Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Pemrosesan Polimer
Modul A Uji Viskositas (Metode Bola Jatuh)
oleh :

Nama : Wira Perdana Damanik


NIM : 13714047
Kelompok :6

Tanggal Praktikum : Jumat, 06 April 2018


Tanggal Penyerahan Laporan : Jumat, 13 April 2018
Dosen Pengajar : Dr.rer.nat. Mardiyati S.Si.,M.T
Steven S.T.,M.T

Program Studi Teknik Material


Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2018
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viskositas merupakan sifat dari suatu fluida yang menyatakan ukuran
ketahanan fluida terhadap aliran. Viskositas merupakan salah satu parameter
penting dalam pemrosesan polimer/plastik, dimana viskositas menentukan
mudah tidaknya suatu polimer untuk diproses serta kualitas produk akhir yang
dihasilkan. Pada pemrosesan polimer, nilai viskositas yang ideal untuk satu
jenis pemrosesan dengan pemrosesan lainnya juga bervariasi. Oleh karena itu
viskositas dari lelehan polimer seringkali diatur ketika pemrosesan, baik dengan
mengatur konsentrasi dari polimer dalam larutan apabila digunakan sistem
pelarut, menambahkan aditif tertentu, maupun mengatur temperatur dari proses.
Pengukuran viskositas dari lelehan polimer dapat dilakukan secara in-line
(paralel dengan pemrosesan) maupun off-line (diluar pemrosesan). Saat ini, ada
beberapa metode untuk mengukur viskositas secara off-line, salah satunya yaitu
dengan menggunakan metode bola jatuh. Di dalam praktikum ini, mahasiswa
kelas pemrosesan polimer MT 3236 akan mengukur viskositas dari larutan
polimer polyvinyl alcohol (PVA) dengan metode bola jatuh.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari Praktikum Uji Viskositas (Metode Bola Jatuh ) adalah :
1. Menentukan nilai viskositas dari larutan PVA
2. Menentukan nilai viskositas dari larutan PVA + Boraks
3. Menentukan pengaruh konsentrasi pelarut terhadap viskositas dari
larutan polimer PVA yang diukur dengan metode bola jatuh.
4. Menentukan pengaruh penambahan boraks terhadap viskositas dari
larutan polimer

Page 2 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Polimer
Polimer merupakan suatu senyawa dengan berat molekul yang besar dan
tersusun atas unit-unit kecil berulang yang disebut monomer. Monomer-monomer
ini saling terhubung satu sama lain melalui ikatan kovalen. Meskipun struktur
polimer bervariasi secara luas, struktur polimer dapat dikombinasikan dengan
jumlah unit-unit kecil yang berbeda; dalam banyak kasus, satu unit monomer sudah
cukup untuk mewakili keseluruhan molekul polimer. Struktur polimer ini terbentuk
melalui pengulangan dari satu atau beberapa monomer yang merupakan
karakteristik dasar dari senyawa polimer, sehingga diistilahkan dengan “polimer”
yang berarti “banyak anggota”.

2.2 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida,
maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin sulit
suatu benda bergerak dalam fluida tersebut. Kekentalan merupakan sifat cairan
yang berhubungan dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang
dapat mengalir dengan cepat namun ada yang mengalir secara lambat. Fluida yang
mengalir lambat seperti gliserin, madu dan minyak atso, ini dikarenkan mempunyai
viskositas besar. Jadi viskositas menentukan kecepatan mengalirnya cairan.
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair. Zat cair ideal
tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas
horizontal yang berhubungan dengan atmosfer, mempunyai rapat massa dan berat
jenis, dapat dianggap tidak termampatkan, mempunyai viskositas (kekentalan) dan
mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan fluida.

Page 3 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas cairan :


a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan.
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan
naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh
energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul
melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan
temperatur.
c. Kehadiran Zat Lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan
seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin
adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin
maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat.
d. Ukuran dan Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat,
larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran
lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e. Kekuatan antar molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air naik
dengan adanya ikatan hydrogen.

