Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, serta
hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”SUBSISTEM
PEMASARAN”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit langkah yang lebih
baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Gowa, 10 April 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan
bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai subsistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi
dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Subsistem penyediaan sarana produksi
Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
penyaluran. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi
dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria
tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
2. Subsistem usahatani atau proses produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah
perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable
(lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara
intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan
air. Disamping itu, juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang
subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pasar dalam artian ekonomi terbuka
3. Subsistem agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi
menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pascapanen produk pertanian
sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai
tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
4. Subsistem pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan
pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar
negeri.
5. Subsistem penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi
:
 Sarana Tataniaga
 Perbankan/perkreditan
 Penyuluhan Agribisnis
 Kelompok Tani
 Infrastruktur Agribisnis
 Koperasi Agribisnis
 BUMN
 Swasta
 Penelitian dan Pengembangan
 Pendidikan dan Pelatihan
 Transportasi
 Kebijakan Pemerintah

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul makalah ini maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dan cakupan dari subsistem pemasaran agribisnis?
2. Apakah sistem pemasaran agribisnis merupakan sistem yang kompleks?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dan cakupan dari sistem pemasaran agribisnis.
2. Untuk mengetahui tentang aspek pemasaran agribisnis
Subsistem Pemasaran Agribisnis

A. Pengertian Subsistem Pemasaran

Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik


untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan
pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar
negeri. Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling
berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu.
subsistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas
pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan
pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran
yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari
produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai
produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran,
dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
subsistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga yang ada dalam sistem komoditas tersebut, baik secara vertikal berdasarkan
urutan penambahan kegunaan maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan kegiatan
produktif yang sama. Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi
dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya
menentukan kinerja operasi dan proses sistem.
Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan
integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta
dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku.

B. Aspek Pemasaran Agribisnis


Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar. Di dalam pemasaran tercakup semua
kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur
pemasaran/tata niaganya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas mengenai pasar, jalur pemasaran/
tata niaga, dan kegiatan pemasaran.
1. Pasar
Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat
dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha agribisnis pertanian, pasar merupakan
tempat melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar (saluran distribusi)
dalam agribisnis pertanian, antara lain pasar langsung atau saluran distribusi langsung, saluran
distribusi tidak langsung, dan eksportir.
Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung mengarah pada
konsumen, seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga. Saluran distribusi langsung
ini biasanya dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian dalam skala kecil atau pengusaha
agribisnis pertanian yang sudah besar tetapi secara khusus mengadakan kerjasama dengan
pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil peroduksi yang sudah disepakati. Dalam hal
ini misalnya seorang pengusaha agribisnis pertanian mengadakan kerjasama dengan pihak
industri pengolahan yang berbasis pertanian.
Saluran distribusi tidak langsung, seperti pasar pasar tradisional, swalayan, pedagang
pengecer dan koperasi. Mata rantai atau tata niaga perdagangan dalam saluran distribusi ini
sangat beragam. Ada kalanya seorang pelaku agribisnis pertanian yang langsung membawa
hasil produksinya ke pasar, tetapi tidak sedikit pula yang karena keterbatasan sarana
transportasi, arus informasi, dan komunikasi, hasil produksi agribisnis pertanian harus
dikumpulkan oleh pedagang pengumpul.
Saluran distribusi yang terakhir adalah eksportir. Dari eksportir inilah nantinya konsumen
luar negeri dapat dijangkau. Untuk melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian,
biasanya ditetapkan standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas
produk agribisnis pertanian. Dalam melakukan ekspor perlu memperhatikan keadaan dan
kebutuhan pasar negara yang akan dituju.

2. Jalur Pemasaran Atau Tataniaga Produk Agribisnis Pertanian


Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk usaha agribisnis pertanian ini hampir selalu
melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk agribisnis pertanian tersebut, dengan atau
tanpa melalui perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur
pemasaran atau jalur tata niaga.
Pada umumnya jalur tata niaga ada dua macam yaitu jalur langsung sederhana dan jalur
dengan perantara.
a. Jalur tata niaga agribisnis pertanian secara langsung
Di sini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang dibayar konsumen
sama besamya dengan yang diterima produsen. Dengan demikian, dari segi harga, produsen
akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain pihak konsumen juga merasa untung karena
mendapat produk yang lebih segar. Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai
beberapa kelemahan seperti lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu
luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk
menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak dapat meluaskan
jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas dari
profesinya sebagai petani atau produsen.
b. Jalur tata niaga agribisnis pertanian dengan perantara
Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak dapat langsung
berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan pedagang perantara yaitu pedagang
yang memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan mendapat keuntungan.
Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha agribisnis pertanian adalah
pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan
perantara yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementar
pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau
pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Sedangkan
pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan sejumlah kecil produk dan
beberapa produsen dan menjualnya dalam jumlah besar pada langganannya. Pendek kata,
semua pedagang yang berfungsi sebagai penyalur dan produsen ke konsumen adalah pedagang
perantara.
Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang.
Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding dengan harga
yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya upaya
memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga tata
niaga serta perbaikan sarana transportasi.

3. Kegiatan Pemasaran Produk Agribisnis Pertanian


Dalam usaha agribisnis pertanian kegiatan pemasaran berperan sebagai pembuka jalan
bagi produk untuk sampai ke pasar. Bila kegiatan ini sampai terhambat, produk akan tersendat-
sendat memasuki pasar. Padahal, produk dari usaha agribisnis pertanian mempunyai sifat yang
mudah sekali rusak atau tidak tahan lama.

Berkaitan dengan kegiatan pemasaran, yang perlu dilakukan oleh pengusaha agribisnis
pertanian adalah memahami tentang studi pemasaran, memperkirakan jumlah produksi,
mempersiapkan produk, menentukan harga jual, menentukan distribusi, dan menentukan
kebijakkan promosi.
a. Studi Pemasaran Agribisnis Pertanian
Studi pemasaran ini mencakup aspek yang cukup luas, antara lain studi pasar, studi
mengenai produk yang dihasilkan, distribusi, konsumen, dan promosi (jika perlu). Studi
pemasaran dimaksudkan untuk mencari data-data mengenai permintaan terhadap jenis
komoditas agribisnis pertanian pada waktu lalu, sekarang, dan yang akan datang.

b. Memperkirakan Jumlah Produksi Agribisnis Pertanian


Perkiraan jumlah produksi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
pemasaran telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada umumnya permintaan terhadap
produk usaha agribisnis pertanian selalu mengalami pasang surut. Jika tidak diatasi dengan
usaha memperkirakan jumlah penjualan maka akan terjadi kelebihan produk yang tidak bisa
dilempar ke pasar. Atau, kalaupun bisa memasuki pasar maka harganya akan turun jauh di
bawah harga yang di inginkan.
c. Mempersiapkan Produk Agribisnis Pertanian
Pengusaha agribisnis harus benar-benar tahu produk seperti apa kualitas produk yang
diinginkan oleh konsumen. Untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi keinginan
konsumen, antara lain dapat ditempuh dengan cara:
1. Menetapkan standar kualitas produk agribisnis pertanian,
2. Tidak mengandalkan satu jenis produk atau komoditas agribisnis pertanian,
3. Usahakan menggunakan kemasan spesial sehingga menarik konsumen,
4. Buat inovasi untuk mencoba membuat produk olahan sehingga produk agribisnis pertanian
bisa memiliki nilai tambah.

4. Menentukan Kebijakan Harga Jual Produk Agribisnis

Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang
ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen di samping
harus dapat memenuhi pencapaian tujuan perusahaan. Memang pada kenyataannya harga jual
komoditi agribisnis pertanian sangat tidak menentu. Hal ini tentu saja akibat dari tidak adanya
estimasi produksi yang dilakukan oleh praktisi agribisnis pertanian karena memang daya
dukung sumber data untuk melakukan itu sangat tidak mewakili. Akan tetapi, sebagai pelaku
agribisnis yang maju, tentu saja segala upaya akan dilakukan untuk membuat analisa pasar
terhadap kebutuhan konsumen akan jenis produk agribisnis. Selain itu perkiraan jumlah
produksi secara nasional terhadap jenis komoditi agribisnis pertanian juga perlu dilakukan.
Dengan melakukan estimasi produksi dan analisa kebutuhan konsumen tersebut, maka paling
tidak pelaku usaha agribisnis pertanian sudah berupaya untuk mengantisipasi resiko harga jatuh
pada saat panen. Secara teoritis bahwa harga pasar terjadi melalui kekuatankekuatan
Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply) di pasar. Menurut Shetherd dan Futrell (1975),
apabila sistem harga dapat bekerja sebagaimana wajarnya maka struktur harga akan mampu
merefleksikan kepada produsen tentang tempat penyebaran geografis konsumen suatu output
pertanian. Hal ini merupakan suatu petunjuk bagi produsen dan juga lembaga pemasaran ke
arah mana sebaiknya mereka memasarkan hasil pertanian tersebut. Namun sayang sistem
harga ini belum bekerja sebagaimana mestinya, sehingga belum dapat membantu
meningkatkan penghasilan dan tarif hidup petani.
5. Menentukan Distribusi Produk Agribisnis

Produk pertanian pada umumnya mudah rusak, relatif homogen, kuantitas dan kualitasnya
mudah berubah, dihasilkan secara musiman dan daerah produksinya terpencar dan
terspesialisasi menurut kesesuaian tanah dan iklim. Produk pertanian sering menimbulkan
pengeluaran tambahan yang dapat meningkatkan biaya pemasaran seperti misalnya terjadi
kesusutan fisik dari produk merugikan strategi pemasaran, karena sering timbul claim dari
Pelanggan, baik dari pemasaran ialam negeri maupun pemasaran luar negeri.
Oleh karena itu agar kerugian tersebut dapat dihindari maka perlu adanya peningkatan
teknik produksi, teknik pengolahan, dan fasilitas penyimpanan. Faktor lain yang perlu mendapat
perhatian untuk mengurangi atau memperkecil resiko kerusakan adalah dengan meningkatkan
kualitas kemasan.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa yang perlu mendapat perhatian tinggi menyangkut
masalah produk adalah masalah kualitas atau mutu produk, baik mutu dalam arti kondisi
produk maupun menyangkut standar mutu produk.

Dalam menentukan saluran distribusi produk atau komoditas, pengusaha agribisnis


pertanian dapat memilih untuk melakukannya sendiri atau melalui perantara. Ada beberapa
alasan pengusaha memilih perantara dalam mendistribusikan produknya antara lain ;
1. Pertimbangan dana dan personalia penjualan,
2. Efisiensi kerja,
3. Keadaan prasarana daerah pemasaran setempat, dan
4. Pengetahuan dan pengalaman menangani daerah pemasaran setempat.

6. Menentukan Kebijakan Promosi Produk Agribisnis

Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan, meyakinkan, dan mengingatkan kembali


manfaat dan kualitas produk kepada konsumen. Promosi biasanya dilakukan terhadap jenis
komoditi agribisnis baru atau peluncuran varietas baru. Fungsi promosi adalah upaya
mendekatkan produk yang dihasilkan kepada konsumen, dan dengan demikian produk tersebut
akan bermanfaat dan dikenal oleh konsumen. Dalam hal ini berarti sasaran promosi adalah
untuk meningkatkan Permintaan (Demand) terhadap produk yang dihasilkan. Yang dimaksud
dengan produk yang dihasilkan di sini meliputi baik yang dihasilkan oleh usaha tani maupun
yang dihasilkan oleh agroindustri. Yang perlu dilakukan sekarang adalah bagaimana menyusun
strategi promosi yang baik agar dapat mempengaruhi selera konsumen.
Selama ini telah disadari bahwa peranan sektor pertanian sangat besar di dalam Struktur
Perekonomian Indonesia. Namun metode dan pelaksanaan dalam pembinaan dan
pengembangan pertanian belum begitu tepat. Sehingga sumbangan sektor pertanian belum
banyak berarti dalam meningkatkan pendapatan nasional.
Metode pengembangan pertanian yang dilakukan adalah dengan melaksanakan Industrialisasi
Substitusi Impor, yang dalam kenyataannya belum banyak memberikan manfaat dalam
pengembangan sektor pertanian. Malahan dengan proteksi dan kemudahan-kemudahan yang
diberikan kepada industri besar dan menengah cenderung mematikan industri-industri kecil.
Di sisi lain pengembangan pertanian pada saat ini baru berorientasi produksi, dan belum
dilakukan secara menyeluruh di dalam sistem agribisnis. Sebaiknya pengembangan pertanian
tersebut dilakukan secara menyeluruh di dalam sistem agribisnis. Untuk mendukung
keterkaitan fungsional antar subsistem di dalam sistem agribisnis, maka dalam kegiatan usaha
tani harus dapat menciptakan surplus produksi,dan dilaksanakannya teknologi tepat guna.
Dalam agroindustri perlu adanya interaksi positif dan dinamis antara sektor pertanian dan
sektor industri yang mengolah hasil pertanian tersebut.
Di sisi lain perlu adanya jaringan pemasaran yang berdasarkan Sistem Pemasaran Agribisnis,
yaitu adanya keterpaduan di antara subsistem dan dilakukan dengan strategi bauran
pemasaran.

Kegiatan promosi harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:


1. Jumlah dana yang tersedia untuk promosi,
2. Masa tahapan siklus produksi,
3. Konsumen yang ingin dituju, dan
4. Sifat atau ciri khusus produk yang dihasilkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran
yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari
produsen awal ke tangan konsumen akhir.dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai
produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran,
dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
2. Sektor pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena melibatkan lebih
dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100% penduduknya sebagai
konsumen.
3. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting
dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen, pilihan konsumen dan
mutu hidup masyarakat.
Daftar Pustaka

Firdaus, Muhammad. 2010. Manajemen Agribisnis. Cetakan ketiga. Bumi Aksara : Jakarta.

Firdaus, Muhammad. 2012. Manajemen Agribisnis. Cetakan Keempat. Bumi Aksara :


Jakarta.

Downey, W. David dan Steven P. Erickson. 2000. Manajemen Agribisnis. Erlangga : Jakarta.
- http://carapetunjukbudidaya.blogspot.co.id/2013/07/aspek-pemasaran-agribisnis-
pertanian.html

Nasrudin, Wasrob. 1996. Tataniaga Pertanian. Depdikbud Universitas Terbuka : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai