Anda di halaman 1dari 15

JUDUL

Mimma Amalia, Layyin Nadiya Rosyida, Moch Soleh Mudzakir, Rini Puji Astutik, dan
Annes Widya Candra Prastika

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang

ABSTRAK (panjang abstrak 50-75 kata dengan spasi tunggal)

Kata kunci (jumlahnya 3-5 kata)

PENDAHULUAN

Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Menurut Arsyad air
merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan, dan tanaman yaitu
sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga keperluan lainnya (Arsyad, 1989).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa
kebutuhan air rata-rata untuk 1 orang ialah 60 L/ hari untuk segala keperluannya. Kebutuhan
akan air tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk.

Masalah yang berkaitan dengan sumber daya air ialah jumlah air yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan dan kualitas air yang semakin hari semakin menurun.
Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah
tangga. Dampak dari menurunnya kualitas air akan menyebabkan timbulnya gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup. Penurunan kualitas air tidak hanya diakibatkan
oleh limbah industri, akan tetapi juga disebabkan oleh limbah rumah tangga yang dapat
berupa limbah cair maupun limbah padat. Limbah-limbah tersebut dibuang ke saluran air,
yang beberapa saluran air akan bermuara ke sungai. Apabila hal ini terus dilakukan maka air
yang terdapat di dalam sungai akan tercemar oleh limbah-limbah tersebut dan menurunkan
kualitas air yang terdapat pada sungai tersebut.

Sungai merupakan aliran air yang mengalir dari hulu menuju ke hilir. Biasanya sungai
digunakan sebagai sumber irigasi, pembangkit listrik, tempat pelestarian ikan, dan lokasi
wisata. Oleh karena itu, air yang terdapat dalam sungai tidak boleh mengalami penurunan
kualitas karena apabila kualitas air dalam sungai menurun maka sungai tersebut tidak akan
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Sungai yang berada di Jalan Joyomulyo
merupakan sungai yang digunakan untuk tempat pelestarian ikan. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya keramba pada sungai tersebut. Keramba merupakan keranjang atau kotak dari bilah
bambu yang digunakan untuk membudidayakan ikan. Keramba umumnya ditempatkan di
sungai sehingga air sungai dapat mengalir melewati keramba dan senantiasa bersikulasi
mengikuti arus air. Artikel ini akan membahas tentang air yang terdapat pada sungai di Jalan
Joyomulyo, dan akan disimpulkan apakah air yang terdapat pada sungai yang terdapat di
Jalan Joyomulyo layak untuk digunakan sebagai tempat pelestarian ikan.

METODE

Pengambilan sampel air dilakukan di sungai yang berada di Jalan Joyomulyo,


kelurahan Merjosari, Kota Malang. Pengambilan sampel dilakukan pada minggu pagi dengan
1 titik pengambilan sampel. Parameter yang diukur ialah pemeriksaan temperatur, penetapan
kekeruhan, penetapan total padatan, penetapan residu tersuspensi, penetapan pH air,
penetapan kadar CO2 terlarut, penetapan kadar oksigen terlarut, penetapan kebutuhan oksigen
biokimia, penetapan kandungan bahan organik, penetapan kadar chemical oxygen demand,
penetapan kesadahan air, penetapan kadar nitrit, dan penetapan kadar besi.

Alat

Alat yang digunakan ialah termometer, beaker glass, turbidimeter set, kuvet,
oven, neraca analitik, desikator, lampu spiritus, kaki tiga, kasa asbes, gelas ukur, pH
meter, buret, statif, klem buret, erlenmeyer, pipet takar, pipet tetes, pipet ukur, botol
Winkler, refluks, hot plate, spektronik-20 D, labu ukur, dan kertas saring.

Bahan

Sampel air, larutan standar 0 NTU, larutan standar 40 NTU, buffer pH 4,


buffer pH 7, buffer pH 10, larutan standar NaOH 0,001 N, indikator pp, larutan
MnSO4 50%, indikator amilum, larutan H2SO4 4 N, larutan Na2S2O3 0,01 N, larutan
NaOH+KI, larutan KMnO4 0,01 N, larutan asam oksalat 0,01 N, larutan K2Cr2O7 0,25
N, indikator ferroin, larutan H2SO4 pekat berisi Ag2SO4, larutan garam Mohr, kristal
merkuri sulfat, larutan EDTA, indikator EBT, indikator Maurexide, larutan KCN
10%, larutan buffer pH 12, larutan standar kalsiium, larutan baku nitrit, asam
sulfanitalt, 1-naftilamin, natrium asetat, FeCl3 10-3 dalam HCl 0,5 M, 1,10-fenantrolin
0,3%, dan hidroksilamin hidroklorida 10%.
Penetapan Temperatur

Termometer yang akan digunakan untuk mengukur temperatur air sampel


dipersiapkan terlebih dahulu. Lalu ukur temperatur sampel dan niali yang diperoleh
dicatat.

Penetapan Kekeruhan

Peralatan turbidimeter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan


larutan standar. Lalu larutan standar 0 NTU dimasukkan ke dalam photo sel
turbidimeter dan tekan tombol test, bila angka pada layar tidak menunjukkan angka 0
maka putar tombol zero hingga menunjukkan angka 0. Selanjutnya larutan standar 0
NTU diganti dengan larutan standar 40 NTU dan ditekan tombol test, apabila pada
layar tidak menujukkan angka 40 NTU maka putar tombol CAL hingga menunjukkan
angka 40 NTU. Kemudian untuk pengukuran sampel, sampel air diambil secukupnya
lalu dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh dan jangan sampai ada gelembung
udara. Kemudian tekan tombol test dan dibaca harga kekeruhannya.

Penetapan Total Padatan

Furnace diatur pada suhu 550℃ kemudian cawan penguapan dimasukkan ke


dalamnya dan didiamkan selama ± 1 jam. Setelah 1 jam kemudian diambil
menggunakan tang krusibel dan didinginkan dalam desikator. Lalu timbang dan
disimpan dalam desikator sampai siap digunakan. Setelah semua bahan siap, tuang ±
50 mL sampel air ke dalam cawan penguapan dan diuapkan hingga habis. Setelah
diuapkan hingga habis, keringkan cawan + sampel air yang telah diuapkan dalam
oven pada temperatur ± 103℃ - 105℃ selama 1 jam. Setelah 1 jam ambil cawan
tersebut dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin cawan tersebut kemudian
ditimbang.
(A − B)x 100
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧 = mg/liter
mL contoh sampel

A = berat sampel yang dikeringkan+ cawan

B = berat cawan kosong


Penetapan Residu Tersuspensi

Tetapkan berat kertas saring dengan prosedur yang sama untuk cawan
penguapan pada penetapan total padatan. Setalah berat kertas saring diketahui
kemudian 50 mL sampel air diambil dan disaring dengan kertas saring yang telah
diketahui beratnya. Kemudian keringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan
tersaring dalam oven pada suhu ± 103℃ - 105℃ selama 1 jam. Setelah 1 jam ambil
kertas saring tersebut dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin kertas saring
tersebut kemudian ditimbang.

(A − B)x 100
𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐮𝐬𝐩𝐞𝐧𝐬𝐢 = mg/liter
mL contoh sampel

A = berat sampel yang dikeringkan + kertas saring

B = berat kertas saring

Penetapan pH Air

pH meter sebelum digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu. Setelah


pH meter dikalibrasi, kemudian larutan sampel yang akan diukur pH nya dimbil
secukupnya. Lalu celupkan elektroda pH meter pada sampel air dan ukur pHnya.

Penetapan Kadar CO2 Terlarut

Labu erlenmeyer disiapkan, kemudian masukkan 100 mL sampel air ke dalam


labu erlenmeyer dan segera ditetesi dengan indikator pp. Jika timbul warna merah
berarti kandungan CO2 tidak ada dan apabila tidak timbul warna merah, maka sampel
air mengandung CO2. Kemudian titirasi sampel air yang mengandung CO2 dengan
larutan NaOH 0,001 N hingga terjadi perubahan warna larutan dari tidak berwarna
menjadi pink. Kemudian catat volume NaOH yang digunakan.

1000
Kadar CO2 (mg/L) = 𝑉mL sampel air × VmL NaOH × NNaOH × 44 mg/mmol

Penetapan Kadar Oksigen Terlarut

Siapkan botol Winkler 125 mL, kemudian cuci dan bersihkan hingga tidak ada
pengotor yang menempel. Kemudian isilah botol Winkler dengan air sampel hingga
penuh, lalu tutuplah pelan-pelan dan jaga jangan sampai terdapat gelembung udara.
Setelah itu buka tutup botol dan tambahkan 1 mL larutan MnSO4 50% dengan pipet.
Lalu tambahkan 1 mL larutan NaOH + KI dan tutup pelan-pelan hingga tidak ada
gelembung udara didalamnya. Kemudian kocoklah botol tersebut dengan membolak
balikkan botol tersebyt dan biarkan selama ± 10 menit. Setelah itu pindahkan semua
larutan dalam botol ke dalam erlenmeyer 250 mL dan tambahkan dengan 4 mL
larutan H2SO4 hingga semua endapan larut dan biarkan ± 5 menit. kemudian titrasi
larutan tersebut dengan larutan baku Na2S2O3 0,01 n sampai timbul warna kuning
muda, kemudian tambahkan dengan 5 tetes indikator amilum dan lanjutkan titrasi
hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna. Kemuadian catat
volume Na2S2O3 yang digunakan.

1000 × V1 × Nthio
Kadar Oksigen Terlarut = × 8
(V2 −2)

V1 = volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi


V2 = volume sampel air yang diperiksa
Nthio = konsentrasi larutan Na2S2O3

Penetapan Kebutuhan Oksigen Biokimia

Siapkan botol Winkler untuk DO 5 hari. Kemudian masukkan 500 mL sampel


air ke dalam beaker glass 750 mL dan aerasi sampel tersebut selama ± 2 menit.
Kemudian isilah botol Winkler dengan air sampel hingga pennuh, lalu tutuplah pelan-
pelan dan jaga jangan sampai terdapat gelembung udara. Kemudian botol Winkler
tersebut dimpan selama 5 hari dalam tempat yang gelap dan tanpa perlakuan apapun.

BOD (mg/L) = DO0 hari- DO5 hari

Penetapan Kandungan Bahan Organik

100 mL sampel air diambil lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250
mL. Kemudian sampel air tersebut ditambah dengan 5 mL H2SO4 4 N dan dipanaskan
hingga hampir mendidih. Setelah itu masukkan 10 mL larutan KMnO4 0,01 N dan
didihkan selama ± 10 menit. Jika selama dididihkan warna merah muda hilang, maka
tambahkan lagi 10 mL larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda tidak
hilang. Kemudian tambahkan 10 mL larutan asam oksalat dan titrasi segera dengan
larutan KMnO4 0,01 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda yang konstan. Kemudian catat volume KMnO4 0,01 N yang diperlukan.

1000
Angka KMnO4 = mL sampel air × [(a + b)f − 10] × 0,01 × 31,6

Penetapan Kadar Chemical Oxygen Demand

10 mL sampel air dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bersih, kemudian


ditambah dengan 0,2 g kristal merkuri sulfat. Setelah itu sampel air tersebut ditambah
dengan 25 mL larutan K2Cr2O7 0,25 N, lalu ditambah dengan 20 mL larutan H2SO4
pekat. Setelah semua penambahan selesai, kemudian larutan tersebut dipanaskan
selama ± 2 jam mendidih. Setelah 2 jam mendidih kemudian dinginkan dan ditambah
dengan akuades sebanyak 50 mL, lalu ditambahkan 3 tetes indikator ferroin. Setelah
itu larutan tersebut dititrasi dengan larutan ferro amonium sulfat (FAS) 0,25 N hingga
terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah. Kemusdian catat volume ferro
amonium sulfat yang digunakan untuk titrasi.

1000
Kadar COD (mg/L) = × |A − B| × N× 8
Volume sampel

A = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi blanko

B = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi sampel air

N = Normalitas ferro ammonium sulfat

8 = Berat ekivalen oksigen

Penetapan Kesadahan Air

Penetapan Kesadahan Total

100 mL sampel air dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, kemudian
ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10. Apabila larutan
dalam erlenmeyer keruh, maka ditambah dengan 1 mL larutan KCN 10%. Kemudian
larutan tersebut ditambah dengan 50 mg indikator EBT dan dititrasi dengan larutan
EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Catat volume
EDTA ynag digunakan untuk titrasi.

Penetapan Kesadahan Ca2+


100 mL sampel air dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, kemudian
ditambah dengan 1 mL larutan buffer pH 12. Apabila larutan dalam erlenmeyer keruh,
maka ditambah dengan 1 mL larutan KCN 10%. Kemudian larutan tersebut ditambah
dengan 50 mg indikator Maurexide dan dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi ungu. Catat volume EDTA yang
digunkan untuk titrasi.