2.3 Uji Viskositas (Metoda Bola Jatuh)


Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas dari
suatu fluida. Salah satunya adalah dengan metoda bola jatuh. Prinsip pengujian
viskositas dengan metoda bola jatuh adalah dengan menhitung kecepatan bola
mengalir di dalam fluida pada temperature konstan. Bola pejal akan dijatuhkan ke
dalam suatu wadah tabung yang telah berisi fluida yang akan diukur viskositasnya.
Kemudian, jarak yang ditempuh akan dicatat seiring waktu. Data jarak per waktu

Page 4 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

yang telah diperoleh inilah yang dinamakan kecepatan terminal yang nantinya dapat
diolah menajadi nilai viskositas.

Gambar 1. Metode bola jatuh

2.4 Sifat dan Struktur PVA


Poli vinil alkohol (PVA) merupakan polimer yang sangat menarik, karena
banyak karakter dari PVA yang sesuai dengan karakter polimer yang banyak
diinginkan khususnya dalam bidang farmasi dan biomedis. Kristalinitas alami dari
PVA merupakan sifat yang menarik terutama dalam preparasi hidrogel. PVA
memiliki struktur kimia yang sederhana dengan gugus hidroksil yang tidak
beraturan. Monomernya, yaitu vinil alkohol tidak berada dalam bentuk stabil, tetapi
berada dalam keadaan tautomer dengan asetaldehida.
PVA dihasilkan dari polimerisasi vinil asetat menjadi polivinil asetat
(PVAc), kemudian diikuti dengan hidrolisis PVAc menjadi PVA. Kualitas PVA
yang baik secara komersial ditentukan oleh derajat hidrolisis yang tinggi, yaitu di
atas 98.5%. Derajat hidrolisis dan kandungan asetat dalam polimer sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat kimianya, seperti kelarutan dan kristalinitas PVA.

Page 5 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Derajat hidrolisis berpengaruh terhadap kelarutan PVA dalam air, semakin tinggi
derajat hidrolisisnya maka kelarutannya akan semakin rendah.
PVA merupakan polimer yang banyak digunakan karena memiliki sifat
lentur dan dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul kitosan, selain itu
PVA juga mudah diuraikan secara alami (biodegradable) pada kondisi yang sesuai.
PVA komersial biasanya merupakan campuran dari beberapa tipe stereoregular
yang berbeda (isotaktik, ataktik, dan sindiotaktik). PVA dengan derajat hidrolisis
98.5% atau lebih dapat dilarutkan dalam air pada suhu 70 °C.
Polivinil alkohol (PVA) merupakan zat yang tidak berasa, tidak berbau,
dapat terurai oleh alam dan biokompatibel. Selain dapat terlarut dalam air, Polivinil
alkohol juga dapat larut dalam etanol. Namun, zat ini tidak dapat larut dalam pelarut
organik.

Gambar 2. Struktur Kimia PVA

PVA dikembangkan pertama kali oleh Hermann dan Haehnel pada tahun
1924. Proses pembuatan PVA dilakukan dengan menghidrolisis polivinil asetat
(PVAc). Tingkat konsumsi PVA di dunia telah mencapai beberapa ratus ribu ton
per tahun dan diprediksi akan meningkat sekitar 2,5% per tahun antara tahun 2006
dan 2011. Terdapat sejumlah produsen PVA di seluruh dunia yang mayoritas
berbasis di negara-negara Asia. Cina memiliki pangsa pasar terbesar dengan porsi
45% pada tahun 2006 dan nilai ini diperkirakan akan terus berkembang.
Seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran akan polimer hijau yang
ramah terhadap lingkungan, penggunaan polivinil alkohol menjadi semakin
meningkat dan menjanjikan. Salah satu pemanfaatan PVA sebagai bahan sekali

Page 6 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

pakai adalah aplikasi PVA pada kantong kotoran hewan yang akan terurai setelah
dibuang. Selain itu, PVA juga dapat diaplikasikan pada bola golf, sehingga pegolf
tidak perlu mencari bolanya setelah dipukul karena bola tersebut akan terurai di
alam.
Di dalam industri pangan, PVA digunakan sebagai bahan pelapis karena
sifatnya kedap terhadap uap air. PVA mampu menjaga komponen aktif dan bahan
lainnya yang terkandung di dalam bahan dari kontak dengan oksigen. Secara
komersial, PVA adalah plastik yang paling penting dalam pembuatan film yang
dapat larut dalam air. Sifat fisik PVA disajikan pada Tabel 1

Page 7 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB III
DIAGRAM ALIR & PENGOLAHAN DATA

Metode yang digunakan dalam pengujian metal forming adalah sebagai berikut :

Page 8 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

3.1 Data dan Pengolahan

Massa Kelereng : 4,01486 x 10-3 kg


Diameter Kelereng : 0,0146 m
Volume Kelereng : 1622,823 mm3
Densitas Kelereng : 2474 kg/m3
Viskositas dihitung dengan persamaan :

Dengan :
d : diameter kelereng (m)
Ps : densitas kelereng (kg/m3)
Pf : densitas fluida (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Vt : Kecepatan (m/s)

Untuk perhitungan densitas dari masing – masing larutan, dilakukan dengan cara
menggunakan gelas dan larutan. Massa gelas kosong akan ditimbang lalu
kemudian massa gelas + larutan. Kemudian akan diukur juga volume dari gelas
tersebut. Sehingga nilai densitas dapat diperoleh dengan persamaan :

( Massa gelas + larutan ) – (massa gelas kosong) / (volume gelas )

Cara ini dilakukan kepada masing-masing larutan oleh beberapa kelompok yang
telah ditentukan sebelumnya. Nilai dari masing – masing kelompok yang telah
dilaporkan akan dirata-ratakan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lebih
valid.

Page 9 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Nilai jarak dan waktu dapat diperoleh langsung pada saat pengujian. Jarak telah
ditentukan diawal yaitu dengan cara memberi tanda pada wadah. Sedangkan
untuk nilai kecepatan diukur dengan menggunakan stopwatch. Khusus untuk
perolehan nilai waktu, percobaan dilakukan sebanyak tiga kali agar memperoleh
data yang lebih valid.

Sedangakan untuk perhitungan kecepatan terminal dilakuakn dengan cara


membuat perbandingan antara jarak yang telah diukur sebelumnya terhadap waktu
yang diperlukan untuk mencapai jarak tersebut. Contohnya untuk data PVA
dengan konsentrasi 7,5 %. Jarak yang ditempuh dan waktu sudah diperoleh dan
dicatat pada saat pengujian dilakukan yaitu : jarak = 0,095 m dan waktu = 1,26 s.
sehingga untuk memperoleh nilai dari kecepatan terminal adalah : 0,095 / 1,25 =
2,26 Pa.s . Cara tersebut akan terus dilakukan untuk data jarak dan waktu
selanjutnya agar diperoleh nilai kecepatan terminal bola pada masing-masing
larutan.

Setelah memperoleh data densitas, dan kecepatan terminal, maka untuk nilai
viskositas larutan sudah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Contohnya untuk larutan PVA dengan konsentrasi 7,5 % yang ada pada tabel 2.

0,075 m/s = 1/n X {0,01462 x (2474-1008,9) x 9,8} / 18

Diperoleh nilai n = 2.26 Pa.s

Cara tersebut dilakukan pada masing-masing larutan sehingga semua larutan


dapat diperoleh nilai viskositasnya, seperti ysng ditunjukkan pada tabel 2 dan 3.

Page 10 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Tabel 2. Data viskositas larutan PVA

No. Larutan PVA


Konsentrasi Densitas Jarak Waktu Terminal Viskositas
larutan PVA Larutan (m) (s) Velocity (Pa.s)
(%) (kg/m3) (m/s)

1 7,5 1008,9 0,095 1,26 0,075 2,26


2 10 1004,8 0,095 2,603 0,036 4,73
3 15 1007,14 0,095 46,196 0,00205 83,04

kurva viskositas vs Konsentrasi PVA


16

14

12

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Gambar 3. Kurva viskositas vs Konsentrasi PVA

Page 11 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Tabel 3. Data viskositas larutan PVA + boraks

No. Larutan PVA + boraks


Konsentrasi Densitas Jarak Waktu Terminal Viskositas
boraks Larutan (m) (s) velocity (Pa.s)
(%) (kg/m3) (m/s)
1 0,2 985,9 0,095 0,856 0,1109 1,55
2 0,5 978,6 0,095 8,746 0,0108 16.06
3 1 990,5 0,032 66,74 0,000479 359,42

kurva viskositas vs Konsentrasi PVA + Boraks


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400

Gambar 4. Kurva Viskositas vs Konsentrasi PVA + boraks

Page 12 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB IV
ANALISIS DATA

Pada praktikum kali ini dilakukan metode uji viskositas yakni dengan
metode pengujian bola jatuh. Prisipnya yaitu dengan mencatat waktu dan jarak
jatuh bola, kemudaian mengkoversi data – data tersebut untuk memperolah nilai
viskositas. Pengujian dilakukan secara manual oleh praktikan. Baik itu dalam
mengukur jarak, densitas larutan maupun dalam pengukuran waktu. Ada banyak
metode pengujian viskositas yang bisa dilakukan. Namun metode uji bola jatuh
lebih mudah dimengerti dan dikerjakan, harga pengujian juga termasuk murah serta
viskositas dari larutan dapat dilihat secara makro.

Pengujian viskositas diakukan dua tahap. Tahap pertama pengujian


dilakukan dengan mengukur viskositas dari larutan PVA dengan konsentrasi 7%,
10%, dan 15%. Konsentrasi ini cukup tinggi dengan tujuan larutan bisa lebih kental
sehingga memberikan waktu lebih untuk praktikan untuk mengamati maupun
menghitung waktu proses jatuhnya bola.

Berdasarakan data yang diperoleh, dapat dianalisis bagaimana pengaruh


dari konsentrasi terhadap viskositas larutan. Pada tabel 2 bisa dilihat bahwa ketika
konsentrasi dari larutan semkain tinggi maka nilai dari viskositasnya juga tinggi.
Hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat
yang terlarut pada tiap satuan volume. Maka semakian tinggi konsentrasi akan
semakin banyak partikel zat yang terlarut. Partikel zat yang banyak ini akan
menimbulkan gesekan antarpartikel yang tinggi juga. Sehingga membuat partikel-
pertikel tersebut sulit untuk bergerak. Oleh karena itu makanya fluida tersebut
semakin sulit untuk dialirkan (viskositasnya naik).

Pengujian kedua dilakukan menggunakan tiga larutan PVA dengan masing-


masing konsentrasi 7,5 % yang kemudian akan dicampur dengan boraks dengan

Page 13 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

persen berat terhadap PVA sebanyak 0.2 , 0.5 dan 1 %. Dari data yang diperoleh
bisa dilihat fenomena yang terjadi hamper sama dengan apa yang terjadi pada
pengujian sebelumnya. Dimana nilai dari viskositas larutan PVA + Boraks, semakin
tinggi seiring bertambahnya kadar boraks yang ditambahkan. Dapat disimpulkan
bahawa penambahan boraks dapat meningktkan viskositas. Hal ini terjadi karena
karena penambahan boraks menimbulkan crosslink pada larutan. Crosslink inilah
yang membuat viskositas larutannya naik. Namun terdapat sedikit kejanggalan pada
salah satu data yaitu data pada penambahan boraks sebanyak 0,2%. Jika
dibandingkan dengan larutan PVA 7,5%, viskositas larutan PVA 7,5% + boraks
lebih rendah. Harusnya dengan penambahan boraks, viskositasnya akan lebih tinggi.
Hal ini dapat terjadi karena sebelum pengujian alat (tabung) tidak dibersihkan
dengan baik atau dapat juga dikarenakan perhitungan waktu yang kurang tepat
sehingga data yang diperoleh tidak akurat.

Gambar 5. Crosslink ion borat dengan ion OH

Dari data yang telah diperoleh, diplot kurva antara konsentrasi dan
viskositas. Berdasarkan grafik bisa dibuktikan bahwa kenaikan konsentrasi maupun
kenaikan penambahan kadar boraks sebanding dengan kenaikan viskositas. Dapat
dilihat juga pada larutan PVA, perubahan nilai viskositas dari konsentrasi 10% -
15% lebih signifikan dibandingkan dengan perubahan dari larutan PVA dengan
konsentrasi 7,5% - 10%. Hal yang sama juga terjadi pada pengujian kedua.
Perubahan viskositas pada larutan PVA + boraks 0,5 – 1 % lebih signifikan
dibandingkan dengan perubahan viskositas larutan 0,2% - 0,5%.

Page 14 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Viskositas dari larutan PVA yang diperoleh adalah :


PVA 7,5% = 2,26 Pa.s
PVA 10% = 4,73 Pa.s
PVA 15% = 83,04 Pa.s
2. Viskositas dari larutan PVA + Borask adalah :
PVA + Boraks 0,2% = 1,55 Pa.s
PVA + Boraks 0,5% = 16,06 Pa.s
PVA + Boraks 1 % = 359,42 Pa.s
3. Penambhan konsentrasi PVA dapat meningkatan viskositas
4. Penambahan boraks pada PVA dapat meningkatkan viskositas.

Page 15 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

DAFTAR PUSTAKA

https://itll.colorado.edu/modular_experiments_dir/itll_modules/Viscosity%20of%
20Fluids/Viscosity%20of%20Fluids%20Lab%20(Ball%20Drop%20Method).doc
x.
Kazys, R. & Rekuviene R. 2011. Viscosity and Density Measurement Methods for
Polymer Melts. Ultrasound Research Institute, Kaunas University of Technology.
http://digilib.unila.ac.id/14779/8/Tinjauan%20Pustaka.pdf
diunduh pada 11 April 2018

Page 16 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum


1. Selain konsentrasi serta aditif, jelaskan parameter proses lain yang dapat
mempengaruhi viskositas dari polimer.

Jawab : faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas cairan :


a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan.
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak
sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian
viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
c. Kehadiran Zat Lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak
ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan
turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya
semakin cepat.
d. Ukuran dan Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta
laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e. Kekuatan antar molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air
naik dengan adanya ikatan hydrogen.

Page 17 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

2. Apabila di dalam larutan PVA ditambahkan aditif berupa bahan pengisi


(filler), apakah terjadi perubahan viskositas pada larutan PVA? Jelaskan
fungsi filler beserta mekanisme perubahan viskositas pada larutan PVA.

Jawab : Filler yang ditambahkan akan masuk ke dalam celah rantai sehingga
dapat meningkatkan jumlah ikatan yang terjadi sehingga viskositas PVA
meningkat. Hal ini dikarenakan pada saat terjadi pemebebanan maka filler
dalam celah akan mengikat dalam celah sehingga rantai tidak mudah
bergeser karena tertahan oleh filler tersebut.
3. Apa yang dimaksud dengan extensional viscosity? Apa perbedaannya dengan
shear viscosity dan aplikasinya dalam pemrosesan polimer?

Jawab : Extensional viscosity merupakan koefisien viskositas fluida pada


saat tegangan yang diberikan merupakan tegangan ekstensional, sedangkan
shear viscosity merupakan koefisien viskositas fluida saat tegangan yang
diberikan merupkan tegangan geser. Fungsi adanya koefisien ekstensional
ini adalah agara dapat menentukan pengaruh tegangan terhadap viskositas
yang dihasilkan.

Page 18 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Foto Selama Praktikum

Larutan PVA konsentrasi 7,5% , 10% , dan 15 %

Page 19 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Proses pengujian pada larutan PVA

Larutan PVA + Boraks 0,2% , 0,5%, dan 1 %

Page 20 of 21
Wira Perdana Damanik
13714047

Proses pengujian larutan PVA + boraks

Page 21 of 21

Anda mungkin juga menyukai