Anda di halaman 1dari 7

Penyakit polio telah dikenal sejak zaman dahulu kala, ini bsa kita lihat dari ukiran yang

ditemukan dalam dinding piramid tua Mesir Kuno, yang menggambarkan seorang anak muda
yang menyender pada tongkat dengan salah satu kakinya yang mengalami atrofi penciutan otot
tungkai kakinya.

Penyakit poliomyelitis zaman Mesir Kuno


Source:wikipedia.org

Virus penyebab penyakit polio menyerang setiap anak manusia tidak pandang bulu dan derajat
sosial ekonominya. Dizaman modern ini, salah satu tokoh dunia yang banyak berperan dalam
sejarah Perang Dunia II, yang juga menjadi korban virus polio ini adalah Presiden Amerika
Serikat Franklin D Roosevelt

Presiden Franklin Roosevelt dari Amerika Serikat yang juga menderita penyakit poliomyelitis
Source: ingredientesdelavida.blogspot

Virus penyebab penyakit :

Berasal dari keluarga Picornavirus, dan virus polio ini juga masuk dalam sub group enterovirus
yang hidup dan berkembang biak atau replikasi didalam usus manusia, bersama 70 jenis virus
lainnya hidup didalam saluran pencernaan manusia.

Virus polio adalah salah satu virus jenis RNA terkecil yang dikenal, diameternya hanya sekitar
25-30 nm(nano meter). Terdiri dari 3 jenis serotipe, yaitu virus polio type 1 (Brunhilde,
Maryland, penyebab paralytic polio), virus polio type 2 (Lansing, Michigan, penyebab fatal
paralytic polio) dan virus polio type 3 (Leon, California, penyebab fatal paralytic polio).

Maka vaksin polio adalah jenis vaksin polyvalent atau lebih tepat disebut vaksin Tri-valent,
karena baik yang OPV (Oral Polio Vaccine) juga IPV (Inactivated Polio Vaccine) adalah
terdiri dari 3 jenis serotipe virus polio ini. (lihat Macam dan Jenis Vaksin –
www.selukbelukvaksin.com)

Cara penularan virus polio adalah melalui kontak fecal -oral atau kontak dari tinja yang
mengandung virus polio ke mulut. Jadi ini bisa melalui air dan bahan makanan yang dicuci
dengan air terkontaminasi tersebut. Biasanya pada daerah yang kesulitan air bersih akan menjadi
masalah dan penularan virus polio.

Sampai saat ini tidak ada pengobatan untuk penyakit poliomyelitis, sehingga yang terbaik dan
ampuh adalah dengan memberikan vaksinasi dan imunisasi terhadap penyakit polio ini untuk
semua bayi dan anak-anak didaerah endemik, juga untuk semua wisatawan, tanpa memandang
usianya, yang datang dari daerah bebas penyakit polio yang akan berkunjung ke daerah endemik
penyakit polio ini. Misalnya dari Eropa atau Amerika ke Asia dan Afrika.

Virus polio sulit hidup dialam raya dan hanya manusia adalah satu-satunya inang penjamu untuk
virus polio ini, sehingga hal ini memungkinkan bagi kita untuk suatu waktu mengeliminasikan
virus poliomyelitis ini dari muka bumi, sehingga terbentuk dunia yang benar-benar bebas dari
penyakit poliomyelitis – A World Free of Poliomyelitis, seperti yang dicanagkan WHO –
Badan Kesehatan Sedunia.

Dari semua korban infeksi virus polio, tidak seperti penyakit infeksi lainnya, maka pada infeksi
virus polio, tidak ditemukan bentuk pembawa penyakit polio yang khronis (chronic carrier).

Tidak semua anak atau orang yang terinfeksi dengan virus poliomyelitis akan sakit dan menjadi
lumpuh cacat seumur hidup. Semua ini tergantung juga dari daya tahan tubuh, kondisi kesehatan
dan status keadaan gizi anak atau orang tersebut. Dari statistik kedokteran, kita bisa memilahnya
menjadi angka-angka yang menarik untuk diteliti.

Hasil akhir akibat infeksi virus poliomyelitis adalah sebagai berikut :

 30 % akan sembuh total

 30 % akan menderita cacat kelumpuhan derajat ringan

 30 % akan menderita cacat kelumpuhan tingkat sedang hingga berat

 10 % akan meninggal akibat kelumpuhan otot pernafasan selain kelumpuhan otot tungkai
anggota gerak kaki.
 (Source: L’interactif,Handicap International, June 1998)

Penyakit poliomyelitis telah merebak keseluruh dunia dengan segala beban ekonomi dan beban
finansial yang tidak ringan bagi negara dan masyarakat yang anggota keluarganya telah menjadi
korban penyakit polio ini.

Global Polio Eradication Initiative (GPEI) World Health Organization

Sehingga pada tahun 1988, saat diadakan Pertemuan Tahunan Badan Kesehatan Dunia yang ke
41, yang dihadiri delegasi 166 negara, Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencanangkan
perang melawan penykait polio diseluruh dunia dan bertekad membuat dunia benar-benar bebas
dari penyakit poliomyelitis pada tahun 2000. (catatan: tenggang waktu tahun 2000 telah
terlampaui karena banyaknya kendala dan hambatan nasional dan internasional dalam masalah
pemberantasan virus dan penyakit polio diseluruh dunia)

Sejak itu berbagai usaha telah dilakukan dengan sangat intensif oleh semua negara anggota PBB
dan WHO, misalnya dengan National Immunisation Days, Pekan Imunisasi Nasional Polio/PIN
Polio, dan semua program kesehatan masyarakat untuk mencakup seluruh lapisan masyarakat
dengan vaksin polio oral yang diteteskan bagi semua bayi dan anak.
Imunisasi polio dilakukan sejak bayi lahir dirumah sakit atau klinik, yaitu pada saat sebelum bayi
dan ibu dipulang kerumah masing-masing. Kemudian masih diberikan dosis berikutnya pada
waktu berusia 2, 4 , 6 bulan dan dosis penguat atau dosis booster pada saat berusia diatas 1 1/2
tahun, 5 tahun dan 15 tahun.

Infeksi virus polio telah terjadi dimana-mana, namun dengan Program Eradikasi Polio WHO,
banyak begain dunia telah dinyatakan bebas penyakit poliomyelitis, misalnya di Amerika,
Eropah dan sebagian dari negara di Asia Pasifik, seperti Australia, New Zealand.

Sayangnya hingga saat ini masih ada 4 negara yang dinyatakan sebagai daerah atau negara
dengan penyakit polio endemik, yaitu di Nigeria di benua Afrika, Afganistan yang sedang
dilanda konflik bersenjata, India dan Pakistan yang semuanya ada di benua Asia. Dari ke-empat
negara tersebut, maka virus polio secara konsisten dan terus menerus menyebar ke negara
tetangga bahkan antar benua, sehingga menciptakan bahaya dan kemungkinan terjadinya
Kejadian Luar Biasa poliomyelitis dinegara lain, misalnya yang pernah terjadi di Indonesia
pada tahun 2005.

Selama masih ada negara atau daerah yang menjadi endemik penyakit poliomyelitis, maka status
negara yang bebas polio pun selalu menjadi terancam, karena selalu ada kemungkinan virus
polio ini akan sampai dinegara bebas polio tersebut sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa
penyakit polio.

Sebetulnya Indonesia telah bebas dari penyakit polio sekitar hampir 10 tahun lamanya, hingga
tahun 2005, kita dikejutkan dengan kejadian luar biasa polio di desa Cidahu di Sukabumi, dan
semenjak itu, kita disibukkan dengan berbagai program vaksinasi dan imunisasi polio untuk
anak-anak dan bayi Indonesia, yang tampaknya mulai membuahkan hasil nyata dengan
terkendalinya penyebaran kasus penyakit polio keluar dari daerah desa Cidahu Sukabumi
sehingga tidak meluas jauh kedaerah lain. Sampai sekarang ini, sudah lebih 3 tahun kita sudah
tidak menemukan kasus baru penyakit polio di Indonesia.

Dari penelitian sumber asal dan jenis virus polio yang menular di desa Cidahu, ternyata itu
adalah virus polio type 1, yang berasal dari Nigeria yang terbawa oleh jemaah haji dan terbawa
terus ke Indonesia.

Perkembangan Usaha Pemberantasan Penyakit Polio Dunia

Pada tahun 1988 saat dicanangkan Tahun 2000 Dunia Bebas Penyakit Polio oleh WHO, maka
jumlah kasus polio yang resmi tercatat diseluruh dunia adalah sejumlah 350.000 kasus pertahun,
dan jumlah ini terus menurun secara drastis, hingga mencapai 99% saat ini, semua ini berkat
usaha imunisasi dengan vaksin anti polio, yang dengan giat dan gencar dilakaukan oleh semua
negara anggota PBB dan WHO.

Namun gambaran aneh yang dilihat oleh para ahli epidemiologi penyakit poliomyelitis ini, yaitu
jumlah kasus baru penyakit polio ini masih tetap ditemukan dibeberapa negara didunia, terutama
dinegara-negara berkembang dan letak geografisnya di daerah tropis dan subtropis, jumlah kasus
polio baru yang ditemukan turun dan naik dari tahun ke tahun (efek yoyo), namun tidak pernah
hilang secara keseluruhan seperti dinegara industri dan negara maju lainnya. Misalnya di India,
meskipun gerakan imunisasi polio telah dilakaukan lebih dari 10 kali didaerah Bihar dan Uttar
Pradesh, namun kasus baru penyakit polio masih saja ditemukan setiap tahunnya.

Dari penelitian lebih lanjut, para ahli menyimpulkan beberapa temuan sebagai berikut :

1. Effektifitas vaksin OPV berkurang disuhu udara tropis dan sub-tropis


2. Terjadinya mutasi virus vaksin yang dilemahkan menjadi virus polio yang virulen (wild
type) sehingga terjadi kasus VAPP dan VDPV
3. Keraguan akan mutu vaksin polio oral ini
Hal hal diatas menimbulkan perbedaan angka serokonversi terhadap vaksin polio yang dipakai
dinegara industri atau negara maju dengan negara berkembang. Didapatkan angka serokonversi
yang hampir 100 % untuk tiga serotipe virus polio didalam vaksin polio dinegara industri atau
negara maju dengan hanya antara 70 -90% dinegara berkembang.

Apa yg Harus Kita Perbuat Terhadap Penyakit Poliomyelitis ?

Seperti yang telah kita kemukakan tadi bahwa hingga detik ini tidak ada pengobatan untuk
penyakit polio, para korban polio hanya diberikan pengobatan suportif dan simtomatik atas
gejalah penyakit yang timbul selama menderita sakit, dan bila telah terjadi cacat fisik seperti
kelumpuhan otot tungkai, maka diberikan penyanggah tungkai untuk membantu pergerakan saja.
Dan hingga saat ini, cara yang paling ampuh dan efektif adalah dengan memberikan imunisasi
vaksinasi anti polio bagi yang belum terinfeksi dan menjadi korban penyakit polio ini.

Jenis-jenis Vaksin Anti Polio yang Kita Pakai Saat Ini:

Vaksin Polio Oral (OPV)

Dr. Albert Sabin


Source: sciencephoto.com

Vaksin ini dikembangkan oleh Dr. Albert Sabin pada tahun 1961 sebagai vaksin polio
monovalent, dan kemudian tahun 1963 sebagai vaksin tri-valent polio (dalam satu sediaan
vaksin mengandung 3 jenis serotipe virus poliomyelitis). Dr. Albert Sabin menggunakan virus
polio yang hidup namun telah dilemahkan sewaktu dalam perkembangbiakan virus polio untuk
membuat vaksin polio ini.

Cara pemberian vaksin ini adalah dengan meneteskan vaksin ini ke dalam mulut sipenerima
vaksin, kemudian virus polio yang terkandung dalam vaksin ini akan berkembang biak dan
memperbanyak diri (replikasi) dalam saluran cerna kita dan merangsang tubuh untuk
memproduksi zat antibody untuk melawan virus polio liar yang akan masuk dan menginfeksi
tubuh kita.

Orang yang mendapatkan vaksin OPV ini akan mengeluarkan secara terus menerus virus polio
yang berasal dari vaksin ini sekitar beberapa bulan kedepan, sehingga virus polio ini akan
mencemari lingkungan bila orang tersebut buang air besar /BAB ditemppat atau alam terbuka.
Selain mencemarkan lingkungan, maka virus polio asal vaksin ini juga akan menginfeksi orang
yang beradaa disekitarnya, sehingga menyebabkan orang itu juga menjadi kebal terhadap
penyakit polio di kemudian hari. Ini yang disebut vaksinasi polio alamiah bagi orang sekitarnya,
ini dianggap sebagai keuntungan vaksin OPV terhadap kesehatan masyarakat lingkungan.
Tetapi hal ini terjadi dengan satu syarat, yaitu selama virus asal vaksin ini tetap masih ‘jinak’
atau tidak mengalami mutasi genetik menjadi ganas kembali, selama proses replikasi disaluran
cerna kita atau sewaktu berada kembali dialam habitat virus polio ini.

Bila karena suatu hal, terjadi mutasai genetik selama replikasi dalam saluran cerna atau sewaktu
dialam terbuka, virus asal vaksin ini menjadi ganas kembali, yaitu bersifat neuro-virulen, maka
orang sekitar yang tidak kebal atau yang belum di imunisasi terhadap polio, akan dengan mudah
terinfeksi dan menderita penyakit polio yang sebenarnya. Hal ini yang kita kenal sebagai VDPV
atau Vaccine Derived Polio Virus, yaitu virus polio ‘ganas’ yang berasal dari vaksin polio, yang
mampu menularkkan penyakit polio bagi lingkungannya.

Kejadian VDPV di Seluruh Dunia : Dari catatan diketahui bahwa selama 10 tahun terakhir ini,
telah pernah terjadi 16 kali Kejadian Luar Biasa penyakit poliomyeitis di 15 negara, yang
menimbulkan 464 kasus kelumpuhan penyakit poliomyelitis, yang disebabkan oleh tiga jenis
serotipe virus polio yang kita kenal. Salah satu kejadian VDPV ini terjadi di pulau Madura
Indonesia, pada tahun 2005, yang menyebabkan 46 kasus kelumpuhan penyakit polio yang
virusnya berasal dari vaksin polio oral.

Atau yang lebih dramatis adalah orang yang diimunisasi vaksin polio, beberapa saat kemudian
menjadi lumpuh akibat pemberian vaksin polio oral ini, karena selama di saluran cerna orang
tersebut, virus polio dari vaksin ini mengalami replikasi dan mutasi genetik dengan virus-virus
usus lainnya, dan hasil akhirnya adalah menjadi virus polio yang menjadi ganas kembali, dan
orang tersebut terserang virus ganas ini dan menjadi lumpuh polio. Ini yang disebut VAPP atau
Vaccine Associated Paralytic Polio.

VAPP ini bisa terjadi sebagai salah satu bentuk KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) vaksin
polio, menuurut data yang ada, bahwa setiap 750.000 dosis vaksin polio yang pertama akan
menimbulkan 1 kasus VAPP, dan untuk dosis selanjutnya maka angkanya menjadi semakin
tinggi yaitu sekitar 2.5 juta dosis vaksin polio untuk menimbulkan 1 kasus VAPP dan seterusnya.
Data terakhir mengatakan bahwa setiap tahun kira-kira terjadi 500 kasus VAPP pertahun
diseluruh dunia.

Rasanya sudah tidak bisa kita terima begitu banyak kasus VAPP akibat vaksin
polio oral yang terjadi setiap tahun diseleruh dunia, bahkan melebihi jumlah
kasus lumpuh yang disebabkan oleh virus polio itu sendiri.

Adanya kejadian VAPP dan VDPV menjadi sebab kendala pemakaian vaksin OPV ini secara
meluas dan juga setelah kasus polio telah terkendali, terutama dengan kejadian VDPV, hal ini
akan mengakibatakan :

 Pencemaran alam dan lingkungan dengan virus polio asal vaksin OPV, yang
mempunyai potensi berubah menjadi virus polio ganas kembali, sehingga menimbulkan
Kejadian Luar Biasa polio pada daerah yang sebelumnya telah berhasil mengendalikan
kasus polio lokanya.

 Menurut data statistik dan data epidemiologi penyakit polio, dikenal siklus empat
tahunan, dimana setiap empat tahun sekali akan terjadi ledakan kasus baru penyakit
polio didaerah tersebut yang sebelumnya telah berhasil mengendalikan penyebaran
penyakit polio ini.

 Konsekuensi yang lebih serius dan luas adalah selama kita tetap menggunakan vaksin
OPV dengan virus hidup yang dilemahkan, maka selama itu pula kita tidak mungkin
bebas dari virus polio dan penyakit polio, maka tekad WHO pada tahun 2000 Dunia
bebas dari penyakit polio akan menjadi slogan kosong belaka
 Vaksin polio hidup OPV ini adalah kontra-indikasi untuk orang atau anak yang sedang
sakit berat, sedang diare dan muntah, anak dengan gangguan sistim kekebalan tubuh,
misalnya sedang mendapat pengobatan kortokosteroid, mendapat pengobatan
khemotherapi, menderita HIV AIDs dan wanita hamil

Inactivated Polio Vaccine (IPV)

Dr. Jonas Salk


Source: salk.edu

Vaksin ini dikembangkan oleh Dr. Jonas Salk pada tahun 1955 di Amerika, vaksin ini juga
terbuat dari 3 jenis serotipe virus polio yang telah dimatikan dengan bahan kimia. Karena ini
adalah jenis vaksin polio yang telah dimatikan, maka tidak ada kemungkinan setelah orang
mendapat vaksinasi dengan vaksin IPV ini menjadi sakit polio seperti kasus VAPP yang terjadi
dengan vaksin OPV sebelumnya.

Cara pemberian vaksin IPV ini yaitu dengan menyuntikkan kedalam otot /intra muskular. Tidak
ada replikasi virus karena yang diergunakan adalah virus polio yang telah dimatikan dengan
bahan kimia selama proses pembuatan vaksin berlangsung.

Dengan mempertimbangkan fakta-fakta terkait dengan vaksin polio IPV ini, maka kita
berkesimpulan bahwa :

 Vaksin IPV ini tidak mempunyai potensi emncemarkan alam dan lingkungan hidup
manusia

 Karena dari virus yang telah dimatikan, tidak ada proses replikasi dalam tubuh, sehingga
juga tidak ada efek mutasi genetik dimana virus polio yang telah dilemahkan menjadi
virus ganas kembali seperti halnya vaksin OPV

 Sehingga tidak akan ada lagi cerita terjadinya kasus polio baru karena VAPP dan VDPV

 Vaksin polio IPV ini dapat diberikan pada anak dan orang dengan kondisi sistim
pertahanan tubuh yang terganggu misalnya sedang mendapatkan pengobatan
khemotherapi, kortikosteroid, menderita HIV AIDs atau sakit berat lainnya

 Hanya dengan pemakaian vaksin polio IPV ini bisa kita mencapai Dunia Bebas Penyakit
Polio, seperti yang dicanangkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO pada tahun 1988
yang lalu

 Sehingga saat ini dianggap bahwa vaksin IPV adalah vaksin yang ideal dan pilihan
terbaik untuk melawan dan membasmi virus plus penyakit poliomyelitis dari muka bumi.
 Vaksin polio IPV terdapat dalam bentuk vaksin mono-valent hanya berisi vaksin polio
saja atau juga poly-valent atau vaksin kombinasi bersama vaksin DTP, vaksin Hepatitis
B, Hib atau Hemophilus influenza type B vaksin (lihat Macam dan Jenis Vaksin –
www.selukbelukvaksin.com)

Kesimpulan :

Dengan banyaknya kejadian luar biasa penyakit poliomyelitis karena VDPV ini, telah mengubah
gambaran positif vaksin polio oral / OPV yang pada awalnya diharapkan bisa menimbulkan
vaksinasi alamiah untuk orang sekitar penerima vaksin oral polio, namun sekarang telah disadari
bahwa vaksin oral polio ini malahan menjadi ancaman dan hambatan bila kita ingin
mengeliminasi dan melenyapkan virus dan penyakit polio dari muka bumi seperti program
WHO.

Diharapkan dengan pemakaian vaksin anti polio yang tepat, dalam hal ini vaksin polio IPV yang
virusnya telah dimatikan, maka dimasa depan, tidak ada lagi bayi dan anak yang menjadi lumpuh
karena virus polio liar atau mengalami kelumpuhan akibat kejadian VAPP ataupun VDPV dari
vaksin anti polio yang dipakai.

Referensi:

– Vaccines, 5th edition, Plotkin Orenstein and Offit

– Sanofi Pasteur – Adacel™ and Adacel Polio™ Booster Vaccine – Scientific Meeting Report

Anda mungkin juga menyukai