Pedoman Isolasi
Pedoman Isolasi
DEFINISI
Kamar isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di Rumah Sakit untuk merawat pasien dengan kondisi medis
tertentu yaitu penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara, dan penyakit-penyakit yang menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh secara ekstrim. Pasien ditempatkan secara terpisah dari pasien lain dengan tujuan
mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien lain dan pemberi layanan kesehatan, serta untuk
melindungi pasien dengan imunosupresi dari risiko tertular penyakit infeksi dari pasien lain, petugas dan
lingkungan.
Penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara adalah penyakit yang disebarkan oleh mikroorganisme yang
mempunyai partikel krang dari 5 mikron dan melayang dapat bertahan lama di udara hingga 24 jam. Penyakit-
penyakit tersebut adalah penyakit TB Paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, penyakit cacar air
yang disebabkan oleh virus Varicella-Zoster, dan Campak yang disebabkan virus measles (Rubella) yang sering
kali di picu karena system udara di fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak baik.
Pasien imunosupresi adalah pasien-pasien yang mempunyai defisiensi mekanisme imun yang disebabkan
gangguan imunologi (antara lain Infeksi Human Immunodefisiensi Virus [HIV], Sindrom defisiensi imun
kongeital, penyakit-penyakit kronik [diabetes mellitus, kanker, emfiesema, gagal jantung] ) atau terapi
imunosupresi (antara lain radiasi, kemoterapi sitotoksik, medikasi anti rejeksi, pengobatan steroid) pasien
imunosupresi yang dimasukkan sebagai pasien risiko tinggi harus mempunyai risiko infeksi paling tinggi untuk
mendapat infeksi yang ditularkan mikroorganisme melalui udara atau air.
Pasien yang termasuk dalam criteria ini adalah pasien dengan netropenia berat (sel polimofonuklear kurang dari
1000 sel/mikroliter selama 2 minggu atau kurang dari 100 sel/mikroliter selama satu minggu), pasien dengan
alogenik HSCT (Hematopoietic Stem Cell Transplatation) dan pasien-pasien yang telah menerima kemoterapi
fase intensif (leukemia amieloid pada anak)
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasien-pasien dengan infeksi penularan melalui udara harus dirawat diruangan khusus atau secara
kohort pada ruang isolasi penularan melalui udara (airborne), karena pasien tersebut merupakan sumber
penyakit yang dapat menyebabkan mikroba ke lingkungan sekitar dan bertahan lama di udara. Sementara pasien
yang mempunyai penyakit yang menyebabkan imunitas yang rendah atau dengan keadaan imunitas rendah atau
imunosupresi harus di tempatkan di ruang isolasi dengan tekanan positif karena pasien tersebut sangat berisiko
tertular infeksi dari pasien lain, petugas, pengunjung, maupun lingkungan dengan berbagai macam jalur
transmisi.
Skrinning dilakukan mulai pasien datang ke unit Rawat Jalan (Poliklinik), Unit Gawat Darurat (UGD).
Semua pasien dengan gejala-gejala batuk atau gangguan saluran pernapasan atas (ISPA) langsung diberikan
masker bedah.
9. Evaluasi pelatihan
a. Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dalam setiap pelatihan dengan tujuan untuk:
1) Mengetahui apakah tujuan pelatihan telah tercapai atau tidak.
2) Mengetahui mutu pelatihan yang dilaksanakan dan Meningkatkan mutu pelatihan yang akan
datang.
b. Evaluasi Paska Pelatihan
Kegiatan yang sistematis untuk meningkatkan kinerja petugas dan mengetahui tingkat pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan motivasi petugas dalam bekerja.
10. Penempatan Pasien
a. Air borne precautions:
Tempatkan pasien dikamar tersendiri yang memiliki syarat sebagai berikut:
1) Bertekanan udara negative dibanding dengan ruangan sekitarnya.
2) Memiliki saluran pengeluaran udara kelingkungan yang memadai
3) Pintu kearah dalam harus selalu tertutup
4) Bila tidak tersedia, tempatkan pasien bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan
mikroorganisme yang sama (Kohort)
b. Droplet precautions
1) Tempatkan pasien dikamar tersendiri
2) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalan kamar bersama dengan pasien yang
terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama tetapi tidak boleh dengan infeksi yang
berbeda.
3) Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan tidak ingin menggabungkan dengan pasien lain, maka
pisahkan dengan jarak sedikitnya 1 meter dengan pasien lainnya.
4) Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus dan pintu boleh tetap terbuka.
c. Kontak precautions
1) Tempatkan pasien di kamar tersendiri
2) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien
yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama tetapi tidak boleh dengan pasien
dengan infeksi yang berbeda.
3) Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan penggabungan dengan pasien lain tidak diinginkan
pertimbangan sifat epidemiologi mikroorganisme dan populasi pasien saat menempatkan
pasien.
11. Penanganan pasien menular sementara ruang isolasi belum tersedia
a. Tempatkan pasien diruang untuk satu pasien dengan ventilasi yang memadai
b. Bila memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak terpisah minimal 1 meter dari pasien lainnya.
c. Gabungkan (Cohorting) pasien-pasien yang didiagnosis penyebab penyakitnya sama.
d. Lakukan pengendalian sumber infeksi pada pasien saat batuk dan pembersihan tangan setelah
kontak dengan sekresi pernafasan.
12. Pemindahan pasien
Petugas yang memindahkan pasien dengan penyakit menular melalui udara harus menggunakan masker
N95, sedangkan pasiennya menggunakan masker bedah. Sedangkan APD yang digunakan untuk
memindahkan pasien dengan penyakit menular melalui droplet baik pasien maupun petugas
menggunakan masker bedah. Tempat penerimaan harus diberitahu sesegera mungkin sebelum
kedatangan pasien mengenai diagnosis pasien tersebut serta kewaspadaan yang diperlukan.
a. Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar khusus yang tersedia hanya untuk hal yang
sangat penting saja.
b. Bila dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran droplet dengan memakai masker
bedah pada pasien.
c. Gunakan jalur transport yang mengurangi pajanan staf, pasien lain, dan pengunjung.
d. Bila dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan kewaspadaan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan PERDALIN. 2008. Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.