Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI

KERJA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L.)


GALUR Sprague dawley

(Skripsi)

Oleh
Azrie Izzatul Jannah

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI
KERJA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L.)
GALUR Sprague dawley

Oleh
Azrie Izzatul Jannah

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
iii

ABSTRACT

THE EFFECT OF LEAD ACETATE INDUCTION TOWARDS WORKING


MEMORY OF MALE RAT (Rattus novergicus) STRAINS Sprague dawley

By

Azrie Izzatul Jannah

Background: Besides developing economic sector, industrial development in


Indonesia could results in environment pollution. One of the industrial residual
product is lead. Lead is one kind of heavy metal and neurotoxic which could causing
impairment of working memory. This study aims to determine the effect of lead
acetate induction towards working memory of male rat (Rattus novergicus) strains
Sprague dawley.

Methods: This study used 24 male rats (Rattus norvegicus) strains Sprague dawley
aged 2-3 months that were divided into 4 groups induced by lead acetate for 7 days.
The control group (K) that does not get induced by lead acetate, group 1 induced
by 50 mg/kg lead acetate (P1), group 2 induced by 100 mg/kg lead acetate (P2), and
group 3 induced by 200 mg/kg lead acetate (P3). Working memory assessed using
Radial Arm Maze with prior exercise 2 times for 2 days. The results were counted
as percentage of correct choices as the number of arms and analyzed using Kruskal
Wallis test.

Results: The results of the average number of working memories are K: 79.1%, P1:
62.5%, P2: 60.4%, P3: 45.8%. The result obtains significant influence with p
value=0.010.

Conclusion: Induction of lead acetate affecting the working memory of male rat
(Rattus norvegicus) strains Sprague dawley.

Keywords: Lead, Radial Arm Maze, Working Memory


iv

ABSTRAK

PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI


KERJA PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR
Sprague dawley

Oleh

Azrie Izzatul Jannah

Latar belakang: Perkembangan industri di Indonesia selain mengembangkan


sektor ekonomi juga dapat memberikan dampak negatif seperti pencemaran
lingkungan. Salah satu produk sampingan pabrik yang mencemari lingkungan
adalah plumbum. Plumbum merupakan logam berat dan neurotoksik yang dapat
menurunkan memori kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
induksi plumbum asetat terhadap memori kerja tikus putih jantan (Rattus
novergicus) galur Sprague-dawley.

Metode: Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
galur Sprague-dawley berusia 2-3 bulan terbagi ke dalam 4 kelompok yang
diinduksi dengan plumbum asetat selama 7 hari, yaitu kelompok kontrol (K),
kelompok perlakuan 1 dosis 50 mg/kg (P1), kelompok perlakuan 2 dosis 100 mg/kg
(P2) dan kelompok perlakuan 3 dosis 200 mg/kg (P3). Memori kerja dinilai
menggunakan alat Radial Arm Maze dengan latihan 2 kali selama 2 hari. Data yang
didapatkan merupakan persentase jumlah lengan yang benar dimasuki tikus dan
dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.

Hasil penelitian: Hasil rerata nilai memori kerja pada K: 79,1%, P1: 62,5%, P2:
60,4%, P3: 45,8% didapatkan pengaruh yang bermakna dengan nilai p=0.010.

Simpulan: Induksi plumbum asetat dapat mempengaruhi memori kerja tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-dawley.

Kata kunci: Memori Kerja, Plumbum, Radial Arm Maze


ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, 7 September 1996, anak tertua dari empat

bersaudara, dari Bapak Selamet dan Ibu Iceu Herniaty. Penulis memiliki tiga adik

laki-laki yaitu Badar Jaisyi Muhammad, Ahmad Zaady Tsabit Imaana, dan Ahdaf

Ribath Aqimulhaq.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDIT Bina Insani Waringin

Kurung pada tahun 2002-2008. Selanjutnya, penulis menlanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPI Nurul Fikri Boarding School Anyer

dan selesai pada tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kota Serang sampai tahun 2013.

Pada tahun 2013, penulis mengikuti jalur tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negri (SBMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Selain menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi

PMPATD Pakis Rescue Team dan Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina sampai

dengan periode 2014-2015.


x

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Induksi Plumbum Asetat Terhadap Memori Kerja

Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur Sprague dawley” adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S. Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung dan juga selaku Penguji Utama.

Terimakasih atas kebaikan hatinya, kesabaran dan kesediaannya

memberikan masukan, ilmu, dan saran-saran agar skripsi ini menjadi lebih

baik;

3. dr. Susianti, M.Sc, selaku Pembimbing Utama. Terima kasih atas kebaikan

hati, kesabaran, dan kesediaannya untuk meluangkan waktunya dalam

memberikan ilmu, bimbingan, saran, kritik, nasehat, dan motivasi dalam


xi

proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini serta selama penulis

menjadi mahasiswa;

4. dr. Syazili Mustofa, M.Biomed., selaku Pembimbing Kedua. Terima kasih

atas kebaikan hatinya, kesabaran, dan kesediannya untuk meluangkan

waktunya dalam memberikan ilmu, bimbingan, saran, kritik, nasehat, dan

motivasi selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Anggraeni Janar Wulan, M.Sc., selaku Pembimbing Utama yang selalu

bersedia meluangkan waktu dan kesediaannya untuk memberikan

bimbingan, kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

6. dr. Oktadoni Saputra, M.MedEd., selaku Pembimbing Kedua. Terima kasih

atas kebaikan hatinya, kesabaran, dan kesediannya untuk meluangkan

waktunya dalam memberikan ilmu, bimbingan, saran, kritik, selama proses

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;

7. Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes., selaku Pembimbing Akademik atas

bimbingan, pesan dan nasehat yang telah diberikan selama ini;

8. Seluruh Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis

untuk menambah wawasan keilmuannya yang menjadi landasan dalam

mencapai cita-cita;

9. Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai

yang telah memberikan semangat, motivasi dan membantu dalam proses

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini serta selama menjadi mahasiswa

FK Unila;
xii

10. Abinda Selamet terkasih. Terima kasih atas do’a, kasih sayang, dan

dorongan yang tiada hentinya. Terima kasih telah menjadi sosok ayah yang

terbaik, selalu menjaga, menguatkan, tidak lelah percaya pada kemampuan

ananda, dan menjadi inspirasi terbesar meraih cita-cita;

11. Uminda Iceu Herniaty tercinta. Terima kasih atas do’a, cinta, pelukan,

rihdo, dan dukungan yang tiada hentinya. Terima kasih telah mengantarkan

ananda ke dunia ini dan menjadi ibu terbaik dan selalu menjadi sahabat

terbaik dalam berbagi, membimbing, menasehati, mendukung, dan

menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik;

12. Abang Badar Jaisyi Muhammad, Mas Adik Ahmad Zaady Tsabit Imaana,

dan Adek Ahdaf Ribath Aqimulhaq. Terima kasih karena terlahir sebagai

adik laki-laki dan menjadikan kakak putri tunggal paling bahagia di dunia;

13. Sahabat seumur baterai Hp dunia akhirat Destika Sari. Terima kasih atas

semua petualangan yang kita bagi dan selalu menjadi pengingat disaat iman

sedang dibawah roda;

14. Keluarga terkasih baik di Tangerang, di Tasik, di Bogor, dan di Jakarta yang

tidak henti mendoakan dan mendukung penulis. Terutama Emak Sarwi,

Mamah Enay, Ami Ihsan, Amah Encu, Amah Ajeng, Amah Yanah, Amah

Kiyah, Uwa Mirah, Teh Virna, Aa Sandi, dan juga Bunda Lela;

15. Nenek Yulinar dan keluarga yang senantiasa mendukung dan mendoakan

penulis selama masa perkuliahan;

16. Sahabat sejak kecil Anita Fitriyani. Terima kasih atas segala dukungan dan

do’anya;
xiii

17. Laras, Simas, Oci, Dessy, Destika, Eka, teman-teman lingkaran surga yang

selalu mengingatkan pada kebaikan;

18. Orang-orang terkasih, Ika, Ayu, Fijay, Ara, Ria, Ata, Ayang, Bunga, Intan,

terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan;

19. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,

terima kasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini;

20. Semua yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2017

Penulis
xiii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 6
2.1.1 Plumbum ..................................................................................... 6
2.1.2 Memori Kerja dan Hippocampus ................................................ 11
2.2 Kerangka Penelitian
2.2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 16
2.2.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 19
2.3 Hipotesis ............................................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain Penelitian.................................................................... 20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 20
3.4 Kelompok Perlakuan ............................................................................. 21
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................. 22
3.6 Variabel Penelitian ................................................................................ 22
3.7 Definisi Operasional ............................................................................. 23
3.8 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 23
3.8.1 Alat .......................................................................................... 23
3.8.2 Bahan ....................................................................................... 24
3.9 Prosedur................................................................................................. 25
3.9.1 Ethical Clearance ..................................................................... 25
3.9.2 Pengadaan Hewan Coba .......................................................... 25
3.9.3 Pengadaan RAM ...................................................................... 25
3.9.4 Pembagian Kelompok ............................................................. 26
3.9.5 Perlakuan ................................................................................. 26
xiii

3.10 Pengumpulan Data............................................................................... 29


3.11 Analisis Data........................................................................................ 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Penelitian ................................................................ 31
4.2 Hasil Penelitian ..................................................................................... 31
4.2.1 Analisis Bivariat .................................................................... 32
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 38
5.2 Saran ..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................39


LAMPIRAN .................................................................................................... 46
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Tipe Keracunan Pb ............................................................................... 8

Tabel 2. Definisi Operasional ............................................................................23

Tabel 3. Hasil Pengukuran Memori Kerja ......................................................... 31

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data ................................................................... 32

Tabel 5. Hasil Uji Mann Whitney .................................................................... 33


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Mekanisme Terjadinya Stres Oksidatif Akibat Logam Berat .......... 10

Gambar 2. Hippocampus Manusia ..................................................................... 16

Gambar 3. Hippocampus Tikus ......................................................................... 16

Gambar 4. Kerangka Teori ................................................................................ 18

Gambar 5. Kerangka Konsep ............................................................................. 19

Gambar 6. Radial Arm Maze ............................................................................. 26

Gambar 7. Skema Perlakuan .............................................................................. 29


iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian ..................................................................... 46

Lampiran 2. Analisis Bivariat ............................................................................ 47

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 59

Lampiran 4. Persetujuan Etik ............................................................................. 61


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Menurut sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 diketahui

penduduk Indonesia, termasuk penghuni tidak tetap, berjumlah 237.641.326 jiwa

(BPS, 2012). Sebagai negara berkembang Indonesia tentu berusaha untuk

memajukan ekonomi negara dan salah satu sektor yang berkontribusi adalah

industri non-migas (Kemenperin, 2014).

Perkembangan pada sektor industri memang membantu pembangunan

ekonomi namun juga dapat memberi dampak negatif terhadap lingkungan dan

kesehatan. Salah satu produk sampingan pabrik yang dapat mencemari lingkungan

adalah logam berat. Logam berat tidak dapat disintesis atau dihancurkan dalam

tubuh manusia. Logam-logam ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui air

yang diminum, makanan, melalui proses penguraian senyawa yang mengandung

logam, maupun melalui udara yang dihirup (Sembel, 2015). Contoh unsur logam

berat antara lain merkuri (Hg), kadmium (Cd), argentium (Ag), nikel (Ni),

plumbum (Pb), arsenik (As), khromium (Cr), selenium (Sn), dan zinc (Zn)

(Sudarmaji et al., 2006).


2

Plumbum (Pb) atau timbal termasuk golongan logam pasca transisi. Logam ini

memiliki omor atom 82, berbentuk logam lembut, stabil, memiliki densitas tinggi,

tahan korosi, konduktivitas lemah, serta terdapat bebas secara alami dalam bumi

(Sembel, 2015). Pb merupakan salah satu sumber pencemar kimia yang memiliki

dampak bagi kesehatan dan menentukan kualitas kimiawi udara (Kemenkes, 2011).

Pencemaran lingkungan oleh Pb bersumber dari eksposur limbah industri, minuman

keras yang tidak terdaftar, dan pembakaran bensin yang tidak sempurna. Keracunan

Pb dapat berasal dari penambangan, makanan dan minuman yang tekontaminasi,

penghirupan udara, cat di rumah tua, dan peleburan (Sembel, 2015).

Tingginya kadar Pb pada lingkungan dapat mengakibatkan masuknya logam

berat ini ke dalam tubuh manusia. Kemudian sebanyak 30–40% Pb yang terabsorbsi

akan masuk ke dalam aliran darah lalu 95% Pb dalam darah tersebut akan diikat

oleh eritrosit. Sekitar 5–10% yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran

pencernaan dan sekitar 30% dari jumlah yang terisap melalui hidung akan

diabsorbsi melalui saluran pernafasan dan akan tinggal di dalam tubuh. Pb yang

telah diabsorpsi akan diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh termasuk otak

(Palar, 2008).

Keracunan Pb dapat menimbulkan berbagai gejala klinis. Efek toksik Pb

ditandai dengan anemia, kerusakan ginjal, kerusakan syaraf, paralisis otot tertentu,

dan kerusakan otak. Kerusakan otak dapat ditandai dengan gejala akut seperti nyeri

kolik abdomen, mual, penurunan berat badan, hipotensi, insommia, dan gangguan

saluran cerna. Gejala toksisitas Pb biasanya berkorelasi dengan kadar Pb dalam

darah atau Blood Lead Level (BLL) sebesar 25–50 µg/dL pada anak dan 40–60

µg/dL pada dewasa (Gracia dan Snodgrass, 2007). Menurut hasil penelitian,
3

pajanan Pb tingkat tinggi (BLL lebih dari 80 µg/100 ml) dapat meningkatkan resiko

kematian akibat penyakit cerebrovascular dan nefritis kronik. Toksisitas dosis

rendah atau toksisitas kronis Pb pada anak memiliki efek yang permanen. Penelitian

pada anak usia sekolah dasar menunjukkan bahwa kelompok anak dengan

kandungan Pb tinggi mengalami penurunan intelegensi, penurunan kemampuan

dalam berbicara, dan susah berkonsentrasi. Studi menunjukkan bahwa kandungan

Pb dalam darah sebanyak 100 µg/l dianggap sebagai level action yang akan

berdampak pada gangguan perkembangan dan penyimpangan perilaku (Darmono,

2001).

Menurut Sharma (2014), logam berat mampu menginduksi stres oksidatif

dengan membangkitkan ROS (Reactive Oxygen Species). Stres oksidatif yang

dikarenakan logam berat merupakan hasil dari negative shift pada keseimbangan

produksi ROS dan kemampuan sistem biologis untuk siap mencegah kerusakan

yang dimediasi oleh ROS atau secara cepat memperbaikinya. Sudah banyak peneliti

yang mengakui bahwa stres dapat memiliki efek jangka panjang terhadap otak dan

fisiologis. Penelitian yang dilakukan Bremmer (2005) menunjukkan bahwa stres

dapat menyebabkan defisit pada organ yang memediasi memori yaitu hippocampus.

Menurut Sanders et al. (2013), Pb dapat melewati blood-brain barrier

dikarenakan kemampuannya untuk mensubstitusikan ion kalsium sehingga dapat

menyebabkan kerusakan pada bagian otak. Kerusakan akibat induksi Pb merusak

prefrontal cerebral cortex, hippocampus, dan cerebellum dan dapat menyebabkan

berbagai kelainan neurologis seperti kerusakan otak, retardasi mental, perubahan

perilaku, kerusakan saraf, Alzheimer, Parkinson’s disease, bahkan skizofrenia (Liu

et al., 2013). Berdasarkan penelitian Ahmed et al. (2013), Pb dapat menyebabkan


4

terjadinya apoptosis pada neuron hippocampus sehingga diperkirakan pada

konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi fungsi normal neuron hippocampus

dalam proses belajar dan memori.

Dampak yang ditimbulkan paparan Pb sangat banyak namun belum ada

literatur yang meneliti secara spesifik efek Pb terhadap memori kerja. Berdasarkan

uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh induksi

plumbum asetat terhadap memori kerja pada tikus putih jantan (Rattus novergicus)

galur Sprague dawley.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh induksi plumbum asetat terhadap memori kerja tikus

putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh induksi plumbum asetat terhadap memori kerja

pada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang

sesuai dengan ketentuan dan mengetahui pengaruh induksi plumbum asetat

terhadap memori kerja pada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur

Sprague dawley.
5

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian dapat dipublikasikan dan dapat dibaca oleh

banyak orang sehingga dapat memberikan sedikit sumbangan informasi

bagi ilmu kesehatan.

3. Bagi Mahasiswa Kedokteran dan Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan

sehingga dapat menjadi inspirasi untuk meneruskan penelitian.

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan akan bahaya Pb

yang mencemari udara terhadap memori kerja.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Plumbum

Plumbum (Pb) atau dikenal juga dengan nama timbal atau timah

hitam merupakan logam yang mempunyai empat bentuk isotop, 208Pb, 206Pb,
207 204
Pb, dan Pb, berwarna kebiruan atau abu-abu keperakan dengan titik

leleh pada 327,5ºC dan titik didih pada 1740ºC di atmosfer. Secara kimiawi,

Pb mempunyai titik uap yang rendah dan dapat menstabilkan senyawa lain

sehingga memiliki banyak manfaat pada bidang industri (Lubis et al., 2013).

Pb menjadi logam yang familiar digunakan di berbagai industri seperti pipa,

solder, dan baterai karena rendahnya titik leleh, densitas, dan resistensi

korosif yang tinggi (Abadin et al., 2007).

Kadar Pb di lingkungan meningkat lebih dari seribu kali selama tiga

abad sebagai hasil dari aktivitas manusia. Industri yang banyak

menghasilkan Pb antara lain adalah industri peleburan dan penyulingan,

industri kuningan atau perunggu, industri karet dan plastik, industri baja,

pabrik manufaktur baterai, dan industri manufaktur timbal. Pb dapat

memasuki lingkungan melalui pelepasan dari pertambangan Pb dan mineral

lainnya, dan dari pabrik yang menggunakan Pb, campuran Pb, atau senyawa
7

yang mengandung Pb. Pb dilepaskan ke udara saat pembakaran batu bara,

minyak, atau limbah. Di udara bebas, Pb dapat bergerak sampai ke tempat

yang jauh jika partikelnya kecil dan akan dibersihkan dari udara oleh hujan

dan akan jatuh ke daratan ataupun perairan (Abadin et al., 2007).

Orang yang tinggal dekat dengan tempat pembuangan limbah dapat

terpapar Pb dan zat kimia yang mengandung Pb dari udara yang dihirup, air

yang diminum, makanan, atau debu yang mengandung Pb yang tanpa

sengaja tertelan. Air di rumah-rumah yang menggunakan pipa timbal dapat

mengandung Pb. Orang yang tinggal di area dimana banyak bangunan tua

yang dicat dengan cat timbal dapat terpapar Pb melalui debu dan tanah.

Selain itu seseorang juga dapat terpapar Pb saat sedang bekerja jika

pekerjaannya menggunakan Pb atau jika lokasi pekerjaannya dekat dengan

area yang level Pb-nya tinggi (Abadin et al., 2007).

Paparan Pb pada pekerja biasanya terjadi akibat menghirup udara

yang mengandung Pb (Abadin et al., 2007). Absorbsi Pb melalui saluran

napas dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar,

dan pembersihan alveolar. Deposisi bergantung pada ukuran partikel Pb dan

terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Pembersihan

mukosiliar membawa partikel di saluran napas atas ke nasofaring kemudian

di telan. Sekitar 10–30% Pb yang terhirup diabsorbsi melalui paru-paru, dan

sekitar 5–10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna. Pada

proses pembersihan alveolar partikel dibawa ke eskalator mukosiliar,

menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran

darah. 95% Pb dalam aliran darah terikat dengan eritrosit. Pb yang telah
8

diabsorpsi akan diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh termasuk otak

(Palar, 2008).

Secara klinis Pb merupakan bahan toksik murni dan salah satu

logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat

karsinogenik, mutagenik, terurai dalam waktu yang lama, dan toksisistasnya

tidak berubah (Brass dan Strauss, 1981). Menurut Abadin et al. (2007), efek

Pb terhadap tubuh akan sama meskipun cara Pb memasuki tubuh lewat

inhalasi atau tertelan. Dalam penelitiannya Gracia dan Snodgrass (2007)

menyebutkan bahwa anak dengan Blood Lead Level (BLL) lebih dari 10

µg/dL dan orang dewasa dengan BLL lebih dari atau sama dengan 45 µg/dL

harus dievaluasi lebih lanjut. Gejala toksisitas Pb biasanya berkorelasi

dengan kadar BLL 25–50 µg/dL pada anak dan 40–60 µg/dL pada dewasa.

Tipe-tipe keracunan Pb dapat dilihat di tabel 1.

Tabel 1. Tipe Keracunan Pb (Flora et al., 2012)


Tipe Paparan Pb Blood lead level
(µg/dL)
Akut Paparan intens dalam waktu 100–120
singkat

Kronik Paparan rendah berulang 40–60


dalam waktu lama

Akumulasi Pb dalam tubuh dapat merusak berbagai sistem dalam

tubuh seperti sistem saraf, reproduksi, ginjal, dan hematopetik. Namun

target utama toksisitas Pb adalah sistem saraf, baik pada orang dewasa

maupun pada anak-anak (Abadin et al., 2007). Penelitian Liu et al. (2015)

menunjukkan bahwa paparan Pb dapat memicu microgliosis abnormal dan

astrogliosis pada hippocampus tikus muda, yang kemudian dapat


9

mengganggu neurogenesis hippocampus. Lemaire et al. (2000)

menyebutkan bahwa neurogenesis berhubungan dengan kemampuan

belajar. Penelitian (Mello et al., 1998) menunjukkan bahwa intoksikasi

plumbum asetat dapat menyebabkan perubahan yang menyimpang terhadap

perkembangan perilaku tikus.

Stres oksidatif menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara

produksi radikal bebas dan kemampuan sistem biologis untuk segera

mendetoksifikasi zat antara atau memperbaiki kerusakan yang dihasilkan.

Hal tersebut dilaporkan menjadi mekanisme utama keracunan yang

diinduksi Pb. Karena pengaruh Pb, onset stres oksidatif muncul dengan dua

pathways yang terjadi secara simultan. Pertama-tama hadir generasi

reactive oxygen species (ROS) seperti singlet oxygen (O2) dan hidrogen

peroksida (H2O2). Setelah itu cadangan antioksidan dalam tubuh akan

berkurang. Pertahanan antioksidan dalam tubuh berperan untuk

menghilangkan ROS yang dihasilkan. Salah satu antioksidan yang penting

dan ditemukan dalam sel adalah glutathione (GSH). GSH adalah sebuah

tripeptida yang memiliki gugus sulfhydryl dan ditemukan pada jaringan

mamalia dalam konsentrasi milimolar. GSH penting untuk meredam radikal

bebas. GSH ada dalam dua bentuk yaitu bentuk tereduksi (GSH) dan

teroksidasi (GSSG). GSH mendonasikan reducing equivalent (H++e-) dari

gugus thiol dan menstabilkan ROS (Flora et al., 2012).

Plumbum menunjukkan kemampuan berbagi elektron yang

menghasilkan formasi ikatan kovalen. Ikatan ini terbentuk diantara bagian

Pb dan gugus sulfhydryl yang ada dalam enzim antioksidan, yang menjadi
10

target yang paling rentan bagi Pb dan perlahan akan terinaktivasi. Pb

menginaktivasi glutathione dengan cara itu. Cara yang sama juga digunakan

Pb untuk menginaktivasi enzim lain seperti d-amino levulinic acid

dehydratase (ALAD), glutathione reductase (GR), glutathione peroxidase

(GP), dan glutathione-S-transferase. Selain menargetkan gugus sulfhydryl,

Pb juga dapat menggantikan ion Zn yang berperan sebagai kofaktor bagi

enzim antioksidan dan pada akhirnya akan menginaktivasi enzim tersebut.

Enzim antioksidan penting yang diinaktivasi oleh Pb adalah super oxide

dismutase (SOD) dan catalase (CAT). Penurunan konsentrasi SOD dan

CAT mengurangi pembuangan radikal superoksida sehingga terjadilah stres

oksidatif (Flora et al., 2012). Skema terjadinya stres oksidatif akibat logam

berat dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Mekanisme terjadinya stres oksidatif akibat logam berat


(Flora et al., 2012)

Stres dapat mempengaruhi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal

(HPA) dan melepaskan glukokortikoid dan akan terjadi negative feedback


11

pada reseptornya untuk menghambat aktivitas aksis HPA jika kadarnya

berlebihan. Pada keadaan stres kronik, negative feedback lemah sehingga

sistem tersebut akan tetap aktif sehingga dapat mengakibatkan efek yang

merusak bagi tubuh termasuk hippocampus (Arjadi et al., 2012).

Pada penelitian Mello et al. (1998) tikus diintoksikasi dengan

plumbum asetat sebanyak 1,0 mM. Pemberian diet yang mengandung Pb

tinggi pada tikus saat menyusui menyebabkan gangguan pertumbuhan,

perubahan hematologis, kerusakan blood-brain barrier, mortalitas yang

meningkat, dan efek yang signifikan pada perkembangan neuromotorik

tikus. Penelitian Manal et al. (2013) menunjukkan bahwa efek neurotoksik

sudah dapat terjadi dengan induksi Pb selama 7 hari.

2.1.2 Memori Kerja dan Hippocampus

Memori adalah proses pengelolaan informasi yang meliputi

perekaman dan pemanggilan kembali. Psikologi kognitif mengidentifikasi

tiga operasi umum memori yaitu encoding, storage, dan retrieval. Pada saat

encoding, seseorang merubah data sensoris menjadi bentuk representasi

mental. Pada storage, seseorang menyimpan informasi yang didapat sebagai

memori dan pada retrieval, seseorang mengambil kembali informasi yang

telah disimpan sebagai memori (Stenberg dan Sternberg, 2009).

Berdasarkan rentang waktu individu kehilangan memorinya,

memori dapat dibedakan menjadi memori segera (immediate memory),

memori baru (recent memory), memori jangka menengah (recent past

memory), dan memori jangka panjang (Nasrun, 2013). Berdasarkan


12

modalitas materi yang diingat memori dapat dibagi menjadi memori verbal

yang berkenaan dengan proses belajar dan recall informasi yang didapat

dari bahasa dan memori non verbal yang berkaitan dengan proses belajar

dan recall informasi visual, melodi, sensasi sentuh dan bau (Duff et al.,

2008). Berdasarkan jenis materi yang diingat memori dapat dibagi menjadi

memori prosedural dan memori deklaratif. Memori prosedural (memori

implisit) merupakan bentuk memori yang tidak dapat dinyatakan atau

dibawa melalui penglihatan. Bentuk memori ini menekankan pada recall

keahlian kognitif dan motorik setelah suatu prosedur khusus. Daerah yang

berperan dalam sistem memori prosedural antara lain adalah neostriatum,

cerebellum dan korteks sensorimotor. Memori deklaratif (memori eksplisit)

merupakan memori yang berupa pengetahuan yang dapat dinyatakan dan

dibawa ke dalam fikiran selama penglihatan sadar yang dapat dipanggil

kembali dari memori, ditempatkan dalam fikiran, dan dilaporkan. Jenis

memori ini berkaitan erat dengan fungsi hippocampus dan struktur lobus

temporal mesial lainnya (Sherwood, 2014).

Memori kerja termasuk kedalam memori deklaratif atau memori

eksplisit (Cassenti & Carlson, 2008). Memori kerja memberikan konsep

sistem yang mempertahankan dan menyimpan informasi pada waktu yang

singkat dan sistem ini mendasari proses manusia berpikir. Memori kerja

terdiri dari lima elemen yaitu visuospatial sketchpad, phonological loop,

central executive, subsidiary “slave system”, dan episodic buffer

(Baddeley, 2003).
13

Elemen visuospatial sketchpad secara singkat menyimpan beberapa

gambaran visual. Phonological loop secara singkat menyimpan perkataan

dalam hati untuk pemahaman verbal dan untuk latihan pendengaran.

Manusia menggunakan phonological loop beberapa kali setiap harinya

untuk melakukan suatu pekerjaan seperti menyuarakan kata-kata yang baru

dan sulit. Terdapat dua komponen penting dalam siklus ini yaitu

phonological storage yang memegang informasi dalam memori dan

subvocal rehearsal yang digunakan untuk memasukkan informasi pertama

kalinya ke memori (Baddeley, 2003).

Elemen ketiga dari memori kerja ialah central executive yang

mengkoordinasi baik aktivitas atentif maupun mengatur respon. Central

executive sangat penting bagi memori kerja karena gating mechanism yang

terjadi disanalah yang menentukan apakah sebuah informasi layak diproses

lebih lanjut atau tidak dan bagaimana memproses informasi tersebut. Selain

itu central executive juga terlibat dalam proses pertimbangan dan

pemahaman sehingga menjadi pusat kecerdasan manusia (Baddeley, 2003).

Elemen keempat memori kerja yaitu subsidiary “slave systems”

yang menjalankan kognitif lainnya atau pekerjaan perseptif. Elemen kelima

adalah episodic buffer (Baddeley, 2003). Salah satu ciri khas dari memori

kerja adalah tingginya limitasi yang membatasi seberapa banyak informasi

yang disimpan secara aktif dan simultan. Limitasi ini menunjukkan

perbedaan antara memori kerja dengan long term memory yang diperkirakan

memiliki kapasitas penyimpanan informasi baru yang tak terhingga

(Eriksson et al., 2015). Episodic buffer merupakan sistem dengan kapasitas


14

terbatas yang mampu mengikat informasi dari visuospatial sketchpad dan

the phonological loop menjadi representasi uniter yang episodik (Baddeley,

2003).

Radial Arm Maze adalah satu alat yang cocok digunakan untuk

mengukur memori kerja dan melihat fungsi hippocampus pada hewan

(Tarragon, 2012). Pada umumnya hewan memiliki kemampuan

mempelajari dan mengingat lokasi lengan dengan umpan menggunakan

petunjuk visual. Pada hewan dengan kemampuan neurocognitive yang

rusak, kemampuan untuk mengingat akan menurun dan akan memasuki

lengan yang sama secara berulang. Penggunaan Radial Arm Maze sudah

banyak digunakan untuk studi berbagai isu neurologi seperti brain injury,

lesi hippocampus, depresi, dan pengaruh elektromagnetik terhadap defisit

memori (Dubreuil et al., 2003). Kelebihan uji memori dengan menggunakan

Radial Arm Maze antara lain murah, mudah dirakit dan disimpan, serta

minimalnya stres yang ditimbulkan pada hewan coba. Kekurangan Radial

Arm Maze adalah hewan coba harus ditangani dengan baik dan harus sedikit

kekurangan makan untuk memotivasinya mencari pakan. Hal ini dapat

menjadi masalah pada beberapa kasus. Contohnya jika usia tikus sudah tua

dan butuh makanan selalu penuh supaya tetap sehat (Hölscher dan O’Mara,

1997).

Sternberg dan Sternberg (2009) menyatakan bahwa phonological

loop, elemen yang menjaga informasi yang berhubungan dengan verbal,

melibatkan aktivasi di hemisfer kiri lateral frontal, lobus parietal inferior,

dan juga lobus temporal. Visuospatial sketchpad teraktivasi di area yang


15

sedikit berbeda dan aktivitasnya bergantung pada faktor-faktor seperti

kesulitan pekerjaan dan lama interval. Interval yang lebih pendek

mengaktivasi area oksipital dan kanan lobus frontal sedangkan interval yang

lebih panjang akan mengaktifkan area di parietal dan lobus kiri frontal. Area

aktivasi central executive tidak banyak diketahui namun beberapa

menyebutkan bahwa aktivasi melibatkan lobus frontal. Dan yang terakhir,

episodic buffer, beroperasi dengan melibatkan aktivasi bilateral lobus

frontal dan beberapa bagian di lobus temporal, termasuk hippocampus

bagian kiri.

Hippocampus merupakan bagian dari sistem limbik yang berperan

dalam belajar, mengingat, pengaturan emosi, dan hipotalamus. Sel di

hippocampus berbentuk piramidal dan meliputi regio cornu ammonis (CA)

1, 2, dan 3. Sel-sel di regio CA1 dan CA2 rentan terhadap hipoksia,

sedangkan regio CA3 rentan terhadap stressor fisik dan juga stres kronik.

Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan depresi dan menghilangnya neuron

di hippocampus dan amigdala yang selanjutnya dapat menurunkan

kemampuan memori dan kognitif seseorang (Arjadi et al., 2012). Lokasi

hippocampus pada manusia dan tikus dapat dilihat di gambar 2 dan gambar

3.
16

Gambar 2. Hippocampus Manusia (Paulsen dan Waschake, 2012)

Gambar 3. Hippocampus Tikus (Goonetilleke et al., 2009)

2.2 Kerangka Penelitian

2.2.1 Kerangka Teori

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori kerja,

salah satunya adalah paparan akan logam berat seperti Pb. Pb dapat

menyebabkan pembentukan molekul generasi reactive oxygen species


17

(ROS). Antioksidan yang terdapat dalam tubuh menjaga supaya

pembentukan ROS seminimal mungkin. Namun apabila peningkatan

radikal bebas tidak diimbangi dengan peningkatan antioksidan maka akan

terjadi stres oksidatif. Pb juga menyebabkan terjadinya stres oksidatif

dengan membentuk ikatan kovalen antara bagian Pb dan gugus sulfhydryl

yang ada dalam enzim-enzim antioksidan dan juga menggantikan ion Zn

yang merupakan kofaktor enzim antioksidan. Ikatan-ikatan ini akan

membuat enzim antioksidan tersebut terinaktivasi. Penurunan konsentrasi

enzim-enzim antioksidan mengurangi pembuangan radikal superoksida

sehingga terjadilah stres oksidatif (Flora et al., 2012). Kondisi stres yang

meningkat menyebabkan melemahnya feedback negatif HPA sehingga

dapat menyebabkan jejas yang dapat berlanjut pada kematian sel (Arjadi et

al., 2012). Kerusakan pada jaringan hippocampus dapat menyebabkan

menurunnya memori kerja (Baddeley, 2003). Kerangka teori ini secara

skematik dapat dilihat pada gambar 4.


18

Faktor-faktor yang mempengaruhi memori kerja

Underlying disease Gangguan metabolik Lingkungan Diet Sosial Individual

Paparan Stres
Pb Psikologis

Peningkatan Penekanan
ROS Sistem
Antioksidan

Stres Oksidatif

Kerusakan
Hippocamp ↑ Kortisol
us

Penurunan
Memori
Kerja

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


: Memicu
Gambar 4. Kerangka Teori Pengaruh Induksi Plumbum Asetat Terhadap
Memori Kerja
19

2.2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Induksi Plumbum Asetat Memori kerja

Gambar 5. Kerangka Konsep Pengaruh Induksi Plumbum Asetat


Terhadap Memori Kerja

2.3 Hipotesis

Ho : Induksi plumbum asetat tidak dapat mempengaruhi memori kerja

tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

H1 : Induksi plumbum asetat dapat mempengaruhi memori kerja tikus

putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan

desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pendekatan Posttest Only

Control Group Design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September–Oktober 2016. Perlakuan

akan dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan

pengukuran memori kerja dilakukan di Laboratorium Anatomi Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) dengan jenis kelamin jantan dari galur Sprague dawley yang

berumur 2–3 bulan atau 10–12 minggu. Sampel yang akan digunakan sebanyak

24 ekor, dengan masing-masing kelompok terdiri 6 ekor tikus.


21

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer sebagai

berikut:

t (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15

4n - 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75

n≈5

Untuk mengantisipasi drop out maka sampel ditambah 10% pada setiap

kelompok (Notoatmodjo, 2005). Dengan demikian, besar sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 ekor tikus putih yang dibagi

menjadi 4 kelompok.

3.4 Kelompok Perlakuan

Sampel 24 ekor tikus putih dibagi menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

1. Kelompok kontrol (K): Kelompok tikus yang tidak diinduksi

oleh plumbum asetat

2. Kelompok perlakuan 1 (P1): Kelompok tikus yang diinduksi

olah plumbum asetat sebanyak 50 mg/kgBB per hari

3. Kelompok perlakuan 2 (P2): Kelompok tikus yang diinduksi

oleh plumbum asetat sebanyak 100 mg/kgBB per hari

4. Kelompok perlakuan 3 (P3): Kelompok tikus yang diinduksi

oleh plumbum asetat sebanyak 200 mg/kgBB per hari


22

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi yang harus dipenuhi dalam

pengambilan sampel. Adapun kriteria inklusi sampel yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sehat

2. Memiliki berat badan 250–300gram

3. Jenis kelamin jantan

4. Berusia sekitar 2–3 bulan

Kriteria eksklusi sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Tidak sakit selama diberi perlakuan yang ditandai dengan penampakan

rambut botak atau rontok, kusam, dan aktivitas tidak aktif

2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi

di laboratorium

3. Mati selama perlakuan

3.6 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel bebas adalah induksi

plumbum asetat.

2. Variabel Dependen

Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel dependen adalah

memori kerja.
23

3.7 Definisi Operasional

Pada tabel 2 disajikan variabel-variabel yang akan digunakan pada

penelitian ini, berikut dengan definisi operasional, alat ukur yang digunakan,

cara pengukuran, hasil ukur, dan skala variabel yang digunakan untuk penetuan

uji analisis.

Tabel 2. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Plumbum Asetat Bahan kimia yang Spuit Dosis 50 mg/kgBB, Numerik


diberikan pada 100 mg/kgBB, dan
mencit 200 mg/kgBB
jantan secara
intraperitoneal

2 Memori Kerja Memori yang Kamera Persentase Numerik


digunakan untuk jumlah lengan
merencanakan yang benar
dan melaksanakan dimasuki oleh
suatu tindakan. tikus yaitu dengan
Pada hewan coba, membagi jumlah
memori ini dapat lengan yang benar
dilihat dengan jumlah
menggunakan lengan yang diberi
radial arm maze umpan dikalikan
100

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kandang tikus

2. Botol minuman 60ml

3. Tempat makan

4. Spuit 1cc/ml

5. Neraca

6. Radial Arm Maze

7. Kamera
24

3.8.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague-dawley

yang memenuhi kriteria inklusi. Tikus jantan dipilih untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya hasil positif palsu

karena status hormonal dapat mempengaruhi tingkah laku

tikus sehingga pada penelitian yang menggunakan tikus

betina diperlukan pengukuran tambahan baik pada serum

maupun jaringan untuk mengetahui perubahan hormonal

pada tikus.

2. Bubuk plumbum asetat (Pb(CH3COO)2)

Bubuk plumbum asetat diberikan dalam bentuk larutan.

Larutan plumbum asetat dibuat dengan cara melarutkan

plumbum asetat ke dalam aquades agar mudah untuk

diinjesikan. Plumbum asetat memiliki kelarutan sebesar 20

g/100ml dalam air, yang berarti plumbum asetat dapat

dilarutkan ke dalam aquades. Larutan stok plumbum asetat

dibuat dari dosis yang paling besar, yaitu 200 mg/kgbb.

Tikus yang digunakan memiliki rerata berat badan 200 gram,

sehingga didapatkan dosis 40 mg atau 0,04 gram yang akan

dilarutkan ke dalam aquades. Besarnya pelarut didapatkan

dari perbandingan dengan kelarutan plumbum asetat dalam

air. Berikut adalah perhitungan yang digunakan untuk

menghitung banyaknya pelarut yang dibutuhkan :


25

20 0.04
=
100

0.04 100
=
20

= 0.2

Berdasarkan perbandingan diatas, didapatkan bahwa

40 mg plumbum asetat akan larut dalam 0,2 ml aquades

sehingga didapatkan larutan stok plumbum asetat sebesar 4

g/20ml aquades. Selanjutnya dilakukan pengenceran dari

larutan stok untuk dosis 100 mg/kgbb dan 50 mg/kgbb.

3.9 Prosedur

3.9.1 Ethical clearance

Penelitian ini dimulai dengan mengajukan proposal ethical clearnce

ke Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk mendapatkan izin etik

penelitian menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dengan galur

Sprague dawley.

3.9.2 Pengadaan Hewan Coba

Pada penelitian ini digunakan hewan coba yaitu tikus putih sebanyak

24 ekor

3.9.3 Pengadaan Alat Radial Arm Maze

Radial Arm Maze yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri

dari papan yang terletak di tengah dengan delapan lengan yang tersusun
26

radial mengelilingi papan. Diameter maze 36 cm, panjang masing-masing

lengannya 80 cm, dan tinggi lengan 20 cm dengan bentuk seperti pada

gambar 6 (Prasetya dan Yuliani, 2014).

Gambar 6. Radial Arm Maze (Hölscher dan O’Mara, 1997)

3.9.4 Pembagian Kelompok

Pada penelitian ini sampel dipilih secara acak dan dibagi menjadi 4

kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor

tikus putih. Selanjutnya semua tikus diaklimatisasi selama 7 hari.

3.9.5 Perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus putih diinduksi dengan plumbum asetat

selama 7 hari. Induksi dilakukan dengan pemberian plumbum asetat secara

intraperitoneal dengan dosis 50 mg/kgBB untuk kelompok perlakuan 1, 100

mg/kgBB untuk kelompok perlakuan 2, dan 200 mg/kgBB untuk kelompok

perlakuan 3.

Intraperitoneal merupakan rute parenteral pada tikus yang paling

sering digunakan untuk administrasi zat. Daerah yang luas di kavitas


27

abdomen dan suplai darah yang melimpah memudahkan absorbsi yang

cepat. Biasanya injeksi intraperitoneal biasanya dilakukan tanpa anastesi.

Abdomen dapat dibagi menjadi empat kuadran oleh midline dan garis

perpendicular yang melewati umbilikus. Injeksi intraperitoneal diberikan

di bagian kuadran bawah kiri. Pada daerah ini tidak terdapat organ vital

kecuali usus halus. Injeksi intraperitoneal dilakukan dengan posisi jarum

yang tidak horizontal maupun vertikal. Jarum harus memasuki kulit dengan

sudut 20–45°. Setelah diaspirasi dan dipastikan bahwa jarum tidak

memasuki usus, kandung kemih, atau pembuluh darah, barulah zat dapat

diadministrasikan. Selain karena tingkat abrosbsi yang tinggi, injeksi

intraperitoneal juga dipilih untuk mengurangi stres pada hewan coba.

(Wolfensohn dan Lloyd, 1994).

Selanjutnya setiap hari pelet yang diberikan dikurangi tetapi tetap

diberi minum. Untuk penyesuaian, pada hari ke-7 tikus diletakkan di bagian

tengah Radial Arm Maze selama 10 menit tanpa diberi umpan. Pada hari ke-

8 tikus dibiarkan di bagian tengah lempeng selama 10 menit dengan masing-

masing lengan diberi umpan pada pintu masuk, bagian tengah, dan juga

ujung lengan. Pada hari ke-9 umpan hanya diletakkan pada tengah dan ujung

lengan. Pada hari ke-10 dilakukan pengujian memori kerja dengan Radial

Arm Maze (Prasetya dan Yuliani, 2014).

Pada masing-masing ujung lengan diletakkan cangkir berisi pelet

segar. Kemudian tikus diletakkan di bagian tengah Radial Arm Maze dan

tikus dibiarkan beradaptasi selama 30 detik dengan pintu gerbang tertutup.

Setelah periode penyesuaian, pintu gerbang diangkat sehingga tikus dapat


28

bergerak dengan bebas. Sesi diakhiri setelah tikus memakan umpan di

seluruh lengan atau setelah memakan waktu 10 menit (Prasetya dan Yuliani,

2014).

Hasil ditentukan menurut angka kesalahan tikus dalam memasuki

lengan Radial Arm Maze, yaitu apabila tikus memasuki lengan yang

mempunyai umpan tanpa kembali ke lengan tersebut. Dikatakan salah

apabila tikus memasuki kembali lengan maze yang umpannya telah

dimakan. Kemudian akan dilakukan penghitungan persentase keberhasilan

tikus memasuki lengan yang mempunyai umpan tanpa kembali ke lengan

tersebut (Prasetya dan Yuliani, 2014). Skema perlakuan dapat dilihat pada

gambar 7.
29

Penimbangan Berat Badan

Pembagian Kelompok dan


Aklimatisasi

K P1 P2 P3

Penimbangan Berat Badan Tikus

Tidak Diinduksi Diinduksi Diinduksi


diinduksi plumbum plumbum plumbum
plumbum asetat asetat asetat
asetat 50mg/kgBB 100mg/kgBB 200mg/kgBB
selama 7 hari selama 7 hari selama 7 hari

Penyesuaian Tikus Terhadap Radial Arm Maze

Uji Memori Kerja dengan Radial Arm Maze

Intepretasi Hasil Penelitian

Gambar 7. Skema Perlakuan

3.10 Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menghitung hasil rata-rata

memori kerja yang dinyatakan dalam persentase pada masing-masing kelompok

penelitian.
30

3.11 Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata dalam

kelompok. Analisis dimulai dengan uji normalitas data dengan menggunakan

uji Shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan kurang dari 50. Nilai p yang

didapatkan lebih dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwasannya data

terdistribusi normal. Setelahnya dilakukan analisis homogenitas dengan

Lavene’s test. Hasilnya didapatkan nilai p yang kurang dari 0,05 sehingga

dinyatakan variansi data tidak homogen. Data yang tidak homogen tersebut

ditransformasi dengan menggunakan akar dan nilai p tetap kurang dari 0,05

sehingga data tetap tidak homogen.

Karena data berdistribusi normal dan variansi data tidak sama maka uji

yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata antar kelompok adalah uji

nonparametrik Kruskal Wallis sebagai alternatif dari uji One-way Anova. Hasil

uji Kruskal Wallis menunjukkan nilai p yang kurang dari 0.05 sehingga

dikatakan bahwa Ho ditolak. Setelah itu dilakukan uji Mann Whitney untuk

mengetahui perbedaan rerata antar kelompok.


38

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu induksi

Pb asetat selama 7 hari dapat mempengaruhi memori kerja pada tikus putih jantan

(Rattus norvegicus) galur Sprague dawley dan peningkatan dosis plumbum asetat

meningkatkan penurunan memori kerja secara bermakna pada dosis 50mg/kgBB

dan 200mg/kgBB.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh

induksi Pb asetat terhadap jenis memori lainnya seperti reference memory

2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti mekanisme Pb dalam menurunkan

fungsi memori kerja

3. Peneliti lain disarankan untuk meneliti zat yang dapat mengahambat atau

memperbaiki penurunan fungsi memori kerja akibat dari induksi Pb asetat


39

DAFTAR PUSTAKA
40

DAFTAR PUSTAKA

Abadin H, Ashizawa A, Stevens YW, Llados F, Diamond G, Sage G, et al. 2007.


Toxicological Profile for Lead. Atlanta: Agency for Toxic Substances and
Disease Registry.

Ahmed MB, Ahmed MI, Meki AR, Abdraboh N. 2013. Neurotoxic effect of lead
on rats: Relationship to Apoptosis. International Journal of Health Sciences.
7(2):192-9.

Arjadi F, Soejono SK, Maurits LS, Pangestu M. 2014. Jumlah Sel Piramidal CA3
Hipokampus Tikus Putih Jantan Pada Berbagai Model Stres Kerja Kronik.
MKB. 46(4):197–202.

Banks JB, Tartar JL, Tamayo BA. 2015. Examining factors involved in stress-
related working memory impairments: Independent or conditional effects?.
Emotion. 15(6):827-36.

BPS. 2012. Penduduk Indonesia Menurut 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, dan 2010.
Badan Pusat Statistik. [artikel internet] diakses pada 8 Juli 2016. Tersedia dari:
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267

Baddeley A. 2003. Working memory: Looking back and looking forward. Nature
Reviews Neuroscience. 4(10):829–39.

Behl M, Zhang Y, Shi Y, Cheng J, Du Y, Zheng W. 2010. Lead-induced


accumulation of beta-amyloid in the choroid plexus: role of low density
lipoprotein receptor protein-1 and protein kinase C. Neurotoxicology.
31(5):524-32.

Brady TF, Konkle T, Alvarez GA. 2009. Compression in visual working memory:
using statistical regularities to form more efficient memory representations. J
Exp Psychol Gen. 138(4):487–502.

Brass G, Strauss W. 1981. Air Pollution Control. New Jersey : John Willey & Sons.
41

Bremmer JD. 2005. Does stress damage the brain?. Phi Kappa Phi. 85(1):27.

Cassenti D, Carlson R. 2008. Effect of pacing and working memory load on error
type patterns in a routine skill. American Journal of Phsycology. 121:57–81.

Chang LW, penyunting. 1995. Neurotoxicology approaches and methods. San


Diego : Academic Press.

Dahlan S. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat,


Multivariat dilengkapi dengan menggunakan aplikasi SPSS. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya Dengan


Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press.

Dubreuil D, Tixier C, Dutrieux G, Edeline JM. 2003. Does the radial arm maze
necessarily test spatial memory?. Neurobiol Learn Mem. 79 (1):109-17.

Duff MC, Hengst JA, Tranel D, Cohen NJ. 2008. Collaborative discourse facilitates
efficient communication and new learning in amnesia. Brain Lang. 106(1):41-
54.

Eriksson J, Vogel EK, Lansner A, Bergster F, Nyberg L. 2015. Neurocognitive


Architecture of Working Memory. Neuron. 88(1):33-46.

Flora G, Gupta D, Tiwari A. 2012. Toxicity of Lead: A Review With Recent


Updates. Interdiscip Toxicol. 5(2):47–58.

Goonetilleke UR, Ward SA, Gordon SB. 2009. Could proteomic research deliver
the next generation of treatments for pneumococcal meningitis?. Interdiscip
Perspect Infect Dis. 5(2):47–58.

Gracia R., Snodgrass W. 2007. Lead Toxicity And Chelation Therapy. Am J Health
Syst Pharm. 64(1), pp.45–53.

Hölscher C, O'Mara SM. 1997. Model Learning And Memory Systems In


Neurobiological Research: Conditioning And Associative Learning
42

Procedures And Spatial Learning Paradigms. Dalam: Lynch MA & O'Mara


SM, penyunting. Neuroscience Labfax. London: Academic Press. hlm. 10-24

Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
Rumah. Kementrian Kesehatan.

Kemenperin RI. 2016. Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian Indonesia Tahun


2015.

Li C, Xing T, Tang M, Yong W, Yan D, Deng H, et al. 2008. Involvement of cyclin


D1/CDK4 and pRb mediated by PI3K/AKT pathway activation in Pb2+ -
induced neuronal death in cultured hippocampal neurons. Toxicol Appl
Pharmacol. 229(3):351-361.

Liu JT, Chen BY, Zhang JQ, Kuang F, Chen LW. 2015. Lead Exposure Induced
Microgliosis And Astrogliosis In Hippocampus of Young Mice Potentially
By Triggering TLR4-MyD88-NFκB Signaling Cascades. Elsevier.
239(2):97–107.

Liu KS, Hao JH, Zeng Y, Dai FC, Gu PQ. 2013. Neurotoxicity and biomarkers of
lead exposure: a review. Chin Med Sci J. 28(3):178-88.

Lubis B, Rosdiana N, Nafianti S, Rasyianti O, Panjaitan FM. 2013. Hubungan


Keracunan Timbal dengan Anemia Defisiensi Besi pada Anak. CDK-200.
40(1):17–21.

Marchetti C dan Gavazzo P. 2005. NMDA receptors as targets of heavy metal


interaction and toxicity. Neurotox Res. 8(4):245-58.

Mello CF, Kraemer CK, Filippin A, Morsch VM, Rodrigues ALS, Martins AF, et
al. 1998. Effect of lead acetate on neurobehavioral development of rats. Braz
J Med Biol Res. 31(7):943–50.

Nasrun MWS. 2013. Demensia. Dalam: S. D. Elvira & G. Hadisukanto, penyunting.


Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. hlm. 537–48.
43

Nava-Ruiz C, Alcaraz-Zubeldia M, Mendez-Armenta M, Vergara P, Diaz-Ruiz A,


Rios C. 2010. Nitric oxide synthase immunolocalization and expression in the
rathippocampus after sub-acute lead acetate exposure inrats. Exp Toxicol
Pathol. 62(3):311-6.

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Palar H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Paulsen F, Waschke J. 2012. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia : Kepala, Leher, dan
Neuroanatomi. Jakarta: EGC.

Prasanthi RP, Devi CB, Basha DC, Reddy NS, Reddy GR. 2010. Calcium and zinc
supplementation protects lead (Pb)-induced perturbations in antioxidant
enzymes and lipid peroxidation in developing mouse brain. Int J Dev Neurosci.
28(2):161-167.

Prasetya DY, Yuliani S. 2014. Aktifitas ekstrak rimpang temulawak (Curcuma


xanthorrhiza) pada radial arm maze dan pasive avoidance test tikus model
demensia. Pharmaciana. 4(2):157-64.

Roy A, Bellinger D, Hu H, Schwartz J, Ettinger AS, Wright RO, et al. 2009. Lead
exposure and behavior among young children in Chennai, India. Environ
Health Perspect.117(10):1607–11.

Salehi I, Soleimani MS, Poorhamze M, Moravej FG, Komaki A, Asl SS. 2015.
Protective Effect of Vitamin E Against Lead-induced Memory and Learning
Impairment in Male Rats. Avicenna J Neuro Psych Physio. 2(1):3–6.

Sanders T, Liu Y, Buchner V, Tchounwou PB. 2013. Neurotoxicity And


Biomarkers of Lead Exposure : A Review. Chin Med Sci J. 28(3):178–88.

Sembel DT. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogjakarta: Andi Offset.

Sharma B, Singh S, Siddiqi NJ. 2014. Biomedical implications of heavy metals


induced imbalances in redox systems. BioMed research international.
2014(4):1-26.
44

Seo J, Lee B-K, Jin S-U, Park JW, Kim Y-T, Ryeom H-K, et al. 2014. Lead-induced
impairments in the neural processes related to working memory function.
PLoS One. 9(8):1-10.

Sherwood L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Stenberg RJ, Sternberg K. 2009. Cognitive psychology. Belmont:Wadsworth.

Sudarmaji, Mukono. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap


Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 21:129-42.

Surkan PJ, Schnaas L, Wright RJ, Tellez-Rojo MM, Lamadrid-Figueroa H, Hu H,


et al. 2008. Maternal self esteem, exposure to lead, and child
neurodevelopment. Neurotoxicology. 29(2):278-85.

Tarragon E, Lopez L, Yuste JE, Martin E, Schenker E, Aujard F. 2012. The Radial
Arm Maze (RAM ) for the Evaluation of Working and Reference Memory
Deficits in the Diurnal Rodent Octodon degus. Proceedings of Measuring
Behavior; 2012 Agustus 28-31; Utrecht. Belanda. Belanda: Noldus
Information Technology bv.

Wang Q, Luo W, Zhang W, Dai Z, Chen Y, Chen J. 2007. Iron supplementation


protects against lead-induced apoptosis through MAPK pathway in weanling
rat cortex. Neurotoxicology. 28(4):850-9.

Wolfenson S, Lloyd M. 2003. Handbook of Laboratory Animal Management and


Welfare. Oxford: Blackwell Publishing.

Xiao Y, Fu H, Han X, Hu X, Gu H, Chen Y et al. 2014. Role of sypnatic structural


plasticity in impairment of spatial learning and memory induced by
developmental lead exposure in wistar rats. PloS ONE. 9(12): 1-16.

Xu J, Yan HC, Yang B, Tong LS, Zou YX, Tian Y. 2009. Effects of lead exposure
on hippocampal metabotropic glutamate receptor subtype 3 and 7 in
developmental rats. J Negat Results Biomed. 8:5.
45

Yang X, Zhou P, Li Y. 2009. Low-level lead exposure effects on spatial reference


memory and working memory in rats. Neural Regeneration Research.
4(1):72-76.

Anda mungkin juga menyukai