Anda di halaman 1dari 17

Pengoperasian kembali Reaktor TRIGA

2000 dengan menggunakan Batang


Kendali Reaktor TRIGA 2000 Tanpa Bahan
Bakar (BKRTTBB)
Komisioning dan Pengujian Operasi
Latar Belakang
• Kondisi burn up FFCR (Fuel
Follower Control Rod) yang
telah mencapai 50%
• Tidak adanya suku cadang
asli yang masih diproduksi
oleh General Atomic
• Keinginan dan kebutuhan
untuk dapat
mendayagunakan kembali
reaktor TRIGA 2000, dengan
pertimbangan strategis
(produksi radioisotope,
pendidikan dan
pengembangan IPTEK nuklir)
• Potensi stakeholder yang
masih ada
Strategic Plan for Bandung
TRIGA 2000 RR Facility

• Sebagai reactor nuklir


pertama di Indonesia,
TRIGA 2000 Bandung masih
memiliki nilai-nilai strategis
untuk pengembangan
IPTEK Nuklir di Indonesia
• Masih memiliki potensi
stakeholder dalam bidang
pengembangan teknik
nuklir berbasis reactor (e.g.
radioisotop; teknologi
analisis nuklir;
pengembangan
instrumentasi nuklir)
• Perlu dilakukan revitalisasi
agar nilai gunanya dapat
dimanfaatkan oleh para
stakeholder
Sepintas Sejarah

 Perjanjian pembelian dan peletakan batu pertama pembangunan reaktor


TRIGA pada 1961.
 Reaktor TRIGA mencapai kritis untuk pertama kalinya pada 10 Oktober 1964,
dan untuk selanjutnya beroperasi dengan daya 250 kW
 Reaktor TRIGA dioperasikan dan didayagunakan untuk penelitian, produksi
radioisotope dan pelatihan.
 Pada 1971, reaktor TRIGA ditingkatkan daya nya menjadi 1000 kW. Reaktor
dioperasikan dengan aman dan selamat pada berbagai tingkatan daya
sampai dengan Pebruari 1996
 Dimulai sejak April 1996, kegiatan peningkatan daya yang kedua dimulai:
 Usaha untuk meningkatkan fluks neutron dengan cara meningkatkan
dayanya
 Kebutuhan untuk dapat memproduksi radioisotope lebih banyak, untuk
dapat mendukung reaktor Serpong (RSG-GAS)
 Peningkatan persyaratan keselamatan, dengan melakukan penambahan
batang kendali dan Sistem Pendingin Teras Darurat dan peningkatan
sistem pendinginan.
TRIGA 2000 Bandung

Technical Data :
thermal power : 2000 kW
TRIGA = TRAINING RESEARCH Fuel element : U-235 (38, 55 and 99 gram) per element
ISOTOPE PRODUCTION Fuel element in the Core : 107 elements
GENERAL ATOMIC Moderator : H2O and ZrH
Coolant : light water
HISTORY : Reflector : Graphite and H2O
Control rod : B4C, 5 rod
 1965, start 250 kW
Maximum Neutron Flux :
 1971, 250 kW to 1000 kW (1 MW)
• CT (A-1) : 5,18 x 1013 n/cm2.sec.
 1996, 1000 kW to 2000 kW (2 MW) • E-8 : 2,57 x 1013 n/cm2.sec.
 2000, start 2 MW • E-15 : 3,40 x 1013 n/cm2.sec.
• E-23 : 2,56 x 1013 n/cm2.sec.
• Pneumatic : 2,46 x 1013 n/cm2.sec.
• Lazy Suzan : 8,34 x 1012 n/cm2.sec.
26/11/2015
PSTNT - BATAN 5
Mekanisme Batang
Kendali TRIGA 2000

PSTNT - BATAN 26/11/2015 6


Perbandingan antara
BKRTTBB dan FFCR

FFCR

BKRTTBB

1. Material dan dimensi kelongsong BKRTTBB dibuat sesuai spesifikasi FFCR


2. FFCR: B4C Ø 3,36 cm sepanjang 38,1 cm (15 inch), sedangkan BKRTTBB: B4C Ø
3,36 cm sepanjang 8 x 5 cm (15,75 inch).
3. Bahan bakar FFCR diganti rod SS-304 dengan berat yang sama
4. Penggabungan tutup atas dan tutup bawah dengan kelongsong
menggunakan las TIG, sedangkan pada FFCR menggunakan las Pulsed
Magnetic Welding
5. Metode Crimping dilakukan untuk mengurangi beban las terhadap berat
BKRTTBB dan membantu stabilitas posisi masing-masing komponen
6. Stabilisasi komponen ring penjarak dan piring penyangga terhadap
kelongsong FFCR menggunakan metode magneform, sedangkan pada
BKRTTBB menggunakan metode crimping
7. Penyumbatan lubang pengisian gas He pada FFCR menggunakan metode
keling dan las TIG, sedangkan pada BKRTTBB menggunakan sekrup dan las
TIG 26-06-2015 7
Konfigurasi teras optimal dengan
menggunakan BKRTTBB

• Berdasarkan pada Dokumen Kajian


Teknis “Pengoperasian Reaktor
TRIGA-2000 Bandung Menggunakan
Elemen Bakar Standar TRIGA”, No.
R.69/SNT 4.0
• Dengan menggunakan konfigurasi
1 buah FFCR, 4 buah BKRTTBB, dan
102 elemen bakar, dengan kondisi
burn up terkini
• Teras optimal ini merupakan
konfigurasi teras yang paling reaktif
dengan kondisi elemen bakar saat
ini
Analisis neutronika

Kurva S – keff dan reaktivitas


Analisis neutronika

• Reaktivitas teras lebih (core excess): $ 5,461


• Reaktivitas padam (shutdown margin): $ 9,647,
respons subkritis ($-9,647)
• Reaktivitas pada kondisi one stuck rod, masih
memberikan respons subkritis
Analisis termalhidrolik

• Menggunakan STAT dan


STATMod
• Menghitung sebaran suhu
arah aksial pada
subbuluh
• Parameter inputan:
 Power peaking factor radial
= 2,02
 Power peaking factor aksial
= 1,21
 Jumlah elemen bakar
 Daya reaktor
 Suhu air inlet ke dalam teras
reaktor
Analisis termalhidrolik

Perbandingan hasil perhitungan STAT dan


STATMOD suhu air pendingin pada elemen
bakar dengan suhu masukan 49ᴼC, pada
daya 1000 kW

1. Hasil perhitungan dengan menggunakan STAT


lebih tinggi daripada STATMOD dengan selisih
1 – 5 °C.
2. Dengan melakukan variasi input suhu air
pendingin sampai dengan 42 °C pada setiap
tingkatan daya, suhu air pendingin masih
berada dibawah 100 °C, artinya tidak terjadi
pendidihan.
Kegiatan Komisioning
BKRTTBB
• Penggantian FFCR menjadi BKRTTBB
dilakukan terhadap shim D5 dan shim D9
dengan fraksi bakar keduanya
mencapai 54%
• Penggantian FFCR dilakukan bertahap
satu persatu dengan terlebih dahulu
mensubkritiskan reaktor. Kegiatan
mensubkritiskan reaktor dilakukan untuk
memberikan tingkat keamanan dan
keselamatan reaktivitas pada saat
pembongkaran batang kendali.
• Shim D5 terlebih dahulu yang dilakukan
pembongkaran dan penggantian
• Selanjutnya shim D9 dilakukan
penggantian
Kegiatan Komisioning
BKRTTBB

• Sebelum melakukan pengujian


operasi daya, perlu dilakukan
pengujian mekanis system
CRDM (Control Rod Drive
Mechanism). Kegiatan BKRTTBB-1 = 428 ms
pengujian ini dilakukan masih
pada keadaan subkritis. Uji ini
meliputi uji menaikturunkan
batang kendali (BKRTTBB) dan
uji jatuh batang kendali, untuk
mengetahui tingkat kesesuaian
dengan parameter BKO (pada
LAK)

BKRTTBB-2 = 460 ms
Pengujian BKRTTBB
pada kondisi kritis
• Tahap selanjutnya dalam
rangkaian kegiatan modifikasi
batang kendali adalah uji panas
atau pengujian manuver batang
kendali pada kondisi reaktivitas
kritis. Tahap ini adalah kalibrasi
batang kendali
• Setelah dilakukan kalibrasi batang
kendali, selanjutnya adalah
pengujian operasi pada daya
rendah 300 kW
Pekerjaan Rumah
Lainnya
• Menyadari bahwa usia guna yang telah
mencapai 50 th, maka program-
program terkait perawatan dan
penyiapan akhir masa operasi harus
terus dilakukan. Pemenuhan masukan
dari para pengamat IAEA terkait
Strategic Plan.
• Ketersediaan elemen bakar TRIGA yang
masih dimiliki oleh PSTNT baik yang ada
di teras dan fasilitas penyimpanan
elemen bakar baru cukup terbatas,
untuk itu perlu diusahakan solusi lain
apabila opsi operasi masih dipilih. Riset 5
tahun dengan Tema “Konversi teras
TRIGA 2000 menjadi tipe Pelat” saat ini
sedang berjalan sebagai alternatif solusi
jangka panjang untuk pengoperasian
TRIGA 2000 Bandung
• Pemeliharaan hubungan baik dengan
para stakeholder, untuk meningkatkan
daya guna dari TRIGA 2000 Bandung
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai