Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas
khususnya pendidikan Seni Rupa. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu suatu
penyempurnaan kurikukulum agar sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan IPTEK.

Dari studi awal terhadap hasil proses belajar, terungkap bahwa ketercapaian hasil belajar yang
ditunjukkan dari nilai harian siswa dibidang Seni Rupa khususnya pada siswa kelas VII SMP Negeri II
Surabaya belum optimal. Hal ini dapat dilihat masih ada beberapa siswa yang nilainya berada di bawah
KKM sehingga jauh dari harapan. Beberapa permasalahan yang mengakibatkan yaitu pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep Seni Rupa masih dirasakan belum optimal dan proses pembelajaran
masih berpusat pada guru. Maka perlu pembaharuan dalam proses belajar mengajar melalui suatu
model pembelajaran pemecahan masalah (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, yang
bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran Seni Rupa di kelas sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep Seni Rupa pada Kelas VII SMP Negeri II Surabaya. Adapun judul penelitian ini,
yaitu : Upaya meningkatkan minat belajar Seni Rupa dengan metoda CTL dalam mengapresiasi
karya Seni Rupa Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri II Surabaya kelas VII Semester I Tahun
2017/2018.

1
B. Rumusan Masalah & Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dari penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran (CTL) dapat meningkatkan minat belajar seni rupa dalam
mengapresiasi karya seni rupa peserta didik kelas VII SMP Negeri II Surabaya Tahun
Pelajaran 2017/2018?
Berikut adalah alternative tindakan yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yaitu :
1. Pembelajaran dikemas dengan model Pembelajaran yang dirancang dalam dua kali siklus
dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan minat belajar seni rupa peserta didik kelas VII SMP Negeri II SurabayaTahun
Pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Model CTL ini merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
untuk memperudah peserta didik lebih cepat mengerti, daya ingat siswa lebih lama karena
langsung mengalami serta mampu memusatkan pikiran dalam belajar.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran
dalam upaya mencapai hasil yang lebih baik. Guru akan lebih mudah menyajikan materinya.
Selain itu pembelajaran akan lebih interaktif. Melalui persiapan awal, guru lebih percaya diri
berhadapan dengan peserta didiknya.
3. Bagi Sekolah
Penelitian yang dilakukan selain bermanfaat bagi guru dan siswa juga bermanfaat
bagi sekolah, maka akan dapat meningkatkan dapat dijadikan sepertimbangan untuk
mengembangan pembelajaran bidang studi lainnya.

2
KAJIAN PUSTAKA

A. Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari ( konteks pribadi, sosial dan kultural ), sehingga siswa
memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara
aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
2. Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam
benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan
menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima
akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan
selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
3. Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan,
kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar
dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan
membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi
kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar, guru mengarahkan dari
dekat.

3
4. Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:
a. Konstruktivisme
Konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas
pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan
seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
b. Tanya jawab
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh
siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa
merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,
guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke
kelas.
c. Inkuiri
Merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula
dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau
konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data,
analisis data, kemudian disimpulkan.
d. Komunitas belajar
Adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi
untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam pembentukan
kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas.
e. Pemodelan
Dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat
mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru
memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model
dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.

4
f. Refleksi
Yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman
yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum
diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya
adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal
di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan
hasil karya.
g. Penilaian otentik
Prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan
sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran
seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya
informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada
prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa.
h. Penerapan CTL dalam pembelajaran
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan baru.
B. Seni
1. Pengertian Seni
Prof Drs Suarji Bastomi menyatakan Seni adalah Aktifitas batin dengan pengalaman estetik yang
dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya batin membangkitkan rasa takjub dan haru.
Drs. Sudarmaji menyatakan Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan
menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume dan galap terang.
Ki Hajar Dewantara menyatakan Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup
perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa manusia
Dari paparan pendifinisian beberapa tokoh seni ini, menunjukan bahwa seni adalah suatu aktifitas
dari manusia melalui rasa dan pengalaman hidupnya untuk mencipkakan sesuatu yang mampu
mengerakkan jiwa batin menjadi takjub menyenangkan dengan media yang dapat menghasilkan seni
itu sendiri.

5
Seni adalah hasil karya manusia dari dorongan rasa (Ardita.2009:59). Rasa pada setiap suku
bangsa atau perorangan adalah sangat relative atau subjektif. Dengan demikian seni dilihat dari sudut
nilai-nilai apa yang terkandung didalamnya mempunyai sifat relatif pula. Kerelatifan nilai yang
terkandung pada seni sangat di ditentukan nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi untuk melahirkan seni
tersebut.
Seni menjunjung nilai keindahan menuju arah kenikmatan maupun kebahagiaan. Sehingga
keindahan merupakan sesuatu yang membuat orang terpesona, disebabkan oleh indra penglihatan,
indra pendengaran, dan indra perasaan yang tersentuh dengan tepat sesuai hati nurani
( Ardita.2009:180) Prilaku yang indah adalah prilaku yang ada dalam kondisi seimbang, selaras, serasi,
harmoni, lestari, sebab prilaku tersebut melahirkan kenyamanan hidup, kenikmatan hidup sebagai hasil
karya cipta manusia. Oleh karena kenyamanan dan kenikmatan hasil usaha manusia maka disebut
dengan karya, sedangkan keindahan, keserasian, harmonis bersifat abstrak maka disebut cipta. Jika
keindahan dalam arti nilai yang menjunjung tinggi seni prilaku dalam wujudnya adalah keseimbangan,
keselarasan dan keserasian maka disebut dengan karya cipta. Selanjutnya keindahan dalam arti nilai
menjunjung tinggi nilai seni dalam hati nurani (rasa) berupa gerak, bunyi, rupa akan melahirkan karya
dalam wujud seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama disebut karya seni.
Karya seni sebagai salah satu nilai multikultur dalam pelajaran seni budaya dikelompokan menjadi
4 kelompok diantaranya Seni Rupa menekankan pada pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa benda benda hias, corak lukisan, design rumah adat, serta tokoh
seniman yang terlibat pada beberapa daerah suku di indonesia sebagai kekayaan nasional. Secara
konseptual pembelajaran Seni Rupa kepada anak adalah suatu proses berlatih mempelajari ide,
gagasan, memahami sesuatu yang diwujudkan dalam gambar. Dalam proses pembelajaran, siswa
belajar memindahkan hakiki bentuk, peristiwa atau disebut dengan nilai obyek yang diubah ke dalam
gambar (transfer of value). Kegiatan mengamati obyek di sekelilingnya juga mencakup pengamatan
terhadap perilaku manusia.

2. Pemahaman konsep SENI RUPA


Pemahaman konsep SENI RUPA adalah rekonstruksi makna dan hubungan-hubungan,
bukan saja sekedar proses asimilasi dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya pada mata
pelajaran SENI RUPA. Siswa dikatakan memahami suatu konsep jika siswa dapat mengerti,
mengatakan dengan kata-kata sendiri, menerjemahkan, menafsirkan dan sebagainya.

6
C. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (CTL)
Model pembelajaran pemecahan masalah adalah salah satu model pembelajaran, dimana siswa
dihadapkan pada permasalahan setelah mereka diberikan pengetahuan yang terkait dengan
permasalahan tersebut serta langkah-langkah pemecahan masalah. Selanjutnya siswa diberikan
kesempatan untuk memecahkan permasalahan mengikuti langkah-langkah pemecahan yang
diberikan.
1. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa,
2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
2. Karakteristik Seni rupa, menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat
tentang Seni Rupa yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik
ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain: (a) memiliki objek kajian abstrak, (b)
bertumpu pada kesepakatan, (c) berpola pikir deduktif, (d) memiliki symbol yang kosong dari
arti, (e) memperhatikan semesta pembicaraan, (f) konsisten dalam sistemnya.
3. Seni Rupa sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi,
dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola,
struktur-struktur dalam Seni Rupa yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam
Seni Rupa adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif
aksiomatik.
4. Seni Rupa sekolah adalah bagian dari Seni Rupa yang dipilih, antara lain dengan
pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran Seni
Rupa perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan objek
Seni Rupa yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian Seni Rupa sekolah
tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir
induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti
bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu
saja.

7
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VII SMP Negeri II Surabaya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei selama dua kali siklus pertemuan tahun pembelajaran
2017/ 2018.
3. Jadwal penelitian
Waktu
No Kegiatan
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
1 Pengajuan Proposal 
2 Penyusunan Rancangan Penelitian  
3 Pelaksanaan Siklus I 
4 Analisa hasil Siklus I 
5 Pelaksanaan Siklus II 
6 Analisa hasil Siklus II 
11 Penulisan Hasil Penelitian  

4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri II Surabaya semester 1
Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 30 orang. Alasan dipilihnya subjek penelitian ini
karena di kelas tersebut terungkap permasalahan rata-rata nilai siswa masih berada di bawah
KKM.

B. Sumber Data
Data penelitian ini masih tergolong data primer yang diperoleh langsung dari siswa. Dengan
demikian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri II
Surabaya. Data lain mengenai jumlah siswa diperoleh dari hasil dokumentasi sekolah.

8
C. Metode Pengumpulan data dan instrument
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa studi
dokumentasi untuk memperoleh foto pada saat proses pembelajaran, observasi, refleksi tiap akhir
siklus, dan kuisoner untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran. Sedangkan data
kuantitatif berupa hasil penilaian tes pemahaman konsep pada akhir siklus dan tugas terstruktur.

D. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena
penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif (Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan
penelitian ada pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna.
Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari
teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami.
Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik,
tanpa menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu
peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan
interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan
gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama pembelajaran
berlangsung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebbutt
(dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan tersebut.

E. Kehadiran Peneliti
Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka
kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22),

9
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul,
penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.

F. Validasi data
1. Analisis Data
Tes pemahaman konsep dianalisis dengan menentukan nilai pemahaman konsep siswa
yang diperoleh melalui tes pemahaman dan tugas terstruktur.
Respon siswa dianalisis dengan menggunakan kuisoner Sesuai dengan jenis data yang
dikumpulkan, ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes, sedangkan analisis kualitatif
digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas
siswa atau hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian.

2. Rancangan Penelitian
Berdasarkan analisis terhadap masalah yang dijumpai, maka pemecahan permasalahan
akan diselesaikan dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini
dilaksanakan dalam empat siklus kegiatan, yaitu siklus-1 siklus-2. Masing-masing siklus meliputi
kegiatan penyusunan perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, pengamatan, dan refleksi
(Arikunto, 2012:16)

G. Indikator Kerja
Menggunakan indikator keberhasilan dengan mencari persentasenya.

H. Prosedur Penelitian
Berdasarkan analisis terhadap masalah yang dijumpai, maka pemecahan permasalahan
akan diselesaikan dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini dilaksanakan
dalam dua siklus kegiatan, yaitu siklus-1 dan siklus-2. Masing-masing siklus meliputi kegiatan
penyusunan perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, pengamatan , dan refleksi (Arikunto,
2012:16)

10
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Willis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyanti dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Koyan, I Wayan. 2006. Analisis Data Kuantitatif: Materi Kuliah Statistika Pendidikan PPs. Undiksha

Singaraja.

Nur Syam. 2008. Tantangan Baru Multikulturalisme di Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

.Sadia, I Wayan. 2006. Landasan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar-Mengajar. Materi Perkuliahan

Landasan Pembelajaran PS. Manajemen Pendidikan PPs. Undiksha Singaraja.

Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sardiman A.M. 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sila I Nyoman. 2005. Ekspresi Dalam Seni Tari Dan Seni Rupa Sebuah Kajian Perbandingan :

Singaraja.Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Bahasa Dan seni IKIPN Singaraja

11

Anda mungkin juga menyukai