Definisi.
Penyakit jantung koroner adalah penyempitan pembuluh darah menuju jantung atau terjadinya
penyumbatan pembuluh darah arteri pada jantung yang disebut pembuluh darah koroner.
Terjadinya penyumbatan ini akan berakibat pada terhambatnya supplay zat makanan terutama
oksigen agar jantung tetap berada dapat memompa darah ke seluruh tubuh terus menerus. Jika
terjadi penyempitan atau penyumbatan maka dapat dipastikan aliran darah ke jantung menjadi
terganggu dan berkurang.
Etiologi.
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam
pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses
seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan
mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot
jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai
akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam
masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Epidemiologi.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart
Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-
negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung
terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan
ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit
kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian
akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita,
sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada
wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang
setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan
kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja
mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang
menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja
penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner – "the silence killer".
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka
tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16
%. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK
diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi Penyakit Jantung
Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah
keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat
berdasarkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus
tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%) dan apabila
dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas adalah sebesar 9,87%.
Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus (0,01%). Sedangkan kabupaten
Semarang dan Kabupaten Cilacap belum melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa
Tengah adalah 525,62 kasus
Patofisiologi
Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan mengalami kerusakan oleh adanya
faktor resiko. Antara lain : faktor hemodinamik(hipertensi), zat – zat vaso konstriktor,mediator dari
sel darah (sitokin), asap rokok, diet aterogenik,peningkatan kadar gula darah dan oxidasi dari LDL-C.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel, yang
menyebabkan munculnya atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan
penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kadar kolesterol yang tinggi adalah
genetic, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok.
Merokok meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Kadar
kolesterol LDL yang tinggi dapat pula disebabkan oleh konsumsi alkohol atau obat-obatan
(misalnya: steroid atau pil kontrasepsi).
LDL bisa teroksidasi dan termodifikasi karena perubahan sel-sel utama pada dinding arteri.
Di tahap sangat dini, oksidasi ringan LDL akan menghasilkan bentuk yang disebut minimally
modified LDL (MM-LDL) pada sub-endotelial. MM-LDL ini sangat berbeda dari segi komposisi
dibandingkan LDL yang sudah teroksidasi dengan kuat. Kolesterol masih menjadi sterol
predominan, apoB dari MM-LDL masih berikatan dengan reseptor LDL (LDL-R), dan inkubasi
makrofag dengan MM-LDL tidak menghasilkan bentuk sel bergelembung (foam-cell). Meski
demikian, proporsi rantai lemak tak jenuh dari ester kolesteril dan fosfolipid di MM-LDL
secara signifikan telah teroksidasi menjadi hidroperoksida, isoprostan, dan aldehid rantai
pendek yang memiliki efek biologi cukup poten.
Oksidasi LDL yang ekstensif (Ox-LDL) tidak dikenali oleh reseptor LDL tapi sangat disukai oleh
reseptor di makrofag dan memicu akumulasi ester kolesterol yang cukup besar dan
terbentuk sel bergelembung (foam-cell). Singkat cerita, oksidasi LDL memiliki beberapa efek
biologi yang merugikan di antaranya pro-inflamasi, menyebabkan penghambatan sintesa
oksida nitrit di endotel (eNOS), memicu vasokonstriksi dan adesi, menstimulasi sitokin
seperti interleukin-1 (IL-1), dan peningkatan agregasi platelet.
Oksidasi LDL akan melahirkan produk seperti sitoktoksik dan bisa memicu apoptosis.
Oksidasi LDL juga bisa membalikkan efek koagulasi dengan menstimulasi jaringan faktor dan
sintesis plasminogen activator inhibitor-1. Properti aterogenik lain dari oksidasi LDL adalah
imunogensiti dan kemampuannya memicu retensi makrofag pada dinding arteri dengan
menghambat motilitas makrofag. Sebagai tambahan, LDL teroksidasi akan menstimulasi
proliferasi SMC vascular. Sehingga, penebalan intima (lapisan pembuluh darah yang paling
dalam) akan mengurangi lumen pembuluh darah dan ke depan akan berpotensi
menyebabkan hipertensi dan aterosklerosis.
Proses Aterosklerosis
Proses aterosklerotik (pembentukan plak kerak), dimulai dengan adaya luka pada sel endotel
(lapisan dalam pembuluh darah) yang bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam darah.
Permukaan sel endotel yang semula licin menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah menempel
dan masuk kelapisan dinding arteri. Terbukanya jaringan kolagen subendotel akan menginduksi
penempelan platelet pada luka endotel, lalu mensekresi beberapa substansi yang menyebabkan
perlengketan. Platelet akan menarik sel-sel darah lalu menembus endothelial dan masuk keruang
subendotelial. Disini monosit berubah menjadi bentuk makrofag yang memainkan peranan kunci
pada proses aterosklerosis. Diimana makrofag akan memakan tumpukan kolesterol LDL yang
teroksidasi menjadi sel busa (foam cell). Akibatnya terjadi gangguan keseimbangan kolesterol
dimakrofag, karena kolesterol yang masuk kesel lebih banyak ketimbang kolesterol yang
dikeluarkan.
Ketika menempel, beberapa sel darah putih akan bermigrasi kedalam intima. Migrasi langsung
leukosit tergantung pada faktor kemoatraktan termasuk partikel lipoprotein termodifikasi sendiri
dan sitokin kemoatractant oleh lapisan yang lebih kecil, seperti makrofag chemokin. Protein 1
kemoatractant makrofag kemochin diproduksi oleh dinding pembuluh darah vascular sebagai respon
terhadap modifikasi lipoprotein (reseptor scavenger). Fagosiy mononuclear ini memakan lipid dan
menjadi sel busa, diirepresentasukan dengan sitoplasma dengan droplet lemak. Ketika sel lemak
terlibat kedalam lesi atherosklerotik yang terkomplikasi, sel otot polos bermigrasi dari media melalui
membrane elastic interna (solid wavy line), dan diakumulasi dalam perluasan intima dimana mereka
dapat turun dari matriks ekstraselular yang membentuk curah dari lesi yang berkembang
Tumpukan plaque pada dinding arteri yang semakin banyak membuat lapisan pelindung areti
perlahan-perlahan mulai mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah. Setelah beberapa waktu
jaringan penghubung yang menutupidaerah itu berubah menjadi jaringan parut, yang mengurangi
elastisitas arteri dan mdudah pecah. Semakin lama semakin banyak plaque yang terbentuk dan
membuat lumen arteri mengecil, sehingga pasokan oksigen ke jantung berkurang dan terjadilah
serangan jantung.
Akibat adanya sumbatan plak aterosklerosis dipembuluh darah arteri jantung terjadi Sindroma
koroner akut (SKA) yang merupakan sekumpulan gejala klinis penyakit jantung koroner (PJK) yang
timbul akibat adanya gangguan suplai darah oksigen ke otot jantung. SKA terdiri dari infark miokard
akut dan angina pectoris tidak stabil.
Aterosklerotik dipicu oleh adanya factor resiko internal dan eksternal dalam diri seseorang.
Yang termasuk kedalam kelompok factor internal seperti factor keturunan, umur, jenis
kelamin, serta etnisras; yang tidak dapat dikontrol. Faktor ini menyumbang sekitar 20%
untuk terjadinya suatu proses aterosklerotik.
Faktor esternal menyumbnag sekitar 80% untuk terjadiya suatu proses aterosklerotik.
Diantaranya adalah :
Manifestasi klinis.
Gejala klinis :
Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas yang
cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah,
sekalipun melakukan aktivitas ringan.
Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi
selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin
Perubahan warna kulit.
Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya
hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin
Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.
Rasa nyeri kadang di daerah epigastrikum dan bisa menjalar ke punggung.
Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas.
Diagnosis.
Pemeriksaan fisik
Angina stabil
Secara kualitatif maupun kuantitatif konsisten dengan jumlah kegiatan fisik. Biasanya penderita
sendiri telah mengetahui bahwa kegiatan fisisk tertentu yang dilakukannya secara konsisten akan
menimbulkan derajat perasaan nyeri yang sama, yang juga berlangsung dalam waktu yang sama
sebelum menghilang karena penderita istirahat atau pemberian nitrogliserin
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan angiografi
Merupakan pemeriksaan pembuluh darah dengan menggunakan zat kontras
1. Kelainan kongenital
2. Perdarahan, dimaksudkan dengan perdarahan yang tidak dapat diketahui
asalnya, misal hematuria
3. Trauma, ada tidaknya robekan pada organ-organ tersebut atau robekan
pembuluh darah arteri
4. Kelainana pembuluh darah, stenosis, oklusi, diplesi, hemangioma dll
5. Pemeriksaan donor dan resipien pada transplantasi organ
Kontra indikasi :
Indikasi :
Angiografi koroner
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien-pasien yang tetap pada APS klas III-IV meskipun pulih telah
mendapat terapi yang cukup atau pasien-pasien dengan resiko tinggi tanpa mempertimbangkan
beratnya angina, serta pasien-pasien yang pulih dari serangan aritma ventrikel yang berat sampai
cardiac arrest, yang telah berhasil diatasi. Keterbatasan angiografi koroner misalnya adalah bahwa ia
tak dapat menentukan perubahan fungsi miokardium berdasarkan stenosis koroner yang ada dan
insensitif dalam menentukan adanya trombus
Pemeriksaan EKG
Angina pectoris tak stabil
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi resiko
pasien angina tak stabil adanya depresi segmen ST yang baru menunjukan
kemungkinan adanya iskhemik akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda
iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang non spesifik seperti
depresi segmen ST kurang dari 0.5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm,
tidak spesifik untuk iskhemik, dan dapat disebabkan karena hal lain.
Dikerjakan bila belum dapat dipastikan bahwa nyeri dada adalah non kardiak. Bila
angina tidak tipikal, maka EKG ini hanya positif 50% pasien. Kelainan EKG yang khas
masih sama yaitu perubahan ST-T yang sesuai dengan iskhemik miokardium. EKG
istirahat waktu sedang nyeri dada dapat menambah kemungkinan ditemukannya
kelainan yang sesuai dengan iskhemik sampai 50% .
Pemeriksaan LAB
Angina pectoris stabil
Beberapa pemeriksaan lab yang diperlukan disini : hemoglobin, hematokrit,
trombosis dan pemeriksaan terhadap faktor resiko koroner, seperti gula darah,
profil lipid, dan penanda inflamasi akut bila diperlukan yaitu bila nyeri dada cukup
berat dan lama seperti enzim-enzin troponin dll.
Pemeriksaan EKOKARDIOGRAFI
Angina pectoris tak stabil
Pemeriksaan ini tidak memberika data untuk diagnosis angiana tak stabil secara langsung. Tetapi bila
tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan
dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.
Diagnosis banding.
Hipertensi kronis
Idiopathic dilated cardiomyopathy
Valvular heart disease (misalnya, mitral regurgitation, aortic stenosis)
Cardiomyopathy lainnya (misalnya, sarcoidosis)
Arrhythmia (misalnya, atrial fibrillation)
Overload volume cairan yang disebabkan oleh kondisi noncardiac
Terapi farmakologis
Antiangina
Terdapat klasifikasi obat antiangina, yaitu :
Nitrat organic, yang merupakan sejenis ester alcohol polivalen dengan asam
nitrat, sedangkan nitrit organic merupakan ester alcohol dengan asam nitrit.
Lepas lambat
Preparat salep
Nitrogliserin 2 %
4-8 jam 4-6 jam
5-10 mcg/min
Lalu ditingkatkan
Efek samping : sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri serebral. Hipotensi
postural. Pentaeritritol tetranitrat akan menimbulkan rash.
Indikasi : angina pectoris (digunakan luas pada angina tidak stabil dan
diberikan dengan cara infuse IV), infark jantung dan gagal jantung kongestif.
Kontraindikasi β-blocker
Hipotensi
Bradikardia simtomatik
Blok AV derajat 2 – 3
Gagal jantung kongestif
Eksaserbasi serangan asma
Diabetes mellitus dengan episode hipoglikemia
Indikasi : angina varian, angina stabil kronik, angina tidak stabil, aritmia,
hipertensi, kardiomiopati hipertrofik, penyakit Raynaud, dan spasme serebral.
Trombolitik
Bekerja dengan cara melarutkan thrombus yang sudah terbentuk. Efek
samping yang timbul yaitu perdarahan internal, stroke baru, bradikardia,
aritmia, mual, muntah, dsb.
Streptokinase, mengaktivasi plasminogen dengan cara tidak
langsung yaitu dengan bergabung terlebih dahulu dengan
plasminogen untuk membentuk kompleks activator. Selanjutnya
kompleks tersebut mengkatalisis perubahan plasminogen bebas
menjadi plasmin.
Dosis : untuk infark miokard akut dosis totalnya 1.5 juta IU secara
infuse selama 1 jam. Untuk thrombosis vena akut, emboli paru dan
juga emboli, dosisnya 250.000 IU secara infuse selama 30 menit
diikuti dengan 100.000 IU/jam.
Terapi non-farmakologis
Revaskularisasi koroner
Aliran darah ke miokardium setelah suatu lesi aterosklerotik pada arteri koroner dapat
diperbaiki dengan operasi untuk mengalihkan aliran dari bagian yang mengalami
sumbatan dengan cangkok pintas, atau dengan meningkatkan aliran darah ke
miokardium pada lesi aterosklerotik dalam arteri koronaria. Cangkok pintas arteria
koronaria (Coronary Artery By-pass Graft, CABG) pertama kali dilakukan oleh
Favaloro pada tahun 1969. Namun pada tahun 1977, Gruentzig melakukan dilatasi
arteri koronaria tanpa operasi dengan suatu metode yang disebut angioplasty koroner
transluminal perkutaneus (percutaneous transluminal coronary angioplasty, PTCA).
Revaskularisasi bedah
Pembuluh standar yang dipakai dalam melakukan CABG adalah vena
safena magna tungkai dan arteria mamaria interna kiri (left internal mammary
artery, LIMA). Pada pencangkokan pintas vena safena, salah satu ujung vena ini
disambung ke aorta asenden dan ujung lain ditempelkan pada bagian pembuluh
darah yang terletak di sebelah distal sumbatan. Jadi saluran baru ini dibuat untuk
menghindari pembuluh darah yang mengalami penyempitan, sehingga darah
dapat mengalir ke miokardium yang bersangkutan. Jika dilakukan pencangkokan
menggunakan LIMA, ujung awal LIMA yang berasal dari arteria subclavia
biasanya tetap utuh dan ujung distalnya dipotong dan dianastomosiskan ke arteria
koronaria.
Pencegahan :
Metode pencegahan penyakit jantung koroner disebutkan dalam berbagai sumber termasuk
yang tercantum di bawah ini. Informasi pencegahan dikumpulkan dari berbagai sumber, dan
mungkin tidak akurat atau tidak lengkapTak satu pun dari metode-metode jaminan
pencegahan penyakit jantung koroner.
Kontrol tekanan darah
Kontrol kolesterol
Olahraga secara teratur
Bagus gizi
Berhenti merokok
Mengendalikan berat badan
Diet rendah lemak
Diet rendah lemak jenuh
Komplikasi
INFRAK MIOKARD : keadaan dimana terdapat penyempitan pembuluh darah koroner sehingga
menggangu aliran darah ke otot jantung dan menyebabkanya mengalami kerusakan / gangguan
fungsi.
STROKE ; Terjadinya penyumbatan pembuluh darah di otak.
GAGAL JANTUNG
EDEMA PULMONAL
DIABETES MILETUS
Prognosis.
Prognosis dan hasil dari penyakit jantung koroner sangat bervariasi tergantung pada seberapa cepat
didiagnosis dan diobati, hidup berdampingan penyakit, gaya hidup dan faktor lainnya.
Semua penderita penyakit jantung koroner berisiko tinggi untuk mendapatkan serangan jantung.
Prognosis penyakit jantung koroner tergantung pada kendali semua faktor risiko utama dan faktor
risiko tinggi, seperti kadar kolesterol tinggi, hipertensi, rokok, diabetes melitus termasuk juga
kegemukan.
Kendali faktor risiko yang dapat dikendalikan lainnya seperti kebiasan tidak aktif dan stres.
Bila kendali semua hal diatas buruk maka prognosis penyakit jantung koroner akan buruk,
keluhan nyeri dada akan menjadi lebih sering seiring dengan semakin tebalnya plak stabil di dinding
pembuluh darah koroner
risiko timbulnya serangan jantung menjadi meningkat.
Pada penderita paska angioplasti atau operasi pintas koroner, tanpa kendali faktor risiko maka
sumbatan koroner dapat terbentuk kembali.