Dosen Pembimbing
Hanifa Rahma, M.Si., Apt.
Disusun Oleh
Kelompok II
Kelas I B
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
BANDUNG
2017
A. JUDUL PERCOBAAN
Viskositas dan Rheologi
C. TUJUAN PERCOBAAN
a. Penggunaaan viskometer kapiler untuk penentuan viskositas cairan newton
b. Menentukan pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan
D. DASAR TEORI
1. Reologi
Rheologi, berasal dari bahasa Yunani rheo (mengalir) dan logos (ilmu),
digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Crawford untuk
menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah suatu
pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositasnya maka
makin besar tahanannya (Martin dkk, 2008).
Rhelogi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke dalam
wadah, pemindahan sebelum digunakan , penuangan dari botol, pengeluaran dari tube,
pelewatan dari suatu jarum suntik. Rheologi dari suatu produk tertentu yang berkisar
dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai ke padatan, dapat mempengaruhi
peneriman bagi pasien, stabilitas fisika, dan availabilitas biologis. Jadi viskositas terbukti
mempengaruhi laju absorbsi obat dari saluran cerna. Sifat reologi sistem farmasetik
dapat mempengaruhi pemilihan peralatan pemrosesan yang digunakan dalam pembuatan
suatu produk. Peralatan yang tidak sesuai akan menyebabkan terbentuknya hasil yang
tidak diinginkan, paling tidak dalam karakteristiknya alirannya (Martin dkk, 2008).
Penerapan rheologi di bidang farmasi yaitu:
1. Cairan
a. Pencampuran
b. Pengurangan ukuran partikel dari sistem-sistem dispersi dengan shear
c. Pelewatan melalui mulut, termasuk penuangan, pengemasan dalam botol,
pelewatan melalui jarum suntik
d. Perpindahan cairan, termasuk pemompaan dan pengaliran melalui pipa.
e. Stabilitas fisik dari sistem-sistem dispersi.
2. Quasisolid
a. Penyebaran dan pelekatan pada kulit
b. Pemindahan dari wadah atau pengeluaran dari tube
c. Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-caira yang saling
bercampur satu dengan yang lainnya.
d. Pnglepasan obat dari basisnya
3. Padatan
a. Alira serbuk dari corong ke dalam lubang pencetak tablet atau ke dalam kapsul
selama proses pembuatan
b. Kemampuan pengemasan dari padatan dalam bentuk serbuk atau granul
4. Pemrosesan
a. Kapasitas produksi dari alat
b. Efisiensi pemrosesan
(Martin dkk, 2008)
a. Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan
secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa semakin besar viskositas suatu cairan, akan
makin besar pula gaya persatuan luas (Shearing stess) yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus
berbanding langsung dengan shearing stess atau
F' dv
=
A dr
F
=G
F’
A
dv
dr
2. Viskositas
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo, 1986). Suatu
bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu
menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai
gerakan dibagian dalam (internal) suatu fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola
dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang
yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi
beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng bergerak dengan
kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat
dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut. Gaya
ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida (Budianto, 2008).
Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan sebagai gaya geser (shearing force)
yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1 cm/detik antara dua bidang sejajar
cairan masing-masing memiliki luas 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm. Satuan cgs
untuk poise adalah dyne detik cm-2 atau g cm-1 detik-1. Satuan satuan ini dengan mudah
diperoleh melalui analisis dimensi dari koefisien viskositas. Persamaan dapat disusun
kembali menjadi:
F
ŋ=
A
(Sinko, 2011)
Viskositas kinematis adalah viskositas absolut dibagi dengan densitas cairan
tersebut pada temperatur tertentu.Satuan viskositas kinematis adalah stoke (s) dan
centistoke (cs):
ŋ
Viskositas Kinematis =
F
(Sinko, 2011)
(Sinko, 2011)
F. PROSEDUR KERJA
1. Dibuat 40 ml larutan gliserin dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% dalam
aquadest.
2. Larutan diaduk sampai homogen. Masing-masing gelas kimia diberi label.
3. 10 ml cairan tersebut dimasukkan ke dalam viskometer kapiler.
4. Cairan dihisap menggunakan ball pipet sampai garis batas atas pada pipa kapiler.
5. Cairan dibiarkan mengalir dari garis batas atas sampai garis batas bawah dan waktu
yang dibutuhkan oleh cairan untuk mengalir dari garis batas atas ke garis batas bawah
dicatat.
6. Dilakukan pengukuran triplo.
7. Bobot jenis cairan ditentukan menggunakan piknometer.
8. Viskositas relatif gliserin dihitung pada berbagai konsentrasi terhadap aquadest
dengan menggunakan persamaan berikut jika diketahui viskositas aquadest adalah
n1 ρ1t
1
0,89 cps (2°C) : =
n2 ρ2 t 2
9. Dibuat kurva hubungan antara viskositas gliserin terhadap kadar gliserin yang
digunakan.
- Konsentrasi 10 %
10 g
x 40 ml = 4 g
100 ml
- Konsentrasi 15 %
15 g
x 40 ml = 6 g
100 ml
- Konsntrasi 20%
20 g
x 40 ml = 8 g
100 ml
- Konsentrasi 25%
20 g
x 40 ml = 10 g
100 ml
b. Perhitungan bobot jenis
1. Bobot jenis gliserin 5%
ρ 5% = 29,709 g – 19,138 g
ρ 5% = 10,571 g
2. Bobot jenis gliserin 10%
ρ 10% = 29,759 g – 19,138 g
ρ 10% = 10,621 g
3. Bobot jenis gliserin 15%
ρ 15% = 29,804 g – 19,138 g
ρ 15% = 10,666 g
4. Bobot jenis gliserin 20%
ρ 20% = 29,962 g – 19,138 g
ρ 20% = 10,824 g
5. Bobot jenis gliserin 25%
ρ 25% = 30,160 g – 19,138 g
ρ 25% = 11,022 g
6. Bobot jenis Aquades
ρ aquadest = 20,138 g – 19,138 g
ρ aquadest = 1 g
n ρ1t
c. Viskositas relatif gliserin ( n1 = 1
)
2 ρ2 t2
1. Konsentasi 5%
p1 t1
ɳ1 = x ɳ2
p2 t2
10,571 g x 8,06
ɳ1 = x 0,89 = 9,9776
1 g x 7,60
2. Konsentrasi 10%
𝑝1 𝑡1
ɳ1 = x ɳ2
𝑝2 𝑡2
10,621 g x 8,19
ɳ1 = x 0,89 = 10,1865
1 g x 7,60
3. Konsentrasi 15%
𝑝1 𝑡1
ɳ1 = x ɳ2
𝑝2 𝑡2
10,666 g x 8,55
ɳ1 = 1 g x 7,60
x 0,89 = 10,6793
4. Konsentrasi 20%
𝑝1 𝑡1
ɳ1 = x ɳ2
𝑝2 𝑡2
10,824 g x 9,65
ɳ1 = x 0,89 = 12,2318
1 g x 7,60
5. Konsentrasi 25%
𝑝1 𝑡1
ɳ1 = x ɳ2
𝑝2 𝑡2
11,022 g x 10,18
ɳ1 = x 0,89 = 13,1397
1 g x 7,60
25%
Konsentrasi Gliserin
20%
15%
10%
5%
0%
ɳ 5% ɳ 10% ɳ 15% ɳ 20% ɳ 25%
(9,9776) (10,1865) (10,6793) (12,2318) (13,1397)
Viskositas Relatif
= 2,4 g
Aquadest = 2,4 g x 20 ml
= 48 ml
120 mg
Paracetamol = x 120 ml
5 ml
= 2,88 g
Aquadest = 120 ml – 48 ml
= 72 ml
I. KESIMPULAN
1. Semakin besar konsentari gliserin dalam larutan, maka akan semakin besar pula
viskositasnya, karena konsentrasi zat perbanding lurus dengan viskositas.
2. Dari hasil pengamatan diperoleh nilai viskositas dari suspensi CMC-Na adalah 9000
cps.
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan
Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Yogyakarta: SDM Teknologi Nuklir.
Martin.A, Swarbick.J, Cammarata.A.2008. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Farmasi Fisik
Dalam Ilmu Farmasetika Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: UI PRESS.
Sinko, Patrick J. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin. Edisi 5. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN
Hasil penimbangan gliserin untuk konsentrasi Hasil penimbangan gliserin untuk konsentrasi
10% 15%
Hasil penimbangan gliserin untuk konsentrasi Hasil penimbangan gliserin untuk konsentrasi
20% 25%
Hasil penimbangan berat piknometer kosong Hasil penimbangan berat piknometer larutan 5%
Hasil penimbangan berat piknometer larutan Hasil penimbangan berat piknometer larutan 25%
20%