Anda di halaman 1dari 8

GENDER ISSUE

1. Pengertian gender issue :

- Gender (the American heritage medical dictionary)

a. The sex of an individual, male or female, based on


reproductive anatomy (jenis kelamin suatu individu, pria atau
wanita, berdasarkan anatomi reproduksinya)

b. Sexual identity, especially in relation to society or


culture(identitas seksual, terutama yg berhubungan dengan
lingkungan atau budaya)

- Issue : masalah/problematika yang harus dikedepankan untuk


ditanggapi

- Gender issue = masalah yang menyangkut perbedaan jenis kelamin.

2. Perbedaan Kodrati Pria dan Wanita

Perbedaan Kodrati : Perbedaan yang diberikan oleh Tuhan yang telah melekat pada
setiap individu sejak mereka lahir, misalnya wanita memiliki rahim dan pria memiliki
jakun. Perbedaan kodrati berbeda dengan perbedaan gender karena perbedaan kodrati
menyangkut fisik dan keadaan biologis.

Karena berasal dari Tuhan, maka perbedaan ini tidak dapat ditukar, misalnya wanita
berjenggot atau pria memiliki rahum.

Beberapa perbedaan kodrati antara pria dan wanita :

Wanita :

- Memiliki rahim
- Dapat melahirkan
- Memiliki kelenjar susu

Pria :
- Memiliki jakun
- Memiliki testis
- Memiliki jenggot
3. HIV AIDS

a. Pengertian :
- HIV = Human Immune Deficiency Virus

Virus yang mengakibatkan AIDS dengan cara menyerang sistem kekebalan tubuh
(sel darah putih)
- AIDS = Acquired Immune Deficiency Syndrome

Merupakan efek dari perkembangbiakan HIV dalam tubuh manusia.

b. Penyebab

Penyebab AIDS adalah infeksi virus HIV yang menyerang kekebalan tubuh.

c. Gejala

HIV disebabkan oleh virus HIV, dimana HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam
kurun waktu 5-10 tahun. Hanya melalui penglihatan, Anda tidak bisa tahu apakah
seseorang sudah terinfeksi HIV atau tidak.Pada kenyataannya,pengidap HIV terlihat
sangat sehat.Satu-satunya cara untuk mengetahui hai ini adalah melalui tes darah HIV.
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya anti bodi HIV di dalam
darah. Antibodi HIV ini dihasilkan oleh tubuh sebagai reaksi system kekebalan tubuh
terhadap infeksi HIV. Oleh sebab itu, pemeriksaan ini lebih tepat disebut "Tes Antibodi
HIV" bukan tes AIDS.

1. Merasa kelelahan yang berkepanjangan


2. Deman dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas.
3. Batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang
berkepanjangan.
4. Diare/mencret terus-menerus selama 1 bulan
5. Bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa
6. Berat badan menurun secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas
dalam 1 bulan.
7. Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.

d. Pengobatan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa memusnahkan virus HIV. Meskipun
begitu sudah banyak research yang dilakukan namun belum membuahkan hasil.

Meskipun begitu sudah ditemukan suatu terapi yang disebut Antiretroviral therapy, yang
mampu menekan replikasi virus HIV dalam tubuh. Dengan menekan replikasi virus,
mampu menambah jumlah sel CD4 dalam tubuh dan mengembalikan sistem kekebalan
tubuh.

Apabila treatment ini sudah resistent terhadap virusnya, maka dibutuhkan obat2 untuk
membantu penekanan replikasi virus contohnya erthythropoetin (Epogen) and filgrastim
(G-CSF or Neupogen). Selain itu antiretroviral therapy juga memiliki efek samping,
antara lain:

1. Penimbunan lemak di punggung dan perut yang dapat menyebabkan


serangan pada hati.
2. Sakit kepala sering
3. Lemah lesu

e. Penularan HIV AIDS


1. Penularan seksual : terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau
cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa
mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung memiliki resiko
tertular lebih besar daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung. Hubungan
seks anal juga memiliki resiko tertular lebih besar daripada hubungan seks oral atau
vaginal. Resiko penularan seksual dapat membesar akibat beberapa penyakit, seperti :
sifilis atau chancroid.

2. Kontaminasi patogen melalui darah : penularan ini berhubungan dengan pengguna


obat suntik.

Contoh : resipien transfusi dan produk darah.

3. Penularan masa perinatal : dapat terjadi melalui rahim (in utero), yaitu minggu2
terakhir kehaliman dan saat persalinan. Menyusui juga bisa meningkatkan resiko
penularan.

f. Pencegahan HIV AIDS


1. Hubungan seksual
• Menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual bagi pria atau
wanita (kondom wanita).
• Jauhi seks bebas.
• Bersikap saling setia terhadap pasangan.

2. Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi

• Pekerja kedokteran mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu
mencuci tangan.
• Gunakan jarum yang steril (menyuntik & tatto)

3. Penularan dari ibu ke anak

• Obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula dapat


mengurangi resiko penularan HIV.
• Ibu yang terinfeksi disarankan tdk menyusui anaknya. (Apabila terpaksa pemberian
ASI eksklusif hanya dilakukan selama bulan2 pertama dan dihentikan sesegera
mungkin.)

4. Hubungan Antara Gender Issue dan HIV AIDS

Menurut HAM :

Ada beberapa akibat gender issue yang berdampak kepada penyebaran HIV AIDS :

1. PELANGGARAN HAK EKONOMI

Ketidak setaraan ekonomi antara perempuan dan laki-laki sering kali memaksa
perempuan dalam peran patuh dan tergantung pada laki-laki. Perempuan yang secara
finansial tergantung pada laki-laki lebih mungkin bekerja di industri seks, yang secara
drastis meningkatkan kemungkinan mereka terinfeksi HIV AIDS. Selain itu, prostitusi
yang d paksa lazim di Negara-negara miskin, dimana perempuan tidak memiliki pilihan
lain kecuali pertukaran tubuh mereka dengan uang.

2. PENYALAHGUNAAN HAK POLITIK

Perempuan lebih rentan terhadap infeksi HIV karena ketidak mampuan hak polotik dalam
budaya masing-masing. Kurangnya partisipasi perempuan dalam proses pengambilan
keputusan dalam komunitas mereka, menjadikan ketidak setaraan pendidikan dan layanan
kesehatan dikarenakan pembuat kebijakan adalah laki-laki sehingga sering tidak
memprioritaskan kebutuhan perempuan.
3. BUDAYA DAN KEPERCAYAAN

Meskipun kemajuan telah dibuat dalam hal ekonomi dan politik hak-hak perempuan.
Beberapa kepercayaan budaya membentuk prilaku yang memberikan kontribusi terhadap
peningkatan infeksi HIV di kalangan perempuan, seperti satu kepercayaaan tradisional
adalah bahwa “wanita yang baik” secara seksual pasif dan bodoh tentang seks. Dalam
kepercayaan lain adalah percaya bahwa jika seseorang laki-laki bersetubuh denagn
seorang wanita perawan dia akan dibersihkan dari infeksi itu.

Menurut Sosial Budaya :

Masyarakat berpendapat dari sisi sosial dan budaya bahwa sejak dari dulu ada pandangan
bahwa perempuan hanyalah merupakan pelayan seks atau pemuas nafsu pria,jadi
masyarakat menganggap jika ada pasangan yang terkena hiv aids berarti perempuan lah
pembawa virus mematikan tersebut,hal ini disebabkan ketimpangan gender.Ketimpangan
gender ini dapat dilihat dari program sosial pemerintah mengenain hiv aids lebih
divokuskan pada satu individu,khususnya laki-laki,bantuan internasional pun tidak secara
khusus memberikan perhatian kepada kelompok perempuan.ditinjau dari sisi budaya,ada
salah satu budaya/tradisi di masyarakat yang mempercayai bahwa jika pria pengidap HIV
aids berhubungan seksual dengan wanita yang masih perawan,maka dia akan sembuh,hal
ini lah yang menimbulkan lagi lagi kerugian bagi kaum wanita.

Menurut Agama :

Kini, HIV/AIDS tidak lagi didominasi oleh laki-laki homoseksual dan penasun
(pengguna narkoba suntik). Akan tetapi, setelah lebih dari 20 tahun epidemi
HIV/AIDS melanda dunia, jumlah perempuan dengan HIV telah meningkat
hingga mencapai hampir setengah dari total jumlah orang dengan HIV di
seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, jumlah perempuan yang terinfeksi HIV
semakin lama semakin meningkat. Jika hingga 31 Desember 2005 lalu rasio
kasus AIDS antara perempuan dan laki-laki mencapai 1 : 4 maka hingga
31 Maret 2008, rasionya meningkat menjadi hampir 1 : 3,8 (Departemen
Kesehatan RI, 2007 dan 2008).
Dalam kasus gender issue ini, seringkali wanita ditempatkan di posisi yang
salah (subordinat) padahal belum tentu wanita di posisi yang salah itu.
Faktanya, justru wanitalah yang lebih rentan tertular HIV AIDS. Penyebab
wanita lebih rentan terkena HIV AIDS adalah :
1. Aspek Biologis
Contoh :- alat kelamin wanita terletak di dalam sehingga gejalanya
susah ditemui.
- Selaput mukosa yang luas dan mudah luka/infeksi sehingga
memungkinkan penularan HIV AIDS dengan cepat.

2. Ketidakadilan Gender

 Posisi tawar menawar yang tidak setara


Contoh : Dalam posisi ini, perempuan dikonstruksikan untuk bersikap
penurut, pasif, sabar dan setia. Sementara laki-laki dikonstruksikan untuk berperan
sebaliknya yaitu dominan, agresif, mengambil inisiatif dalam hubungan seksual, dan
dianggap wajar bila mempunyai lebih dari satu pasangan.

3. Aspek Sosial

Contoh : Adanya perkosaan yang dapat menularkan HIV, kurangnya akses


pendidikan dan pelayanan kesehatan yang membuat perempuan tidak mengerti akan
masalah kesehatan reproduksi, juga perempuan rentan karena dituntut untuk
menjalankan peran sebagai pengasuh dan perawat, ketika pacar, suami, orang tua,
maupun anaknya sakit. Tapi ketika dirinya sendiri sakit dan butuh perawatan, sering
terabaikan.

4. Aspek Ekonomi

Contoh : Kerentaranan perempuan secara ekonomi seringkali terjadi dikarenakan


perempuan tidak memiliki penghasilan sendiri, sehingga tergantung pada orang lain,
dalam hal ini suami atau pasangan dalam menafkahi hidupnya. Dari masalah
ekonomi ini juga banyak perempuan yang akhirnya harus menjadi pekerja seks
komersial dan disinilah rentan pula terinfeksi HIV.

5. Aspek Kultural

Contoh : Masih adanya tradisi yang merugikan perempuan seperti dijodohkan,


dipaksa menikah, dipaksa jadi pekerja seks atau jadi janda dalam usia muda agar
harganya meningkat sebagai pekerja seks. “Ada pula tradisi yang membuat
perempuan lebih mudah dan rentan terinfeksi HIV, seperti adat turun ranjang di
Sumatera Utara, dimana seorang perempuan diharapkan mau menikah dengan suami
dari kakak perempuannya yang meninggal dunia. Tentulah pernikahan semacam ini
mengandung resiko tinggi, mengingat riwayat perilaku seksual sebelumnya yang
mungkin beresiko menularkan HIV.

Dari data terbaru terungkap bahwa seks bebas menjadi faktor risiko utama
penularan HIV/AIDS daripada pemakaian narkoba melalui jarum suntik.
Mengapa bisa begitu? Terlepas dari lebih mudahnya penularan HIV/AIDS
melalui jarum suntik karena langsung melalui darah, ternyata penggunaan
narkoba melalui jarum suntik telah mencapai titik jenuh. Hal ini mungkin
kesadaran masyarakat akan bahaya jarum suntik. Namun, ini tidak berlaku
untuk seks yang adalah suatu kebutuhan dan lebih “menyenangkan”
daripada jarum suntik.

Seks tentu saja adalah suatu kebutuhan. Oleh karena jika tidak disalurkan
dengan benar, akan mengakibatkan berbagai masalah psikis yang akhirnya
mengarah kepada masalah fisik. Terutama bagi kaum pria yang tinggi kadar
testosteronnya. Yang menjadi permasalahan adalah bahwa selama ini para pria
kurang menjadi target yang diperhatikan dalam program penanggulangan
HIV/AIDS. Padahal data terbaru menunjukkan bahwa seks menjadi faktor utama
penularan HIV/AIDS sehingga pria memegang peranan terpenting.

