Anda di halaman 1dari 5

Ahmad fajri mauludin

6A Kesehatan Masyarakat
Epidemiologi bencana

A. Isu Konflik
Dalam konflik agama di aceh tak terlepas dari bebrapa isu yaitu

1. Dilanggarnya perjanjian jumlah pembangunan gereja di aceh


Konflik aceh sudah terjadi sejak tahun 1979, di tahun tersebut terjadi bentrokan antara
penduduk yang beragama islam dengan penduduk yang non islam dan pada akhirnya konflik
tersebut berakhir dengan melakukan perjanjian yang bersyarat, Berdasarkan kesepakatan
sebelumnya (tahun 2001), sebagai wujud toleransi umat Islam di Aceh Singkil,
diperbolehkan berdiri 1 gereja dan 4 undung-undung. Tapi kemudian, kaum Nasrani tidak
menepati janji. Undung-undung yang awalnya diperuntukkan untuk menampung puluhan
orang saja, kemudian merehabilitasi bangunan fisiknya menyerupai gereja. Yang jelas,
sudah beberapa kali dilakukan penyegelan oleh Pemerintah Daerah Aceh Singkil (sejak
1979-2015). Rumah ibadah ilegal yang telah disegel pemerintah, secara diam-diam dibuka
kembali oleh pihak Nasrani, Ketika Kristen masuk ke Aceh Singkil, misionaris membangun
gereja dan mendatangkan pekerja non muslim ke sini. Sejak itulah Gereja GKPPD
berkembang di Aceh Singkildan digunakan untuk beribadah.persyaratan tersebut adalah
dibatasinya pembangunan gereja atau tempat ibadah bagi penduduk yang beragama selain
islam dan para tokoh-tokoh dan pemerintah pun telah menpersetujui perjanjian tersebut.
seiring perkembangan waktu dan cepatnya pertumbuhan penduduk, dan para penduduk non
muslim pun juga bertambah, sehingga tempat beridah pun terbatas dan akhirnya banyak di
bangun gereja atau tempat beribadah non-muslim sihingga terjadilah pelanggaran perjanjian
yang telah di sepakati.

2. Ilegalnya pembangunan gereja


Isu yang beredar pembangunan gereja yang ada di Aceh tidak memenuhi izin dari
pemerintah setempat, sehingga menuai kontroversi antara pihak agama islam dengan pihak
non islam sehingga terulang lah konflik yang pernah terjadi beberapa tahun lalu dan
terjadilah pembakaran gereja secara besar-besaran. Memang dalam mendirikan gereja di
Aceh yang mayoritas penduduknya islam bahkan sampai di juluki serambi makkah yang
sangat kental keislamanya sehingga sangat sensitif dengan hal-hal yang diluar dari islam,
sehingga untuk mendirikan sebuah gereja harus melalui prosedur yang di sepakati
mengingat Adanya SKB tiga menteri, ditambah dengan dikeluarkan Undang-Undang No.11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (lihat Pasal 127 ayat 4), sehingga Aceh tentunya
termasuk Kabupaten Aceh Singkil dan pembangunan geraja yang di batasi jumlahnya.
Bahkan kelembagaan pemerintah pun belum menerima izin dari pihak yang mau mendirikan
gereja

3. Kepentingan Politik

Faktor-faktor global seperti politik juga menjadi salah satu indikator yang menyebabkan
terjadinya konflik, seperti konflik ekonmi, budaya, bahkan konflik agama pun tak lepas dari
adanya kepentinagn politik, tidak heran lagi kalau di ndonesia merupakan terjadi banyak
kasus konflik terlebih itu konflik agama. Politik memang sudah menjadi bagian dari
kehidupan masyarkat yang sudah hidup di zaman global ini, maslah pembagian antar
kelompok, kelas, daan maslah pembagian suatu wilyah atau golongan, perjanjian, dan
reprentasi darikalangan minoritas menjadi sebuah hal yang ahrus diperhatikan dalam faktor-
fartor yang berpotensuail menyebabkan konflik. Dalam konflik di singkil, manyak yang
mengaitkan ini adalah sebagai strategi permaian para politik, karena akan dilaksanakanya
pemilihan serentak bupati, sama halnya di singkil pun di lakukan pemilihan tersebut
sehingga konflik tersebut menjadi sasaran empuk untuk menjatuhkan salah satu lawan dari
calon lain. Banyak artikel-artikel yang yang tidak jelas sumbernya mengemukakan
informasi yang tidak akurat untuk mempengaruhi masyarakat dalam hal menjatuhka calon
lawan lain sehingga banyak yang berpihak kepadanya.

B. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik Aceh

1. Modernisasi yang melanda masyarkat Aceh


Modernisasi dan globalisasi menjadi faktor penyebab terjadinya konflik terutama
konflik yang melanda wilayah aceh, karena modernisasi membuat lunturnya sebuah norma-
norma islam yang yang berlaku sehingga budaya-budaya asing sangat mudah untuk masuk
dan merasuki pola pikir dan di dukung oleh dangkalnya pemahaman sebuah agama yang
kemudian diwujudkan oleh prilaku yang tidak sesuai norma-norma islam dan terjadilah
penyimpangan sosial yang sangat mempengaruhi keadaan di sekitar dan mengakibatkan
kecenderungan terjadinya konflik agama yang terjadi di Aceh. Modernisasi juga
melunturkan sebuah rasa toleransi, dan rasa saling menghargai sehingga terciptalah sebauha
budaya yang keras yang tercermin dengan tindakan yang radikal dengan pembakaran gereja
yang juga menimbulkan banyak korban, padahal dalam masing-masing agama pasti
diajarkan, ajaran-ajaran dalam hal kebaikan tetapi masih banyak yang melakukan tindakan
yang radikal yang keras padahal bukan itu satu-satunya cara untuk menselesaikan maslah
melain itu membuat maslah-maslah baru, masih banyak cara lain untuk menyelesaikanya
tentunya dengan cara yang damai

2. Politik
Banyak berbagai aspek masalah selalu di bumbui oleh unsur politik bahkan konflik
agama pun tidak lepas dari politik, seperti konflik di aceh singkil dalam arti politik sendiri
adalah kekuasaan, maka dari itu para politik memanfaatkan sebuah keaadaan yang pada
akhirnya menguntungkan baginya terbukti dalam kasus konflik pembakaran geraja ini
melibatkn pemerintah setempat dengan pengambil keputusan terkait perizinan pembangunan
gereja, dan bagai mana respon dengan adanya kejadian tersebut? dan seharus pemerintah
tidak bersikap berat sebelah karena adil itu bukan sama rata tetapi tergantung kebutuhan,
dalam konflik Aceh, terselubung sebuah kepentingan politik yang memanfaatkan suatu
keadaan yang mungkin saja menguntungkan baginya dalam hal kekuasaan, dan pengambil
sebuah keputusan yang berpihak

3. Mayoritas dan Minoritas


Aceh mrupakan suatu daerah yang terkenal dengan warganya yang sangat religius,
masih sangat kental nuansa keislamanya dan juga warga yang beragama islam sangat
mendominasi daerah tersebut sehingga di juluki serambi makkah tercatat dalam Sensus BPS
(badan pusat stastistik) penduduk yang non muslim sebanyak 53.624 jiwa atau sekitar
1,19% dari 4.494.410 jiwa jumlah penduduk Aceh sehingga yang minoritas tidak punya
kekuatan mayoritas dan minoritas menjadi faktor yang juga memicu akan adanya konflik
karena pastilah yang mendominasi yang paling kuat dan yang minoritas selalu kalah.
Kristenisasi merupakan upaya pemurtadan yang dilakukan oleh misionaris Kristen baik
dengan cara terang-terangan maupun secara terselubung. Penyebaran buku yang berisi
ajaran Kristen kepada umat Islam merupakan modus kristenisasi secara terang-terangan.
Adapun upaya kritenisasi secara halus dan terselubung seperti memberi bantuan sosial dan
keuangan. Dalam berkembangnya agama kristen di aceh sangatlah terbilang cepat karena
banyak pendatang-pendatang dari luar Aceh dengan cara lewat pernikahan, oleh sebab itulah
menjadikan masyarakat Aceh mengalami ketakutan dengan kristenisasi atau warga yang
beragama kristen lebih banyak dan di dukung pemahaman agama masih dangkal dan
sebabitulah masyarkat melakukan pembakaran geraja besar-besaran untuk memper kecil
mayarkat yang beragama kristen dan memperkuat serta memper erat agama islam.
Didukung dengan Aceh sebagai kota yang istimewa atau daerah yang boleh
mengatur pemerintahanya sendiri atau biasanya disebut Daerah Itimewa Aceh, sehingga di
Aceh masih menjalankan pemerintahan kerajaan yang turun temurun dan Aceh pun menjadi
salah satu kerajaan islam di indonesia maka dari itu masih kental keislamanya dan
masyarakat Aceh sangat sensitif oleh ajaran atau agama selain islam, belum lagi banyak hal-
hal yang bersifat kristenisasi, banyak seminar-seminar yang menyingung soal agama dan
banyak selebaran-selebaran yang di sebarkan, hal tersebut dapat menjadikan masyarakat
menjadi terprovokasi dan memicu akan adanya konflik yang besifat horisontal oleh karena
itu umat islam aceh mempunyai wewenang dalam hal mengatur sebuah aturan daerahnya,
seperti halnya jogja yang juga mempunya lembaga pemerintahanya sendir seperti
kesultanan, oleh karena itu yogyakarta mempunyai aturan dan tradisi tersendiri sama halnya
seperti Aceh dan daerah istimewah lainya.

