Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong
atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium.
Dilakukan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin
melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya.Secara medis dikatakan bahwa
sunat sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak penelitian kemudian membuktikan
(evidence based medicine) bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis, infeksi
saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual, termasuk
HIV/AIDS dan juga mencegah penularan human papilloma virus. Selain itu sirkumsisi di
indikasikan atau dapat mencegah penyakit seperti phimosis, paraphimosis,candidiasis,
tumor ganas dan praganas pada daerah kelamin pria (Sumiardi1994).
Pada kondisi penis yang terlahir dengan kondisi phimosis pada keadaan tertentu
biasanya ketika ereksi kulit penis yang lentur sering kali karena dorongan yang cukup
kuat bisa kulit kulupnya tersebut bisa tertarik kearah belakang dan gland penis / kepala
penis terbuka penuh secara sempurna, namun yang menjadi permasalahan lubang kulup
penis yang sempit setelah tertarik kebelakang tersebut tidak bisa di tarik kembali kearah
depan. Kondisi inilah yang dinamakan dengan paraphimosis.
Di perkampungan atau orang-orang awam, anak-anak yang mengalami paraphimosis
karena kejadian yang secara tiba-tiba atau mendadak yang sering kali timbul pada saat
anak baru bangun tidur, para orang tua sering kali mengistilahkan kondisi tersebut
dengan disunat oleh Jin.
Kondisi ini sebenarnya harus diwaspadai karena apabila orang tersebut sebelumnya
mengalami kondisi phimosis yang cukup parah sering kali kondisi paraphimosis ini
mengakibatkan jepitan di daerah leher penis yang cukup kuat, sehingga aliran darah balik
kulit dalam penis (mukosa) terhambat dan mengakibatkan edema.Apabila kondisi ini
dibiarkan dan orang tua / si penderita tidak terlalu peduli, edema tersebut bisa makin
membesar dan mencekik leher penisny adan pada akhirnya bisa saja orang tersebut
mengalami kematian jaringan penis atau nekrotik.
Parafimosis merupakan kasus gawat darurat yang merupakan kondisi dimana kulit
preputium setelah ditarik kebelakang batang penis sampai di sulkuskoronarius tidak
dapat dikembalikan keposisi semula kedepan batang penis. Kulitpreptium yang tidak bisa
kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan

1
aliran darah yang disebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran
arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dan dirasakan
nyeri.Jika dibiarkan bagian penis disebelah distal jeratan makin membengkak yang
akhirnya bisa mengalamine krosis glans penis kulit preputium setelah ditarik kebelakang
batang penis sampai di sulkuskoronarius tidak dapat dikembalikan keposisi semula
kedepan batang penis. Kulit prepitium yang tidak bisa kembali kedepan batang penis
akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah yang disebabkan
gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal
ini menyebabkan edema glans penis dan dirasakan nyeri.Jika dibiarkan bagian penis
disebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa mengalami nekrosis
glans penis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa anatomi dari Parafimosis ?
2. Apakah definisi dari Parafimosis ?
3. Bagaimana etilogi dari Parafimosis ?
4. Apakah manifestasi klinis dari Parafimosis ?
5. Bagaimana patofisiologi pada Parafimosis ?
6. Bagaiman pathway dari Parafimosis ?
7. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada Parafimosis ?
8. Bagaimana Komplikasi pada Parafimosis ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan teori pada parafimosis ?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan anatomi dari Parafimosis
2. Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Parafimosis
3. Mampu menjelaskan etilogi Parafimosis
4. Mampu menjelaskan manifestasi klinis Parafimosis
5. Mampu menjelaskan patofisiologi Parafimosis
6. Mampu menjelaskan pathway dari Parafimosis
7. Mampu menjelaskan penatalaksaan serta pencegahan pada Parafimosis
8. Mampu menjelaskan Komplikasi pada Parafimosis
9. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan teori pada parafimosis

BAB II

TINJUAN TEORI

2.1 Anatomi Parafimosis

2
2.2 Definisi

Parafimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki
dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat.Paraphimosis berarti kulup terjebak di
belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali keposisi normal.

Parafimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat ditarik ke depan


(distal)/menutup.Pada keadaan ini, glan penis atau batang penis dapat terjepit oleh
prepusium yang bengkak.Keadaan ini paling sering oleh peradangan.Pada parafimosis
sebaiknya kita melakukan reduksi sebelum disirkumsisi ( Bachsinar, tahun 1993).

Parafimosis berbeda dengan fimosis yang merupakan suatu keadaan dimana


prepusisium tidak bisa diretraksi ke belakang corona glandis. Parafimosis merupakan
suatu kegawatdaruratan di bidang urologi sedangkan fimosis bukan merupakan keadaan
kegawatdaruratan (Donohoe, 2009).

2.3 Etiologi Parafimosis


Parafimosis termasuk kondisi yang jarang terjadi. Penyebab yang paling sering
memicu kondisi ini adalah karena lupa mengembalikan posisi kulup setelah ditarik, lalu
dibiarkan untuk waktu yang cukup lama, misalnya beberapa jam. Di samping itu, ada
faktor lain yang menyebabkan parafimosis, diantaranya :
a) Akibat pemasangan kateter
b) Menarik Prepusium keproksimal yang biasanya di lakukan pada saat
bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi tidak dikembalikan
ketempat semula secepatnya

2.4 Manifestasi Klinis Parafimosis


a. Edema gland penis
b. Nyeri
c. Jeratan pada penis
d. Kulup tertarik kebelakang kepala penis
e. Sakit pada penis
f. Pancaran kencing sedikit
3
2.5 Patofisiologi Paraphimosis
Ketika prepusisium terperangkap dibelakang corona glandis dalam waktu yang
lama, terbentuk berkas jaringan yang erat disekitar penis. Keadaan ini dapat
menimbulkan konstriksi pada penis yang akan mengganggu aliran darah vena dan
limfatik pada glans penis dan prepusisium sehingga dapat mengakibatkan edema glans.
Seiring dengan bertambah parahnya edema, aliran darah arterial juga menjadi
terganggu sehingga lama kelamaan dapat terjadi iskemia jaringan, pembengkakan dan
nyeri pada glans dan prepusisium. Apabila keadaan ini tidak ditangani, maka akan
mengarah ke gangrene atau autoamputasi penis bagian distal (Donohoe, 2009).

2.6 Pathway Paraphimosis

Pemasangan kateter, masturbasi, Obstruksi saluran


bersenggama, saat membersihkan gland penis kemih bagian
bawah
Kegagalan preputium kembali
kedepan

Preputium menjepit penis pada bagian


korona PARAFIMOSIS

Gangguan aliran balik vena superfisial

Bendungan aliran darah ke gland penis


MK: PERUBAHAN
MK: NYERI MK: HIPERTERMI POLA ELIMINASI
4
Edema penis dan preputium
Nekrosis/kematian
Nyeri saat Infeksi
demamsaluran
jaringan
BAK kemih
2.7 Penatalaksanaan Parafimosis

Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat


glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan
prepusium dikembalikan pada tempatnya.Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum
insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya.Setelah
edema dan proses inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi
secara berencana oleh karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang atau kambuh
kembali.
Prinsip terapi dan manajemen keperawatan :
1. Perawatan rutin pra bedah:
a) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau
bakteri dengan air hangat dan sabun mandi.
b) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
2. Perawatan pasca bedah :
a) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya
perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah dan
dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadi
nyapenyembuhan.
b) Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.
c) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagianak.
d) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air sertamenerpkan
prinsip protektif.

Adapun terapi parafimosis lainya, yaitu :


1. Metode kompresi manual
Anastesi pasien dapat menggunakan anastesi lokal dengan lidokain 1% tanpa
epinefrin, morfin / midazolan i.v pada kasus-kasus tertentu kemudian melakukan
kompresi manual untuk mengurangi edema. Tentukan terlebih dahulu lokasi cincin
sikatrik / jeratan yang membuat edema, kurangi edema dengan menurunka cincin
sikatrik dengan satu tangan dan tangan yang lainnya mengompresi glans dan menekan
edema. Setelah 2-3 kali kemudian dilakukan prosedur sirkumsisi metode dorsal slit
(Donohoe, 2009).

5
(Donohoe, 2009)

Teknik kompresi manual untuk mengurangi edema prepusisium : Untuk mereposisi


prepusisium, letakkan kedua jempol pada glans penis dan jari yang lain dibelakang
prepusisium. Lakukan penekanan secara lembut pada prepusisium dengan penekanan
dengan arah yang berbeda ke glans penis sehingga prepusisium tertarik ke bawah.
Pada pasien yang tidak ingin dilakukan sirkumsisi, oleskan triamcinolone cream 0.1%
untuk mengurangi risiko fibrosis. Setelah 6 minggu pemakaian cream ini, prepusisium
dapat secara mudah diretraksi dan dikembalikan ke posisi semula, namun tetap ada
risiko berulangnya fimosis dan parafimosis. Untuk mencegah berulangnya kondisi ini,
sebaiknya dilakukan sirkumsisi (Donohoe, 2009).

2. metode osmotic
Metode osmotic dan puncture digunakan untuk pasien yang tidak dapat
ditangani dengan metode manual akibat besarnya edema prepusisial dan glandular
yang ada akibat penanganan yang terlambat. Pada pasien anak-anak, sulit melakukan
anastesi dengan penile block, biasanya dilakukan anastesi total. Bila melakukan
anastesi total, prepusisium dapat dikembalikan tanpa menggunakan metode puncture/
pungsi maupun insisi. Pada metode osmotik, digunakan substansi yang memiliki
konsentrasi zat terlarut yang tinggi dan substansi ini diletakkan pada permukaan penis
dan prepusisium yang edema. Substansi ini akan menarik air dari jaringan sesuai
dengan gradien osmotiknya, hal ini akan mengurangi edema jaringan. Beberapa
substansi yang digunakan antara lain : (1) glyserin magnesium sulfat ; (2) granulated
sugar ; (3) larutan dextrose 50% sebanyak 50 ml biasanya digunakan pada UGD,
menggunakan kain yang dibasahi dengan larutan tersebut, kemudian penis dibungkus
dengan kain tersebut selama 1 jam. Kelemahan dari metode osmotik adalah
membutuhkan banyak waktu untuk mengurangi edema (Little & White, 2005).

3. Puncture-aspiration method

6
Teknik pungsi yang sering dilakukan untuk mengobati parafimosis adalah
metode Perth-Dundee. Teknik invasive yang minimal ini memerlukan anastesi penis
(penile block). Jarum 26-G digunakan untuk membuat ± 20 pungsi pada prepusisium
yang edema untuk mengeluarkan cairan yang terperangkap (Donohoe, 2009 ; Little &
White, 2005).
Teknik ini dilakukan dan dimodifikasi dengan melakukan injeksi
hyaluronidase 150 U/cc sebanyak 1 ml pada 2-3 tempat pada prepusisium.
Hyaluronidase iini memecah asam hyaluronat yang kental pada cairan ekstrasellular
dan dapat mengurangi edema. Teknik ini telah dilaporkan sebagai inti dari teknik
DeVries yang dapat mengurangi edema dalam waktu yang singkat. Namun,
kelemahan dari teknik ini adalah sering tidak tersedianya hyaluronidase pada berbagai
unit gawat darurat. (Little & White, 2005).

Metode pungsi dengan menggunakan jarum yang dipungsi pada beberapa tempat

Selain itu telah dikembangkan metode alternatif lain, yaitu setelah melakukan
anastesi lokal pada penis, tourniquet dipasang pada bagian tengah penis, kemudian
dimasukkan jarum berukuran 20-G yang telah dipasang pada spuit 10 ml paralel
dengan uretra dan dilakukan aspirasi darah. Aspirasi darah sebanyak 3-12 ml biasanya
dapat mengurangi ukuran glans penis (Little & White, 2005).

4. Sharp incision method


Apabila semua metode diatas telah dilakukan dan tidak berhasil, maka perlu
dilakukan insisi pada jeratan penis. Pada pasien dewasa, dapat dilakukan anastesi
penile-block, namun pada anak membutuhkan anastesi total. Tidak ada referensi valid
yang menyebutkan bahwa diperlukan profilaksis antibiotik setelah melakukan insisi.
7
Sebelumnya, prepusisium yang edema terlebih dulu dibersihkan dengan povidone
iodine dan mengidentifikasi cincin jeratan. Kemudian dilakukan insisi longitudinal 1-
2 cm. Apabila insisi ada pada sisi yang panjang, maka perlu dilakukan penjahitan
dengan benang undyed 3/0 vicryl rapide (Little & White, 2005).

5. Sirkumsisi : metode dorsal slit


Pada kontriksi / jeratan yang parah harus dilakukan sirkumsisi metode dorsal
slit. Pada saat melakukan sirkumsisi, penis harus dalam keadaan yang steril, kemudian
ditentukan lokasi cincin sikatrikal / jeratan, kemudian cincin tersebut dijepit dengan
hemostat pada jam 12 kemudian digunting, pastikan cincin tersebut telah diinsisi.
Ketebalan cincin tersebut biasanya tidak lebih dari 5-10 mm. Setelah proses ini
dilakukan, prepusisium dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi semula.
Penjahitan dapat dilakukan untuk mengontrol pendarahan. Manajemen jangka
panjang perlu didiskusikan dengan pasien. Pilihan terapi yang dilakukan berupa
pembedahan via sirkumsisi atau terapi konservatif dengan triamcinolone cream
selama 6 minggu dan watchful waiting. Sirkumsisi merupakan terapi definitif untuk
parafimosis (Donohoe, 2009).
Indikasi dilakukannya sirkumsisi emergensi metode dorsal slit adalah
keadaan fimosis dan parafimosis yang tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan
konservatif. Biasanya metode dorsal slit ini digunakan untuk parafimosis yang berat
dan kompleks. Tindakan terbaik yang dapat mencegah terulangnya parafimosis
adalah sirkumsisi (Donohoe, 2009).
Kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi adalah hipospadia, penis dengan
ukuran kecil dan yang mengalami deformitas (Donohoe, 2009).

2.8 Komplikasi Parafimosis


Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi prepusium yang
terlalu sempit di belakang glans penis kesulkus glandularis dapat mengganggu perfusi
permukaan prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan
risiko terjadinya nekrosis.Jika parafimosis tidak segera diterapi, hal ini dapat mengganggu
aliran darah keujung distal dari penis (penis tip).Pada kasus yang ekstrim, hal ini mungkin
dapat menyebabkan kerusakan atau cederaujung penis, gangren maupun hilangnya ujung
penis.

8
BAB III

ASKEP TEORI PARAFIMOSIS

3.1 Pengkajian

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Asmadi, 2008).
Pengkajian dapat dilakukan persistem tubuh dengan menggunakan 4 metode
yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Dalam pengkajian yang dilakukan dalam tahapanya meliputi :

a. Pengumpulan Data
Data yang dikaji adalah sebagai berikut :
1) Biodata
a) Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnose
medis, pekerjaan dan alamat.

9
b) Identitas penamggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga
mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis.Keluhan utama
dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan
untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi
kesehatannya saat ini. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien
parafimosis adalah Nyeri, Sakit pada penis, Edema gland
penis,Pancaran kencing sedikit, Kulup tertarik kebelakang kepala
penis
2. Riwayat keluhan utama Menggambarkan keluhan saat dilakukan
pengkajian serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat
ini
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, apakah klien pernah menderita
penyakit yang sama .
d) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang pernah sakit yang sama
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe
dan didokumentasikan secara persistem yang meliputi:
a) Keadaan Umum Klien dengan penyakit parafimosis
b) Kesadaran Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam
tingkatan yaitu :
1. Kompos mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya (GCS 15-14)
2. Apatis: keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh (GCS 13-
12).
3. Somnolen: keadaan kesadaran yang mau tidur saja dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur
lagi (GCS 11-10).
4. Delirium: keadaan kacau motorik seperti memberontak dan
tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu (GCS 9- 7).
5. Sopor: keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya
dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri (GCS 9-7).

10
6. Koma: keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsang apapun (GCS < 7) .
c) Tanda-tanda Vital Sebelum melakukan tindakan lain, yang perlu
diperhatikan adalah tanda-tanda vital, karena sangat berhubungan
dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lain yang berkaitan
dengan masalah yang terjadi. Tanda-tanda vital terdiri atas empat
pemeriksaan, yaitu:
1. Tekanan darah
2. Pemeriksaan denyut nadi
3. Pemeriksaan suhu
4. Pemeriksaan respirasi
d) Pemeriksaan Persistem
1. Sistem pernapasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada
lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas,
kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, auskultasi bunyi
napas apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas.

2. Sistem kardiovaskuler

Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya


peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah
dada dan pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat
dihitung peningkatan frekuensi nadi, adanya hipotensi
orthostatik, ada tidaknya oedema, warna pucat dan sianosis.

3. Sistem pencernaan

Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk


mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau nyeri tekan.

4. Sistem muskuloskeletal
Kaji derajat Range Of Montion dari pergerakan sendi mulai dari
kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau
nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien
waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat

11
peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi otot. Selain
ROM, tonus dan kekuatan tonus harus dikaji.

5. Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemerikasaan kulit
meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi
perabaan.

6. Sistem indera
a. Mata : Di kaji mulai dari adanya nyeri tekan atau tidak,
adanya konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterus atau
tidak, kelopak mata cekung atau tidak.
b. Telinga
Dikaji mulai dari kebersihan telinga, simetris atau tidak,
adanya nyeri tekan atau tidak, dilakukan tes pendengaran.

c. Hidung
Kaji apakah ada pernafasan cuping hidung, defiasi
septum, kepatenan hidung (jika nares posterior mem-
besar menunjukan adanya distress pernafasan).

d. Mulut
Di kaji mulai dari kebersihan mulut, sianosis atau tidak,
bibir pecah – pecah atau tidak.

7. Sistem saraf Sistem neurosensori


yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi
sensori, serta fungsi reflex

8. Sistem perkemihan

Kaji ada tidaknya pembengkakan pada gland penis, nyeri atau


tidak, preputium menutup atau tidak, ada inflamsi atau tidak,
observasi tentang keadaan alat-alat genitourinari bagian luar
mengenai bentuknya biasanya pada pasien parafimosis Kulup
tertarik kebelakang kepala penis, nyeri atau tidak sewaktu
miksi.

12
9. Sistem imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak
pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.

10. Sistem reproduksi


Kaji bagaimana system reproduksi klien.

3.2 Diagnose keperawatan

1. Nyeri b.d Nyeri saat BAK

2. Hipertermi b.d Penyakit (Infeksi saluran kemih)

3. Perubahan pola eliminasi b.d obstruksi saluran kemih bagian bawah

3.3 Intervensi Keperawatan

Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, baik mandiri maupun
kolaboratif. Rencana yang dilakukan menyesuaikan pada diagnosa keperawatan terkait
dengan Parafimosis.

1. Nyeri b.d Nyeri saat BAK

Intervensi :

 Kaji skala nyeri

R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang
harus diberikan.

 Ajarkan teknik relaksasi

R/ merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi.

 Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat

R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos

2. Hipertermi b.d Penyakit (Infeksi saluran kemih)

Intervensi :

 Pantau TTV klien 2 jam sekali.


13
 Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
 Kolaborasi pemberian antipiretik paraceta

3. Perubahan pola eliminasi b.d obstruksi saluran kemih bagian bawah

Intervensi :

 Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan


warna yang tepat

 Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine

 Kolaborasi dengan dokter untuk segera disunat

3.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan intervensi keperawatan yang telah


disusun, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Implementasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengurangi rasa yang mengganggu pasien khususnya mengenai diagnosa
keperawatan terkait dengan Parafimosis

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus-menerus dengan melibatkan pasien,
keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan


memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau
preputium. Dilakukan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit
yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya.Secara medis
dikatakan bahwa sunat sangat menguntungkan bagi kesehatan. Selain itu sirkumsisi di
indikasikan atau dapat mencegah penyakit seperti phimosis, paraphimosis,candidiasis,
tumor ganas dan praganas pada daerah kelamin pria (Sumiardi 1994).Parafimosis adalah
keadaan di mana prepusium tidak dapat ditarik ke depan (distal)/menutup.Pada keadaan
ini, glan penis atau batang penis dapat terjepit oleh prepusium yang bengkak.Pada
parafimosis sebaiknya kita melakukan reduksi sebelum disirkumsisi ( Bachsinar, tahun
1993).

4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Donohoe, Jeffrey M. 2009. Paraphimosis. Accessed at : http://emedicine.medscape.com/

article/ 442883-overview

Little & White. 2005. Treatment options for paraphimosis. Journal of Clinical Practice, 59,

5, 591-593. Blackwell Publishing Ltd, UK.

Kumala, Riri Sari. Parafimosis.https://id.scribd.com/document/245045527/Parafimosis-Riri.


Diakses pada tanggal 16 maret 2018

Nabila,Hulatundkk.2017.MakalahParafimosis.https://id.scribd.com/document/373506763/M
AKALAH-PARAFIMOSIS. Diakses pada tanggal 16 Marat 2018

16

Anda mungkin juga menyukai