Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Pengertian
Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Pengertian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan singkatan TBC adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis, biasanya menyerang paru-paru (disebut sebagai TB Paru).
Mycobacteria ini termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk
dalam ordo Actinomycetes. Mycobacterium tuberculosis ini meliputi M.
tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari
5
6
2.1.3 Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya
penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun
1995. Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan
9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah
perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus
adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV
positif dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan)
dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang.
Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah
usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun. (Permenkes, 2016)
8
selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun. Berarti sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya sekitar 10% dari yang
terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. (Kemenkes, 2014 dan Depkes,
2011)
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Maka diantara 100.000
penduduk rata-rata menjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100
orang) akan menjadi sakit TB (BTA positif) setiap tahun. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi.
(Kemenkes, 2014 dan Depkes, 2011)
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan tuberkulosis paru: Teori
John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), pejamu (host), dan
lingkungan (environment). (Kemenkes, 2014 dan Depkes, 2011)
2.1.6 Diagnosis
Untuk mendiagnosis TB paru semua suspek diperiksa 3 spesimen
dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis
TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB Nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti
foto toraks, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis
TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja, foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga terjadi
overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu
menunjukkan aktivitas penyakit (Permenkes RI, 2016)
Dewasa ini, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan
diagnosis TB pada orang dewasa, sebab sebagian besar masyarakat sudah
terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis karena tingginya
prevalensi TB, suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa
yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tuberculosis.
11
Dilain pihak, hasil uji tuberkulin dapat menunjukkan hasil yang negatif
meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis. Misalnya pada penderita
HIV/AIDS, malnutrisi berat, TB milier dan morbili (Zulkoni A, 2010)
Berikut ini merupakan bagan alur diagnosis TB paru (Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2013) yaitu :
Imipenem-silastatin
(Ipm)*
Meropenem(Mpm)*
Amoksilin
clavulanat (Amx-
Clv)*
Thioasetazon (T)*
1) Kategori-1:
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a. Dosis harian (2(HRZE)/4(HR))
Tabel 2.4 Dosis Harian Kategori 1
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap hari Setiap hari
Berat Badan
Selama 56 hari Selama 16
minggu
30-37kg 2 Tablet 4KDT 2 Tablet
38-54kg 3 Tablet 4KDT 3 Tablet
55-70kg 4 Tablet 4KDT 4 Tablet
≥ 71 Kg 5 Tablet 4KDT 5 Tablet
2) Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya (pengobatan ulang) yaitu:
1. Pasien kambuh.
2. Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya.
3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up).
A. Dosis harian{2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)}
Tabel 2.6 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2
{2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)}
Berat Tahap Intensif setiap hari Tahap Lanjutan
Badan RHZE (150/75/400/275) + S setiap hari RHE
(150/75/275)
Selama 56 Selama 28 Selama 20 minggu
Hari Hari
30-37Kg 2 tab 4KDT + 2 Tablet 2 Tablet
500 mg 4KDT
Streptomisin
Inj
38-54kg 3 tab 4KDT + 3 Tablet 3 Tablet
750 mg 4KDT
Streptomisin
Inj
55-70kg 4 tab 4KDT + 4 Tablet 4 Tablet
1000 mg 4KDT
Streptomisin
Inj
≥ 71 Kg 5 tab 4KDT + 5 Tablet 5 Tablet
1000 mg 4KDT
18
Streptomisin
Inj
b. Indikator Utama
Indikator utama digunakan untuk menilai pencapaian strategi
nasional penanggulangan TB di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi,
dan Pusat. Adapun indikatornya adalah:
21
1. Indikator Utama
a) Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection
rate/CDR) yang diobati
Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di
antara perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden).
Rumus:
22
Misalnya:
Perkiraan insiden di suatu wilayah adalah 200 per
100.000 penduduk dan jumlah penduduk sebesar
1.000.000 orang maka perkiraan jumlah semua kasus TB
adalah (200:100.000) x 1.000.000 = 2.000 kasus. CDR
menggambarkan seberapa banyak kasus TB yang terjangkau
oleh program.
e. peningkatan KIE
f. meningkatkan kemampuan kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan
penanggulangan TB;
g. integrasi penanggulangan TB;
h. sistem rujukan;
Program Pengendalian TB dalam strategi nasional diarahkan menuju
akses universal terhadap layanan TB yang berkualitas dengan upaya
kegiatan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) untuk semua pasien
TB yang sistematis dengan pelibatan secara aktif seluruh penyedia
layanan kesehatan melalui pendekatan Public Private Mix/PPM (bauran
layanan pemerintah-swasta).
Public Private Mix/PPM adalah pelibatan semua fasilitas layanan
kesehatan dalam upaya ekspansi layanan pasien TB dan kesinambungan
program penanggulangan TB secara komprehensif di bawah
koordinasi Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Mekanisme Pendekatan PPM (Public Private Mix) dapat dilaksanakan,
sebagai berikut:
a. Hubungan kerjasama/bauran pemerintah-swasta, seperti: kerja
sama program penanggulangan TB dengan faskes milik swasta,
kerja sama dengan sector industri/perusahaan/tempat kerja, kerja
sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
b. Hubungan kerjasama/bauran pemerintah-pemerintah, seperti:
kerja sama program penanggulangan TB dengan institusi
pemerintah Lintas Program/Lintas Sektor, kerja sama dengan
faskes milik pemerintah termasuk faskes yang ada di BUMN, TNI,
POLRI dan lapas/rutan.
c. Hubungan kerjasama/bauran swasta - swasta, seperti: kerja
sama antara organisasi profesi dengan LSM, kerja sama RS swasta
27
Keterangan :
• Mandatory Notification adalah kewajiban melapor setiap
Fasyankes di luar Puskesmas (DPM, Klinik, RS), yang dalam teknis
pelaporannya dapat dilakukan melalui Puskesmas maupun langsung
ke Dinas Kesehatan.
• Koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan perlu diperkuat agar
berjalan dengan baik,dengan menitik beratkan pada pembentukan
Tim PPM di tingkat kabupaten/kota dengan keanggotaan dan
perannya
dengan kebutuhan.
4. Meningkatkan kontribusi pembiayaan program bersumber
dari dana pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan
program secara memadai.
Pembagian peran dalam Penanggulangan TB adalah:
1. Tingkat pusat
a. Menetapkan kebijakan dan strategi program
penanggulangan TB.
b. Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor
dan kemitraan untuk kegiatan Penanggulangan TB dengan
institusi terkait ditingkat nasional.
c. Memenuhi kebutuhan Obat Anti TB (OAT) lini1 dan
lini2 (TB- RO).
d. Memenuhi kebutuhan perbekalan kesehatan, reagensia
dan penunjang laboratorium lain untuk penegakan
diagnosis TB sebagai penyangga kegiatan atau buffer.
e. Pemantapan mutu obat dan laboratorium TB.
f. Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis
kegiatan Penanggulangan TB.
g. Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB
yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi.
h. Pendanaan kegiatan peningkatan SDM
Penanggulangan TB terkait dengan tugas pokok dan
fungsi.
2. Tingkat Provinsi
a. Melaksanakan ketetapan kebijakan dan strategi
program penanggulangan TB (NSPK).
b. Menyediakan kebutuhan perbekalan kesehatan,
35
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Melaksanakan ketetapan kebijakan dan strategi
program penanggulangan TB (NSPK).
b. Menyediakan kebutuhan perbekalan kesehatan dan
bahan pendukung diagnosis.
c. Menyediakan kebutuhan pendanaan untuk
operasional program Penanggulangan TB.
d. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor
serta jejaring kemitraan untuk kegiatan
36
No Indikator Target
C. Perencanaan harian
4. Ditinjau dari filosofi perencanaan
A. Perencanaan memuaskan
B. Perencanaan optimal
C. Perencanaan adaptasi
5. Ditinjau dari orientasi waktu
A. Perencanaan berorientasi masa lalu-kini
B. Perencanaan berorientasi masa depan
C. Perencanaan kebijakan
6. Ditinjau dari ruang lingkup
A. Perencanaan strategic
B. Perencanaan taktis
C. Perencanaan menyeluruh
D. Perencanaan terpadu