Anda di halaman 1dari 19

TATA KELOLA KELEMBAGAAN PROVINSI

PAPUA DAN PAPUA BARAT


Permasalahan dan Usulan Bidang Tata Kelola Kelembagaan
^ Dana Otsus yang besarannya terus meningkat setiap

Akuntabilitas dan Kualitas Kebijakan Publik


masih rendah
TOTAL ALOKASI APBN PAPUA 2011-
2014 Alokasi
Opini WTP Provinsi Papua BaratAPBN
57,1%ke Papua
dari sejak
14 entitas
Opini WTP Papua 13% dari 30 entitas
otonomi khusus meningkat
25,77 T

2013 Indeks Tata Kelolasignifikan,


Papua Barat 4,33penataan
namun (skala 10)dan
21,94 T
Indeks Tata Kelola Papua 4,35 (skala 10)
pemanfatannyaSumber:
belumBPK,optimal.
2015 (diolah)
2012
2011

Sumber: BPS, 2014 (diolah)


^ IPM Papua dan Papua Barat masing-masing adalah
66,25 dan 70,62, masih jauh dibawah rerata IPM
Indonesia 73,81 (BPS, 2015).
Alokasi Dana Otsus Papua & Papua Barat 2002-2015

Jumlah dan distri-


busi ASN belum
mencukupi dan
belum merata.

tahun belum memberikan dampak signifikan terhadap


kenaikan IPM.
Kerangka Kelembagaan

REKOMENDASI MASALAH PERMASALAHAN :


KELEMBAGAAN 1. IPM Papua dan Papua Barat masing-masing adalah 66,25 dan 70,62, masih jauh
1. Penataan pembagian dibawah rerata IPM Indonesia 73,81 (BPS, 2015).
kewenangan yang jelas 2. Dana Otsus yang besarannya terus meningkat setiap tahun belum memberikan
antara pemerintah pusat, dampak signifikan terhadap kenaikan IPM.
provinsi dan kabupaten/
3. Parameter Indeks Tata Kelola Pemerintahan adalah 4,33 untuk Papua Barat dan 4,35
kota, mekanisme koordinasi
(skala 10) untuk Papua (Kemitraan, 2012). Kondisi ini menunjukkan akuntabilitas dan
dan konsolidasi, serta sistem
kualitas kebijakan publik masih rendah.
pengawasan;
4. Kinerja pengelolaan keuangan daerah dengan Opini WTP Provinsi Papua Barat
2. Kesamaan pemahaman K/L
sebesar 57,1% dari 14 entitas, dan Opini WTP Papua sebesar 13% dari 30 entitas (BPK,
terhadap pembangunan di
2014).
Papua dan Papua Barat.
5. Dari sisi regulasi, terdapat 12 UU yang tidak afirmatif terhadap situasi dan kondisi di
3. Pelibatan secara intensif
Papua serta tidak sinkron dengan UU Otsus, yakni UU yang berkaitan dengan Kehutanan;
para aktor utama pem-
Pertanahan; Migas; Minerba; Sumber Daya Air; Pesisir dan Laut; Perikanan; Pendidikan;
bangunan di Papua,
Perhubungan; Penanaman Modal; Keuangan Negara; dan Perbendaharaan.
yakni Majelis Rakyat
Papua (MRP), Dewan 6. Legislasi di tingkat provinsi belum lengkap, masih terdapat 13 Perdasus yang belum

Perwakilan Rakyat Papua/ diterbitkan dan beberapa Perdasi yang perlu disusun sebagai turunan dari UU Otsus.
7. Tanah
Papua Barat, Ulayat
Kepalayang dimiliki secara komunal seringkali menghambat proses pembangunan.
Suku,
Masyarakat Adat,
Pemerintah Provinsi serta
Pemerintah Kabupaten/
Kota.
4. Peningkatan kualitas
Aparatur Sipil Negara
(ASN) dengan jumlah
memadai.
5. Regulasi yang melindungi
hak ulayat disertai fasilitas
dalam pengelolaannya,
sehingga dapat mendorong
proses pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
6. Perlu satu Perpu yang
mengatasi kendala regulasi
dalam percepatan
pembangunan Papua.
7. Penerapan kebijakan
affirmative action untuk
orang asli Papua.
Tanah Ulayat

PENDEKATAN
PERMASALAHAN : PENYELESAIAN KONFLIK
TANAH ULAYAT

1. Pengembangan pemanfaatan
lahan adat dengan skema
“Hak Guna Lahan”.

2. Pemetaan lahan ulayat secara


partisipatif.

3. Pelibatan perwakilan suku dan


marga dalam kesepakatan
penggunaan tanah ulayat.

4. Pendampingan untuk pem-


anfaatan tanah secara
produktif.

5. Pendampingan untuk pem-


ahaman kepemilikan tanah
dari dua persepsi.

^ Dimiliki secara komunal dan berdasarkan kemampuan jelajah pendahulunya. ^ Sedapat 6. Pendampingan untuk ber-
hati-hati dalam menjual tanah
mungkin tidak diperjual belikan. milik individu.
PEMETAAN TANAH
^ Tanah dapat diwariskan kepada yang punya hubungan darah (tanah individu). ULAYAT PAPUA

diperlukan identifikasi awal.


^ Tanah merupakan identitas dan tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
7. Diperlukan sinkronisasi
peraturan yang ada, termasuk
dengan mempertimbangkan
putusan MK No
35/PUU-X/2012
Identifikasi tersebut dapat
membantu pemerintah dalam
menentukan luas wilayah,
subjek, dan objek tanah
ulayat.
PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA

Tahapan Budaya & Karakteristik OAP


MANU
SIA

Permasalahan,
Usulan Bidang
Pendidikan,
Kesehatan &
Infrastruktur
Dasar

Dengan IPM yang relatif rendah dan tingkat prasejahtera yang sangat tinggi,
diperlukan penanganan yang bersifat komprehensif dan berjenjang, dengan
Sebagian Orang Asli Papua
mempertimbangkan tingkat kehidupan masyarakat lokal.
bermatapencaharian berburu
dan meramu.

1. Produktifitas
PRINSIP AKTOR Kondisi
PENDEKATAN ini menunjukkan adanya
BEST PRACTISE
rendah Etos kerja
1. Kepercayaan (Trust) 1. Pemerintah (Pusat dan Daerah) 1. Personal Touch & Antropologis 1. Pemberdayaan Masyarakat: Petani
2. Inklusif
2. rendah
Kepala Suku
2.
kesenjangan
Pendampingan dan Pengawasan budaya
Kentang yang
(Teluk Bintuni)
3. Partisipastif 3. Civil Society intensif 2. Kesehatan: Pemberantasan
4. Efektif 2.Swasta
4. Pendidikan
dan BUMN & 3. Pelibatan aktif sangat besar dengan dunia
Malaria (Teluk Bintuni)luar;

Stategi Penanganan Pembangunan Sumber Daya Manusia


Ketrampilan
rendah
3. Kecemburuan
pada pendatang
Pegunungan

Orang Asli Papua


KONDISI
INFRASTRUKTUR DASAR YANG MASIH BURUK 1

1 air minum
layak;

• Sanitasi;

• Elektrifikasi;
• Teknologi,
Informasi dan
Komunikasi
Pendidikan
MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
PERMASALAHAN : perlu dikembangkan sesuai dengan tingkat
^ Standar kurikulum pendidikan perkembangan peradaban dalam kelompok
nasional yang tidak sesuai
dengan konteks masyarakat masyarakat meliputi pendidikan bagi masyarakat :
Papua. 1) peramu (remote education);
^ Distribusi guru tidak merata, 2) kampung (rural education); dan
terutama di wilayah Pegunungan
Tengah. 3) kota (urban education).
^ Rendahnya kesejahteraan guru di
daerah terpencil dan terisolir.
i** PENYESUAIAN REGULASI PENDIDIKAN
© faq/hm_20r5 DENGAN KONDISI AKTUAL DI PAPUA

^ Pemberlakuan UU Guru dan Dosen yang mewajibkan guru memiliki


tingkat pendidikan sarjana menyebabkan banyak guru di Papua, PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN KONTEKSTUAL
terutama di Pegunungan Tengah, meninggalkan sekolah dan anak
PAPUA:
murid untuk kuliah.
• standar umur,
^ UU nomor 23 tahun 2014 yang menyatakan bahwa • periode belajar, muatan lokal (Sistem Sekolah
kewenangan penyelenggaraan pendidikan dasar dan Pendidikan Berasrama);
Anak Usia Dini (PAUD) ada di tingkat Kabupaten/Kota memperparah
• penerapan Sekolah Alam,
kualitas pendidikan, terutama di wilayah terpencil dan terisolir.
• sekolah non formal berbasis masyarakat adat
(termasuk misalkan sekolah sepak bola)

Pelayanan Dasar Pengembangan Pendidikan Terpadu

PROGRAM PENDIDIKAN PENDUKUNG

r 1
l
J F okuspad
0 fi iP di daet ah
terisolir
J
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL:
• Pembangunan Politeknik:
0 Pertambangan di Timika (Me Pago)

L A rr jkasi asrarr
di zona
nonuanaoa
penyangga
J
0 Pertanian di Merauke (Ha Anim)
0 Perikanan di Biak (Saereri) & Merauke (Ha Anim)

1
0 Kehutanan di 5 kota (Merauke/Ha Anim, Jaya-
wijaya/La Pago, Jayapura/Mamta, Mimika/Me
Pago)

r k' p enyediaa
ins
entif khu: 5US
hapj Pijrij
«“b' o uu
M k
'
.urikulun
jntekstu
1
a
'

J
• Pembangunan Sekolah Tinggi Pariwisata di Jaya-
pura (Mamta)
• Pembangunan Pusat Budaya di masing - masing
L 1r 1 L ' p enggunaa n
t iahasa dai
11

si mbol lok; al i
wilayah adat (Jayapura/Mamta, Yapen/Saereri,
Asmat/Ha Anim, Nabire/Me Pago, Jayawijaya (La

L J Pago)

PENINGKATAN DAN PEMERATAAN DISTRIBUSI


GURU:
© faq/hm_20/5
• Penyediaan guru berasal dari kelompok
masyarakat,
• Insentif khusus tenaga pendidik (gaji, fasilitas
pendukung, status).
Kesehatan
Minimnya sarana dan prasarana
KONSEP PERMASALAHAN : kesehatan; tingginya angka kematian ibu
PENANGANAN
Peta Sebaran Pengidap HIV/AIDS melahirkan; masih tingginya angka
KESEHATAN :
penyakit menular seperti malaria,
• Pembangunan Puskesmas
Rawat Inap di setiap distrik. HIV/AIDS, kolera, serta masih banyak
• Penyiapan 500 tenaga medis ditemukan busung lapar;
(insentif khusus, gaji, fasilitas
Legenda: Jumlah dan kualitas SDM bidang
pendukung, dan status). Pengidap HIV/AIDS Tahun 2013 ^
• Pengadaan Alat Kesehatan kesehatan masih rendah;
H <20 jiwa 20 -
=
Terdapat 10.184 kasus
dan Obat di setiap Pus- >
HIV/AIDS di Papua 200 jiwa | >200 Kondisi ini dipersulit dengan standar
kesmas. dan 1734 jiwa

• Eradikasi Malaria di kota (Sumber : Papua & Papua Barat pendidikan tenaga kesehatan yang
Dalam Angka; Laporan HIV/AIDS
=
pesisir dan ISPA di pegunu- Jumlah penderita Kemenkes 2013) > minimal Diploma-3 sesuai UU nomor 36
ngan (program nasional, ISPA tahun 2015
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
sebesar 28.718 Peta Sebaran Penderita Malaria
dukungan CSR). '■1p» Sedangkan sebagian besar tenaga
• Penurunan prevalensi HIV/
Prevalensi Malaria di kesehatan di daerah terisolir dan
AIDS. Papua sebanyak 257.500

• Satgas penyelesaian penyakit kasus. Malaria menjadi terpencil adalah tamatan Sekolah
salah satu hambatan
epidemis. utama pembangunan Perawat Kesehatan. Akibatnya banyak
sumber daya manusia Legenda:
• Perluasan akses dan layanan Sebaran Malaria Tahun 2013 puskesmas yang kekurangan tenaga
Tidak ada 1 -
Kartu Papua Sehat. 4500 jiwa 4500 - kesehatan.
• Penyusunan konsep Dokter 7500 jiwa 7500 -
12000 jiwa >
Keluarga khas Papua. 12000 jiwa
• Pengembangan 5 RS Region- (Sumber : Papua & Papua Barat Dalam Angka)

al berbasis 5 wilayah adat.


• Jadwal kegiatan reguler ting-
kat desa. • Pengembangan Balai Laboratorium Kesehatan di 5 wilayah adat.
• Pendampingan penggunaan dana otsus bidang kesehatan.

Pelayanan Dasar Pengembangan Kesehatan Terpadu

Nusantara Sehat

Satgas Yankes
Kijang

KEBIJAKAN PEMBAGIAN KAWASAN


• Inti kota : Fasilitas Permanen (fixed). Rumah Sakit, Sekolah
Berasrama, Sekolah Teknik, dst.
Pengembangan Pelayanan • Kawasan Pinggiran : Strategi Outreach. Sistem Puskesmas
Pendidikan dan Kesehatan Terpadu
Pengembangan terpadu, Sekolah Desa, dst.
PAUD Kesehatan
Gizi • Pedalaman Terpencil : Strategi Mobile. Rumah Sakit
Sanitasi sekolah berjalan, Yankes Kijang, Nusantara Sehat, Pendidikan suku
Penyuluhan HIV/AIDS
Kesehatan ibu terasing, dst.
Pengasuhan
Keaksaraan
REALISASI EKONOMI BERBASIS SEKTOR
Potensi Sumber Daya Mineral, Batubara, Minyak dan Gas Bumi,
Pengolahan dan Pemurnian Hasil Tambang, Meningkatkan
Penerimaan Negara dari PT Freeport Indonesia.

Cu Tembaga Zn Seng

Sebaran Potensi SDA di Papua

PERTAMBANGAN YANG
BERDAYA SAING
Kontrak Karya PT Freeport Indonesia yang berakhir tahun 2021 Jika pemerintah memutuskan untuk
Menjadi Isu Utama Pertambangan di Papua
tidak melanjutkan Kontrak Karya pada
Rencana Freeport untuk mengalihkan tambang terbukanya menjadi tambang bawah tahun 2021, akan muncul beberapa
tanah memerlukan investasi yang sangat besar sehingga mereka membutuhkan konsekuensi antara lain pemberhentian
kepastian diperpanjang atau tidaknya Kontrak Karya. tenaga kerja, kerusakan infrastruktur
tambang, terganggunya reklamasi dan
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, mulai dari isu lingkungan hidup, sosial,
pasca-tambang, potensi munculnya
politik, hingga isu penambang liar, serta kemungkinan
pendapatan negara. Freeport mengajukan tuntutan ke
arbitrase internasional.
Potensi Sumber Daya Mineral, Batubara, Minyak dan Gas Bumi Namun, jika keputusannya adalah
Tersebar Hampir di Seluruh Bagian Wilayah Daratan Papua,
Namun Belum Dikelola Secara Optimal diperpanjang, harus dipikirkan tindak
lanjut yang tepat seperti bagaimana
Jenis mineral yang terdapat di wilayah Papua terdiri dari mineral logam dasar,
pembangunan smelter, divestasi
non logam, logam mulia, logam besi dan paduan besi. Papua juga memiliki
saham, peningkatan kemampuan SDM
cadangan minyak dan gas bumi yang jumlah keseluruhan cadangan minyaknya
dalam negeri, penyesuaian royalti
sebesar 7.375 MMstb dan cadangan gas sebesar 149 Tscf (Proven, Probable,
sesuai UU Minerba, kewajiban
Possible). Potensi panas bumi terdapat di sekitar kepala burung.
pengelolaan lingkungan, serta pem-
Namun, seakan-akan hanya ada PT Freeport Indonesia di Papua. Padahal di berdayaan masyarakat lokal. Hal ini
Papua Nugini ada sekitar enam perusahaan sekelas Freeport dan kegiatan bertujuan agar keberadaan Freeport
eksplorasi di sana terus berjalan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan di Indonesia, lebih menguntungkan Indonesia dan
khususnya mengenai kebijakan pembebasan lahan ulayat, perizinan dalam dapat memberi manfaat sebesar-
memanfaatkan kawasan hutan, serta pemberian masa izin eksplorasi yang kurang besarnya untuk kesejahteraan
masyarakat.
bisa diterapkan di Papua akibat topografi, kondisi iklim, dan masalah sosial budayanya.

LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN PEMERINTAH:


• Sinkronisasi kebijakan terkait pertambangan, kehutanan, dan pertanahan
• Penyediaan infrastruktur dan energi yang mendukung sehingga menarik investor
• Mendorong kegiatan eksplorasi untuk memperoleh data-data potensi cadangan minerba maupun migas secara lebih rinci