Di sinilah letak kesalahan kita selama ini. Kita selalu fokus pada PSK, terutama
PSK perempuan padahal juga ada PSK laki-laki (gigolo). Jelas terkadang
diskriminasi gender masih kental di negara kita. Adanya keegoisan yang
sepertinya “disengaja” untuk mendeskreditkan perempuan dengan kedok agama,
adanya budaya paternalistik yang kental, dsb. Padahal dari data terbaru
terungkap bahwa jumlah PSK hanya 20 ribuan dan jumlah tersebut cenderung
menetap karena mereka menjadi PSK biasanya terdorong oleh motif ekonomi.
Setelah ekonomi membaik, mereka meninggalkan pekerjaan tersebut, tetapi
diimbangi oleh jumlah PSK yang baru. Berbeda dengan jumlah pelanggan PSK
yang makin lama makin bertambah dan tidak pernah berhenti.
Bahkan data terakhir menyebutkan bahwa perbandingan antara jumlah PSK dan
julmlah pelanggan PSK adalah 1 : 100. Bisa dibayangkan betapa pentingnya
peran pria dalam penularan HIV AIDS ini.
Dilihat dari segi agama, agama sering disalahkan. Ini bukan berarti ajaran agama
yang salah. Tetapi ada 2 hal yang sering kita salah paham, yaitu :
1. Penafsiran kaku terhadap ajaran agama
 penafsiran kaku terhadap agama bisa menjerumuskan walau ayat dalam
firman-firman itu tidak bermaksud demikian. Misalkan tentang masalah seks di
mana agama selalu menganggap tabu untuk mendiskusikannya, padahal dalam
ayat-ayat berbagai kitab justru ada bagian yang mengeksplorasi masalah ini.

2. Budaya kemunafikan lebih berpengaruh

 Karena kemunafikan inilah yang menyebabkan penganut agama tabu


untuk mengetahui tentang seks sehingga tidak mengetahui lebih jelas tentang hal tersebut.

Bahrul Hidayat  Sekjen Kementrian Agama


 Penyebaran HIV AIDS yang merata erat kaitannya dengan nilai yang dianut
masyarakat.
 HIV AIDS yang semakin meningkat akibat gaya hidup masyarakat yang
mengabaikan tuntutan syariah dan agama.
 Agama hendaknya mengawal masa transisi anak remaja menjadi dewasa.
Dengan bekal agama, seorang anak cenderung untuk dapat membedakan
mana yang baik dan buruk untuk dirinya sehingga sulit terjerumus dalam hal
yang tidak baik.
 Pemuka agama juga dituntut untuk memberikan informasi mengenai
seksualitas, kesehatan reproduksi dan pencegahan HIV AIDS.
• Kesimpulan:
- Agama harus mau terbuka pada nilai-nilai seksualitas.
- Dimata Tuhan, baik pria maupun wanita mempunyai derajat kedudukan yang
sama.
- Penganut agama harus memiliki pemahaman yang benar tentang ajaran
agamanya.

5. Perlindungan Terhadap Pihak Perempuan Mengenai HIV AIDS

Menurut Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI, 2008), perempuan terserang


HIV/AIDS kebanyakan tidak mengetahui hak – hak nya sehingga mereka tidak mendapat
kesempatan pendidikan dan pelayan kesehatan yang layak, termasuk pelayanan kesehatan
untuk diri sendiri dan anak mereka. Perspektif gender perlu di intergrasikan dalam
penanggulangan HIV/AIDS sebagai bentuk perlindungan terhadap wanita. Hal ini
meliputi aspek pemberdayaan perempuan, dimana perempuan diberdayakan untuk
mengetahui hak dan informasi mengenai kesehatan perempuan termasuk pencegahan dan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak sehingga mendapat kesempatan untuk pendidikan,
pelayanan kesehatan dan pekerjaan yg layak, agar dapat memperkuat pertahanan
keluarga.
Bentuk aktif perlindungan wanita oleh pemerintah adalah dengan di bentuknya
komisi penanggulangan HIV/AIDS. Perlindungan terhadap wanita di dasari oleh
rekomendasi umum no.19 yang di lahirkan oleh sidang ke-11 komite pengahapusan
diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW) tahun 1992. CEDAW ini telah di ratifikasi
oleh pemerintah Indonesia tahun 1984 dalam UU no.7 tahun 1984.

6. Terminasi

 KODRATI berhubungan dengan kodrat (sifat asli / sifat bawaan manusia yang
telah ditetapkan Tuhan dan bersifat mutlak); mengenai kekuasaan; berkaitan
dengan kemampuan alami.

 KONSTRUKSI SOSIAL susunan (model, tata letak) yang terdapat di dalam


masyarakat.

 GENDER ISSUE masalah yang dikedepankan seputar perbedaan jenis kelamin


antara laki-laki dan perempuan baik secara fisik, psikis, sosial, dll.

Anda mungkin juga menyukai