BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
Batas umur untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
1. Perubahan Fisik
7
Menurut Stanley & Beare (2006) perubahan fisik pada lansia mencakup
dan respirasi, pencernaan dan metabolisme, perkemihan, sitem saraf, dan sistem
reproduksi.
2. Perubahan Spiritual
hari. Lansia juga cenderung tidak terlalu takut terhadapt konsep dan realitas
3. Perubahan Psikososial
Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat lansia pensiunan merasakan
kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik,
pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat badan menurun, mengompol, gangguan
Keadaan fisiologis yang semakin melemah serta daya tahan tubuh yang
dalam hal kesehatan. Hampir seluruh sistem dalam tubuhnya dapat mengalami
gangguan penyakit.
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur melibatkan gerakan tubuh yang
(Ambardini, 2015).
memenuhi kriteria FITT (frequency, intencity, time, type). Aktivitas fisik yang
Menurut Sandi (2015), senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang
teratur dan terarah serta yang diikuti oleh lansia yang dilakukan dengan maksud
khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh serta pinggang, kaki serta tangan agar
9
mendapatkan peregangan bagi para lansia, namun dengan gerakan yang tidak
bergerak seperti olahraga aerobik, tujuannya adalah agar stamina dan energi para
1. Intensitas
intensitas sedang. Intensitas latihan dianggap cukup bila denyut nadi telah
melampaui 60% dari denyut nadi maksimal, yaitu 220 dikurangi umur, namun
sebaiknya tidak melampaui 80% dari denyut nadi maksimal. Antara 60%-80%
2. Lama
3. Frekuensi
Frekuensi latihan paling sedikit 3 hari dalam seminggu pada hari yang
tidak berurutan, karena setelah 48 jam tidak berlatih, daya tahan seseorang mulai
menurun berlahan-lahan.
hari dalam seminggu atau 20 menit dengan intensitas tinggi, 3 hari dalam
10
seminggu atau kombinasi 20 menit intensitas tingga 2 hari dalam seminggu dan
Olahraga pada lansia terdiri dari tiga prinsip yaitu pemanasan, latihan inti
dan pendinginan.Menurut Suroto (2004) teknik dan cara berlatih yang adalah
sebagai berikut:
peregangan (Stretching). Lamanya kira kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir
tubuh. Tujuan dilakukan pemanasan agar sel sel tubuh turut serta dalam proses
X 8 hitungan.
4) Dorong tumit kanan kedepan bergantian dengan tumit kiri, angkat kaki,
b. Gerakan Inti
hitungan 2 X 8
hitungan
lengan 2 x 8
hitungan
hitungan
c. Gerakan Pendinginan
kaku setelah latihan, sebab zat lelah akan segera kembali ke peredaran darah.
dan diakhiri dengan penguluran seluruh otot, terutama otot yang banyak
4) Kaki terbuka tekuk lutut kanan sambil mengangkat tangan kanan ke atas
2x8
2 x 8 hitungan
Tidur merupakan keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan dan merupakan suatu urutan siklus yang berulang,
dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi,
siang/malam. Kebanyakan orang terjaga dan sibuk di siang hari dan tidur di
malam hari. Tentu saja ada pengecualian untuk aturan ini, khususnya untuk orang
yang bekerja dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan pada malam hari atau
shift berotasi. Selain siklus tidur/terjaga, tidur sendiri terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga
14
tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM-Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari keadaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi
(Vaughans, 2013).
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi,
kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur
REM cendrung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur
NREM 3 dan 4. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang
dalam. Lansia sering kali melaporkan mengalami kesulitan tidur saat berada
ditempat tidur. Ini terjadi pada 1 dari 3 lansia wanita dan 1 dari 5 lansia pria.
Masalah untuk dapat tertidur juga dikaitkan dengan penyebab yang mudah diatasi
15
seperti mengkonsumsi kafein atau makanan dalam porsi banyak pada waktu yang
berdekatan dengan waktu tidur. Biasanya terjadi peningkatan pada fase I NREM
sehingga lansia mudah terbangun oleh karena: suara, sentuhan, atau cahaya. REM
selama malam hari berubah seiring dengan bertambahnya usia dimana fase REM I
tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan
jumlah tidur siang. Lansia seringkali mengeluh dengan masalah gangguan tidur.
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur
1. Insomnia
mencakup ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari.
Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan pada faktor-
faktor biologis, emosional, dan medis yang berperan, juga pada kebiasaan tidur
ini dapat hilang tanpa intervensi medis setelah orang tersebut beradaptasi
terhadap stresor.
ansietas.
sindrom kaki gelisah, atau nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24
siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur, tampak mabuk atau
kelemahan, dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi.
