Tugas Jadi Maternitas
Tugas Jadi Maternitas
Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
2017/2018
ANEMIA
A. DEFINISI ANEMIA
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh (kamus bahasa indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para
ahli diantaranya :
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium.
1. Nilai Hb normal
a) Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl
b) Wanita : 12.1 – 15.1 gram/dl
2. Nilai Hb anemia
a) Pria : <13.8 – 17.2 gram/dl
b) Wanita : <12.1 – 15.1 gram/dl
(WHO.2008)
B. KLASIFIKASI ANEMIA
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah / destruksi darah yang
berlebih sehingga menyebabkan sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam
eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran
darah tepi. Jika retikulosit tidak ditemukan, maka dicurigai adanya anemia aplastik, anemia
def besi dan b12 yang tidak diobati, terapi radiasi, masalah endokrin, kegagalan sumsum
tulang, sindrom mielodisplasia, dan alkoholism.
D. ANEMIA HEMOLITIK
Penyakit anemia hemolitik adalah salah satu jenis penyakit kekurangan darah yang
disebabkan oleh meningkatnya proses penghancuran sel darah merah dalam tubuh. Apabila
dibiarkan tentu keadaan seperti ini akan berdampak buruk pada penderita. Pada kondisi
normal, sel darah merah akan bertahan dalam waktu 120 hari, namun pada penderita anemia
hemolitik penghancuran sel darah merah terjadi lebih cepat. Hal ini akan menyebabkan
penurunan sel darah merah, yang bersifat sementara atau secara terus menerus
E. ANEMIA APLASTIK
A. Defenisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Melitus dalam bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus
dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa
tinggi.
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan menifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang
penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati.
B. Klasifikasi
1. Diabetes tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin.
Sebelumnya, tipe diabetes ini disebut sebagai diabetes melitus dependen insulin (IDDM), karena
individu pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. Diabetes tipe 1 biasanya
dijumpai pada individu yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan
laki-lakisedikit lebih banyak dari pada wanita. Karena insidensi diabetes tipe 1 memuncak pada
usia remaja dini, pada masa dahulu bentuk ini disebut sebagai diabetes juvenilis. Akan tetapi,
diabetes tipe 1 dapat timbul pada semua kelompok usia.
Insidensi diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapt dibagi dalam dua
sub tipe: (a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; dan (b)
idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering
timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
Pengidap diabetes tipe 1 memperlihatkan kadar glukosa normal sebelum yang terkendali
awitan penyakit muncul. Pada masa dahulu, diabetes tipe 1 dianggap penyakit yang terjadi tiba-
tiba dengan sedikit tanda peringatan. Akan tetapi, saat ini, diabetes tipe 1 adalah penyakit yang
biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa tahun, dengan adanya autoantibodi
terhadap sel-sel beta destruksi yang terjadi secara terus-menerus pada diagnosis lanjut. Pada saat
diagnosis tipe 1 ditegakkan, biasanya pangkreas tidak atau sedikit mengeluarkan insulin, dan
lebih dari 80% sel beta pangkres telah dihancurkan. Kadar glukosa darah meningkat karena tanpa
insulin glukosa tidak dapat masuk ke sel. Pada saat yang sama, hati mulai melakukan
glukoneogenesis (sintesis glukosa baru) menggunakan subtrat yang ter sedia seperti sam amino,
asam lemak dan glikogen. Subtrat-subtrat ini mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam
sirkukalsi karena efek katabolik glukagon tidak dilawan oleh insulin. Hal ini yang menyebabkan
sel-sel mengalami kelaparan walaupun kadar glukosa darah sangat tinggi. Hanya sel otak dan sel
darah merah yang tidak kekurangan glukosa karena keduanya tidak memerlukan insulin untuk
memasukkan glukosa.
2. Diabetes tipe 2
3. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan dan memengaruhi
4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi
glukosa, maka kehamilan adalah suatu diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai
predisposisi diabetes secara genetik mungkin akan memperlihatkan toleransi inglukosa atau
manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.
Meskipun diabetes tipe ini sering membaik setelah persalinan, sekitar 50% wanita
pengidap ini tidak akan kembali ke status nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan, jika
membaik setelah persalinan, resiko untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah sekitar 5 tahun II
pada waktu mendatang lebih besar daripada normal.
Tipe khusus lain adalah (a) kelainan genetik dalam sel beta seperti yang dikenali pada
MODY. Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi
sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten tehadap insulin. Kelainan genetik
telah dikenali dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan bentuk fenotif yang berbeda (MODY
1, MODY 2, MODY 3, MODY 4); (b) kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan
sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans; (c) penyakit pada eksokrin pangkreas
menyebabkan pangkreatitis kronik; (d) penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan
akromegali; (e) obat-obatan yang bersifat terhadap sel-sel beta; dan (f) infeksi.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Farrer, 1999).
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah
nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga
menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD).
a. Tingkat I
2) Pada kardiovaskuler, frekuensi nadi semakain cepat >100 kali/ menit, nadi
kecil karena volume darah turun, suhu badan meningkat, tekanan darah
turun.
c. Tingkat III
2) Muntah berhenti.
A. DEFINISI
Hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya tekanan darah lebih dari
140 / 90 pada masa kehamilan. Terdapat klasifikasi yang membagi beberapa jenis
hipertensi dalam kehamilan ini.
B. KLASIFIKASI
Disadur bebas dari Report on the National High Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure in pregnancy (AJOG Vol.183 :
S1, July 2000)
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan desakan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada
kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali normal <
12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklamsi
Kriteria minimum
3. Eklamsi
Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma
5. Hipertensi kronik
Ditemukannya desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
PENYAKIT JANTUNG PADA KEHAMILAN
A. DEFINISI
Menurut IKAPI (2008) dalam Gaya Hidup dan Penyakit Modern, penyakit pada
kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan fungsi kerja jantung
karena tidak adekuatnya aliran darah.
Pada ibu hamil, terjadi adaptasi fisiologis sehingga menyebabkan perubahan
signifikan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan jantung normal dapat beradaptasi
dengan baik selama kehamilan. Sedangkan yang mengalami penyakit jantung,terjadi
komplikasi yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin, bahkan dapat membahayakan
nyawa ibu dan janin (Manuaba, 1998).
B. KLASIFIKASI
Kehamilan yang disertai penyakit jantung secara klinis dibagi menjadi empat
stadium (Manuaba, 1998) :
Kelas 1 :
- Tanpa gejala pada kegiatan biasa
- Tanpa batas gerak biasa
Kelas 2 :
- Waktu istirahat tidak terdapat gejala
- Gerak fisik terbatas
- Cepat lelah, palpitasi, sesak napas, dapat nyeri dada, edema tangan/tungkai
Kelas 3 : Gerakan sangat terbatas karena gerak minimal saja dapat menimbulkan gejala
payah jantung.
Kelas 4 : Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala payah jantung
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC
Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Penerbit:
Arcan