Anda di halaman 1dari 4

BAB

PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, dibuat sediaan tablet dengan metode granulasi basah. Zat aktif yang
digunakan adalah ibuprofen. Ibuprofen merupakan golongan obat antiinflamasi non-steroid derivat asam
propionat yang mempunyai aktivitas analgesik dengan daya antiinflamasi tidak terlalu kuat.

Ibuprofen memiliki laju alir yang buruk sehingga digunakan metode granulasi basah, yaitu
pembuatan tablet dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah,
digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi tablet. Pembagian fase
luar dan fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam terdiri dari ibuprofen
sebagai zat aktif, laktosa sebagai zat pengisi, dan mucilago amili sebagai zat pengikat yang tahan terhadap
suhu tinggi dalam waktu lama karena peada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan dalam oven
untuk menghilangkan yang terdapat pada granul. Fase luar adalah zat eksipien yang berfungsi untuk
membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat pelincir dan zat eksipien lain. Eksipien yang digunakan
adalah Mg Stearat yang berfungs sebagai lubrikan, kemudian ada talk digunakan sebagai pelincir, dan
amprotab digunakan sebagai disintegran tablet.

Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal yang pertama yang harus dilakukan
adalah menggranulasi fase dalam. Setelah terbentuk massa yang dapat dikepal maka selanjutnya diayak
dengan mesh no.16. Granul yang terbentuk, selanjutnya dikeringkan dengan cara dimasukan ke dalam
oven pada suhu 50-60 0C selama 18-24 jam. Setelah proses pengeringan selesai, granul diayak dengan
menggunakan ayakan yang ukuran nya lebih kecil, agar ukuran granul menjadi lebih homogen.
Setelah itu, granul yang diperoleh kemudian ditimbang, dan dievaluasi. Evaluasi terhadap granul
ini dilakukan dengan menentukan bobot jenis, kecepatan aliran, kerapatan mampat, kandungan lembab,
kadar zat aktif granul dan derajat kehalusan granul.
Evaluasi bobot jenis menggunakan piknometer, untuk mengetahui massa suatu bahan per satuan
volume bahan tersebut maka didapatkanlah bobot jenis granul ibuprofen 1,0302 g/ml.
Untuk uji kecepatan aliram, jika granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat dari
granul dengan menggunakan metode corong, Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh
tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui
suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar
15gr serbuk ke dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta
tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan.
Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai kompresibilitas dari granul
dengan menggunakan alat tap density. Granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat,
kemudian dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan dan kemudian volume akhir nya dicatat.
Suatu granul yang baik memiliki nilai % kompresibilitas dibawah 20 %. Dari hasil pengujian dan
perhitungan, diperoleh nilai % kompresibilitas dari granul sebesar 7,8%. Nilai ini menunjukan bahwa
granul memiliki nilai kompresibilitas yang baik.
Evaluasi berikutnya adalah penentuan kandungan kelembaban dengan menggunakan alat
moisture balance untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam granul. Dari hasil pengujian
diperoleh % kadar air yang terkandung dalam granul sebesar 2,93%. Nilai ini menujukan bahwa granul
memiliki kadar air yang baik, karena batas maksimum kadar air untuk granul adalah 3%.
Evaluasi selanjutnya adalah mengukur derajat kehalusan granul dengan diayak dengan mesh 20.
Hasil yang diperoleh adalah 52,56% yang menunjukan bahwa granul tersebut kasar.
Evaluasi selanjutnya adalah penentuan kadar zat aktif tablet agar mengetahui batas rentang bobot
tablet yang akan dicetak maka diperoleh kadar zat aktif granul adalah . .. …… dan batas bobot tablet yang
akan dicetak adalah . . .
Setelah evaluasi granul dilakukan, granul dipersiapkan untuk dicetak. Pertama, granul
dicampurkan dengan fase luar yaitu Mg Stearat, talk dan amprotab. Fase luar dan granul dicampurkan dan
diaduk hingga homogen supaya distribusi fase luar merata dan homogen. Talkum dan Mg Stearat
berfungsi sebagai glidan dan lubrikan. Pengikat digunakan untuk mengikat fase luar dengan fase dalam
supaya dapat menyatu dan tercampur homogen. Lubrikan digunakan untuk menghilangkan gesekan/friksi
saat pengempaan dan penarikan kaplet ke luar cetakan. Glidan digunakan untuk memperbaiki laju alir
hasil campuran fase luar dengan granul (fase dalam) supaya memudahkan pengaliran granul saat
pencetakan.
Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi terhadap tablet meliputi uji organoleptic, keseragaman
ukuran, kekerasan tablet, friabilitas, keragaman bobot, dan uji disolusi.
Organoleptis dilakukan dengan mengamati tablet secara visual. Tablet yang diperoleh dari hasil
percobaan berbentuk bulat, berwarna putih dengan permukaan licin. Selain itu diukur keseragaman
ukuran yang meliputi diameter dan tebal tablet. Menurut FI III, diameter tablet tidak boleh lebih dari 3
kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet. Dari data percobaan diperoleh rata-rata tebal
tablet yaitu 12,02 mm dan diameter 3,3125 mm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa diameter tablet
memenuhi kriteria dalam farmakope karena tidak lebih dari 3x tebalnya dan tebal tablet tidak kurang dari
11/3.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui seberapa
keras tablet yang dihasilkan dari proses formulasi. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah
kerusakan fisik selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi. Namun kekerasannnya harus
berada pada batas yang telah ditentukan. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet,
bentuk dan waktu hancur tablet. Diperoleh rata-rata dari kekerasan tablet sebesar 87,89 N menunjukan
tablet memiliki kekerasan yang baik.

Selanjutnya, pengujian friabilitas. Uji friabilitas digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet
terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan jenis pengikat dan distribusi
pengikat dalam tablet. Dalam friabilitas, yang dipengaruhi adalah daya ikat eksternal tablet. Pengikat
yang efektivitasnya tinggi akan memberikan % friabilitas yang rendah karena pengikat tersebut akan
mengikat kuat massa tablet sehingga massa yang lepas dari tablet akan lebih sedikit. Menurut Ansel
persyaratan % friabilitas yang baik yaitu <1%. Hasil yang diperoleh friabilitas yang didapatkan adalah
5%, tidak adanya daya ikat eksternal pada tablet.

Kemudian uji keragaman bobot, untuk mengetahui kadar zat aktif dalam tablet maka diperoleh
hasil 51,9 % hasil ini tidak sesuai dengan literature dimana kadar zat aktif pada tablet ibuprofen adalah
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.

Selanjutnya, dilakukan uji disolusi tablet ibuprofen dengan medium dapar fosfat pH 7,2 selama
60 menit. Uji disolusi menjadi sangat penting karena berpengaruh terhadap kecepatan dan besarnya
ketersediaan zat aktif didalam tubuh. Dari hasil yang diperoleh pada menit ke 5 sampai dengan menit ke
45 kadar zat aktif terus meningkat, kemudian setelah memasuki menit ke 50 kadar zat aktif mulai
menurun, hal ini menunjukan zat aktif memasuki keadaan jenuh.
BAB VI

KESIMPULAN

- Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan
eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab
yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, kemudian diberi tambahan fase luar,
Sselanjutnya digranulasi kembali dan dicetak.
- Uji evaluasi yang dilakukan pada granul, yaitu : bobot jenis, kerapatan mampat, kandungan
lembab, kadar zat aktif granul, dan derajat kehalusan granul.
- Uji evaluasi yang dilakukan pada tablet, yaitu : uji organoleptic, keseragaman ukuran, kekerasan
tablet, friabilitas, keragaman bobot, dan uji disolusi.

Anda mungkin juga menyukai