• Menjamin masyarakat asli Papua dilibatkan dalam pengelolaan pertambangan sehingga tingkat pengangguran dapat dikurangi
dan kemampuan SDM lokal meningkat.
Pengolahan dan Pemurnian
Hasil Tambang Harus Dilakukan
di Dalam Negeri, Namun Perlu
Kajian Lebih Lanjut Mengenai
Letak Industrinya
Sesuai dengan UU Minerba, pening-
katan nilai tambah hasil pertambangan
wajib dilakukan di dalam negeri. PTFI
sudah merencanakan pembangunan
smelter di Gresik untuk mengolah dan
memurnikan konsentrat tembaga men-
jadi logam tembaga murni. Namun
demikian, karena letak tambang berada
di Papua namun smelter nya akan
Perbandingan Jumlah Perusahaan Tambang di Papua dan Papua Nugini
dibangun di Jawa, muncul tuntutan dari
masyarakat Papua agar Freeport mem-
bangun smelter di Papua.
Meningkatkan Penerimaan Negara dari PT Freeport Indonesia
Penerimaan negara yang diperoleh dari usaha pertambangan Freeport be-
Ada beberapa parameter yang
rasal dari pembayaran dividen, royalti, pajak, dan penerimaan non-pajak lainnya.
menentukan lokasi smelter, antara lain
Sejak tahun 1991 hingga 2014, Freeport telah memberi kontribusi sekitar USD
ketersediaan lahan, infrastruktur, listrik,
15,7 Miliar kepada Indonesia. Jumlah ini tentunya tidak besar bila dibandingkan
ketersedian industri terkait yang
dengan jumlah yang diperoleh Freeport dari kegiatan penambangan di Papua.
memproses limbah dari smelter (pabrik
pupuk dan semen), jaraknya dengan Pemerintah dapat melakukan divestasi
pelabuhan, serta ketersediaan tenaga sesuai MoU yakni divestasi pertama sebesar
Potensi peningkatan penerimaan
kerja. Pemerintah Pusat bisa menye- 10,64% saham sebelum Oktober 2016 dan
diakan hal-hal tersebut sehingga smelter negara yaitu melalui divestasi sa- divestasi kedua sebesar 10% pada akhir
menjadi ekonomis bila dibangun di ham PTFI agar Pemerintah men- 2019, sehingga Pemerintah memiliki 30%
Papua dan keinginan masyarakat bisa jadi pemilik saham mayoritas dan saham, atau berusaha menjadi pemegang
dipenuhi. Bukan itu saja, dengan pem- saham mayoritas. Beberapa hal perlu diper-
penerapan share royalti berdasar-
bangunan infrastruktur serta smelter, hatikan dalam menjalankan skenario ini,
investor akan tertarik untuk turut mem- kan jenis produk tambang yang
seperti prioritas pihak yang membeli saham,
bangun industri-industri hilir yang dapat diekspor mode penawaran, sumber pendanaan,
memproses lebih lanjut tembaga katoda
yang dihasilkan smelter sehingga akan shareholder’s agreement, serta hal kritikal lainnya.
terbentuk sebuah kawasan ekonomi
Sementara untuk skenario royalti, bisa diterapkan besaran royalti sesuai jenis
khusus dan wilayah di Papua akan
produk tambang yang akan diekspor. Belajar dari royalti mineral di Australia
semakin berkembang.
Barat, share royalti untuk ekspor produk batuan (primary treatment, contoh:
REKOMENDASI: pasir besi) sebesar 7,5%, konsentrat sebesar 5% (secondary treatment, contoh:
• Mewajibkan Freeport melaporkan konsentrat smelter nikel & perak), dan produk metal sebesar 2,5% (final metal,
jumlah unsur-unsur dalam mineral contoh: emas). Sampai saat ini penerimaan negara dari Freeport adalah
utama dan mineral ikutan pada sebagai berikut:
konsentrat yang masih diekspor untuk
| DASAR PERHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA
dikenakan royalti sesuai PP No. 9
KK 1991 MoU 2014
tahun 2012. (1991-2014) (2014-2021)
Divestasi Saham 9,36% 30 % (belum terealisasi)
• Terus mengawasi dan mengawal
Royalti:
kemajuan pembangunan smelter yang
1,5% - jika harga tembaga USD 0,9 per pon
sudah direncanakan Freeport. atau kurang
Tembaga 4%
• Freeport wajib melakukan pengolahan 3,5%-jika harga tembaga USD 1,1 per pon
atau lebih
Anoda Slime di dalam negeri untuk Perak 1% 3,25%
meningkatkan nilai tambah Emas 1% 3,75%
pertambangan tembaga —emas. PPh Badan 35% 35%
Iuran Tetap USD 3 per hektar per tahun USD 4 per hektar per tahun
Perhitungan Penerimaan Negara
PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI
Pengembangan Kawasan Industri/Kawasan Ekonomi Khusus, Strategi Peningkatan Investasi di Papua

Salah satu skenario dalam percepatan pembangunan Papua adalah Pengembangan Kawasan Industri/ Kawasan Ekonomi
Khusus. Dalam RPJMN 2015-2019, pemerintah merencanakan pengembangan Kawasan Industri/KEK di tiap kawasan adat,
yakni

• Raja Ampat (pariwisata nasional), • Jayapura (perdagangan dan jasa: outlet • Usulan bangkitan ekonomi
pemasaran produksi tanaman pangan, hasil hu- baru di wilayah perbatasan
• S° rong (perikanan , manufaktur , tan,logam, dan perikanan, industri pengolahan: yakni Keerom (Kelompok
dan logistikT pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan Kawasan Minapolitan dan
pertambangan), Perikanan Budidaya,dengan
• Teluk Bintuni (Kawasan Industri
migas/petrokimia dan pupuk), komoditas unggulan adalah
• Merauke (kawasan MIFEE (Merauke Integrated
jagung dan ikan nila), dan
Food & Energy Estate) dengan beberapa alternatif
• Biak (KAPET pariwisata alam dan Oksibil (KEK Perbatasan di
sektor bisnis: industri pengolahan hasil pertanian:
bahari & perikanan), sektor pertanian: Kelapa,
milling, grinding, processing; industri pengolahan
Jagung dan Ubi Kayu serta
• Timika (industri pupuk, semen, dan hasil ternak/meat processing, pakan ternak, pupuk
jasa).
kabel tembaga), organik; logistik pertanian dan peternakan; industri
pendukung berupa peralatan pertanian; dan in-
• Wamena (agribisnis: kopi, buah dustri pengembangan teknologi (R&D) pertanian
merah, hortikultura dan ubi-ubian), dan pangan),
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
& PENINGKATAN INVESTASI
• perlu revitalisasi • distribusi serta
Raja Ampat Sorong kelembagaan sistem infra-
i Kawasan Industri
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
Tahap Pengembangan
VJP’ Tahap Pengembangan Biak
ekonomi terutama struktur yang
Industri, Perdagangan, Jasa
Kawasan Pengembangan Tahap Perencanaan terkait harmonisasi terpadu antar
Ekonomi Terpadu(KAPET)
* Tahap Perencanaan (Berbasis
Wilayah Adat) Jayapura jL
regulasi antar sektor kawasan
Teluk Bintuni
(termasuk Sarmi & Keerom) dan antara pusat pengembangan
Pengelolaan Gas Tangguh
Tahap Perencanaan dan daerah, dan pusat per
«U2 tumbuhan,
Tanaman Perkebunan
Tahap usulan Pemda Oksibil ■4i*> • penyederhanaan
4ÀM (Berbasis Wilayah Adat) Kawasan Perbatasan
prosedur perizinan, • penyediaan
Timika (Berbasis Wilayah
Adat)
Hilirisasi Tambang, Kawasan Industri
Tahap usulan Pemda (Berbasis Wilayah infrastruktur,
Adat)
• penyempurnaan logistik manusia
sistem perpajakan & barang.
• Strategi penyediaan
Peta Rencana Sebaran Kawasan Ekonomi lahan > 3.000 Ha,
Tanaman Pangan dan Industri
Masalah Kesesuaian RTRW Q
• Pendanaan direct
PERMASALAHAN funding dari mineral
fund ,
PENGHAMBAT INVESTASI DI PAPUA • lahan &
hak ulayat,

Saat ini telah diidentifikasi dua Pelabuhan Utama, yaitu di Sorong dan Jayapura sebagai hub utama jalur tol laut dari wilayah barat
dan tengah
Faktor lain yang menunjang :
^ Infrastruktur dasar; ^ Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
laut dan Udara; Kapasitas jalan lintas antar daerah; ^
Pembiayaan alternatif infrastruktur daerah; ^ Pembangkit
listrik dan pengolahan air bersih;
^ Pelayanan terpadu satu pintu; ^ Koordinasi antar lembaga
dalam investasi;
^ Sosialisasi pada investor; ^ Standardisasi biaya perizinan
usaha.
SKENARIO PERCEPATAN INFRASTUKTUR
PAPUA
Penuntasan Jalan Trans Papua, Jembatan Udara Papua, Tol Laut, Teknologi, Informasi dan Komunikasi

Prioritas Pembangunan Infrastruktur dalam Rangka Konektivitas Wilayah


dan Sistem Logistik Papua:

1. Percepatan 14 Ruas Jalan Papua : (Wamena-Habema-Kenyam-Batas Batu-Mumugu; Enarotali-


Sagupa-Boega-Illaga-Mulia; Kenyam-Dekai; Dekai-Oksibil; Oksibil-Wampko; Timika-Waghete; Nabire-
Waropen-Gesa-Burmeso-Sikari-Dabra-Karubaga (Mamit); Ubrub-Towe Hitam- Oksibil; Taja- Lereh- Tengon;
Elelim-Memberamo; Sarmi-Arbais-Kasonaweja-Burmeso; Merauke-Okaba-Buruka-Wanam- Nakias-Kaliki;
Wanggar-Yaur; Jalan Lingkar Pulau Yapen)
2. Revitalisasi Bandara Frans Kaisiepo Biak sebagai Hub Internasional - Kawasan Pasifik dan Hub Regional
Maluku-Papua.
3. Sinergi Pelabuhan & Bandara Nasional Sorong, Timika, Jayapura, Merauke terintegrasi dengan kawasan
Industri “Free Economic Zone".
4. Pelayaran Rakyat - Pelabuhan Kolektor - Kota Pesisir
5. Sistem transportasi koridor selatan Papua
Penuntasan Jalan Trans Papua
SATUAN TUGAS JALAN TRANS
PERMASALAHAN:
PAPUA : TARGET JALAN TEMBUS DAN PERKERASAN ASPAL DILAKSANAKAN
Reaktivasi kerjasama PUPR/LHK/ PARSIAL, BERISIKO TETAP TIDAK TERSAMBUNG PADA TAHUN 2019 Salah satu
TNI/POLRI bersama Pemda dalam aspek yang perlu segera dilakukan percepatan di Papua adalah
Satuan Tugas Jalan Trans Papua. pembangunan infrastruktur, terutama untuk membuka keterisolasian
Dalam periode RPJMN 2015-2019, dalam rangka meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Tantangan
Kemen PUPR telah menetapkan utama ruas yang belum terbangun antara lain kondisi geografis yang
rencana penyelesaian ruas jalan
melalui dataran tinggi, perizinan penggunaan lahan hutan, dan
strategis di Papua sepanjang 1.000 km,
terutama ruas lintas tengah dan selatan pembebasan lahan yang merupakan hak ulayat masyarakat lokal.
Papua serta jalan akses perkotaan dan
pelabuhan. Peningkatan kapasitas jalan
akan disesuaikan dengan kebutuhan
HAMBATAN/TANTANGAN :
dan perkembangan demand traffic. TOPOGRAFIS BUKIT DAN GUNUNG, KEAMANAN, IZIN KEHUTANAN, LAHAN HAK ULAYAT,

SERTA KAPASITAS KELEMBAGAAN UPT TEKNIS

Tol Laut Papua


Rencana pengembangan tol laut Di samping itu, akan dikembangkan 10
memiliki peran yang sangat strategis pelabuhan penyeberangan sebagai
dalam mempercepat pembangunan penghubung antara pelabuhan hub
ekonomi di Papua. utama dengan wilayah lain di
Papua.
Jembatan Udara Papua

PERMASALAHAN: HAMBATAN/ PERINTIS LOGISTIK


Disparitas Harga Pesisir Papua dan
Wilayah Pegunungan akibat TANTANGAN : • Armada Logistik TNI/AU dan Tender
terisolasi, komoditas budidaya asal Diperlukan subsidi khusus/ Penerbangan Perintis Logistik,
Papua sulit bersaing dengan pulau mekanisme sementara logistik
lain. paralel sampai dengan • Kementerian Perhubungan sebagai
terselesaikannya infrastruktur "Jembatan Udara” dipadukan
transportasi. dengan postal service sebagai
logistik,

Bandara utama yang sudah memiliki fasilitas yang cukup baik juga • Perintis khusus barang/ komoditas
dapat dikembangkan menjadi hub utama transportasi udara. wilayah pegunungan.

Bandara Frans Kaisiepo di Biak memiliki potensi sebagai hub


internasional di kawasan Pasifik serta hub regional untuk wilayah
Maluku dan Papua.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

PERMASALAHAN :
Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi diperlukan untuk membuka ketelisoliran dan meningkatkan kemampuan suatu daerah
untuk menerima informasi dari luar daerah dan menyampaikan informasi dari luar daerah. Beberapa daerah terisolir memiliki
keterbatasan dalam sarana prasarana komunikasi.

KELAYAKAN EKONOMI BAGI OPERATOR KOMUNIKASI DAN TIK


HAMBATAN/T ANTANGAN
STRATEGI
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Penuntasan Link Timur Palapa
Papua saat ini masih sangat terkendala dalam hal infrastruktur
Ring dan Akselerasi USO/PSO
Target selesai
Kominfo (Hardware) dan Desa TIK
Akhir 2018
(Software/Humanware)
Penyelenggara
Penyelenggara Jaringan Tetap Tertutup
Layanan
Sewa Jaringan

Lingkup Pekerjaan
57 IKK Non Flnanclaly
Feasible
Membutuhkan intervensi
Pemerintah dalam bentuk
Availability Payment (USO
selama 15 tahun)

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika 2015

komunikasi, sehingga akan diupayakan penyediaan kabel bawah


laut untuk memperkuat akses internet. Sinergi akan dilakukan
oleh Kementrian KOMINFO dengan PUPERa dalam konteks
setiap pembangunan jalan yang dilakukan harus diiringi dengan
pembangunan fasilitas kabel fiber optic telekomunikasi.
POTENSI DAN TATA KELOLA HASIL
HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) PAPUA
Potensi HHBK & Penyempurnaan Tata Kelola HHBK

PERMASALAHAN HHBK MENJADI SALAH SATU SUMBER Sebagian besar hutan produksi yang
berada di wilayah Papua hanya dapat
PEMASUKAN NEGARA NAMUN BELUM DIMAKSIMALKAN
dikelola oleh perusahaan berskala
Luas kawasan hutan di Papua sebesar HHBK Papua yang menjadi bagian dalam besar yang mampu memproses ijin
30% dari total luas Hutan Nasional. Sekitar keanekaragaman hayati dan ekosistem dan pemanfaatan hutan tersebut. Hal
94% luas daratan Papua merupakan menjadi salah satu potensi yang sangat ini disebabkan karena aturan atau
kawasan hutan. Sekitar 49% kawasan penting di Papua, antara lain: pala, buah perundangan yang ada tidak berpihak
hutan di Papua merupakan Hutan Lindung merah, rotan, sagu, nipah, lawang, kayu kepada masyarakat setempat,
atau Suaka Alam. Kawasan Hutan putih, perlebahan, gaharu, fauna dan lain- sehingga hasil HHBK yang ada tidak
Lindung dan Taman Nasional dapat lain. dapat dirasakan manfaatnya oleh
dimanfaatkan melalui pengelolaan HHBK. masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut.
LUAS KAWASAN HUTA (Ha)
WILAYAH Suaka Alam Lindung
Produksi
Terbatas
Produksi
Tetap
Produksi
Konversi TOTAL
STRATEGI YANG HARUS
Sumatera 5,162.1 5,996,6 3,806,7 7,809.2 5,465,7 28,240.4
DILAKUKAN
Jawa-Bali 792,3 830.7 430,2 1,391.0 - 3,444.2 OLEH PEMERINTAH
Nusa Tenggara 529.5 1,161.7 484.0 579.0 101.8 2,855.9
PUSAT DAN DAERAH :
Kalimantan 5,654.9 6,931.2 10,503.1 12,031.5 3,209.3 38,330.0
Sulawesi 4,059.8 4,641.9 3,243.2 1,259.9 492,8 13,697.6
Maluku 752,8 1,208.0 1,577.7 1,166.5 2,212,8 6,917.9 . Penyediaan data dan Informasi
Papua 10,431.2 9,467.1 7,810.5 6,583.4 6,407.9 40,700.0 HHBK
Total 27,382.5 30,237.3 27,855.4 30,820.5 17,890.4 134,186.1 . Penyelesaian konflik lahan HHBK
KERANGKA KEBIJAKAN PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HHBK
. Pemetaan batas kepemilikan
masyrakat
. Reformulasi Regulasi
Penyempurnaan Tata Kelola HHBK . Penegakan Hukum

Kerangka Kebijakan . Monitoring dan evaluasi


. Pemetaan proses pemanfaatan
Penyediaan Data Informasi
dan Informasi
Identifikasi potensi
pemasaran HHBK HHBK mulai dari hulu-hilir
HHBK
HHBK dan akses pasar
. Identifikasi di proses mana saja
Penyelesaian
Pemetaan batas
Pemberian ijin
pemerintah atau para pihak
kepemilikan lahan
konflik lahan
masyarakat usaha pemanfaatan
P Lembaga
yang lain sudah mem-
HHBK
Penyempurnaan
bantu/intervensi
regulasi
pemanfaatan HHBK ibaga Ekonomi . Market Development
Masyarakat
Pengelolaan HHBK . Integrasi dengan Pariwisata
Perbaikan institusi
oleh masyarakat
tata kelola HHBK
Penyempurnaan
Pembiayaan untuk . Industri processing, packing &
pemanfaatan HHBK
kebijakan
pemanfaatan
bagi masyarakat storage.
Telaah Kebijakan
HHBK
dan Rencana
Program Pemda Pengarusutamaan
Model Budgeting
Telaah Spasial dan dan Ukuran Kinerja
Fokus Pemda

Penegakan Hukum Monitoring dan


Evaluasi
Sekretariat Tim Kajian
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam bagi Pembangunan Ekonomi Papua Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS Jl. Taman Suropati No. 2 Menteng,
Jakarta Pusat
RINGKASAN EKSEKUTIF

KEBIJAKAN PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM
BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI PAPUA

Sekretariat Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam bagi Pembangunan Ekonomi Papua
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS
Jl. Taman Suropati No. 2 Menteng, Jakarta Pusat

Status 18 Februari 2016


• penetapan RTRW,
• rendahnya kepastian hukum terutama terkait banyaknya kebijakan yang tumpang tindih antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah maupun antar sektor,
• lemahnya insentif investasi, rendahnya kemampuan investor skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta koperasi, dan
keamanan.

Anda mungkin juga menyukai