1000 1
𝐤𝐞𝐬𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = x𝑎x
100 28
1000 1
𝐤𝐞𝐬𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐂𝐚𝟐+ = x𝑏x
100 28

𝐤𝐞𝐬𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐌𝐠 𝟐+ = kesadahan total − kesadahan Ca2+

Penetapan Kadar Nitrit

5 buah labu ukur disiapkan, 4 buah labu untuk larutan standar dan 1 buah labu
untuk pembuatan blanko. Masing-masing labu tersebut diisi dengan larutan induk
nitrit, sehingga setelah pengenceran akan diperoleh konsentrasi nitritnya 0,1; 0,2; 0,4;
0,6; dan 0,8 ppm. Kemudian kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 50 mg
pereaksi nitrit, setelah itu diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Lalu larutan
tersebut dibiarkan selama 10 menit dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 512 nm. Untuk pengukuran sampel, sampel air yang akan diukur nitritnya
diambil sebanyak 10 mL kemudian ditambah dengan 50 mg pereaksi nitrit dan
diencerkan hingga tanda batas. Lalu larutan tersebut didiamkan selama 10 menit dan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 512 nm.

Penetapan Kadar Besi

5 buah labu ukur 50 mL disiapkan, 4 buah labu untuk pembuatan standar dan
1 buah labu untuk pembuatan blanko. Kemudian pipet 0,5; 1; 2; 2,5 mL larutan induk
Fe ke dalam masing-masing labu ukur dan tambahkan 0,5 mL larutan hidroksilamin
hidrolkorida 10% pada masing-masing labu dan biarkan 1-2 menit. Setelah itu
tambahkan 2 mL larutan 1,10-fenanantrolin, dan 10 tetes larutan natrium asetat 2 M.
Kemudian encerkan hingga tanda batas. Untuk persiapan sampel langkah-langkahnya
sama dengan persiapan larutan standar. Setelah semua larutan siap, kemudian larutan
tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm.
HASIL

Lokasi Temperature Kekeruhan Total padatan Residu Tersuspensi


(°C) (NTU) (mg/L) (mg/L)
Joyomulyo - 10,6 NTU 0,112 Pada kertas saring =
Merjosari 0,004 gram

Pada beaker glass =


0,106 gram

Total = 0,11 gram

Penetapan total padatan

(A − B)x 100
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧 = mg/liter
mL contoh sampel

(63,726 − 63,670)x 100


Total padatan = mg/liter
50

0,056 x 100
Total padatan = mg/liter
50

Total padatan = 0,112 mg/liter

Penetapan residu tersuspensi

a. Pada kertas saring


(A − B)x 100
𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐮𝐬𝐩𝐞𝐧𝐬𝐢 = mg/liter
mL contoh sampel

(0,445 − 0,443)x 100


Residu tersuspensi = mg/liter
50

0,002x 100
Residu tersuspensi = mg/liter
50

Residu tersuspensi = 0,004 mg/liter


b. Pada beaker glass
(A − B)x 100
𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐮𝐬𝐩𝐞𝐧𝐬𝐢 = mg/liter
mL contoh sampel

(0,649 − 0,596)x 100


Residu tersuspensi = mg/liter
50

0,053x 100
Residu tersuspensi = mg/liter
50

Residu tersuspensi = 0,106 mg/liter

Residu tersuspensi total (beaker glass + kertas saring)

(A − B)beaker + (A − B)kertas saring x 100


𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐮𝐬𝐩𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = mg/liter
mL contoh sampel

(0,053 − 0,002)x 100


Residu tersuspensi total = mg/liter
50

0,055x 100
Residu tersuspensi total = mg/liter
50

Residu tersuspensi total = 0,11 mg/liter

Penetapan pH Air

No. Lokasi Temperatur (℃ ) pH Air


1. Jl. Joyomulyo – Minggu Pagi 7,271

Penetapan Kadar CO2 Terlarut

Lokasi Volume NaOH Rerata volume NaOH


Jl. Joyomulyo minggu pagi 1. 4,0 mL 3,9 mL
2. 3,7 mL
3. 4,0 mL
1000
Kadar CO2 (mg/L) = 𝑉mL sampel air × VmL NaOH × NNaOH × 44 mg/mmol

1000
= 100 mL × 3,9 mL × 0,001 mmol/mL × 44 mg/mmol

= 1,716 mg/mL

Penetapan Kadar Oksigen Terlarut (DO)

Lokasi Rerata mL
Kadar Oksigen
Thiosulfat
Terlarut

Sungai Jl. Joyomulyo 56,5 mL 36,7 g/L atau 36,7 x 103 mg/L
(Minggu Pagi)

1000 × V1 × Nthio
Kadar Oksigen Terlarut = × 8
(V2 −2)

1000 × 56,5 mL × 0,01 N


= × 8
(125−2)

= 36,7 g/L atau 36,7 x 103 mg/L

Penetapan Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Lokasi Volume Volume Keterangan


Na2S2O3 (mL) Botol Winkler
Jl. Joyomulyo 113 mL 0 hari
125 mL
(minggu pagi) 0,5 mL 5 hari