C. Dampak Yang Di Hasilkan Oleh Konflik Aceh


Dalam sebuah konflik pastilah ada dampak-dampak yang di hasilkan, sebagian besar
konflik menghasilkan dampak yang negatif seperti pecahnya hubungan masyarakat konflik
yang berdampak pada perpecahanya dalam suatu masyarkat yang berbagai macam pemeluk
agama sehingga yang dulunya hidup damai tetapi setelah terjadi suatu maslah yang tak
terselesaikan mengakibatkan rasa saling menghargai hilang, dan mencedrai sebuah
kerukunan yang sudah tidak sesuai dengan norma-norma,tercipta dimana keadaan yang
saling menuduh, membenci dan sangat tidak kemanusiaan sehingga mereka berani
menghilangkan pada kasus hak asasi manusia HAM. konflik hubungan tersebut sudah
mengalami sebuah disentegrasi yang menajdikan lunturnya sebuah modal sosial yang
dibangun sejak dulu sehingga berdampak pada konflik yang berkepanjangan dan akan sulit
untuk melakukan sebuah perdama, apabila sudah ada sebuah perjanjian perdamaian pastilah
sewaktu-waktu konflik tersebut akan muncul lagi apabila tidak di barengi dengan sikap yang
merujuk pada keinginan untuk hidup damai bahkan menurun kepada anak cucu mereka.
Selain itu banyak dampak-dampak lain yang menjadi sebuah penghalang untuk mewujudkan
cita-cita bersama dengan tujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang damai dan rukun
antar ras, budaya, suku, dan agama, bukan malah saling menyerang dan menjatuhkan.
meskipun dalam islam orang kafir itu tidak di anjurkan tetapi kita hidup di negara yang
memberi dan melindungi hak-hak bagi setiap individu atau kepentingan pribadi selain itu
warga pun harus menepati perjanjian yang sudah di buat, adan apabila keadaan yang
memaksa maka di butuhkan sebuah musyawarah bersama buakan malah bertindak radikal
karena itu semua sudah ada undang-undang yang berlaku.
D. Solusi

Dalam melakukan sebuah penyelesaian konflik maka diperlukan adalah:

1. Musyawarah Bersama

Musyawarah merupakan jalan terbaik untuk menghentikan konflik, meskipun harus


menunggu kesepakatan terhadap kedua belah pihak salah sentah itu pihak satu yang
memualai atau mesti ada peran orang ketiga dalam melakukan mediasi, dalam melakukan
musyawarah pasti memunculkan suatu perjanjian atau kesepakatan yang kemudian diadakan
pengambilan keputusan.

2. Memupuk Modal soaial

maka modal sosial adalah hasil dari adanya hubungan antar manusia dan sekaligus
sebagai sarana bagi manusia untuk lebih lanjut meningkatkan kualitas hubungan itu, modal
sosial terdiri atas beberapa modal yang di gnakan untuk membangun hubungan yang
harmonis seperti, kepercayaan, menghargai, dan toleransi dll. Jika modal sosial luntur dan
hilang maka yang akan muncul adalah rasa yang tiadak suka atau tenggang rasa dan akan
menimbulkan konflik-konflik kecil yang berpotensial membesar dan lama penyelesaianya,
oleh karena itu memupuk sebuah modal sosial itu penting dengan sering berinteraksi dan
membuat kegiatan untuk kebersamaan.Menanamkan suatu nilai-nilai pancasila yang akan
membangkitkan sebuah sikap patriotisme dan cinta tanah iar sehingga sebuah berbedaan di
anggap sebagai pemupuk rasa toleransi karena di pancasila .

Anda mungkin juga menyukai