Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu: communication
yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang
bermakna umum atau bersama-sama.
Beberapa para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang
mereka masing-masing. Ross (1983:8) mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian
rupa sehingga membantu penggemar membangkitkan makna atau respons dari
pikirannya yang serupa dengan dimaksudkan oleh sang komunikator.
Sedangkan Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964:527)
mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “Communication: the transmission
of information, ideas, emotions, skilss, etc. by the uses of symbol …” dapat
diterjemahkan komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simnol-simbol dan
sebagainya. Tindakan dari transmisi tersebutlah yang biasanya disebut dengan
komunikasi.
Komunikasi adalah suatu pemindahan makna atau pemahaman dari
pengirim kepada penerima, didalamnya tercakup tiga bagian penting dari
komunikasi yang efektif yakni sang pengirim, sang penerima, dan keberhasilan
pengiriman makna (Gibson dalam Engkoswara, 2010: 199). Sedangkan
komunikasi dalam organisasi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk
meniadakan kesenjangan sehingga pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses
komunikais itu menjadi saling dekat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian
hakikat komunikasi adalah saling mengakrabkan (Hasan, 1989: 123).
2.2 Unsur-unsur dan Proses Komunikasi
Komunikasi pada dasarnya memiliki arti sebagai proses penyampaian
pesan. Maka dari itu dalam komunikasi terdapat beberapa unsur-unsur pokok
dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Komunikator, adalah orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.
2) Komunikan, adalah orang yang menerima pesan dari orang lain.
3) Pesan, adalah sesuatu yang disampaikan dapat berupa informasi, perasaan,
instruksi dan lain-lain.
4) Media, adalah bentuk atau cara pesan itu untuk disampaikan. Media ini
dapat berupa lisan, tertulis, film dan bentuk media lainnya.
5) Efek, adalah perubahan yang terjadi pada komunikan sesuai dengan harapan
komunitor.
Secara sederhana komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses atau
aliran mengenai suatu pesan atau informasi bergerak dari suatu sumber
(pengirim) hingga penerima yang berlangsung dinamis. Suatu kekeliruan yang
terjadi dalam kehidupan kerja organisasi pada dasarnya merupakan akibat dari
rintangan atau penyimpangan komunikasi yang tidak dapat teratasi. Maka dari
itu penelusuran atau model proses komunikasi menjadi penting dipelajari
sebagaimana pada bagan model proses komunikasi berikut.
Gambar halaman 200
Setiap proses komunikasi bertujuan menyampaikan suatu pesan atau
informasi hingga pesan tersebut dapat diterima oleh si penerima setepat
mungkin; apapun bentuk dan cara penyampaiannya. Prosedur komunikasi
dimulai oleh pengirim yang memiliki pikiran atau ide yang diolah sedemikian
rupa (pengolahan atau endoking) sehingga dapat dimengerti oleh pengirim dan
penerima. Pedan disampaikan melalui saluran yang dapat menghubungkan
pengiriman dengan penerima pesan dapat berupa memorandum, komputer,
telepon, telegram dan televisi. Penerima pesan harus siap menerima pesan agar
pesan iti dapat diolah menjadi pikiran (pengolahan atau decoding).
Masalahnya: infomasi sering dapat berubah arti (distorsi) dan potensi
distorsi bersumber dari setiap komponen proses komunikasi. Terdapat tujuh
komponen proses komunikasi, yaitu: (1) sumber komunikasi, (2) pengkodean,
(3) pesan, (4) saluran, (5) pengkodean kembali, (6) penerima, dan (7) umpan
balik.
1) Sumber mengawali proses komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran
atau ide) melalui pengkodean.
2) Pengkodean (Encoding), tergantung pada keterampilan, sikap,
pengetahuan, dan system sosial budaya yang mempengaruhi. Proses
kodifikasi di pihak sumber komunikasi hingga pesan itu terkode,
mengandung unsur penafsiran subjektif atas symbol-simbol dan bisa
menimbulkan distorsi bahkan makna yang berlainan sama sekali.
3) Pesan, bentuk produk fisik dari proses kodifikasi atau bentuk fisik yang
digunakan oleh pengirim untuk mengkodekan informasi. Pesan tersebut
dapat berupa segala bentuk yang dapat dirasakan atau diterima oleh satu
atau lebih dari indra penerima. Jika seseorang itu berbicara, maka
pemicaraan itu adalah pesan. Jika seseorang itu menulis, maka tulisanitu
adalah pesan. Jika kita melakukan sesuatu gerakan, maka gerakan itu
adalah pesan. Pesan dipengaruhi oleh kode atau symbol yang digunakan
untuk mentransfer makna dari pesan tersebut dan dipengaruhi oleh
keputusan memilih dan menata kode dan isi tersebut. Reardon mengatakan
bahwa kendala utama dalam berkomunikasi seringkali lambing yang sama
mempunyai makna yang berbeda.
4) Saluran, merupakan medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
Saluran dapat berupa formal dalam organisasi atau informal untuk
meneruskan pesan-pesan pribadi atau sosial. Misalnya seperti udara yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, atau kertas
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk tulisan.
5) Pengkodean kembali (Decoding), penerima menafsirkan dan
menerjemahkan kembali terlebih dahulu pesan ke dalam beragam symbol
atau kode menjadi informasi yang berarti bagi penerima.
6) Penerima orang yang menafsirkan pesan dari pengirim dan orang yang
menjadi sasaran kemana pesan tersebut disampaikan.
7) Feed-Back atau umpan balik, untuk menghindari suatu distorsi dalam
komunikasi, komunikator harus terampil berbicara dan menulis.
Begitupun penerima juga harus terampil mendengarkan dan membaca.
Suatu proses untuk menghindari dan mengoreksi terjadinya distorsi maka
disarankan untuk menggunakan komunikasi tatap muka dan
menghidupkan proses umpan balik secara efektif.
2.3 Bentuk Komunikasi Personal dan Komunikasi Kelompok
Secara garis besar bentuk komunikasi dibagi dalam dua bentuk besar yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Meskipun kedua bentuk
komunikasi ini berbeda akan tetapi dalam pelaksanannnya keduanya saling
melengkapi, bahkan dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaannya keduanya
saling melengkapi, bahkan dapat dikatakan bahwa dalam setiap komunikasi
verbal akan selalu didukung oleh komunikasi non-verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol-simbol
yang berlaku umum atau biasa digunakan oleh kebanyakan orang dalam proses
komunikasi. Symbol-simbol yang digunakan oleh orang dalam komunikasi
dapat berupa suara, tulisan, atau dalam bentuk gambar-gambar. Bahasa adalah
salah satu symbol yang sering digunakan oleh orang, karena dengan adanya
bahasa orang dapat mengungkapkan fakta, fenomena, bahkan hal yang bersifat
abstrak dapat diterjemahkan dengan bahasa.
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang menggunakan sejumlah
kumpulan dari isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang
memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain. Perbedaan
dari komunikasi non-verbal adalah tidak keluarnya symbol-simbol yang
dipahami oleh banyak orang dan lebih bersifat spontanitas. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya memiliki banyak manfaat, karena dapat memberikan penguatan
terhadap komunikasi verbal yang sedang dilaksanakan.
Beberapa contoh komunikasi non-verbal adalah seperti ekspresi wajah dan
mata seseorang, gerakan tubuh, dan posisi tubuh ketika berkomunikasi, tinggi
rendahnya suara yang dipergunakan, penampilan seseorang, sentuhan yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dan jarak serta waktu yang dipakai
oleh seseorang untuk berkomunikasi.
Komunikasi verbal dan non-verbal dipentingkan dalam organisasi dan dapat
melingkupi komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah
komunikasi pada internal organisasi yang meliputi komunikasi personal
(personal communication), komunikasi kelompok (group communication).
Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi antar pimpinan organisasi
dengan khalayak di luar organisasi.
1) Komunikasi Personal (Personal Communication)
Komunikasi personal adalah komunikasi yang terjadi antara dua
orang yang berlangsung secara tatap muka (face to face) ataupun melalui
media (mediated communication). Komunikasi tatap muka juga disebut
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yang berlangsung
secara dialogis antara satu orang komunikator dengan satu atau dua orang
komunikan. Komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai pengiriman
pesan di antara dua atau lebih individu (Liliweri, 1994: 7-8). Adapun pakar
yang menyoroti komunikasi antarpribadi dalam konteks a dyadic (relasi dua
orang). Dijelaskan bahwa meskipun terdapat kumpulan 3 orang atau lebih,
dyads tetap penting karena dalam kelompok tiga individu (A, B, C) akan
tetap muncul dyad antara A-B: A-C: B-C. Jadi, akan terbentuk 3 macam
dyads dan demikian seterusnya apabila anggota kelompok semakin
bertambah (Devito, 1995:7).
Efektivitas komunikasi antar pribadi terdapat pada hubungan
antarpribadi yang terjalin atas tiga faktor yaitu saling percaya, sikap sportif,
dan sikap terbuka. Selain itu konsep diri yang meliputi persepsi pribadi, self
image, dan self esteem, menuyusul rasa empati, dan simpati merupakan pula
faktor yang cukup menonjol dalam komunikasi antarpribadi (Rahmat, 1998:
80-135).
Muhammad (2002:165) menjelaskan tujuan komunikasi antarpribadi yaitu:
a) Menemukan diri sendiri.
b) Menemukan dunia luar.
c) Memebentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti.
d) Berubah sikap dan tingkah laku.
e) Untuk bermain dan kesenangan.
f) Untuk membantu.
2) Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antar seorang dengan
sekelompok orang dalam situasi tatap muka bisa kelompok besar (large
group communication) atau kelompok kecil (small group communication).
Komunikasi dalam kelompok besar (large group communication);
komunikator dihadapkan pada kelompok komunikan yang jumlahnya
banyak, ciri-ciri dari kelompok besar yaitu:
a) Berlangsung satu arah.
b) Komunikan bersifat heterogen .
c) Komunikan bersifat emosional.
d) Menimbulkan wabah mental (contagion mental).

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) adalah


komunikasi antar seorang pemimpin dengan sekelompok anggota yang
memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk
memberikan tanggapan secara verbal. Komunikasi kelompok kecil ini
adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi yang memungkinkan
diaihkannya ke situasi komunikasi antarpribadi. Ciri-ciri dari kelompok
kecil yaitu:

a) Berlangsung dua arah timbal balik.


b) Komunikan bersifat homogen.
c) Bersifat rasional.
d) Situasi komunikan dapat dialihkan kesituasi komunikasi antarpersonal.
2.4 Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi
Dalam organisasi ketika ingin menyampaikan sesuatu atau pesan dari
pengirim ke penerima pasti melalui komunikasi. Berikut beberapa alasan
pentingnya komunikasi dalam suatu organisasi:
1) Komunikasi mendatangkan efektifitas yang lebih besar. Dengan adanya
komunikasi antar anggota dalam suatu organisasi maka nantinya
mendapatkan keefektifitasan yang sangat besar dalam mencapai tujuan dari
organisasi tersebut.
2) Komunikasi menempatkan orang-orang pada tempat yang seharusnya.
Dalam suatu organisasi jika didalamnya terjalin komunikasi yang sangat
baik antar orangnnya maupun pemimpinnya maka nantinya orang-orang
tersebut akan tepat diletakkan menurut tempat yang diinginkan oleh orang
tersebut.
3) Komunikasi membawa orang-orang untuk terlibat dalam organisasi dan
dapat meningkatkan motivasi untuk melibatkan kinerja yang baik, dan
meningkatkan komitmen terhadap organisasi.
4) Komunikasi menolong orang-orang untuk mengerti adanya perubahan. Jika
orang-orang yang berada dalam organisasi mau menjalin komunikasi yang
baik maka nantinya akan menimbulkan saling keterbukaan antara orang-
orang tersebut yang menyebabkan adanya perubahan.
5) Komunikasi menghasilkan hubungan yang lebih baik anatara bawahan,
atasan, orang-orang yang terdapat dalam suatu organisasi tersebut, maupun
orang-orang yang berada di luar dari organisasi tersebut.
6) Komunikasi dapat meminimalisirkan permasalahan-permasalahan yang
terjadi didalam keorganisasian.

Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya


salah penyampaian informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar
tercapaianya tujuan tertentu yang telah ditentukan dari organisasi tersebut.
Adanya komunikasi ini bertujuan untuk menyatukan seluruh anggota dalam
mencapai tujuan berorganisasi. Tanpa adanya sebuah komunikasi maka tujuan
dari organisasi tidak akan tercapai. Komunikasi yang dimaksud dalam
organisasi ini dimaksudkan adalah penyampaian informasi, perintah untuk
melaksanakan tugas kerja, ataupun pembagian tugas kerja.

2.5 Pengertian Motivasi dan Jenis-Jenis Motivasi


a) Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti
“bergerak” yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”. Motivasi
dalam konteks organisasi dijelaskan oleh Hasibuan dalam Engkoswara
(2010:209) sebagai suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para
pegawai sekaligus tercapainya tujuan organisasi. Dalam pengertian ini
terlihat peran pemimpin yang memberikan dorongan kepada bawahan agar
mau bekerja dengan sukses dengan menerapkan teknik-teknik motivasi yang
efektif sebagaimana dikatan Pole (1987:15) “Motivation is concerned with
personal energy directed toward the achievement of particular goal”.
Siagian (1980:128) mengartikan motivasi sebagai keseluruhan
proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis. Pengertian motivasi menurut
Sadirman (1994:12) menyatakan bahwa “Motivasi dapat dikatakan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu”. Motif bekerja dapat
bermacam-macam, namun dalam posisi ini motif kerja berupa pemberian
semangat agar para karyawan melakukan pekerjaan dengan baik seperti
dikatakan Nitisemito (1992:130) yang mendefinisikan motivasi sebagai usaha
atau kegiatan dari manajer untuk dapat meningkatkan semangat dan gairah
kerja para bawahannya. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan
Berliner (1984: 367-368) motivasi adalah “The tearm used to describle what
energizes a person and what directs his activities”.
Hoy dan Miskel (1978: 98) mendefinisikan motivasi sebagai “the
complex of forces drives, tensions or interna psychological mechanism that
strart and maintain activity toward the achievement of personal goals”. Oleh
karena itu, istikah motivasi sering digunakan secara bergantian dengan istilah
motif yaitu kebutuhan (need) dan keinginan (want), dorongan (drive) dan
gerak hati (impuls). Manullang (1996: 150) menjelaskan bahwa motivasi
merupakan pengembangan dari kata “motif”, yang artinya adalah suatu
tenaga di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak. Usman
(1992: 24) mendefinisikan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan
dalam mencapai tujuan. Motif merupakan sesuatu yang menjadi dasar dari
segala perilaku seseorang. Motif menimbulkan dan mempertahankan
aktivitas dan menentukan arah umum perilaku seseorang dan pada dasarnya
motif-motif merupakan sumber terjadinya aksi. Motif member arah perilaku,
sementara motivaasi berfungsi sebagai penggerak perilaku kearah yang
diinginkan. Indikator untuk mengetahui motivasi seseorang dalam suatu
kegiatan menurut Makmun (1990: 4) yaitu:
1) Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk
melakukan kegiatan).
2) Frekuensi kegiatan, (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode
waktu tertentu).
3) Persistensinya, (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4) Ketabahan, keuletan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
6) Tingkat aspirasi (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target).
7) Tingkat kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatannya.
8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
b) Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada
diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan ole
faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic atau faktor
dari luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor didalam diri seseorang
dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai
harapan, cita-cita yang menjngkau ke masa depan. Faktor di luar diri
seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh
pemimpin, kolega atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tapi baik
faktor instrinsik maupun ekstrinsik motivasi timbul karena adanya
rangsangan.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic adalah keinginan keinginan bertindak yang disebabkan
adanya faktor pendorong dari dalam individu. Penelitian De Cham
(Prayitna, 1989: 11) menyatakan bahwa individu yang melakukan
kegiatannya adalah untuk mencapai tujuan yang merupakan hasil kegiatan
itu. Contohnya: siswa belajar bahasa inggris baik secara lisan atau tertulis,
bukan untuk mendapatkan ijazah atau pujian orang tua.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah materi yang keberadaanya disebabkan karena
pengaruh rangsangan dari luar. Tipe motivasi ekstrinsik ini mempunyai
tujuan utama individu dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
yang terletak di luar aktivitas belajar atau tujuan tidak terlibat dalam
aktivitas belajar.
2.6 Tujuan Motivasi dalam Suatu Organisasi Pendidikan
Motivasi diberikan sebagai upaya memelihara semangat kerja pegawai agar
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan optimal. Motivasi ditunjukkan sebagai
upaya mendorong dan merangsang pegawai untuk melakukan kegiaan, prestatan
atau tugasnya dengan rasa kesadaran. Sebagai upaya motivasi, pemimpin dapat
melakukan kegiatan untuk meningkatkan kegairahan, disiplin, kesejahteraan,
prestasi, moral kerja, tanggung jawab terhadap tugas-tugas, produktivitas, dan
efesiensi pegawai.
Hasibuan (1991:196) merinci tujuan pelaksanaan motivasi, yaitu :
1) Mengubah perilaku pegawai sesuai dengan keinginan pemimpin.
2) Meningkatkan kegairahan pegawai.
3) Meningkatkan disiplin pegawai.
4) Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
5) Meningkatkan prestasi kerja pegawai.
6) Meningkatkan moral kerja pegawai.
7) Meningkatkan rasa tanggungjawab pegawai terhadap tugas-tugas.
8) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
9) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
2.7 Prinsip-Prinsip Motivasi
Adapun prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut:
1) Prinsip Kompetensi
Kompetensi adalah sebuah upaya untuk memberikan kesempatan
kepada setiap orang memperlihatkan seluruh kemampuannya dengan
difasilitasi secara sehat dan benar. Prinsip kompetensi adalah persaingan
dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, prinsip lainnya bahwa
dalam kompetensi itu terkandung kejujuran dan keterbukaan. Dengan
kompetensi diharapkan dapat memberikan stimulan terhadap orang untuk
memperlihatkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya,
artinya memunculkan dorongan-dorongan untuk melakukan sesuatu, hanya
memungkinkan juga bahwa dengan kompetensi orang akan mengalami
kemunduran bila kompetensi itu mengandung unsur-unsur ketidaksehatan
dalam system dan tidak terbuka.
Misalnya disebuah sekolah mengadakan lomba guru berprestasi
yang mana pesertanya tidak lain adalah seluruh guru yang mengajar
disekolah tersebut. Dalam lomba berprestasi ini yang dinilai adalah
keterampilan guru dalam mengajar, memiliki semangat yang tinggi untuk
mengajar serta hubungan yang dimiliki oleh guru dengan seluruh warga
sekolah. Pada lomba ini yang memenangkan guru berprestasi ini adalah
Pak Iwan karena beliau memang terlihat memiliki keterampilan yang
sangat cukup saat mengajar, memiliki semangat tinggi keika akan mengajar
dan beliau juga memiliki hubungan yang sangat baik serta sangat akrab
dengan warga sekolah. Dari adanya perlombaan guru berprestasi ini
diharapkan dengan menangnya pak iwan sebagai guru berprestasi dapat
memberikan motivasi guru dalam terampil mengajar, serta memiliki
semangat yang tinggin untuk mengajar.
2) Prinsip Pemacu
Pemacu merupakan upaya dalam memberikan sebuah dorongan
yang berupa tindakan positif sehingga pihak yang diberi motivasi
menyegerakan melakukan tindakan tersebut. Prinsip pemacu ini
diibaratkan sebagai pecut bagi seseorang yang kekurangan semangat
sehingga dengan adanya pamacu ini semangatnya dalam melakukan
sesuatu dapat meningkat dengan cepat bahkan drastis.
3) Prinsip Ganjaran dan Hukuman
Prinsip ini biasanya dilakukan kepada anak-anak dengan tujuan
supaya anak termotivasi untuk belajar. Misalnya apabila tidak belajar maka
tidak akan diberi uang jajan dan sebaliknya apabila rajin belajar dan
rangkingnya naik maka akan dibelikan sepeda. Prinsip ganjaran dan
hukuman ini biasanya dilakukan atau diberitahukan kepada anak atau pihak
yang akan diberi motivasi sebelum anak itu melakukan pekerjaannya
dalamn hal ini belajar.
4) Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
Prinsip ini dimaksudkan apabila suatu pekerjaan sudah jelas
dipahami maka kan memberikan dorongan tersendiri bagi orang yang
mengerjakan tersebut. Sehingga tidak ada lagi hal yang meragukan pada
saat pekerjaan itu berlangsung, karena apabila suatu pekerjaan belum dapat
dipahami secara utuh akan mengurangi semangat untuk mengerjakannya.
Sedangkan kedekatan tujuan merupakan prinsip utama dalam sebuah
pekerjaan, sebagaimana diketahui bahwa sebuah pekerjaan apapun
namanya pasti memiliki tujuan dengan demikian dibutuhkan adanyab
kedekatan dan kepastian dengan tujuan yang hendak dicapai mulai dari
substansi pekerjaan sampai pada durasi waktu yang harus ditempuh,
dengan kata lain prinsip ini harus efektif dan efisien.
Misalnya seorang karyawan peruasahaan yang diberikan tugas
untuk menyelesaikan sebuah proyek besar perusahaan oleh pemimpinnya.
Dalam memberikan sebuah proyek tersebut pemimpin juga memberikan
sebuah kejelasan dan batasan waktu untuk mengerjakan proyek tersebut
agar proyek tersebut cepat terselesaikan. Dengan adanya penjelasan serta
batasan waktu untuk mengerjakan proyek tersebut karyawan tersebut
diharapkan dapat termotivasi untuk menyelesaikan proyek tersebut tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
5) Pemahaman Hasil
Pemahaman hasil merupakan suatu pengetahuan atau pengertian
dari seseorang dalam memahami hasil kerja yang akan diperoleh nanti
setelah pekerjaan tersebut selesai. Apabila hasil yang akan diperoleh sudah
dapat diprediksi dan dipahami, maka dapat memberikan motivasi pada
seseorang untuk lebih giat dalam melakukan pekerjaannya.
Misalnya Terdapat salah satu siswa mengerjakan tugas berupa soal
matematika yang telah diberikan oleh gurunya. Siswa tersebut berusaha
untuk dapat menjawab tugas tersebut, beberapa menit kemudian siswa
tersebut telah selesai mengerjakan tugasnya lalu mengumpulkan kepada
gurunya untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi ternyata tugas yang dijawab
oleh siswa tersebut memiliki jawaban benar semua. Siswa tersebut merasa
senang karena telah berhasil menjawab tugas dengan benar, karena merasa
senangnya setelah ia menjawab soal tersebut, maka ia memiliki motivasi
untuk mngerjakan kembali tugas berikutnya yang diberikan oleh gurunya.
6) Pengembangan Minat
Prinsip ini merupakan prinsip yang benar-benar menyesuaikan
dengan kondisi orang yang diberi motivasi tersebut, karena ini bertujuan
bahwa minat seseorang bisa dijadikan dorongan untuk meningkatkan
semangat kerjannya. Pengembangan minat ini dapat diterapkan pada orang-
orang tertentu yang memilki minat penuh dalam bekerja, sehingga dengan
adanya pengembangan minat benar-benar dapat memberikan motivasi
yang positif dalam bekerja.
Misalnya ada seorang guru yang berminat menjadi atlit sepak bola,
karena mengetahui hal tersebut pemimpin menempatkan guru tersebut
untuk menjadi guru olahraga di sekolah. Dengan di tempatkannya menjadi
guru olahraga maka diharapkan guru tersebut dapat mengembangkan
minatnya menjadi atlit sepak bola dengan mengajar olahraga dan agar guru
tersebut lebih termotivasi lagi untuk mengajar olahraga.
7) Lingkungan yang kondusif
Prinsip ini dapat memberikan motivasi bagi seseorang untuk
bekerja, misalnya adanya ventilasi yang cukup di ruangan dapat
menyamankan suasana kerja, hubungan dengan rekan kerja yang harmonis,
cahaya yang cukup,dll. Dengan adanya lingkungan yang kondusif berarti
suasana kerja secara umum sudah dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.

8) Keteladanan
Prinsip ini merupakan bentuk motivasi yang datang dari luar secara
tidak langsung, kaarena prinsip ini merupakan figur dari seseorang seperti
atasan atau pimpinan. Figur seorang pemimpin dapat meningkatkan
semangat bawahan dalam bekerja karena ada rasa kagum yang timbul
secara alami dan ikhlas dari bawahan. Misalnya, atasan selalu datang tepat
waktu sehingga bawahan termotivasi untuk mengikutinya bisa karena malu
atau merasa tidak enak karena etos kerja atasan yang tinggi, dengan adanya
keteladanan ini, bawahan akan termotivasi langsung dan kuat sehingga
meningkat pula kinerjanya pada akhirnya suasana kerja dalam lembaga
atau organisasinya makin cepat berkembang.
2.8 Teori Motivasi (Teori Abraham Maslow dan Herzberg)
Teori motivasi Humanistik, motivasi itu ada satu yaitu motivasi dari dalam
diri individu. Motivasi ini merupakan keinginan dasar untuk mendorong
individu dalam upaya memenuhi kebutuhan.
2.8.1 Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow.
Teori kebutuhan menurut Abraham Maslow (Siagian, 1989:146)
1) Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological needs); merupakan
kebutuhan primer untuk memenuhi psikologis dan biologis, seperti
kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
2) Kebutuhan rasa aman (Security needs); manifestasi kebutuhan ini
antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, keamanan harta,
perlakuan adil dan sebagainya.
3) Kebutuhan sosial (Social needs); merupakan kebutuhan perasaan
diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju
(sense of achievement), dan kebutuhan untuk ikut serta (sense of
participation).
4) Kebutuhan penghargaan/prestasi (Self Esteem); semakin tinggi status
seseorang semakin tinggi pula rasa prestasinya.
5) Kebutuhan mempertinggi kepastian kerja (Self Actualization); tampak
pada kebutuhan atau keinginan untuk mengembangkan diri dan
kapasitas kerja, melalui pendidikan dan latihan, seminar, konferensi
dll.
2.8.2 Teori Kebutuhan Herzberg.
Model dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor
hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivational adalah hal – hal yang mendorong seseorang untuk
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri
seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor- faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang. Faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor – faktor
hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam
organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan – rekan sekerjanya, kebijakan organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan
dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah menghitungkan
dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan
seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat
ekstrinsik.
2.9 Teknik Memberi Motivasi dalam Organisasi
Motivasi jelas diperlukan untuk memelihara semangat dan bahkan
meningkatkan semangat kerja sehingga organisasi dapat mencapai tujuan secara
produktif. Berdasarkan kajian terhadap hasil penelitian para ahli tentang
motivasi, dipelajari beberapa aktivitas yang dapat dijadikan teknik memotivasi
baik dari perbaikan kualitas tempat kerja sampai kepada perbaikan dan
peningkatan perilaku hubungan insani diantara personil serta memberikan
reward yang memadai dan menantang kerja.
Nitisemito (1992:170) merinci teknik-teknik motivasi sebagai berikut:
1) Memperhatikan kebutuhan sosial.
2) Sesekali menciptakan suasana santai.
3) Memperhatikan harga diri.
4) Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat.
5) Memberikan kesempatan untuk maju.
6) Memperhatikan perasaan aman para pegawainya untuk menghadapi masa
depan.
7) Mengusahakan loyalitas pegawai.
8) Sesekali mengajak pegawai untuk berunding.
9) Memberikan insentif.
10) Fasilitas yang menyenangkan.
Contoh kasus: misalnya, dalam organisasi sebuah HMJ ada salah satu anggota
yang malas, kemudian kita berikan kepercayaan kepadanya untuk mengikuti
sebuah lomba, dan yang kita ketahui bahwa dia memilki bakat atau kemampuan
dalam bidang yang dilombakan tersebut, sehingga orang tersebut tidak malas
lagi dan merasa termotivasi dengan kepercayaan yang kita berikam bahwa dia
bisa. Hal ini termasuk dalam teknik memberikan kesempatan untuk maju.

Anda mungkin juga menyukai