Perhitungan kadar oksigen terlarut (DO)


1000 × 𝑉1 × 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
Kadar Oksigen Terlarut (DO) (mg/L) = ×8
( 𝑉2 − 2 )
Dimana,
V1 = volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi
V2 = volume sampel air yang diperiksa
Nthio = konsentrasi larutan Na2S2O3

Perhitungan DO 0 hari,
1000 × 𝑉1 × 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
Kadar Oksigen Terlarut (DO) (mg/L) = ×8
( 𝑉2 − 2 )

1000 × 113 𝑚𝐿 × 0,01 𝑁


= ×8
( 125 − 2 )

= 73,5 mg/L
Perhitungan DO 5 hari
1000 × 𝑉1 × 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
Kadar Oksigen Terlarut (DO) (mg/L) = ×8
( 𝑉2 − 2 )

1000 × 0,5 𝑚𝐿 × 0,01 𝑁


= ×8
( 125 − 2 )

= 0,3 mg/L
Perhitungan BOD 5 hari
BOD (mg/L) = (DO0 hari – DO5 hari)

= (73,5 mg/L – 0,3 mg/L)

= 73,2 mg/L

Penetapan Kandungan Bahan Organik (TOC)

Analisa Sampel Air yang Diperiksa


No Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna
1 Air Sungai Di Jl. 1. 1,5 ml Dari bening berubah
Joyomulyo(Minggu 2. 1,5 ml menjadi warna merah muda
Pagi) Vol rata rata= 1,5 ml
Faktor Koreksi KMnO4 0,01N

No Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna


1 Air Sungai Di Jl. 1. 0,5 ml Dari bening berubah
Joyomulyo(Minggu 2. 0,5 ml menjadi warna merah
Pagi) Vol rata-rata = 0,5 ml muda

1. Penetapan Kandungan Bahan Organik (TOC)


Factor ketelitian :
10
a. f =
c
10
=
0,5 mL

= 20 mL

2. Perhitungan kandungan zat organik

1000
Angka KMnO4 = mL sampel air × [(a + b)f − 10] × 0,01 × 31,6

Dimana:

a = volume KMnO4 0,01 N yang ditambahkan selama dididihkan

b = volume KMnO4 0,01 N yang terpakai dalam titrasi

f = faktor koreksi KMnO4 0,01 N

31,6 = berat ekivalen KMnO4

1000
Angka KMnO4 = mL sampel air × [(a + b)f − 10] × 0,01 × 31,6

1000
Angka KMnO4 = 100 mL × [(3 mL + 1,5 mL)0,5 mL − 10] × 0,01 × 31,6
= 3,95 mg/L KMnO4

Penetapan Kadar Chemical Oxygen Demand (COD)

NO Lokasi Rerata mL [NH4)2Fe(SO4)2] 0,25N


1 Jl. Joyomulyo-Minggu Pagi 10,4 mL
2 Blanko 11,1 mL

1000
Kadar COD (mg/L) = × |A − B| × N× 8
Volume sampel

Keterangan

A = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi blanko

B = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi sampel air

N = Normalitas ferro ammonium sulfat

8 = Berat ekivalen oksigen

1000
Kadar COD = × |11,1 − 10,4| × 0,25 N× 8
10 mL

Kadar COD = 100 × 0,7 × 0,25 × 8

Kadar COD = 140 mg/L

Penetapan Kesadahan Air

No. Lokasi Rerata mL Kesadahan Kesadahan Kesadahan


EDTA total Ca2+ Mg2+
1. Joyomulyo, Va = 8,45 30,178 18,571 11,607
Kelurahan Vb = 5,2
Merjosari, Kota
Malang
Faktor (EDTA.EBT)

10
𝑓1 =
𝑚𝐿 𝐸𝐷𝑇𝐴

10
𝑓1 =
6,7

𝑓1 = 1,493

Faktor (EDTA.EBT)

10
𝑓2 =
𝑚𝐿 𝐸𝐷𝑇𝐴

10
𝑓2 =
8,35

𝑓1 = 1,198

1. Kesadahan total
1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = x𝑎x
100 28

1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = x 8,45 x
100 28

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 30,178

2. Kesadahan Ca2+
1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+ = x𝑏x
100 28

1000 1
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+ = x 5,2 x
100 28

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+ = 18,571

3. Kesadahan Mg2+
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+ = 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑎2+
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+ = 30,178 − 18,571

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+ = 11,607

PEMBAHASAN

SIMPULAN

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai