Anda di halaman 1dari 4

Nama : Jefry Yoris Bangun

NPM : 230110170100
Kelas : Perikanan B
Shift : 2
Stasiun: 1009
Musim : Barat
Daerah : Tropis
Analisis Suhu dan Salinitas Terhadap Kedalaman pada Musim Barat dan pada Daerah
Tropis
Angin musim barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke
Benua Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang baanyak di Indonesia bagian
Barat (Sudarto 2011). Hal ini dikarenakan angin melewati tempat yang luas seperti perairan dan
samudera sehingga pada angin ini membawa massa uap air yang banyak dan angin musim barat
menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Oktober hingga
April (Fidela 2014).
Daerah tropis merupakan wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa dan pada
daerah ini umumnya bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yakni musim kemara dan
musim hujam. Wilayah Asia Tenggara umumnya memiliki iklin tropis, sedangkan negara Eropa
dan Amerika Utara mengalami iklin subtropis (Fidela 2014).
Berdasarkan data yang didapatkan dari pengamatan, daerah tropis pada musim barat
memiliki nilai suhu dan salinitas terhadap kedalaman yang relatif besar untuk suhu dan kecil
pada salinitas. Ini dikarenakan pada wilayah tropis hanya terdapat dua musim yakni musim
kemarau dan penghujan sehingga pada musim hujan air laut akan lebih sering tercampur dan
pada musim kemarau intensitas cahaya matahari mempengaruhi air laut. Dan air laut akan
terkena pengaruh eksternal seperti intensitas cahaya matahari dan angin di perairan hingga curah
hujan. Sebab fenomena secara global akan mempengaruhi unsur iklim dan komponen alam yakni
naiknya suhu, serta meingkatnya kejadian iklim esktrim (Suharjo 2007).
Nama : Jefry Yoris Bangun
NPM : 230110170100
Kelas : Perikanan B
Shift : 2
Stasiun: 1009
Musim : Barat
Daerah : Tropis

Gambar 1. Grafik suhu dan salinitas terhadap kedalaman


(sumber : Dokumentasi Pribadi)
Secara vertikal, nilai salinitas umumnya meningkat dengan bertambahnya kedalaman
(Kalangi,2013). Salinitas tinggi pada lapisan permukaan umumnya dijumpai di perairan jauh dari
pantai, sebaliknya salinitas yang lebih rendah berada pada perairan dekat daratan, ini
dikarenakan adanya intrusi dari air tawar melalui sungai-sungai yang bermuara ke perairan lepas
(Rudi, 2005).
Pada grafik diatas didapatkan bahwa secara umum nilai salinitas pada perairan tersbut
berkisar antara 30-36 psu. Secara detail, pada lapisan mix layer yang memiliki kedalaman 0-150
m mempunyai nilai salinitas berkisar 33-35 psu. Dan pada lapisa haloklin didapatkan bahwa nilai
salinitas berkisar antara 34-35 psu. Sedangkan pada lapisan deep layer nilai salinitas berkisar
antara 34,7-34,9 psu. Pada masing-masing lapisan juga memiliki nilai suhu, pada lapisan mix
layer nilai suhu berkisar 14-30oC, pada lapisan thermocline nilai suhu berkisar 5-15oC, dan pada
lapisan deep layer nilai suhu berkisar 1-5oC.
Nama : Jefry Yoris Bangun
NPM : 230110170100
Kelas : Perikanan B
Shift : 2
Stasiun: 1009
Musim : Barat
Daerah : Tropis
Pada tiap lapisan memiliki densitas massa air yang berbeda, contohnya pada lapisan mix
layer memiliki densitas massa air berkisar antara 22-26 kg/m³. dan pada lapisan thermocline dan
halocline memiliki nilai densitas 26-28 kg/m³.
Nama : Jefry Yoris Bangun
NPM : 230110170100
Kelas : Perikanan B
Shift : 2
Stasiun: 1009
Musim : Barat
Daerah : Tropis
Daftar pustaka
Fidella, R. G. (2014). Pencirian Iklim di Pulau Kecil dan Pengaruhnya terhadap Total Produksi Tahunan
Palawawijaya (Studi Kasus di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat). Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.

Kalangi, P. N., Mandagi, A., Luasunaung, A., Iwata, M., Masengi, K., & Pangalila, F. (2013). Sebaran Suhu
dan Salinitas di Teluk Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Rudi, E., & Muchlisin, Z. (2005). Studi Keadaan Suhu, Salinitas, Densitas dan Kedalaman di Perairan Barat
Sumatera Bagian Selatan. Aceh: UNSYIAH.

Sudarto. (2011). Pemanfaatan dan Pengembangan Energi Angin untuk Proses Produksi Garam di
Kawasan Timur Indonesia. Journal Triton, Volume 7, Nomor 2, halaman 61-70.

Suharjo. (2007). Evolusi Lereng dan Tanah Daerah Solo Jawa Tengah . Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai