Anda di halaman 1dari 17

INFLASI DAN PENGANGGURAN

Disusun Oleh :

Bayu Pawana (170130112)


Rahmita(NIM)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSALEH

2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah kami ini kami akan mencoba
menguraikan tentang Inflasi dan pengangguran. Inflasi dan pengangguran adalah masalah
terbesar dalam perekonomian saat ini. Kami akan membahasnya secara rinci.

Semoga makalah ini dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang inflasi dan
pengangguran. Meskipun demikian, kami menyadari akan kelemahan dan kekurangnnya. Oleh
sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan ucapan terima kasih
demi perbaikan makalah ini

Medan, Mei 2018

penulis

ii
Daftar isi

Cover

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….ii

Daftar isi……………..………………………………………………………………………iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumuskan MasalahTujuan
BAB II

PEMBAHASAN

1. INFLAS
2. PENGANGGURAN

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita
melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja,
seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan
seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung
pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka
panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling
berkaitan.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat
menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat
memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar,
peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat
dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran
yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman
ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada
para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).

1. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan
masalah yaitu:

1. Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi, deflasi dan stagflasi?


2. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
1. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi, deflasi
dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan kebalikan
dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya beli
masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan
tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya
daya beli masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga
secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara
umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%,
sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan
sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.

Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada
tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan
pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah
menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba
atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah,
misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan
menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan
kembali.

Jenis-jenis Inflasi

1. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu sebagai berikut:

 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10%
pertahun
 Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini biasanya
ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini
biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
 Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun. Dalam
kondisi ini harga-harga secara umum naik.
 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara
drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi
menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan
barang.
1. Berdasarkan Sebabnya
 Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di
satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full
employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila permintaan banyak
sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-
menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan
tenaga kerja baru.
• Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi
(naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang
negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi,
maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik
menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
1. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari dalam
negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja
negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik
dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan sebagainya.
Kedua inflasi yang berasal dari luar begeri.

Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi,
dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila
terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu
saja bertambah mahal.

Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25)
antara lain:

1. ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli
sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%

1. Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index


Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw
material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

1. c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana
indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga
jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi

Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan
kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga
persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya
dapat digolongkan sebagai inflasi merayap

Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat
harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di Indonseia, sebagai
contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai
650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat
dalam tahun 1966.

Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-


negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu
menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat
inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu
digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate inflation.

Dampak dari inflasi

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan
tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade
off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif
maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut.

DAMPAK NEGATIF

1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara
rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan
guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank
kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang
tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada
daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki
banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
DAMPAK POSITIF

1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien
mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin
dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional.
Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi
sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih
banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang
bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca
pembayaran akan memburuk.

Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat

Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat :

Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat
disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi –
istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi
berlaku.

Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta
tetap (tanah), bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill
kekayaannya. Ajuga sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya.
Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan
tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin tidak
merata.

Cara mencegah inflasi

1. a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral dapat
mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu : (1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka
(Open Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan
cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar,
Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar,
Bank Sentral membeli surat-surat berharga ; (2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate
Policy) yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang
diberikan kepada Bank Umum;

(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi cadangan
minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk
menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.

1. b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan.

1. c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output


Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
1. d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji
ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

PENGANGGURAN

Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka
yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya adalha
usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun,
yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah
dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang
memperdebatkannya.

Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan
hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang terkenal
sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own
demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar
terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama,
karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan
barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang
sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan
barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam
penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang
disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada
kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah
satu asumsi yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi,
dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.

Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti pemborosan
dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan semakin
meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain pengangguran
atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan,
menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru
karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai
macam alasan lainnya.
Jenis-Jenis Pengangguran

Bedasarkan penyebab terjadinya :

 Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan
kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena
pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
 Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus
ekonomi.
 Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
 Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
 Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
 Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia
menjadi tenaga mesin.
 Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya :

 Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan


pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam
perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan.
Efek dari keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak
melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan
oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
 Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa jumlah
pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan
supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang
digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh –contohnya ialah, pelayan
restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga
yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
 Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan
perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan
mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat
mengerjakan tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di
antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet,
nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
 Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke
kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke kota dapat
memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di
samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam
kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin hnya bekerja satu
hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja – pekerja yang
mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur
atau dalam bahasa Inggris : underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan
underemplayment.

Akibat Pengangguran

Bagi perekonomian Indonesia :

1. Penurunan pendapatan perkapita.


2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi masyarakat :

1. Menjadi beban psikologis dan psikis.


2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak kriminalitas.

Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran

Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana diketahui
bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin menyimpan
uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap dipakai atau harus
melalui proses produksi (membuat rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para pengangguran akan
banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya,
tetapi juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang
dengan menambah produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini
tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.

Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang negatif
daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana saja karena
banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan investasi, dan masih
tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.

Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan
penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini justru akan
menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.
Prof. A. W Phillips daro London School of Economic, inggris meneliti data dari berbagai negara
mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa didasari teori yang kuat
ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi dan
pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka pengangguran turun, sebaliknya apabila
inflasi turun, maka pengangguran naik.

Secara teori, Lipsey menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan pengangguran melalui
teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung turun bila pengangguran
relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran mencerminkan adanya kelebihan
penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat pengangguran relatif
rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi
terdapat keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat
upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang
keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan
dengan teori Phillips, penawaran dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan
tingkat upah tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin
besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti
tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan permintaan
tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka
pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi. Namun,
bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila
pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah
bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi
dengan harga yang berlaku.

Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi
sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi yang
dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga barang
adalah adanya tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi,
maka harga produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah
tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)

TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Tujuan Bersifat Ekonomi

Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan yang


bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk menyediakan lowongan
pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki
kesamarataan pembagian pendapatan.

 Menyediakan Lowongan Pekerjaan


Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang
selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus. Maka, untuk
menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang
cukup perlu disediakan dari tahun ke tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku
kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja
bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini
usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.

 Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat


Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan pendapatn nasional
dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional
dan pendapatan nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per
kapita yang diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk.
Dengan demikian kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin
berkuran bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per
kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.

 Memperbaiki Pembagian Pendapatan


Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan
pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin
besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan.
Seterusnya penganggran yang terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan
upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan
kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa
usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
pembagian pendapatan dalam masyarakat.

Tujuan Bersifat Sosial dan Politik

Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang
bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk mengatasi masalah
ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini diterangkan masalah sosial dan politik
utama yang ingin diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.

 Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga


Ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. Apabila kebanyakan
anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan, berbagai masalah akan timbul.
Pertama, keluarga tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan
perbelanjaan. Maka secara lansung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran kluarga.
Seterusnya, pengangguran mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak
– anaknya. “Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah kemiskinan.
Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri, khilangan kepercayaan diri dan
perselisihan dalam kluarga, merupakn masalah lain yang ditimbulakn oleh pengangguran.

 Menghindari Masalah Kejahatan


Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi di
lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali
yaitu apabila tidak ada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan
kegiatan kejahatan. Terdapat perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah
pengangguran, yaitu semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan
demikian usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalm
kejahatan.

 Mewujudkan Kestabilan Politik


Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk menaikkan taraf
kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kstabilan politik tidak mungkin
suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus – menerus. Pengangguran
merupakan salah satu sumber / penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran
menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
1) Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada
umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.

2) Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.

3) Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini
merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh perubahan
inflasi yang diharapkan.

4) Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi merupakan
masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas, kdua masalah ini
tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu
kedua masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu
diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk – bentuk kebijakan
pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua masalah.
Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama adalah dengan
melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah berdasarkan ciri – cirinya.
Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran normal/friksional,
pengangguran siklikal (kunjungtur), pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi.
Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran terbuka,
pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur.
Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran
didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik. Dari segi ekonomi
tujuan mengatasi pengangguran adalah : Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.

Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit
Erlangga : 1997.

Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.

Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2000.

Anda mungkin juga menyukai