Anda di halaman 1dari 4

Teknik-teknik Terapi Tingkah Laku (part 2)

 Perkuatan Positif
Cara yang ampuh untuk mengubah atau membentuk suatu pola tingkah laku
ialah dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul (Corey, 2013). Pemerkuat-pemerkuat tersebut bisa dalam bentuk
primer dan sekunder. Perkuatan primer berfungsi memuaskan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan, tidur ataupun istirahat.
Sedangkan pemerkuat sekunder merupakan pemerkuat yang memuaskan kebutuhan-
kebutuhan psikologis dan sosial serta berasosiasi dengan pemerkuat primer. Contoh
pemerkuat sekunder adalah senyuman, persetujuan, pujian, bintang-bintang emas,
medali atau tanda penghargaan, uang serta hadiah. Pemerkuat positif yang spesifik dan
sistematis dapat memunculkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

 Pembentukan Respons
Dalam teknik ini, sebuah tingkah laku sekarang secara bertahap dapat diubah
dengan cara memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan
secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir (Corey, 2013). Teknik ini
berwujud sebuah pengembahan dari suatu respons yang sebelumnya tidak ada dalam
bentuk-bentuk respons yang pernah dialami dari seorang individu. Perkuatan sering
dipakai dalam teknik pembentukan respons ini. Sebagai contoh, seorang guru ingin
membentuk sebuah perilaku kooperatif menggantikan perilaku yang kompetitif. Guru
tersebut bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang
diinginkannya itu.

 Perkuatan Intermiten
Setelah perilaku yang diinginkan muncul, biasanya diharapkan perilaku tersebut
bisa bertahan. Untuk memelihara sebuah tingkah laku yang diharapkan, maka bisa juga
digunakan perkuatan (Corey, 2013). Terapis perlu memahami betul kondisi-kondisi
dimana sebuah perkuatan harus muncul. Sehingga diperlukan sebuah jadwal-jadwal
perkuatan. Perkuatan intermiten diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang
spesifik, tidak terus-menerus. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan
intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan disbanding dengan
tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus menerus.
Awalnya, pemberian perkuatan pada perilaku yang diinginkan dilakukan segera
dengan memberikan ganjaran. Sehingga individu akan mengerti dan belajar bahwa
perilaku tertentu akan diberi ganjaran. Ketika perilaku yang diharapkan sudah
meningkat frekuensinya, maka pemberian perkuatan bisa dikurangi. Seorang anak yang
terus-menerus diberikan pujian akan lebih cepat berputus asa dibandingkan dengan
anak yang diberikan pujian sekali-kali. Prinsip ini juga menjelaskan orang-orang yang
suka berjudi di sebuah kompetisi, mereka tetap bertahan meskipun mereka lebih banyak
kalah.

 Penghapusan
Jika suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut
cenderung menghilang. Karenanya pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung
melemah dan terhapus setelah suatu periode. Cara untuk menghapus tingkah laku yang
tidak diinginkan (maladptif) adalah menarik perkuatan dari tingkah laku maladaptive
tersebut. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena
tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka
waktu yang lama. Wolpe (dalam Corey, 2013) menekankan bahwa penghentian
pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Jadi ketika akan dilakukan sebuah
penghapusan dari seorang individu, maka pihak yang dilibatkan dalam penghapusan ini
adalah seluruh orang-orang yang dalam kesehariannya berinteraksi langsung dengan
individu tersebut. Dan pada saat yang bersamaan, perkuatan positif pun diberikan
kepada perilaku pengganti yang diinginkan.

 Pencontohan
Dalam Teknik pencontohan, seorang individu mengamati seorang model dan
kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model (Corey, 2013). Bandura
(dalam Corey, 2013) menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui
pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati
tingkah laku orang lain serta konsekuensi-konsekuensi yang dialami oleh orang lain
tersebut. Reaksi emosional yang mengganggu dalam diri individu juga dapat dihapus
melalui pengamatan terhadap orang lain. Pengendalian diri juga dapat dipelajari
seorang individu melalui hukuman yang didapat orang lain. Namun, status dan
kehormatan model yang dicontoh sangat mempengaruhi teknik pencontohan ini.
 Token Ekonomi
Metode token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila
persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba tidak berpengaruh dalam diri seorang
individu (Corey, 2013). Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat
dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam)
yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diinginkan.
Keuntungan token ekonomi :
1. Tanda-tanda tidak kehilangan nilai insentifnya
2. Tanda-tanda bisa mengurangi penundaan yang ada di antara tingkah laku yang
layak ganjarannya
3. Tanda-tanda bisa digunakan sebagai pengukur yang kongkret bagi motivasi
individu untuk mengubah tingkah laku tertentu
4. Tanda-tanda adalah bentuk perkuatan yang positif
5. Individu memiliki kesempatan untuk memutuskan bagaimana menggunakan
tanda-tanda yang diperolehnya
6. Tanda-tanda cendeurng menjembatani kesenjangan yang sering muncul di
antara lembaga dan kehidupan sehari-hari.

Meskipun merupakan sebuah perkuatan ekstrinsik, tujuan prosedur ini adalah


mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan
tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup
mengganjar untuk memelihara tingkah laku baru
Daftar Pustaka

Corey, G. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai