Perwakilan Rakyat Papua/ diterbitkan dan beberapa Perdasi yang perlu disusun sebagai turunan dari UU Otsus.
7. Tanah
Papua Barat, Ulayat
Kepalayang dimiliki secara komunal seringkali menghambat proses pembangunan.
Suku,
Masyarakat Adat,
Pemerintah Provinsi serta
Pemerintah Kabupaten/
Kota.
4. Peningkatan kualitas
Aparatur Sipil Negara
(ASN) dengan jumlah
memadai.
5. Regulasi yang melindungi
hak ulayat disertai fasilitas
dalam pengelolaannya,
sehingga dapat mendorong
proses pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
6. Perlu satu Perpu yang
mengatasi kendala regulasi
dalam percepatan
pembangunan Papua.
7. Penerapan kebijakan
affirmative action untuk
orang asli Papua.
Tanah Ulayat
PENDEKATAN
PERMASALAHAN : PENYELESAIAN KONFLIK
TANAH ULAYAT
1. Pengembangan pemanfaatan
lahan adat dengan skema
“Hak Guna Lahan”.
^ Dimiliki secara komunal dan berdasarkan kemampuan jelajah pendahulunya. ^ Sedapat 6. Pendampingan untuk ber-
hati-hati dalam menjual tanah
mungkin tidak diperjual belikan. milik individu.
PEMETAAN TANAH
^ Tanah dapat diwariskan kepada yang punya hubungan darah (tanah individu). ULAYAT PAPUA
Permasalahan,
Usulan Bidang
Pendidikan,
Kesehatan &
Infrastruktur
Dasar
Dengan IPM yang relatif rendah dan tingkat prasejahtera yang sangat tinggi,
diperlukan penanganan yang bersifat komprehensif dan berjenjang, dengan
Sebagian Orang Asli Papua
mempertimbangkan tingkat kehidupan masyarakat lokal.
bermatapencaharian berburu
dan meramu.
1. Produktifitas
PRINSIP AKTOR Kondisi
PENDEKATAN ini menunjukkan adanya
BEST PRACTISE
rendah Etos kerja
1. Kepercayaan (Trust) 1. Pemerintah (Pusat dan Daerah) 1. Personal Touch & Antropologis 1. Pemberdayaan Masyarakat: Petani
2. Inklusif
2. rendah
Kepala Suku
2.
kesenjangan
Pendampingan dan Pengawasan budaya
Kentang yang
(Teluk Bintuni)
3. Partisipastif 3. Civil Society intensif 2. Kesehatan: Pemberantasan
4. Efektif 2.Swasta
4. Pendidikan
dan BUMN & 3. Pelibatan aktif sangat besar dengan dunia
Malaria (Teluk Bintuni)luar;
1 air minum
layak;
• Sanitasi;
• Elektrifikasi;
• Teknologi,
Informasi dan
Komunikasi
Pendidikan
MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
PERMASALAHAN : perlu dikembangkan sesuai dengan tingkat
^ Standar kurikulum pendidikan perkembangan peradaban dalam kelompok
nasional yang tidak sesuai
dengan konteks masyarakat masyarakat meliputi pendidikan bagi masyarakat :
Papua. 1) peramu (remote education);
^ Distribusi guru tidak merata, 2) kampung (rural education); dan
terutama di wilayah Pegunungan
Tengah. 3) kota (urban education).
^ Rendahnya kesejahteraan guru di
daerah terpencil dan terisolir.
i** PENYESUAIAN REGULASI PENDIDIKAN
© faq/hm_20r5 DENGAN KONDISI AKTUAL DI PAPUA
r 1
l
J F okuspad
0 fi iP di daet ah
terisolir
J
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL:
• Pembangunan Politeknik:
0 Pertambangan di Timika (Me Pago)
L A rr jkasi asrarr
di zona
nonuanaoa
penyangga
J
0 Pertanian di Merauke (Ha Anim)
0 Perikanan di Biak (Saereri) & Merauke (Ha Anim)
1
0 Kehutanan di 5 kota (Merauke/Ha Anim, Jaya-
wijaya/La Pago, Jayapura/Mamta, Mimika/Me
Pago)
r k' p enyediaa
ins
entif khu: 5US
hapj Pijrij
«“b' o uu
M k
'
.urikulun
jntekstu
1
a
'
J
• Pembangunan Sekolah Tinggi Pariwisata di Jaya-
pura (Mamta)
• Pembangunan Pusat Budaya di masing - masing
L 1r 1 L ' p enggunaa n
t iahasa dai
11
si mbol lok; al i
wilayah adat (Jayapura/Mamta, Yapen/Saereri,
Asmat/Ha Anim, Nabire/Me Pago, Jayawijaya (La
L J Pago)
• Eradikasi Malaria di kota (Sumber : Papua & Papua Barat pendidikan tenaga kesehatan yang
Dalam Angka; Laporan HIV/AIDS
=
pesisir dan ISPA di pegunu- Jumlah penderita Kemenkes 2013) > minimal Diploma-3 sesuai UU nomor 36
ngan (program nasional, ISPA tahun 2015
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
sebesar 28.718 Peta Sebaran Penderita Malaria
dukungan CSR). '■1p» Sedangkan sebagian besar tenaga
• Penurunan prevalensi HIV/
Prevalensi Malaria di kesehatan di daerah terisolir dan
AIDS. Papua sebanyak 257.500
• Satgas penyelesaian penyakit kasus. Malaria menjadi terpencil adalah tamatan Sekolah
salah satu hambatan
epidemis. utama pembangunan Perawat Kesehatan. Akibatnya banyak
sumber daya manusia Legenda:
• Perluasan akses dan layanan Sebaran Malaria Tahun 2013 puskesmas yang kekurangan tenaga
Tidak ada 1 -
Kartu Papua Sehat. 4500 jiwa 4500 - kesehatan.
• Penyusunan konsep Dokter 7500 jiwa 7500 -
12000 jiwa >
Keluarga khas Papua. 12000 jiwa
• Pengembangan 5 RS Region- (Sumber : Papua & Papua Barat Dalam Angka)
Nusantara Sehat
Satgas Yankes
Kijang
Cu Tembaga Zn Seng
PERTAMBANGAN YANG
BERDAYA SAING
Kontrak Karya PT Freeport Indonesia yang berakhir tahun 2021 Jika pemerintah memutuskan untuk
Menjadi Isu Utama Pertambangan di Papua
tidak melanjutkan Kontrak Karya pada
Rencana Freeport untuk mengalihkan tambang terbukanya menjadi tambang bawah tahun 2021, akan muncul beberapa
tanah memerlukan investasi yang sangat besar sehingga mereka membutuhkan konsekuensi antara lain pemberhentian
kepastian diperpanjang atau tidaknya Kontrak Karya. tenaga kerja, kerusakan infrastruktur
tambang, terganggunya reklamasi dan
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, mulai dari isu lingkungan hidup, sosial,
pasca-tambang, potensi munculnya
politik, hingga isu penambang liar, serta kemungkinan
pendapatan negara. Freeport mengajukan tuntutan ke
arbitrase internasional.
Potensi Sumber Daya Mineral, Batubara, Minyak dan Gas Bumi Namun, jika keputusannya adalah
Tersebar Hampir di Seluruh Bagian Wilayah Daratan Papua,
Namun Belum Dikelola Secara Optimal diperpanjang, harus dipikirkan tindak
lanjut yang tepat seperti bagaimana
Jenis mineral yang terdapat di wilayah Papua terdiri dari mineral logam dasar,
pembangunan smelter, divestasi
non logam, logam mulia, logam besi dan paduan besi. Papua juga memiliki
saham, peningkatan kemampuan SDM
cadangan minyak dan gas bumi yang jumlah keseluruhan cadangan minyaknya
dalam negeri, penyesuaian royalti
sebesar 7.375 MMstb dan cadangan gas sebesar 149 Tscf (Proven, Probable,
sesuai UU Minerba, kewajiban
Possible). Potensi panas bumi terdapat di sekitar kepala burung.
pengelolaan lingkungan, serta pem-
Namun, seakan-akan hanya ada PT Freeport Indonesia di Papua. Padahal di berdayaan masyarakat lokal. Hal ini
Papua Nugini ada sekitar enam perusahaan sekelas Freeport dan kegiatan bertujuan agar keberadaan Freeport
eksplorasi di sana terus berjalan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan di Indonesia, lebih menguntungkan Indonesia dan
khususnya mengenai kebijakan pembebasan lahan ulayat, perizinan dalam dapat memberi manfaat sebesar-
memanfaatkan kawasan hutan, serta pemberian masa izin eksplorasi yang kurang besarnya untuk kesejahteraan
masyarakat.
bisa diterapkan di Papua akibat topografi, kondisi iklim, dan masalah sosial budayanya.
• Menjamin masyarakat asli Papua dilibatkan dalam pengelolaan pertambangan sehingga tingkat pengangguran dapat dikurangi
dan kemampuan SDM lokal meningkat.
Pengolahan dan Pemurnian
Hasil Tambang Harus Dilakukan
di Dalam Negeri, Namun Perlu
Kajian Lebih Lanjut Mengenai
Letak Industrinya
Sesuai dengan UU Minerba, pening-
katan nilai tambah hasil pertambangan
wajib dilakukan di dalam negeri. PTFI
sudah merencanakan pembangunan
smelter di Gresik untuk mengolah dan
memurnikan konsentrat tembaga men-
jadi logam tembaga murni. Namun
demikian, karena letak tambang berada
di Papua namun smelter nya akan
Perbandingan Jumlah Perusahaan Tambang di Papua dan Papua Nugini
dibangun di Jawa, muncul tuntutan dari
masyarakat Papua agar Freeport mem-
bangun smelter di Papua.
Meningkatkan Penerimaan Negara dari PT Freeport Indonesia
Penerimaan negara yang diperoleh dari usaha pertambangan Freeport be-
Ada beberapa parameter yang
rasal dari pembayaran dividen, royalti, pajak, dan penerimaan non-pajak lainnya.
menentukan lokasi smelter, antara lain
Sejak tahun 1991 hingga 2014, Freeport telah memberi kontribusi sekitar USD
ketersediaan lahan, infrastruktur, listrik,
15,7 Miliar kepada Indonesia. Jumlah ini tentunya tidak besar bila dibandingkan
ketersedian industri terkait yang
dengan jumlah yang diperoleh Freeport dari kegiatan penambangan di Papua.
memproses limbah dari smelter (pabrik
pupuk dan semen), jaraknya dengan Pemerintah dapat melakukan divestasi
pelabuhan, serta ketersediaan tenaga sesuai MoU yakni divestasi pertama sebesar
Potensi peningkatan penerimaan
kerja. Pemerintah Pusat bisa menye- 10,64% saham sebelum Oktober 2016 dan
diakan hal-hal tersebut sehingga smelter negara yaitu melalui divestasi sa- divestasi kedua sebesar 10% pada akhir
menjadi ekonomis bila dibangun di ham PTFI agar Pemerintah men- 2019, sehingga Pemerintah memiliki 30%
Papua dan keinginan masyarakat bisa jadi pemilik saham mayoritas dan saham, atau berusaha menjadi pemegang
dipenuhi. Bukan itu saja, dengan pem- saham mayoritas. Beberapa hal perlu diper-
penerapan share royalti berdasar-
bangunan infrastruktur serta smelter, hatikan dalam menjalankan skenario ini,
investor akan tertarik untuk turut mem- kan jenis produk tambang yang
seperti prioritas pihak yang membeli saham,
bangun industri-industri hilir yang dapat diekspor mode penawaran, sumber pendanaan,
memproses lebih lanjut tembaga katoda
yang dihasilkan smelter sehingga akan shareholder’s agreement, serta hal kritikal lainnya.
terbentuk sebuah kawasan ekonomi
Sementara untuk skenario royalti, bisa diterapkan besaran royalti sesuai jenis
khusus dan wilayah di Papua akan
produk tambang yang akan diekspor. Belajar dari royalti mineral di Australia
semakin berkembang.
Barat, share royalti untuk ekspor produk batuan (primary treatment, contoh:
REKOMENDASI: pasir besi) sebesar 7,5%, konsentrat sebesar 5% (secondary treatment, contoh:
• Mewajibkan Freeport melaporkan konsentrat smelter nikel & perak), dan produk metal sebesar 2,5% (final metal,
jumlah unsur-unsur dalam mineral contoh: emas). Sampai saat ini penerimaan negara dari Freeport adalah
utama dan mineral ikutan pada sebagai berikut:
konsentrat yang masih diekspor untuk
| DASAR PERHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA
dikenakan royalti sesuai PP No. 9
KK 1991 MoU 2014
tahun 2012. (1991-2014) (2014-2021)
Divestasi Saham 9,36% 30 % (belum terealisasi)
• Terus mengawasi dan mengawal
Royalti:
kemajuan pembangunan smelter yang
1,5% - jika harga tembaga USD 0,9 per pon
sudah direncanakan Freeport. atau kurang
Tembaga 4%
• Freeport wajib melakukan pengolahan 3,5%-jika harga tembaga USD 1,1 per pon
atau lebih
Anoda Slime di dalam negeri untuk Perak 1% 3,25%
meningkatkan nilai tambah Emas 1% 3,75%
pertambangan tembaga —emas. PPh Badan 35% 35%
Iuran Tetap USD 3 per hektar per tahun USD 4 per hektar per tahun
Perhitungan Penerimaan Negara
PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI
Pengembangan Kawasan Industri/Kawasan Ekonomi Khusus, Strategi Peningkatan Investasi di Papua
Salah satu skenario dalam percepatan pembangunan Papua adalah Pengembangan Kawasan Industri/ Kawasan Ekonomi
Khusus. Dalam RPJMN 2015-2019, pemerintah merencanakan pengembangan Kawasan Industri/KEK di tiap kawasan adat,
yakni
• Raja Ampat (pariwisata nasional), • Jayapura (perdagangan dan jasa: outlet • Usulan bangkitan ekonomi
pemasaran produksi tanaman pangan, hasil hu- baru di wilayah perbatasan
• S° rong (perikanan , manufaktur , tan,logam, dan perikanan, industri pengolahan: yakni Keerom (Kelompok
dan logistikT pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan Kawasan Minapolitan dan
pertambangan), Perikanan Budidaya,dengan
• Teluk Bintuni (Kawasan Industri
migas/petrokimia dan pupuk), komoditas unggulan adalah
• Merauke (kawasan MIFEE (Merauke Integrated
jagung dan ikan nila), dan
Food & Energy Estate) dengan beberapa alternatif
• Biak (KAPET pariwisata alam dan Oksibil (KEK Perbatasan di
sektor bisnis: industri pengolahan hasil pertanian:
bahari & perikanan), sektor pertanian: Kelapa,
milling, grinding, processing; industri pengolahan
Jagung dan Ubi Kayu serta
• Timika (industri pupuk, semen, dan hasil ternak/meat processing, pakan ternak, pupuk
jasa).
kabel tembaga), organik; logistik pertanian dan peternakan; industri
pendukung berupa peralatan pertanian; dan in-
• Wamena (agribisnis: kopi, buah dustri pengembangan teknologi (R&D) pertanian
merah, hortikultura dan ubi-ubian), dan pangan),
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
& PENINGKATAN INVESTASI
• perlu revitalisasi • distribusi serta
Raja Ampat Sorong kelembagaan sistem infra-
i Kawasan Industri
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
Tahap Pengembangan
VJP’ Tahap Pengembangan Biak
ekonomi terutama struktur yang
Industri, Perdagangan, Jasa
Kawasan Pengembangan Tahap Perencanaan terkait harmonisasi terpadu antar
Ekonomi Terpadu(KAPET)
* Tahap Perencanaan (Berbasis
Wilayah Adat) Jayapura jL
regulasi antar sektor kawasan
Teluk Bintuni
(termasuk Sarmi & Keerom) dan antara pusat pengembangan
Pengelolaan Gas Tangguh
Tahap Perencanaan dan daerah, dan pusat per
«U2 tumbuhan,
Tanaman Perkebunan
Tahap usulan Pemda Oksibil ■4i*> • penyederhanaan
4ÀM (Berbasis Wilayah Adat) Kawasan Perbatasan
prosedur perizinan, • penyediaan
Timika (Berbasis Wilayah
Adat)
Hilirisasi Tambang, Kawasan Industri
Tahap usulan Pemda (Berbasis Wilayah infrastruktur,
Adat)
• penyempurnaan logistik manusia
sistem perpajakan & barang.
• Strategi penyediaan
Peta Rencana Sebaran Kawasan Ekonomi lahan > 3.000 Ha,
Tanaman Pangan dan Industri
Masalah Kesesuaian RTRW Q
• Pendanaan direct
PERMASALAHAN funding dari mineral
fund ,
PENGHAMBAT INVESTASI DI PAPUA • lahan &
hak ulayat,
Saat ini telah diidentifikasi dua Pelabuhan Utama, yaitu di Sorong dan Jayapura sebagai hub utama jalur tol laut dari wilayah barat
dan tengah
Faktor lain yang menunjang :
^ Infrastruktur dasar; ^ Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
laut dan Udara; Kapasitas jalan lintas antar daerah; ^
Pembiayaan alternatif infrastruktur daerah; ^ Pembangkit
listrik dan pengolahan air bersih;
^ Pelayanan terpadu satu pintu; ^ Koordinasi antar lembaga
dalam investasi;
^ Sosialisasi pada investor; ^ Standardisasi biaya perizinan
usaha.
SKENARIO PERCEPATAN INFRASTUKTUR
PAPUA
Penuntasan Jalan Trans Papua, Jembatan Udara Papua, Tol Laut, Teknologi, Informasi dan Komunikasi
Bandara utama yang sudah memiliki fasilitas yang cukup baik juga • Perintis khusus barang/ komoditas
dapat dikembangkan menjadi hub utama transportasi udara. wilayah pegunungan.
PERMASALAHAN :
Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi diperlukan untuk membuka ketelisoliran dan meningkatkan kemampuan suatu daerah
untuk menerima informasi dari luar daerah dan menyampaikan informasi dari luar daerah. Beberapa daerah terisolir memiliki
keterbatasan dalam sarana prasarana komunikasi.
Lingkup Pekerjaan
57 IKK Non Flnanclaly
Feasible
Membutuhkan intervensi
Pemerintah dalam bentuk
Availability Payment (USO
selama 15 tahun)
PERMASALAHAN HHBK MENJADI SALAH SATU SUMBER Sebagian besar hutan produksi yang
berada di wilayah Papua hanya dapat
PEMASUKAN NEGARA NAMUN BELUM DIMAKSIMALKAN
dikelola oleh perusahaan berskala
Luas kawasan hutan di Papua sebesar HHBK Papua yang menjadi bagian dalam besar yang mampu memproses ijin
30% dari total luas Hutan Nasional. Sekitar keanekaragaman hayati dan ekosistem dan pemanfaatan hutan tersebut. Hal
94% luas daratan Papua merupakan menjadi salah satu potensi yang sangat ini disebabkan karena aturan atau
kawasan hutan. Sekitar 49% kawasan penting di Papua, antara lain: pala, buah perundangan yang ada tidak berpihak
hutan di Papua merupakan Hutan Lindung merah, rotan, sagu, nipah, lawang, kayu kepada masyarakat setempat,
atau Suaka Alam. Kawasan Hutan putih, perlebahan, gaharu, fauna dan lain- sehingga hasil HHBK yang ada tidak
Lindung dan Taman Nasional dapat lain. dapat dirasakan manfaatnya oleh
dimanfaatkan melalui pengelolaan HHBK. masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut.
LUAS KAWASAN HUTA (Ha)
WILAYAH Suaka Alam Lindung
Produksi
Terbatas
Produksi
Tetap
Produksi
Konversi TOTAL
STRATEGI YANG HARUS
Sumatera 5,162.1 5,996,6 3,806,7 7,809.2 5,465,7 28,240.4
DILAKUKAN
Jawa-Bali 792,3 830.7 430,2 1,391.0 - 3,444.2 OLEH PEMERINTAH
Nusa Tenggara 529.5 1,161.7 484.0 579.0 101.8 2,855.9
PUSAT DAN DAERAH :
Kalimantan 5,654.9 6,931.2 10,503.1 12,031.5 3,209.3 38,330.0
Sulawesi 4,059.8 4,641.9 3,243.2 1,259.9 492,8 13,697.6
Maluku 752,8 1,208.0 1,577.7 1,166.5 2,212,8 6,917.9 . Penyediaan data dan Informasi
Papua 10,431.2 9,467.1 7,810.5 6,583.4 6,407.9 40,700.0 HHBK
Total 27,382.5 30,237.3 27,855.4 30,820.5 17,890.4 134,186.1 . Penyelesaian konflik lahan HHBK
KERANGKA KEBIJAKAN PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HHBK
. Pemetaan batas kepemilikan
masyrakat
. Reformulasi Regulasi
Penyempurnaan Tata Kelola HHBK . Penegakan Hukum
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM
BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI PAPUA
Sekretariat Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam bagi Pembangunan Ekonomi Papua
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS
Jl. Taman Suropati No. 2 Menteng, Jakarta Pusat