
pengetahuan responden meningkat
dari kompresor .Indeks pada laki-laki ,
segera setelah pelatihan dan cenderung
termasuk waktu responden melaporkan
stabil hingga pengambilan data pada
kelelahan ,ketepatan kedalaman dan laju

34
minggu ke empat dilakukan (gambar terhadap objek tertentu dalam hal ini
1).Keterampilan responden meningkat resusitasi jantung paru dewasa.
segera setelah pelatihan dan sedikit Pengetahuan merupakan kegiatan mental
mengalami penurunan pada rentang yang dikembangkan melalui proses
waktu berikutnya. belajar dan disimpan dalam ingatan, akan
digali saat dibutuhkan melalui bentuk
100 ingatan (Sukiarko, 2007). Sebuah
90 penelitian yang melibatkan orang awam
80
70 menunjukkan bahwa pengetahuan
60 responden meningkat setelah
50
nilai

40 dilakukannya pelatihanCPR.Peningkatan
Pengetahuan
30 pengetahuan umunya disertai dengan
Keterampilan
20 peningkatan komitmen dan kepercayaan
10
0 diri untuk melakukan CPR dalam kondisi
pre post 1 post 2 post 3 nyata (Cokkinos et al, 2012). Dalam
waktu proses pelatihan, responden mendapat
kan materi melalui metode ceramah,
Keterangan: tanya jawab, menonton video dan
Pre = pengambilan data sebelum melakukan simulasi langsung.
pelatihan dilakukan Penggunaan media pembelajaran berupa
Post 1 = pengambilan data segera video diduga mampu memberikan dapak
setelah pelatihan dilakukan positif terhadap penningkatan
Post 2 = pengambilan data dua minggu pengetahuan.
setelah pelatihan dilakukan Keterampilan responden dalam
Post 3 = pengambilan data empat melakukan resusitasi jantung paru dewasa
minggu setelah pelatihan mengalami peningkatan setelah
dilakukan diberikannya pelatihan.Analisis antar data
Gambar 1. Data rata – rata pengetahuan sebelum pelatihan (pre) dan segera
dan keterampilan resusitasi jantung setelah pelatihan (post 1) menunjukan
paru (RJP) dewasa angka signifikansi p value = 0,000
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
Pengaruh pelatihan Resusitasi terdapat pengaruh pelatihan terhadap
Jantung Paru Dewasa terhadap retensi keterampilan resusitasi jantung
pengetahuan dan keterampilan paru dewasa.
Resusitasi Jantung Paru Dewasa Setelah pelatihan dilakukan
Variabel pengetahuan tampak tampak adanya peningkatan
berkembang dinamis seiring waktu. keterampilan.Keterampilan merupakan
Analisa data dilakukan dengan hasil dari latihan berulang disertai dengan
membandingkan data pengetahuan perubahan yang meningkat atau progresif
sebelum pelatihan (pre), dengan data oleh orang yang mempelajari
segera setelah pelatiahan (post 1) keterampilan tersebut sebagai hasil dari
menunjukkan p value = 0,000 (p<0,05) aktivitas tertentu.).Penggunaan media
yang berarti terdapat pengaruh pemberian yang sesuai dapat meningkatkan
pelatihan terhadap retensi pengetahuan kemampuan subjek dalam mempelajari
resusitasi jantung paru dewasa. keterampilan CPR.Penggunaan metode
Pengetahuan (Knowledge) kasus dengan pendekatan tradisional
merupakan hasil dari tahu yang terjadi (menggunakan maequin) terbukti mampu
setelah orang melakukan pengindraan meningkatkan keterampilan CPR subjek

35
dengan lebih baik.Hal ini dikaitkan dengan mungkin berhubungan dengan penurunan
kesempatan yang jauh lebih besar untuk pengetahuan adalah tingkat kesulitan dari
menerapkan keterampilan dalam kondisi test yang dilakukan dan rentang waktu
yang menyerupai keadaan sebenarnya antara kapan test dilakukan dan pelatihan
(Srac dan Ok, 2010). Penggunaan terahir yang diterima oleh responden. Usia
metode kasus, simulasi tindakan dan dan pengalaman juga diduga menjadi hal
latihan berulang yang didemonstrasikan yang berpengaruh, hal ini berkaitan
selama pelatihan mampu meningkatkan dengan proses kognitif dan
keterampilan responden. degenerative.Sifat pengetahuan yang
didapat memlalui proses menghafal
Dalam penelitian lain disebutkan bahwa
hafalan paling mudah dilupakan
dibandingkan dengan hal yang didapat
dari proses mental yang lebih tinggi atau
pengalaman praktik yang bermakna
(Arthuret all, 1998).
Pengukuran tingkat keterampilan
yang dilakukan dua minggu setelah
pelatihan dilaksanakan menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan retensi
keterampilan resusitasi jantung paru
dewasa pada segera setelah pelatiahan
(post 1) dan dua minggu setelah pelatihan
Perbedaan pengetahuan dan (post2).Retensi keterampilan terbukti
keterampilan setelah pelatihan dan menurun seiring waktu. Keterampilan
dua minggu setelah pelatihan memberikan kedalaman yang cukup
Resusitasi Jantung Paru Dewasa (Adequate Deep) terus mengalami
Penurunan rata-rata pengetahuan penurunan signifikan pada minggu ke dua
mulai tampak pada pengukuran ke tiga (p=0,001).Beberapa responden tercatat
(post 2) yang dilakukan dua minggu sama sekali tidak memberikan kedalaman
setelah pelatihan dilaksanakan.Variable yang cukup saat melakukan kompresi dan
pengetahuan cenderung stabil pada fase bebrapa responden lainnya memberikan
ini, meskipun tampak adanya deviasi kompresi dengan kedalaman adekuat
negatif yang tidak signivikan. Pengkajian melebihi jumlah kompresi yang disarankan
lebih mendalam yang dilakukan pada sub oleh AHA dalam satu siklus ( 30
variabel pengetahuan menunjukkan kompresi / siklus). Disisi lain seluruh
adanya penurunan signivikan pada pada responden mampu mempertahankan
sub variable Adequate Deep (p=0,012) gangguan minimal selama resusitasi
dan minimal interruption (p=0,002) antara jantung paru diberikan dengan rentang
pengukuran segera setelah pelatihan dan waktu gangguan minimal kurang dari atau
dua minggu setelah pelatihan. sama dengan 10.00 detik meskipun
Pengetahuan dan kemampuan analisa statistic menunjukkan terdapat
CPR terdeteksi menurun dengan prerbedaan signifikan, secara klinis
intensitas kecil dalam tiga sampai enam kemampuan meminimalkan interupsi
bulan (Soar et al, 2010). Penelitian responden masih berada pada rentang
pengetahuan CPR oleh Kandary et al yang dapat diterima (tabel 3).
(2007) yang dilakukan pada perawat
klinis menyebutkan bahwa dua hal yang

36
Tabel 3. Analisa bivariat HQ CPR Perbedaan pengetahuan dan
Variabel HQCPR Pre Post Post keterampilan dua minggu setelah
x 1 x 2 x pelatihan dan empat minggu setelah
post1 post2 post3 pelatihan Resusitasi Jantung Paru
Hand placemet 0,000* 1,000 0,375 Dewasa
Mc nemar Rata – rata pengetahuan
Adequate rate 0,000* 0,000 0,802 responden stabil hingga minggu ke empat.
Adequate deep 0,001 Analisa data dua minggu setelah pelatihan
0,000* 0,061
* (post2) dan empat minggu setelah
Full chest recoil 0,000* 0,917 0,509
pelatihan dilakukan (post3) menunjukkan
Minimal interuption 0,025
0,000* 0,261 tidak terdapat perbedaan retensi
*
Wilcoxon pengetahuan resusitasi jantung paru
*) p<0,05 = terdapat perbedaan/korelasi dewasa.
signifikan antar variabel Dalam penelitian ini
terdokumentasi bahwa responden
Pengetahuan dan keterampilan melakukan refresing (mengulang kembali
akan mengalami penurunan hingga hilang materi secara mandiri).Hingga minggu ke
ketika tidak digunakan atau dilatih untuk empat tercatat setiap responden
beberapa waktu (Arthur et all, 1998). sekurangnya melakukan refresing
Salah satu faktor utama, baik secara sebanyak 2 kali (maksimal 6
langsung atau sebagai variabel kali).Tindakan ini menunjukkan bahwa
intervening (pengganggu) adalah interval motivasi responden untuk mempelajari
waktu antara pelatihan dan kinerja atau materi yang telah diberikan tinggi.Faktor
penerapan ketrampilan yang telah motivasi dan minat memiliki peranan
dipelajari dalam kondisi nyata. Semakin penting dalam mempertahankan tingkat
lama waktu antara latihan dan pengetahuan pada fase ini.Peserta didik
penerapan , semakin besar kemungkinan yang memiliki motivasi yang baik dan
hilangnya suatu keterampilan. Secara tepat dalam mengikuti pelatihan akan
spesifik, dalam sebuah penelitian memperhatikan dengan detail dari setiap
menunjukkan bahwa keterampilan materi yang diberikan selama pelatihan
resusitasi menurun dengan cepat sehingga dianggap mampu menyimpan
namun. Variabel yang mempengaruhi memori lebih lama (Arthur.Et all, 1998).
retensi keterampilan sulit untuk diisolasi. Minat diartikan sebagai suatu
Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh kecenderungan atau keinginan yang tinggi
negatif terhadap retensi antara lain : terhadap sesuatu dengan adanya
Praktek langsung (Hands on) yang tidak pengetahuan yang tinggi didukung minat
memadai, Inkonsistensi saat mengajar, yang cukup dari seseorang sangatlah
Konten yang tidak saling berhubungan mungkin seseorang tersebut akan
atau tidak sesuai, Instruksi yang berperilaku sesuai dengan apa yang
kompleks, Penundaan antara instruksi dan diharapkan (Notoatmodjo, 2003).
praktek keterampilan, Kurangnya Hasil analisa keterampilan pada
pengawasan, rendah umpan balik fase ini tidak menunjukkan adanya
instruktur, dan instruktur yang tidak penurunan keterampilan yang bermakna.
kompeten (Smith, Kimberly K., Gilcreast, Analisa terhadap sub variabel
et al, 2008). keterampilan dengan nilai rata rata
terendah tidak menunjukkan adanya
penurunan yang signifikan.

37
Seluruh responden melakukan Tabel 4 Analisa bivariate sub variabel
tindakan pembelajaran mandiri setelah keterampilan
pelatihan (Refresing/Overtraining) Sub var 1 P value Sub var 2
kegiatan ini diduga memiliki kontribusi Pengkajian 0,000
Durasi cek nadi
terhadap keterampilan responden. Nadi (r=0,707)
Tindakan overtrainingdidefinisikan sebagai HTCL
0,000 Visible chest
proses belajar di luar merupakan salah (Head Tilt Chin
(r=0,642) Rise
satu faktor yang berkontribusi dalam Lift)
keberhasilan keterampilan kinerja. Koefisien kontingensi
*) p<0,05 = terdapat perbedaan/korelasi
Pelatihan lanjutan ini diduga mendorong
signifikan antar variabel
proses automacity atau
proceduralisation( menyimpanketerampila
Spoon et al (2006) bahwa retensi
n ke dalam memori jangka panjang)
keterampilan BLS umumnya rendah,
sehingga mengurangi tuntutan
khususnya kompresi dada dan rescue
kemampuan kognitif dan memungkinkan
breathing. Dalam penelitian yang
memori jangka panjang berfungsi dengan
dilakukan oleh Lim et al (2014),
baik (Anderson , 1983 dalam Stothard
mayoritasresponden tidak melakukan
dan Nicholson 2001) . dengan kata lain
ventilasi yang efektif yang disebabkan
lebih otomatis suatu keterampilan ,
oleh rendahnya retensi keterampilan
semakin besar retensi yang mungkin
ventilasi. Secara umum, kemampuan
terjadi.
umum termasuk ventilasi menurun
Analisa terhadap sub variabel
setelah interval posttraining 6 bulan.
keterampilan dengan nilai rata rata
Meskipun oksigen merupakan bagian
terendah tidak menunjukkan adanya
esensial, rentang waktu yang tepat untuk
penurunan yang signifikan. Selama
intervensi pemberian oksigen dalam darah
penelitian berjalan, tercatat bahwa
masih belum jelas.Kebutuhan oksigen
responden mengalami penurunan pada
untuk metabolism kemungkinan besar
keterampilan ventilasi. Namun, analisa
menurun saat terjadinya henti jantung
korelatif menunjukkan hubungan yang
selama dilakukannya resusitasi jantung
cukup kuat ( p=0,000, r=0,707) antara
paru.Saat gangguan irama jantung terjadi,
retensi keterampilan pengkajian nadi dan
jumlah oksigen sebenarnya cukup dan
durasi cek nadi. Pada fase ini responden
kompresi yang baik dapat mensirkulasikan
cenderung tidak melakukan pemerikasaan
darah yang masih mengandung oksigen
nadi atau melakukan pemeriksaan nadi
keseluruh bagian tubuh (Meaney et al,
lebih dari standart yang ditetapkan ( < 10
2013).
detik). Retensi keterampilan melakukan
maneuver Head Tilt Chin Lift danvisible
Hubungan pemberian feedback (umpan
chest rise juga menunjukkan hubungan
balik) terhadap retensi keterampilan
korelatif sedang (p=0,000 , r=0,642) (tabel
Resusitasi Jantung Paru Dewasa
4) . Pada fase ini, kemampuan responden
Feedback (umpan balik) secara
melakukan maneuver HTCL dengan benar
acak diberikan kepada 17 responden
mengalami penurunan. Hal ini
(47,2%) dan 19 responden (52,8%) tidak
mengakibatkan visible chest rise tidak
diberikan Feedback (umpan balik). .
terjadi pada saat responden melakukan
Feedback diberikan setiap akhir sesi
ventilasi yang berarti tidak terdapat udara
penilaian keterampilan sebagai evaluasi
yang masuk ke dalam paru mannequin
bagi responden. Analisa anatara variabel
ketika responden melakukan ventilasi.
pemberian feedback (umpan balik) dan

38
retensi keterampilan (post 3) resusitasi Korelasi variabel retensi
jantung paru dewasa menunjukkan p pengetahuan dan retensi keterampilan
value = 0,598 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan p value = 0,059 (p>0,05)
menunjukan bahwa tidak terdapat dan r = 0,318. Hasil ini menunjukkan tidak
hubungan pemberian Feedback (umpan terdapat korelasi yang signifikan antara
balik) terhadap Retensi keterampilan retensi pengetahuan dan retensi
resusitasi jantung paru dewasa. ). Umpan keterampilan resusitasi jantung paru
balik memungkinkan peserta pelatihan dewasa dengan kekuatan korelasi lemah.
untuk memperbaiki kesalahan, mengamati Analisa lanjutan terhadap sub variabel
dan menggunakan isyarat terkait dengan pengetahuan dan sub variabel
kinerja tugas dan menghasilkan prosedur keterampilan yang secara bersamaan
yang lebih efektif (Stothard dan Nicholson tercatat memiliki retensi rendah tidak
2001). menunjukkan adanya korelasi yang
Dalam penelitian ini, pemberian signifikan. Fenomena ini dapat terjadi
feedback (umpan balik) tidak terbukti diduga akibat pengaruh faktor lain
memberikan dampak positif terhadap (variabel intervening) yang menyebabkan
retensi keterampilan resusitasi jantung retensi pengetahuan tidak menunjukkan
paru dewasa (p=0,598). Hal ini berkaitan hubungan korelatif dengan retensi
dengan pmberian umpan balik yang tidak keterampilan. Salah satu faktor utama,
sesuai. Dalam sebuah pelatihan CPR, baiksecara langsung atau sebagai
pemberian umpan balik, antusiasme dan variabel intervening (pengganggu) adalah
motivasi yang baik dibangun melalui interval waktu antara pelatihan dan kinerja
startegi instruksinal yang baik ( Sara, atau penerapan ketrampilan yang telah
Leyla dan Ok, 2010). Ketidaktepatan dipelajari dalam kondisi nyata. Semakin
pemberian umpan balik atau lebih jauh lama waktu antara latihan danpenerapan ,
lagi ketidak efektifan teknik instruksional semakin besar kemungkinan hilangnya
mungkin memberikan pengaruh terhadap suatu keterampilan (Arthur et al, 1998).
ketidak efektifan umpan balik yang Pengalaman responden dalam
diberikan kepada responden.interfal melakukan resusitasi jantung paru dewasa
antara pemberian pelatihan dan diduga mempengaruhi hubungan antara
pengkajian kembali yang cukup dekat retensi pengetahuan dan
memungkinkan terjadinya fenomena tidak keterampilan.Pengalaman akan
terlihatnya pengaruh feedback terhadap meningkatkan pencerapan informasi pada
retensi pengetahuan responden dimana seseorang. Dikatakan pula bahwa sikap
pada fase ini tingkat keterampilan akan lebih mudah terbentuk apabila
responden masih cukup tinggi dengan seseorang terlibat dalam situasi yang
defiasi negatif yang minimal. Motivasi melibatkan emosi, penghayatan,
responden yang tinggi turut memberikan pengalaman. Melalui fenomena diatas,
kontribusi terhadap fenomena ini.Tercatat pengetahuan akan mampu menetap
bahwa seluruh responden melakukan dalam jangka waktu yang lebih lama
tintakan refresing (penyegaran kembali) (Notoatmodjo, 2003). Pengalaman
antara 2 hingga 6 kali dalam rentang 4 melakukan CPR dan pelatihan terakhir
minggu penelitian. yang dilakukan berhubungan erat dengan
retensi pengetahuan namun tidak secara
Hubungan retensi pengetahuan dan langsung mempengaruhi keterampilan
retensi keterampilan Resusitasi saat melakukan CPR
Jantung Paru Dewasa sebenarnya.Pengalaman melakukan CPR
sebenarnya berhubungan erat dengan

39
tingkat pengetahuan. Hal ini dibuktikan lebih panjang diharapkan mampu
ketika perawat umum yang tidak mengikuti memberikan gambaran yang lebih
pelatihan secara rutin pun mampu mendalam berkaitan dengan
melakukan CPR dengan tingkat retensi pengetahuan dan
keberhasilan yang cukup tinggi (Kandary, ketrampilan resusitasi jantung paru
samera., jeheidli, amal., ghayat, thuraya dewasa.
and haid, nawal, 2007). Hal ini bertolak c. Adanya variabel yang tidak terkaji
belakang dengan penemuan Wyne et all (variabel pelatihan lain) dan
(1987) yang menemukan bahwa skill yang variabel Intervenin lain(bakat,
adequate biasa saja diperoleh tanpa motivasi, kesempatan aplikasi
pengalaman langsung dan hanya dalam kasus nyata, interval dan
mnggunakan mannequin. Untuk jumlah refresing yang
mempertahan performa yang optimal dilakukan)yang tidak diteliti diduga
pada kemampuan kognitif peserta didik, berpotensi memiliki pengaruh
interval antara pelatihan dengan performa terhadap retensi pengetahuan dan
tidak boleh lebih dari 3 minggu(Arthur et keterampilan resusitasi jantung
all, 1998). paru dewasa
Interval yang cukup pendek antara
pelatihan dan pengkajian kembali KESIMPULAN
memungkinkan terjadinya fenomena tidak Secara umum dapat ditarik
terlihatnya pengaruh retensi pengetahuan kesimpilan bahwa pelatihan yang
terhadap retensi keterampilan responden dilakukan terbukti mampu meningkatkan
dimana pada fase ini tingkat pengetahuan pengetahuan dan keterampilan Resusitasi
dan keterampilan responden masih cukup Jantung Paru Dewasa Pada Mahasiswa
tinggi dengan defiasi negatif yang minimal. S1 Keperawatan STIKES Kendedes
Malang. Penurunanketerampilan signifikan
KETERBATASAN PENELITIAN tampak pada keterampilan adequate deep
Peneltian yang telah dilakukan dan minimal interruption resusitasi
tentunya tidak luput dari keterbatasan jantung paru dewasa setelah pelatihan
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dan dua minggu setelah pelatihan
dalam upaya menyempurnakan hasil resusitasi jantung paru dewasa dilakukan.
penelitian yang sudah Pemberian umpan balik tidak menunjukan
dilakukan.keterbatasan penelitian pada hubungan yang cukup kuat terhadap
penelitian ini diantaranya adalah: retensi keterampilan Resusitasi Jantung
a. Srategi teknis pelatihan resusitasi Paru Dewasa, hal ini diduga disebabkan
jantung paru secara umum dapat oleh umpan balik yang tidak tepat dan
diterima dengan baik, namun interval antara pemberian umpan balik
seiring berlangsungnya penelitian dan pengkajian kembali yang cukup lama
diperlukan tindakan perbaikan (2 minggu). Pada akhir penelitian tampak
terhadap strategi pelatihan yang tidak terdapat hubungan antara retensi
dilakukan berkenaan dengan pengetahuan dan retensi keterampilan
pemberian umpan balik yang lebih Resusitasi Jantung Paru Dewasa. Interval
efektif. penelitian yang relatif pendek (4 minggu )
b. Durasi penelitian selama 4 minggu diduga memberikan dampat tidak
telah menunjukkan adanya teridentifikasinya pengaruh pengetahuan
penurunan pada keterampilan dan terhadap keterampilan.
komponen pengetahuan, namun
pengkajian dengan durasi yang

40
knowledge and practice gap.Elsevier
DAFTAR PUSTAKA CPR performance count no 1/2011
AHA. (2010). Fact a race againts a clock Cokkinos,Philip., Nikolaou*, Nikolaos.,
Out Of Hospital Cardiac Arrest. Kapadohos,Theodoros.,
American Hearth Association: Doulaptsis,Constantinos.,
washington Tompoulidis,Dimitrios., Trikilis,John
AHA. (2013). Heart Disease and Stroke and Androniki Tasouli. (2012).
Statistics - 2013 Update online. Layperson trainees improve their
diakses 20 juli 2014 resuscitation knowledge and
http://www.heart.org/HEARTORG/Ge confidence of providing bystander
neral/Cardiac-Arrest- CPR in ERC-accredited BLS/AED
Statistics_UCM_448311_Article.jsp courses. Poster Presentations
AHA. (2011). BLS for Health Care .Resuscitation 83 (2012) e24–e123
Provider Student manual. American Elita, Mustikasari. (2009). Memahami
Hearth Association (AHA) : USA Memori.diunduh 23 mei 2014 dari
AIPNI, PPNI dan AIPDIKI. (2012). draft http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
Standar Kompetensi Perawat content/uploads/2009/01/memahami_
Indonesia. diunduh dari memory.pdf.
www.hpeq.dikti.go.id 12 juni 2014 Fanshan, Meng., Lin, Zhao., Wenqing,
AIPNI.(2010). Kurikulum Pendidikan Liu., Chunlei,Lu., Yongqiang,Liu and
Ners.Jakarta : AIPNI Li Naiyi. (2012). Functions of
Arthur. W., Bennett. W., Stanush. P. L., standard CPR training on
and McNelly. T. L. (1998). Factors performance qualities of medical
that influence skill decay and volunteers for Mt. Taishan
retention: A Quantitative Review and International Mounting Festival. BMC
Analysis. Human Performance. 11(1): Emergency Medicine 2013, 13(Suppl
57-101. 1):S3
Berg, Robert A. et all. (2010). Part 5: Glaa, Besma., Chick,B. (2011). Trained
Adult Basic Life Support: 2010 nurse location meodel for in-hospital
American Heart Association cardiac arrest survival, the bussines
Guidelines for Cardiopulmonary school of the word, INSEAD.
Resuscitation and Emergency Meaney, Peter., Bobrow, Bently., Mancini,
Cardiovascular Care.Circulation. Marry et all. (2013). CPR quality:
2010;122:S685-S705 Improving Cardiac resuscitation
Blewer AL, Leary M, Esposito EC, Outcomes Both Inside and Out Site
Gonzalez M, Riegel B, Bobrow BJ, the Hospital : A Concensus
Abella BS. (2012). Continuous chest Statement From The American hearth
compression cardiopulmonary Association. Circulation online jume
resuscitation training promotes 25, 2013
rescuer self-confidence and Nijhuis, Jeroen Oude., Van de Ploeg,
increased secondary training: a Joost., Van der Worp, Wim., dan De
hospital-based randomized controlled Vries,Wiebe. (2012). A first draft of
trial. Crit. Care Med. - March 1, 2012; the retention curve for CPR/AED
40 (3); 787-92 skills. Poster Presentations /
Bobrow, bently., leari, Marrion and Resuscitation 83 (2012) e24–e123
heighmen. (2011). CPR between life Notoatmodjo, S., (2003).Metodologi
and death : closing the CPR enelitian kesehatan. Edisi Revisi.
Penerbit Rineka Cipta

41
Perkins GD, Benny R, Giles S, Gao F, Zhang,Feng-ling., Yan, Li ., Huang,Su-
Tweed MJ. (2003). Do different fang and Xiang-jun Bai. (2013).
mattresses Correlations between quality indexes
affect the quality of cardiopulmonary of chest Compression. World J Emerg
resuscitation? Intensive Care Med. Med, Vol 4, No 1, 2013
2003;29(12): 2330- 5.
Srac, Leyla and Ok, ahmed. (2010).The
effects of different instructional
methods on students’ acquisition and
retention of cardiopulmonary
resuscitation skills.Resuscitation 81
(2010) 555–561
Soara, Jasmeet , Koenraad G.
Monsieursb, John H.W. Ballancec,
Alessandro Barelli d, Dominique
Biarente, Robert Greiff, Anthony J.
Handleyg, Andrew S. Lockeyh, Sam
Richmondi, Charlotte Ringstedj,
Jonathan P. Wylliek, Jerry P. Nolanl,
Gavin D. Perkinsm. (2010). European
Resuscitation Council Guidelines for
Resuscitation 2010 Section 9.
Principles of education in
resuscitation. Resuscitation 81 (2010)
1434–1444
Spooner, Brendan B. , Fallaha, Jon F. ,
Kocierz, Laura., Smith, Christopher
M. , Smith, Sam C.L. dan Perkins,
Gavin D. (2007). An evaluation of
objective feedback in basic life
support (BLS) training . Resuscitation
(2007) 73, 417—424
Stothard, Christina and Nicholson, Robin.
(2001). Skill Acquisition and
Retention in Training: DSTO Support
to the Army Ammunition Study. Land
Operations Division Electronics and
Surveillance Research Laboratory
Travers,Andrew.,Rea,
Thomas.,Bobrow.,edelson.,Berg,
Robert.,Sayery.,Berg,
Marc.,Chameides., Connor,Robbet
and Swor.(2010). part 4:CPR
Overview,2010 AHA Guideline for
CPR and Emergency Cardiovaskuler
Care.cirsculation. 2010;122:S676-684
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian
Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

42

Anda mungkin juga menyukai