Anda di halaman 1dari 16

http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/02/askep-campak.html?

m=1

Nissa Anagh Uchil

MONDAY, 2 FEBRUARY 2015

ASKEP CAMPAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Morbili (campak) adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virusyang belum ada obatnya dan apabila
tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya maka akan mengakibatkankomplikasi dalam tubuh,
sehingga peranan keperawatan dalam penanggulangan morbili di RS penting untuk mengurangi resiko
penderita penyakit.

Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan promotif, preventif, kreatif dan rehabilitative.
Promotif adalah member penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit morbili dan
penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya morbili adalah merubah kebiasaan
sehari-hari yaitu menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup sehat.

Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang lebih dri 10-20 hari da kemudian timbul
gejala-gejala.

Walaupun campak tidak umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan
antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat
mencolok

Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka tersebut jauh lebih
rendah disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada
anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden
campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun pada ssemua
umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada
golongan umur 5-14 tahun relative landai.

Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah kasus
dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15
tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya
adalah manusia.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Campak disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang
anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak dengan
keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau berpotensi
menyebabkan kematian.

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama
tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan
mata merah. ( WHO )

Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella. Campak adalah
penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan
stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus ini
terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan
melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.

B. Etiologi

Etiologi campak adalah virus RNA dari famili paramikoviridae, genus morbili virus. Hanya 1 tipe antigen
yang diketahui. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus
ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya
34 jam dalam suhu kamar.

Virus Campak dapat diisolasi dalam biakan emrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus, perubahan
sitopatik, tampak dalam 5 – 10 hari, terdiri dari sel raksasa multi nudeus dengan 1 nukleusi intra nudear.
Anti bodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam.muncul. (Richard E. Behrman: 1999).

C. Patofisiologi

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi mulai saat orang
yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat
masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh
viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar
ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang
memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-
kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di
seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di
secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5
sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus
berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama
beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak
yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam.
Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian
karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel
traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya
pertahanan normal setempat.

Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan 50% memperlihatkan
kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan
gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf
pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan
ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun
kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi
virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis
virus campak lambat.

Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi campak akan
meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu
tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang
berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan
menjadi kebal seumur hidupnya.

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis

Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :

1. Stadium Kataral ( Prodromal ).

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis
dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu,
sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat macula halus
yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi

Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum
mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula
disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota
bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembersaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher belakang. Pula terdapat sedikit
splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “ black
measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium Konvalensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua ( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan
akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain
dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi.

F. Diagnosa

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :

1. Anamnesis

a. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di
diagnosis banding morbili.

b. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.

c. Dapat disertai diare dan muntah.

d. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis.

e. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan
belum pernah vaksinasi campak.

2. Pemeriksaan fisik

a. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-
tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.

b. Pada umumnya anak tampak lemah.

c. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).


d. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai
dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.

G. Diagnosis Banding

1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di
daerah suboksipitalis, servikal bagian posterior, belakang teling.

2. Eksantema subitum. Ruam akan timbul bila suhu badan menjadi normal.

H. Pencegahan

1. Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan memberikan
imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka perjalanan penyakit
akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi
campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis
kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas

Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.

Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda
pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain
yang sedang demam.

I. Komplikasi

1. Otitis media akut

2. Pneumonia / bronkopneumoni

3. Encefalitis

4. Bronkiolitis

5. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

J. Penatalaksanaan

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat
tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita
laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

Penatalaksanaan Teraupetik :

1. Pemberian vitamin A

2. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik


3. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi

4. Pemberian obat batuk dan sedativum

K. Pemeriksaan Penunjang

1. Serologi

Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi
tidak langsung.

2. Patologi anatomi

Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang besar, sel
Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik
dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.

3. Darah tepi

Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.

4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.

5. Pemeriksaan untuk komplikasi

6. Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah dan
analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan
analisis gas darah ).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering
mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis
b. Keluhan utama

Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah )
dipalatum durum dan palatum mole.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan
timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.

f. Riwayat imunisasi

Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

g. Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300
kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi, Klasifikasinya sebagai berikut :

· Gizi buruk kurang dari 60%

· Gizi kurang 60 % - <80 %

· Gizi baik 80 % - 110 %

· Obesitas lebih dari 120 %

h. Riwayat tumbuh kembang anak.

1) Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg
dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

2) Tahap perkembangan.

a) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari
pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

b) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki
lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).

c) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4
tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep
sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.

d) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial :
sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

e) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar
yang benar – salah untuk menghindari hukuman.

f) Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain


sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

g) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi
perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.

h) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah
sederhana.

i) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul,
mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.

j) Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang
mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari,
memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

2. Pemeriksaan fisik ( had to toe )


a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.

b. Kepala dan leher

· Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang
telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

· Palpasi :

adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,

c. Mulut

Inspeksi :

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum
dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.

d. Toraks

· Inspeksi :

Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit
campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.

· Auskultasi :

Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.

e. Abdomen

· Inspeksi :

Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.

· Auskultasi

Bising usus.

· Perkusi

Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.

f. Kulit

· Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.

· Palpasi :

Turgor kulit menurun

B. DiagnosaKeperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


dalam memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan.

4. Nyeri akut berhubungan dengan keterbatasan agen injury

C. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan.

Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas
efektif.

NOC : Respiratory status : Ventilation

Kriteria Hasil :

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan. dyspnen.

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten

c. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas.

Indikator Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan
NIC : Air way management

Intervensi :

a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan

c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e. Monitor status respirasi dan O2.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan
integritas kulit tidak terjadi.

NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes

Kriteria Hasil :

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi.

b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit

c. Perfusi jaringan baik

d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.

e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.

Indikator Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Pressure Management

Intervensi :

a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.


b. Hindari kerutan pada tempat tidur

c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

e. Monitor kulit adanya kemerahan

f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

g. Monitor status nutrisi pasien

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien
terpenuhi.

NOC : Nutritional Status : Food and fluid intake

Kriteria Hasil :

a. Adanya penigkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Indikator Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Nutrition management

Intervensi :

a. Kaji adanya alergi makanan


b. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe, dan vitamin C

d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

e. Berikan makanan yang terpilih.

4. Nyeri akut berhubungan dengan keterbatasan agen injury

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri dapat
teratasi/hilang.

NOC : Pain Level

Kriteria Hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri) .

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Indikator Skala

1 : Tidak pernah menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Management pain

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor predisposisi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi

d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi


e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

f. Tingkatkan istirahat

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk makulo popular selama
tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan
mata merah.

Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan
menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai mata berair dan kemerahan
( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang
akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.

Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius. Dengan istirahatyang
cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan ) dapat sembuh dengan cepat tanpa
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat
menyebebkan kematian pada anak.

Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu antipeiretika bila suhu
tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera
terhadap komplikasi ayng timbul.

Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada balita usia 9
bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

B. Saran

1. Perawat

a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang angka
mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua perawat jika menemukan kasus
campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya mendapatkan perawatan dan
pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.

2. Keluarga

Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak serta memperhatikan
status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan berdampak buruk bagi kondisi anak

DAFTAR PUSTAKA

Nissa Uchil di 11:48:00 am

Share

No comments:

Post a Comment

Home

View web version

ABOUT ME

My photo

Nissa Uchil

My name is Annisa Resiana,

From Brebes, Central Java, Indonesia


I'am a NURSE

I LOVE traveling very much but i don't like climbing a mountain

I like beach in indonesia,

so give me recomended a beautifull place in java

View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai