Mimma Amalia, Layyin Nadiya Rosyida, Moch Soleh Mudzakir, Rini Puji Astutik, dan
Annes Widya Candra Prastika
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Menurut Arsyad air
merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan, dan tanaman yaitu
sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga keperluan lainnya (Arsyad, 1989).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa
kebutuhan air rata-rata untuk 1 orang ialah 60 L/ hari untuk segala keperluannya. Kebutuhan
akan air tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk.
Masalah yang berkaitan dengan sumber daya air ialah jumlah air yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan dan kualitas air yang semakin hari semakin menurun.
Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah
tangga. Dampak dari menurunnya kualitas air akan menyebabkan timbulnya gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup. Penurunan kualitas air tidak hanya diakibatkan
oleh limbah industri, akan tetapi juga disebabkan oleh limbah rumah tangga yang dapat
berupa limbah cair maupun limbah padat. Limbah-limbah tersebut dibuang ke saluran air,
yang beberapa saluran air akan bermuara ke sungai. Apabila hal ini terus dilakukan maka air
yang terdapat di dalam sungai akan tercemar oleh limbah-limbah tersebut dan menurunkan
kualitas air yang terdapat pada sungai tersebut.
Sungai merupakan aliran air yang mengalir dari hulu menuju ke hilir. Biasanya sungai
digunakan sebagai sumber irigasi, pembangkit listrik, tempat pelestarian ikan, dan lokasi
wisata. Oleh karena itu, air yang terdapat dalam sungai tidak boleh mengalami penurunan
kualitas karena apabila kualitas air dalam sungai menurun maka sungai tersebut tidak akan
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Sungai yang berada di Jalan Joyomulyo
merupakan sungai yang digunakan untuk tempat pelestarian ikan. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya keramba pada sungai tersebut. Keramba merupakan keranjang atau kotak dari bilah
bambu yang digunakan untuk membudidayakan ikan. Keramba umumnya ditempatkan di
sungai sehingga air sungai dapat mengalir melewati keramba dan senantiasa bersikulasi
mengikuti arus air. Artikel ini akan membahas tentang air yang terdapat pada sungai di Jalan
Joyomulyo, dan akan disimpulkan apakah air yang terdapat pada sungai yang terdapat di
Jalan Joyomulyo layak untuk digunakan sebagai tempat pelestarian ikan.
METODE
Alat
Alat yang digunakan ialah termometer, beaker glass, turbidimeter set, kuvet,
oven, neraca analitik, desikator, lampu spiritus, kaki tiga, kasa asbes, gelas ukur, pH
meter, buret, statif, klem buret, erlenmeyer, pipet takar, pipet tetes, pipet ukur, botol
Winkler, refluks, hot plate, spektronik-20 D, labu ukur, dan kertas saring.
Bahan
Penetapan Kekeruhan
Tetapkan berat kertas saring dengan prosedur yang sama untuk cawan
penguapan pada penetapan total padatan. Setalah berat kertas saring diketahui
kemudian 50 mL sampel air diambil dan disaring dengan kertas saring yang telah
diketahui beratnya. Kemudian keringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan
tersaring dalam oven pada suhu ± 103℃ - 105℃ selama 1 jam. Setelah 1 jam ambil
kertas saring tersebut dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin kertas saring
tersebut kemudian ditimbang.
(A − B)x 100
𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐮𝐬𝐩𝐞𝐧𝐬𝐢 = mg/liter
mL contoh sampel
Penetapan pH Air
1000
Kadar CO2 (mg/L) = 𝑉mL sampel air × VmL NaOH × NNaOH × 44 mg/mmol
Siapkan botol Winkler 125 mL, kemudian cuci dan bersihkan hingga tidak ada
pengotor yang menempel. Kemudian isilah botol Winkler dengan air sampel hingga
penuh, lalu tutuplah pelan-pelan dan jaga jangan sampai terdapat gelembung udara.
Setelah itu buka tutup botol dan tambahkan 1 mL larutan MnSO4 50% dengan pipet.
Lalu tambahkan 1 mL larutan NaOH + KI dan tutup pelan-pelan hingga tidak ada
gelembung udara didalamnya. Kemudian kocoklah botol tersebut dengan membolak
balikkan botol tersebyt dan biarkan selama ± 10 menit. Setelah itu pindahkan semua
larutan dalam botol ke dalam erlenmeyer 250 mL dan tambahkan dengan 4 mL
larutan H2SO4 hingga semua endapan larut dan biarkan ± 5 menit. kemudian titrasi
larutan tersebut dengan larutan baku Na2S2O3 0,01 n sampai timbul warna kuning
muda, kemudian tambahkan dengan 5 tetes indikator amilum dan lanjutkan titrasi
hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna. Kemuadian catat
volume Na2S2O3 yang digunakan.
1000 × V1 × Nthio
Kadar Oksigen Terlarut = × 8
(V2 −2)
100 mL sampel air diambil lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250
mL. Kemudian sampel air tersebut ditambah dengan 5 mL H2SO4 4 N dan dipanaskan
hingga hampir mendidih. Setelah itu masukkan 10 mL larutan KMnO4 0,01 N dan
didihkan selama ± 10 menit. Jika selama dididihkan warna merah muda hilang, maka
tambahkan lagi 10 mL larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda tidak
hilang. Kemudian tambahkan 10 mL larutan asam oksalat dan titrasi segera dengan
larutan KMnO4 0,01 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda yang konstan. Kemudian catat volume KMnO4 0,01 N yang diperlukan.
1000
Angka KMnO4 = mL sampel air × [(a + b)f − 10] × 0,01 × 31,6
1000
Kadar COD (mg/L) = × |A − B| × N× 8
Volume sampel
B = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi sampel air
100 mL sampel air dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, kemudian
ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10. Apabila larutan
dalam erlenmeyer keruh, maka ditambah dengan 1 mL larutan KCN 10%. Kemudian
larutan tersebut ditambah dengan 50 mg indikator EBT dan dititrasi dengan larutan
EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Catat volume
EDTA ynag digunakan untuk titrasi.
1000 1
𝐤𝐞𝐬𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = x𝑎x
100 28
1000 1
𝐤𝐞𝐬𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐂𝐚𝟐+ = x𝑏x
100 28
5 buah labu ukur disiapkan, 4 buah labu untuk larutan standar dan 1 buah labu
untuk pembuatan blanko. Masing-masing labu tersebut diisi dengan larutan induk
nitrit, sehingga setelah pengenceran akan diperoleh konsentrasi nitritnya 0,1; 0,2; 0,4;
0,6; dan 0,8 ppm. Kemudian kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 50 mg
pereaksi nitrit, setelah itu diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Lalu larutan
tersebut dibiarkan selama 10 menit dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 512 nm. Untuk pengukuran sampel, sampel air yang akan diukur nitritnya
diambil sebanyak 10 mL kemudian ditambah dengan 50 mg pereaksi nitrit dan
diencerkan hingga tanda batas. Lalu larutan tersebut didiamkan selama 10 menit dan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 512 nm.
5 buah labu ukur 50 mL disiapkan, 4 buah labu untuk pembuatan standar dan
1 buah labu untuk pembuatan blanko. Kemudian pipet 0,5; 1; 2; 2,5 mL larutan induk
Fe ke dalam masing-masing labu ukur dan tambahkan 0,5 mL larutan hidroksilamin
hidrolkorida 10% pada masing-masing labu dan biarkan 1-2 menit. Setelah itu
tambahkan 2 mL larutan 1,10-fenanantrolin, dan 10 tetes larutan natrium asetat 2 M.
Kemudian encerkan hingga tanda batas. Untuk persiapan sampel langkah-langkahnya
sama dengan persiapan larutan standar. Setelah semua larutan siap, kemudian larutan
tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm.
HASIL
(A − B)x 100
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧 = mg/liter
mL contoh sampel
0,056 x 100
Total padatan = mg/liter
50
0,002x 100
Residu tersuspensi = mg/liter
50
0,053x 100
Residu tersuspensi = mg/liter
50
0,055x 100
Residu tersuspensi total = mg/liter
50
Penetapan pH Air
1000
= 100 mL × 3,9 mL × 0,001 mmol/mL × 44 mg/mmol
= 1,716 mg/mL
Lokasi Rerata mL
Kadar Oksigen
Thiosulfat
Terlarut
Sungai Jl. Joyomulyo 56,5 mL 36,7 g/L atau 36,7 x 103 mg/L
(Minggu Pagi)
1000 × V1 × Nthio
Kadar Oksigen Terlarut = × 8
(V2 −2)
Perhitungan DO 0 hari,
1000 × 𝑉1 × 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
Kadar Oksigen Terlarut (DO) (mg/L) = ×8
( 𝑉2 − 2 )
= 73,5 mg/L
Perhitungan DO 5 hari
1000 × 𝑉1 × 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
Kadar Oksigen Terlarut (DO) (mg/L) = ×8
( 𝑉2 − 2 )
= 0,3 mg/L
Perhitungan BOD 5 hari
BOD (mg/L) = (DO0 hari – DO5 hari)
= 73,2 mg/L
= 20 mL
1000
Angka KMnO4 = mL sampel air × [(a + b)f − 10] × 0,01 × 31,6
Dimana:
1000
Angka KMnO4 = mL sampel air × [(a + b)f − 10] × 0,01 × 31,6
1000
Angka KMnO4 = 100 mL × [(3 mL + 1,5 mL)0,5 mL − 10] × 0,01 × 31,6
= 3,95 mg/L KMnO4
1000
Kadar COD (mg/L) = × |A − B| × N× 8
Volume sampel
Keterangan
B = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi sampel air
1000
Kadar COD = × |11,1 − 10,4| × 0,25 N× 8
10 mL
10
𝑓1 =
𝑚𝐿 𝐸𝐷𝑇𝐴
10
𝑓1 =
6,7
𝑓1 = 1,493
Faktor (EDTA.EBT)
10
𝑓2 =
𝑚𝐿 𝐸𝐷𝑇𝐴
10
𝑓2 =
8,35
𝑓1 = 1,198
1. Kesadahan total
1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = x𝑎x
100 28
1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = x 8,45 x
100 28
2. Kesadahan Ca2+
1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+ = x𝑏x
100 28
1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+ = x 5,2 x
100 28
3. Kesadahan Mg2+
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+ = 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+ = 30,178 − 18,571
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN