Anda di halaman 1dari 6

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Februari 2018, 2(1):64-69

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR


SUPEROKSIDA DISMUTASE SERUM TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS

The Effect of Vitamin E to Superoxide Dismutase Serum Level in Diabetes Mellitus


Induced White Rat (Rattus norvegicus)

Regi Putra1, Dasrul2, Sugito3, Muslim Akmal4, Zuhrawaty3, Syafruddin3


1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
3
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
4
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
E-mail: regiputra99@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar SOD serum tikus
putih (Rattus norvegicus) diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan tikus putih sebanyak 25 ekor dengan
kriteria: sehat, bobot badan 150 – 200 gram; umur ± 3 – 4 bulan; dan jenis kelamin jantan. Rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan 5 kelompok perlakuan. Masing-masing
kelompok perlakuan terdiri atas lima ekor tikus. Kelompok tikus non-diabetes (KN), kelompok tikus diabetes
induksi aloksan (KP), kelompok perlakuan yaitu tikus diabetes induksi aloksan dan diberi vitamin E dosis 50
IU/kgbb/hari (P1), 100 IU/kgbb/hari (P2), dan 150 IU/kgbb/hari (P3). Perlakuan vitamin E diberikan selama 28
hari. Pada hari ke-29 setelah perlakuan, dilakukan koleksi serum untuk pengukuran kadar SOD serum dengan
spektrofotometer. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA satu arah dan uji lanjut Duncan. Hasil
penelitian menunjukkan kadar SOD serum adalah 58,00 ± 7,48 U/ml, 36,50 ± 4,56 U/ml (KP), 42,55 ± 5,89
U/ml (P1), 50,44 ± 5,32 U/ml (P2), dan 55,20 ± 4,84 U/ml (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin E
dapat meningkatan kadar SOD serum secara signifikan (P<0,05). Pemberian vitamin E dengan dosis 150 IU/kg
BB/hari menghasilkan peningkatan kadar SOD serum terbaik pada tikus putih diabetes melitus. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pemberian vitamin E dapat meningkatkan kadar SOD serum tikus putih diabetes melitus.
Kata kunci : diabetes, SOD serum, dan vitamin E.

ABSTRACT
This study aims to know the effect of vitamin E administration to SOD serum level in diabetes mellitus
induced white rats (Rattus norvegicus). This study used 25 white rat in criteria: healthy; body weight 150 – 200
gram; age ± 3 – 4 month; and male sex. The research design was used completely randomized design (CRD) with
4 unidirectional pattern groups treatments. Each group consisted of five rat. Group of non-diabetic rats (KN),
group of alloxan-induced diabetic rats (KP), group of alloxan-induced diabetic rats which given with vitamin E
50 IU/kgBW/day (P1), 100 IU/kgBW/day (P2), and 150 IU/kgBW/day (P3). Treatment of vitamin E was given in
28 days. On the 29th day after treatment, serum collection was performed to quantify SOD serum level by
spectrophotometers. The data obtained were analyzed by one-way ANOVA and continued with Duncan test. The
result showed SOD serum level was 58.00 ± 7.48 U/ml, 36.50 ± 4.56 U/ml (KP), 42.55 ± 5.89 U/ml (P1), 50.44 ±
5.32 U/ml (P2), and 55.20 ± 4.84 U/ml (P3). The result showed that therapy of vitamin E could increase SOD
serum level significantly (P<0.05). Treatment dose of 150 IU/kgBW/day was the best increasing of SOD serum
level in diabetes mellitus induced white rat. It can be concluded that vitamin E can increase the SOD serum level
in diabetes mellitus in white rat..
Keywords : diabetes, serum SOD, and vitamin E.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia (Kangralkar dkk., 2010). Hiperglikemia merupakan kondisi glukosa darah yang
tinggi. Kondisi ini disebabkan sedikitnya jumlah insulin dalam sirkulasi darah (Kunwar dan
Priyadarsini, 2011). Salah satu produk sampingan pada penyakit DM adalah radikal bebas
ataupun Reactive Oxygen Species (ROS) (Winarsi dan Purwanto, 2010). ROS adalah senyawa
oksigen yang tidak stabil dan sangat reaktif disebabkan karena mengandung satu elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Maslachah dkk., 2008). Untuk dapat mencapai

64
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Februari 2018, 2(1):64-69

kestabilan atom atau molekulnya, ROS cenderung menarik elektron dari molekul-molekul
penting disekitarnya seperti dari protein, lipid, dan DNA (Yang dkk., 2002).
Pada kondisi DM terjadi peningkatan produksi ROS (Kristina dkk., 2015). Keberadaan
ROS di dalam tubuh secara fisiologis diimbangi dengan mekanisme pertahanan endogen,
dengan memproduksi suatu zat yang mempunyai pengaruh sebagai anti radikal bebas yang
disebut antioksidan (Suryohudoyo, 2000), akan tetapi jika peningkatan produksi ROS melebihi
sistem pertahanan tubuh, maka terjadilah stress oksidatif (Saleh dkk., 2003). Stres oksidatif
adalah suatu keadaan ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan di
dalam tubuh (Halliwel, 2006). Pada kondisi stres oksidatif, ROS yang tinggi akan
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan untuk menetralisir ROS sehingga jumlahnya dalam
tubuh menjadi berkurang (Stiphanuk, 2012). Telah terbukti bahwa pada tikus putih yang
mengalami stres oksidatif mengalami penurunan secara nyata kadar enzim SOD, CAT dan GPx
dalam serum, hati, testes dan jantung (Mohajeri, 2013).
Antioksidan merupakan senyawa protektif yang dapat menonaktifkan ROS dengan cara
mendonorkan elektronnya (Suryohudoyo, 2000). Antioksidan yang terdapat secara alami di
dalam tubuh disebut antioksidan endogen, diantaranya adalah superoxyde dismutase (SOD),
catalase (CAT), dan gluthathion peroxydase (GPx) (Asikin, 2001). Superoxyde dismutase
(SOD) adalah suatu enzim antioksidan endogen yang berperan melindungi sel dari stress
oksidatif (Astuti, 2009). Enzim SOD memiliki kemampuan mengkatalisis ion radikal
superoksida (O2-) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan molekul oksigen O2 (Nurwati, 2002).
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak terdiri atas dua isomer, yaitu tokoferol
dan tokotrienol (Stolzenberg-Solomon dkk., 2009). Vitamin E sebagai antioksidan eksogen
bertindak sebagai penangkap radikal dalam membran sel (Wresdiyati dkk., 2007). Vitamin E
memiliki kemampuan memutuskan reaksi berantai lipid peroksida (Valko dkk., 2007), sehingga
dapat menghambat produksi ROS dan mencegah terjadinya stres oksidatif, serta meningkatkan
aktivitas enzim antioksidan endogen seperti SOD dan GSH (Rafighi dkk., 2013). Hasil
penelitian Suarsana dkk. (2011), membuktikan bahwa pemberian vitamin E dengan dosis 75
IU/kgbb/hari dapat meningkatkan aktivitas SOD pada tikus.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu penelitian yang
mengkaji tentang pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar SOD serum tikus putih
diabetes melitus.

MATERIAL DAN METODE


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan desain
penelitian Post Test Only Control Group Design, dengan menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang
diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Tikus-tikus
tersebut diadaptasikan selama 7 hari. Tikus ditempatkan dalam kandang dengan alas sekam
padi dan dilengkapi peralatan makan dan minum. Pembagian sampel dilakukan secara acak
yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan, yaitu: kelompok 1 sebagai kontrol negatif (KN),
kelompok 2 sebagai kontrol positif (KP), kelompok 3 sebagai perlakuan 1 (P1), kelompok 4
sebagai perlakuan 2 (P2), dan kelompok 5 sebagai perlakuan 3 (P3). Masing-masing perlakuan
diulangi sebanyak lima kali. Selama perlakuan semua tikus putih diberi pakan ransum standar
(T79-4) dan minum secara ad libitum. Adapun desain penelitian tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer (Shimadzu UV-
1601 UV-visible), vortex mixer (Thermolyne), sentrifus (seri Biofuge 15, Heracus Sepatech),
timbangan digital, blood glucose test meter (GlucoDr), inkubator, sonde lambung, tabung
reaksi, mikrotub, tabung eppendorf, spuit steril, plastik wrap, dan kandang tikus yang
dilengkapi dengan peralatan makan dan minum. Bahan-bahan yang digunakan adalah aloksan,

65
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Februari 2018, 2(1):64-69

vitamin E, larutan alkohol 70%, xantine, xantine oksidase, nitro blue tetrazolium (NBT), dan
kloroform 10%.

Tabel 1. Desain penelitian


Perlakuan
Ulangan
KN KP P1 P2 P3
1 KN1 KP1 P11 P21 P31
2 KN2 KP2 P12 P22 P32
3 KN3 KP3 P13 P23 P33
4 KN4 KP4 P14 P24 P34
5 KN5 KP5 P15 P25 P35
Keterangan:
KN = Kelompok tikus non diabetes
KP = Kelompok tikus diabetes
P1 = Kelompok tikus diabetes dan vitamin E 50 IU/kgbb/hari
P2 = Kelompok tikus diabetes dan vitamin E 100 IU/kgbb/hari
P3 = Kelompok tikus diabetes dan vitamin E 150 IU/kgbb/hari

Pembuatan tikus diabetes menggunakan induksi aloksan dosis 120 mg/kgbb dosis
tunggal secara intraperitoneal. Setelah 7 hari, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa
sebelum pemberian vitamin E dengan metode tes strip menggunakan alat GlucoDr atau Blood
Glucose Test Meter. Tikus putih dinyatakan menderita diabetes melitus apabila kadar glukosa
darah puasa melebihi 126 mg/dL (Mansjoer, 2008). Vitamin E diberikan menggunakan sonde
lambung selama 28 hari. Pada hari ke-29 dilakukan koleksi serum untuk pengukuran SOD
serum.
Pemeriksaan kadar SOD serum dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan alat
spektrofotometer. Sebanyak 100 µl serum sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil,
ditambah 100 µl xantine, 100 µl xantine oxidase kemudian dihomogenkan dengan vortex,
setelah itu ditambahkan 1600 µl NBT kemudian dihomogenkan kembali dengan vortex. Mulut
tabung ditutup dengan plastik wrap dan diinkubasi pada suhu 30ºC selama 30 menit. Kemudian
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit, kemudian diambil
supernatan dan dipindahkan ke dalam tabung baru. Supernatan sampel selanjutnya diukur
absorbansi formazan yang terlihat berwarna ungu dengan menggunakan alat spektrofotometer
UV-1601 pada panjang gelombang 560 nm (Winterbourn dkk., 1975).

Analisis Data
Data yang diperoleh berupa kadar SOD serum dianalisis dengan menggunakan
analysis of variance (ANOVA) satu arah. Perbedaan antar perlakuan dianalisis dengan uji
lanjutan berganda Duncan. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan program Sofware
Statistical Product and Solutions (SPSS) 16.0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Superoksida Dismutase (SOD) Serum Tikus Putih
Hasil pemeriksaan kadar SOD serum tikus pada berbagai kelompok perlakuan vitamin
E selama 28 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata (± SD) kadar SOD serum tikus putih diabetes melitus induksi aloksan dan
diberi vitamin E dosis bertingkat selama 28 hari

66
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Februari 2018, 2(1):64-69

Perlakuan Kadar SOD (U/ml)


KN 58,00 ± 7,48a
KP 36,50 ± 4,56b
P1 42,55 ± 5,89b
P2 50,44 ± 5,32a
P3 55,20 ± 4,84a
Ket: Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P< 0.05)
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukan adanya perbedaan rata-rata kadar SOD serum
yang nyata antar kelompok perlakuan (P<0,05). Pada kelompok tikus diabetes melitus induksi
aloksan (KP) kadar SOD menurun dibandingkan dengan kelompok kontrol (KN). Sedangkan
pada kelompok tikus diabetes melitus induksi aloksan yang diberi vitamin E dosis 50
IU/kgbb/hari (P1), 100 IU/kgbb/hari (P2), dan 150 IU/kgbb/hari (P3) terlihat adanya
peningkatan kembali kadar SOD serum. Hasil ini membuktikan bahwa terjadi penurunan kadar
SOD serum tikus putih diabetes melitus induksi aloksan. Sedangkan pemberian vitamin E dapat
meningkatkan kadar SOD pada tikus putih diabetes melitus induksi aloksan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya bahwa antioksidan eksogen dapat
meningkatkan status antioksidan endogen seperti SOD, GPx dan katalase secara signifikan pada
tikus (Al-Moraie dkk, 2013; Maryanto, 2013).
Menurunnya kadar SOD serum pada kelompok tikus diabetes yang diinduksi aloksan
kemungkinan disebabkan karena adanya peningkatan produksi ROS akibat gangguan
metabolisme glukosa. Beberapa laporan dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
gangguan metabolisme glukosa dan hiperglikemia berhubungan dengan peningkatan produksi
ROS (Bose dan Agarwal, 2006). Jika aloksan disuntikan pada hewan coba dapat menyebabkan
kerusakan sel β pulau Langerhans pankreas, sehingga produksi insulin menurun dan
menimbulkan hiperglikemia. Pada kondisi hiperglikemia terjadi peningkatan produksi ROS
sebagai hasil sampingan dari beberapa reaksi (Sulistyoningrum dkk., 2012).
Scheuer dkk. (2000) mengemukakan bahwa pada kondisi hiperglikemia terjadi
peningkatan aktivitas xantin oksidoreduktase, yang merupakan penghasil utama ROS.
Peningkatan aktivitas enzim tersebut terjadi di semua sel tubuh. Pada kondisi jumlah ROS yang
tinggi, maka akan diperlukan antioksidan tubuh yang tinggi pula untuk menetralisirnya. SOD
sebagai antioksidan endogen garis pertahanan pertama akan segera bereaksi dengan ROS untuk
menghambat terjadinya stres oksidatif. Tingginya jumlah ROS akan membutuhkan SOD yang
banyak untuk bekerja memutus reaksi radikal. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah
antioksidan endogen yang tersisa di dalam serum. Dengan kata lain, pada kondisi
hiperglikemia, terjadi peningkatan produksi ROS dan diikuti penurunan jumlah antioksidan
endogen di dalam serum salah satunya adalah SOD.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pemberian vitamin E pada tikus diabetes
melitus induksi aloksan terlihat adanya peningkatan kembali kadar SOD serum. Pemberian
vitamin E dosis 50 IU/kgbb/hari (P1), 100 IU/kgbb/hari (P2), dan 150 IU/kgbb/hari (P3) terlihat
adanya peningkatan kembali kadar SOD serum dibandingkan dengan tikus yang diinduksi
aloksan saja (KP). Rata-rata kadar enzim SOD pada kelompok P3 lebih tinggi secara nyata
(P<0,05) dibandingkan dengan KP dan P1, akan tetapi tidak berbeda secara nyata (P>0,05)
dibandingkan dengan P2. Hal ini kemungkinan disebabkan karena vitamin E mampu
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan endogen seperti superoksida dismutase (SOD) dan
glutathione peroxidase (GSH-Px) (Bose dan Agarwal, 2006).
Vitamin E bertindak sebagai antioksidan dan menghambat peningkatan ROS dengan
cara menangkap dan memutuskan reaksi rantai radikal (Valko dkk., 2007). Vitamin E akan
menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincin rantai radikal hingga dapat
terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak reaktif (Vigueras-Villasenor dkk., 2011),

67
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Februari 2018, 2(1):64-69

sehingga dapat menghambat produksi ROS dan mencegah terjadinya stres oksidatif, serta
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan endogen seperti SOD (Rafighi dkk., 2013).
Pemberian vitamin E dapat meningkatkan keseimbangan radikal bebas dan antioksidan
endogen, sehingga antioksidan endogen seperti SOD dapat dipertahankan jumlahnya. Seperti
yang terlihat pada kelompok tikus diabetes induksi aloksan yang diberi vitamin E dosis 50 –
150 IU/kgbb/hari, terlihat adanya kenaikan kadar SOD serum mendekati jumlah normal (KN).

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
pemberian vitamin E dapat meningkatkan kadar enzim SOD serum tikus putih diabetes melitus
yang diinduksi aloksan. Pemberian vitamin E dosis 150 IU/kgbb/hari lebih baik dibandingkan
dengan dosis 100 IU/kgbb/hari dan 50 IU/kgbb/hari dalam meningkatkan kadar SOD serum.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengkaji enzim antioksidan endogen
lainnya (katalase dan glutation peroksidase) pada tikus putih diabetes melitus yang diberi
vitamin E.

DAFTAR PUSTAKA
Alizadeh, S., Z. Taleb, B. Ebrahimi, V. Esmaili, A. Shaverdi, J. Nasr, A. Kheimeh, and R.S.
Yazdi. 2016. Dietary Vitamin E is More Effective than Omega-3 and Omega-6 Fatty
Acid for Improving the Kinematic Charatcteristic if Rat Sperm. Cell J. 18(2):262-270.
Al-Moraie, M.M.D., R.A. Arafat, and A.A. AL-Rasheedi. 2013. Effect of Pomegranate Juice
on Lipid Profile and Antioxidant Enzymes in Hypercholesterolemic Rats. Life Sci. J.
10(3):2717-2728.
Asikin, N. 2001. Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan. Makalah dalam
Kursus Penyegaran dan Pelatihan. Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. Hlm 1-6.
Astuti, S., D. Muchtadi, M. Astawan, B. Purwantara, dan T. Wresdiyati. 2009. Kadar
Peroksidasi Lipid, Aktivitas Superoksida Dismutase (SOD) testis dan Profil Ci,Zn-
SOD Tubuli Seminiferi Testis Tikus yang diberi tepung kedelai kaya isoflavon, seng
(Zn), dan Vitamin E. Disertasi. Program Studi Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Bose, K.S.C. and B.K. Agrawal. 2006. Effect of long term supplementation of tomatoes
(cooked) on levels of antioxidant enzymes, lipid peroxidation rate, lipid profile and
glycated haemoglobin in Type 2 diabetes mellitus. West Indian Med. J. 55(4):274-278.
Halliwell, B. 2006. Reactive spesies and antioxidant: Redox biology is a fundamental theme of
aerobic life. Plant Phys. 141:312-322.
Kangralkar, V.A., S.D. Patil, and R.M. Bandivadekar. 2010. Oxidative Stress and Diabetes. Int.
J. Pharm. Appl. 1(1):38-45.
Kristina, H.,N. Sartono, dan Rusdi. 2015. Kadar Peroksida Lipid Dan Aktivitas Superoksida
Dismutase Serum Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Bioma. 11(1):1-12.
Kunwar, A. and K.I. Priyadarsini. 2011. Free Radicals, Oxidative Stress and Importance of
Antioxidants Human Health. J. Med. Allied Sci. 1(2):53-60.
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
Maryanto, S. 2013. The effects of red guava (Psidium guajava L) fruits on lipid peroxidation
in hypercholesterolemic rats. Basic Re. J. Med. Clin. Sci. 2(11):116-121.
Maslachah, L., R. Sugihartuti, dan R. Kurniasanti. 2008. Hambatan Produksi Reative Oxygen
Species Radikal Superoksida (O2-) oleh Antioksidan Vitamin E pada Tikus Putih

68
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Februari 2018, 2(1):64-69

(Rattus norvegicus) yang menerima Stressor Renjatan Listrik. Media Kedokteran


Hewan. 24(1):21-26.
Mohajeri, D. 2013. Effects of Solanum lycopersicum L. on serum lipid profile and oxidative
stress in liver tissue of high fat fed diet rats. Life Sci. J.10(3s).
Nurwati, D. 2002. Profil Imunohistokimia Enzim antioksidan cooper,zinc-superoxide
dismutase (Cu,Zn-SOD) pada ginjal tikus hiperkolesterolemia. Skripsi Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rafighi, Z., A. Shiva, S. Arab, and R.M. Yusuf. 2013. Association of dietary vitamin C and E
intake antioxidant enzymes in type 2 diabetes mellitus patients. Global J. Health Sci.
5(3):183-187.
Saleh, R.A., A. Agarwal, E.A. Nada, M.H. El-Tonsy, R.K. Sharma, A. Meyer, D.R. Nelson,
and A.J. Thomas. 2003. Negative effects of increased sperm DNA damage in relation
to seminal oxidative stress in men with idiopathic and male factor infertility. Fertil
Steril. 79(3):1597–1605.
Scheuer, H., W. Gwinner, J. Hohbach, E.F. Grone, R.P. Brandes, and E. Maile. 2000. Oxidant
Stress in Hyperlipidemia-Induced Renal Damage. Am. J. Physiol. Renal Physiol.
278(1):64-74.
Stolzenberg-Solomon, R.Z., S. Sheffler-Collins, S. Weinstein, D.H. Garabrant, S. Mannisto, P.
Taylor, J. Virtamo, and D. Albanes. 2009. Vitamin E intake, a-tocopherol status, and
pancreatic cancer in a cohort of male smokers. Am. J. Clin. Nutr. 89(2):584–591.
Suarsana, I.N., I.W. Utama, I.G. Agung, dan A. Suartini. 2011. Pengaruh Hiperglikemia dan
Vitamin E pada Kadar Malondialdehida dan Enzim Antioksidan Intrasel Jaringan
Pankreas Tikus. MKB. 43(2):72-76.
Sulistyoningrum, E., Setiawati, H. Nindyastuti, dan A.N. Putra. 2012. Infusa Daging Buah
Mahkota Naga Memperbaiki Kerusakan Testis dan Parameter Sperma Tikus Diabetik.
Sains Medika. 4(2):115-123.
Suryohudoyo, P. 2000. Oksidan, antioksidan dan radikal bebas. Kapita Selekta Ilmu
Kedokteran Molekular. Info Medika, Jakarta.
Stiphanuk, M.H. 2012. Biochemichal and psiological aspects of human nutrition. 3rd ed.
Elsevier Health Science, London.
Valko, M., D. Leibfritz, J. Moncol, M.T.D. Cronin, M. Mazur, and J. Telser. 2007. Free radicals
and antioxidants in normal physiological functions and human disease. Int. J. Biochem.
Cell Biol. 39:44–84.
Vigueras-Villasenor, R.M., I. Ojeda, O.G. Perez, M.C. Saldana, O. Cuevas, D.S. Maria, and
J.S.R. Castaneda. 2011. Protective effect of tocopherol on Damage to Rat Testes by
Experimental Cryptorchidism. Int. J. Exp. Pathol. 92(2):131-139.
Winarsi, H. dan A. Purwanto. 2010. Efek suplementasi ekstrak protein kecambah kedelai
terhadap kadar IL-1 beta penderita diabetes tipe 2. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 21(1):6–10.
Winterbourn, C.C., M. Hawkins, and C. Brian. 1975. The estimation of red cell superoxide
dismutase activity. J. Lab. Clin. Med. 85:337-342.
Wresdiyati, T., M. Astawan, D. Fithriani, I.K.M. Adnyane, S. Novelina, dan S. Aryani. 2007.
Pengaruh α-Tokoferol Terhadap Profil Superoksida Dismutase dan Malondialdehida
pada Jaringan Hati Tikus di Bawah Kondisi Stres. Jurnal Veteriner. 2(12):202-209.
Yang, J., H. Lin, and J. Mau. 2002. Antioxidant properties of several comercial mushrooms.
Food Chem. 77:229–235.

69

Anda mungkin juga menyukai