3. Apnea Tidur
detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Selama tidur, pernapasan
dapat berhenti paling banyak 300 kali, dan episode apnea dapat berakhir dari 10
sampai 90 detik.
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu
aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif
dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas
(Khasanah, 2012). Efisiensi tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding
dengan waktu berbaring ditempat tidur. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun
Sleep Quality Index (PSQI), PSQI ialah suatu metode penelitian yang berbentuk
kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur
18
orang dewasa dalam interval satu bulan. Dari penilaian kualitas tidur dengan
menggunakan metode PSQI ini akan didapatkkan dari pengukuran kualitas tidur
dengan pembobotan tertentu. Index atau nilai tersebut yang nantinya akan
Membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7
komponen: efisiensi kebiasaan tidur, latensi tidur, durasi tidur, gangguan tidur,
penggunaan obat tidur, gangguan aktivitas di siang hari, dan kualitas tidur. PSQI
merupakan instrument efektif yang digunakan untuk mengukur dan pola tidur
individu satu dengan yang lain. Variabel yang mempengaruhi jumlah dan kualitas
tidur meliputi:
(kurang lebih 16 jam dalam periode waktu 24 jam). Secara umum, saat anak
memasuki masa kanak-kanak, jumlah jam tidur berkurang dan jumlah waktu yang
dihabiskan dalam tahap REM juga berkurang; pengecualian saat anak-anak dan
Jumlah tidur dan interval tidur berubah saat usia dewasa. Orang dewasa tua
cenderung lebih sering terjaga di malam hari dan mungkin lebih banyak tidur
2. Pengaruh psikososial
19
a. Peran dan hubungan: orang yang sudah menikah kadang kesulitan untuk
yang sama.
b. Pola kerja: waktu siang hari seseorang bekerja dan juga mempunyai jam
kerja stabil akan sulit untuk menciptakan pola tidur. Cahaya siang hari dan
tertidur.
3. Gaya hidup
b. Kebiasaan makan: jumlah makan dan jenis makanan yang dapat dimakan
4. Kondisi lingkungan
efektif akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang
jumlah jam tidur tersebut tidak menjadi suatu masalah jika lansia itu sendiri
merasakan kualitas tidur yang nyenyak karena dengan kualitas tidur yang bagus
meskipun hanya dua jam sudah dapat memulihkan fungsi tubuh dan otak.
(Prayitno, 2006). Gangguan tidur pada lansia juga dapat disebabkan juga oleh
faktor biologis dan faktor psikis. Faktor biologis seperti adanya penyakit tertentu
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat tidur dengan baik. Faktor psikis bisa
tekanan darah, dan kecepatan pernapasan meningkat, serta otot menjadi tegang.
Aktifnya saraf simpatis membuat lansia tidak dapat santai atau relaks sehingga
dari Beta endorphin dan enkephalin akan menimbulkan suasana rileks dan senang.
Dalam kondisi rileks, lansia akan mudah dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
(Sumedi, 2010)
dan peningkatan aktivitas saraf para simpatis yang berpengaruh pada penurunan
21
lancar. Pada kondisi ini akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu, sekresi
melatonin yang optimal dan pengaruh beta endorphin dan membantu peningkatan
Proses menua
perubahan
Aktivitas Fisik:
Olahraga/senam lanisa Tidak dapat santai
Faktor-faktor yang
1. Memperlancar aliran darah ke
mempengaruhi kualitas
otak
tidur:
2. Penurunan aktivitasi inflamasi
3. Peningkatan aktivitas serotonin 1. Usia
Kualitas tidur
(5HT) 2. Pengaruh
4. Penurunan katekolamin. psikososial
Adrenalin, norepinefrin 3. Kondisi lingkungan
5. Sekresi melatonin optimal 4. Gaya hidup
Keterangan: : diteliti
Pada usia lanjut seseorang akan mengalami proses penuaan dan terjadi
berbagai perubahan pada aspek kognitif, psikososial, fisik dan spiritual. Pada
aspek psikologis, lansia akan mengalani stres, cemas, takut, dan ketegangan
emosional yang dapat mengaktifkan sistem saraf simpatis. Aktifnya saraf simpatis
membuat lansia merasa tidak santai sehingga akan muncul gangguan tidur yang
dapat berpengaruh pada kualitas tidur lansia. Kualitas tidur lansia sendiri
lingkungan dan gaya hidup. Aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas tidur
lansia. Dan salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah senam lansia.
Senam lansia yang dapat membuat kondisi lansia dalam keadaan relaks atau
2.6 Hipotesis
hubungan aktivitas fisik (senam lansia) dengan kualitas tidur pada lansia.