Anda di halaman 1dari 22

PEMAPARAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama :An. MNDA
 No. RM : 00-81-**-**
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir : 10 maret 2017
 Usia : 10 Bulan
 Alamat : Gedongtengen - Yogyakarta
 Masuk Bangsal : 5 Februari 2018
 Ruang : Galilea III ,kamar 3C

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien, pada tanggal 9 Februari 2018 di
bangsal anak Galilea III kamar 3C
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 6 hari SMRS (31 Januari 2018)
Orang tua mengatakan pasien demam, namun orang tua tidak
mengukur suhu tubuh pasien, kemudian diberikan obat penurun
demam, demam dirasakan naik turun. Pasien juga mengeluhkan
batuk setiap malam dan pagi.
 5 hari SMRS (1 Januari 2018)
Pasien dibawa ke RS dan diperiksa oleh dokter umum, diberikan
penurun panas dan sanaflu.
 (2-3 Januari 2018)
Keluhan yang dirasakan pasien tidak membaik dan pasien mulai
merasakan sesak napas.
 1 hari SMRS (4 Januari 2018)

1
Pada malam hari pasien demam, batuk semakin bertambah berat,
batuk grok-grok seperti berdahak namun anak tidak dapat
mengeluarkan dahak. Kemudian diberikan obat penurun panas tetapi
panas tidak turun. Pasien mulai sulit makan dan minum.
 HMRS (5 Januari 2018)
Pasien dibawa ke Poli anak RS Bethesda dengan keluhan demam 6
hari, batuk grok-grok sejak 6 hari, dahak tidak bisa keluar, anak
tidak mau makan dan minum, sesak (+), lemas (+), mual (-), muntah
(-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan serupa : (+)
 Riwayat kejang (dengan/tanpa demam) : (-)
 Riwayat batuk pilek : (-)
 Riwayat asma : (-)
 Riwayat PKTB / flek paru : (-)
 Riwayat alergi : (-)
 Riwayat gondongan / parotitis : (-)
 Riwayat trauma : (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial


 Riwayat keluhan serupa dengan pasien : (+)
Ayah dan kakak pasien batuk
 Hipertensi : (-)
 Diabetes Melitus : (-)
 Kejang : (-)
 Asma : (-)
 Alergi : (-)
 Penyakit ginjal : (-)
 Jantung : (-)

2
5. Genogram

Laki-laki Pasien

Perempuan Tinggal serumah

6. Riwayat Pengobatan
Sebelum masuk Rumah Sakit Bethesda, pasien sempat diberi obat dari
Rumah Sakit penurun demam dan sanaflu.

7. Riwayat Alergi
 Makanan : (-)
 Obat : (-)
 Lain-lain : (-)

8. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayah bekerja sebagai
driver Gojek dan Ibu tidak bekerja.
Kesan : Keadaan sosial ekonomi baik

3
9. Lifestyle
Aktivitas sehari-hari :
 Pasien sehari-hari bermain dengan ibu pasien di rumah. Pasien
merupakan anak yang aktif.
 Pasien tinggal dirumah bersama ayah,ibu dan kakak pasien. saat ini
ayah dan kakak pasien juga sering batuk-batuk.
 Rumah pasien berada di lingkungan yang tidak padat, sirkulasi udara
dan pencahayaan cukup.

Pola makan:
 Frekuensi makan minum : pasien susah makan, makan 3 kali sehari.
 Jenis makanan : Pasien makan nasi tim, pasien tidak minum susu
formula.

10. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


 Perawatan ANC  ibu pasien kontrol rutin ke bidan sampai usia 36
minggu, dan kontrol 1x ke dokter di RSB sebelum dilakukan sc.
 Riwayat sakit saat hamil  muntah berlebih (-), jatuh saat hamil (-),
hipertensi (-), diabetes (-).
 Sudah vaksin TT
 Penolong Kelahiran : Dokter
 Cara Persalinan :SC
 Keadaan bayi : sehat, cukup bulan, menangis kuat, kemerahan, gerak
aktif, ketuban jernih
 BBL : 2700 gram
 PB : 45 cm
Kesan: Riwayat ANC, neonatal aterm, dan persalinan baik

11. Riwayat Menyusui dan Pemberian MPASI


 Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif

4
 Usia 7 bulan – sekarang : ASI dan MPASI
Kesan : Pemberian ASI eksklusif, MPASI, dan makan baik.

12. Riwayat Tumbuh Kembang


 Pertumbuhan
o BB lahir : 2600 gram
o BB sekarang : 9.75 kg
o TB sekarang : 73 cm

Rumus perkiraan berat badan

Usia 1 – 6 tahun = Usia (Tahun) x 2 + 8 kg

=3x2+8

= 14 kg

Rumus Status Gizi Waterlow

BB/TB% = BB actual x 100%

BB Baku Untuk TB actual

= 13 x 100% = 92,85%

22

Kesan : status gizi anak baik.

5
6
7
 Perkembangan
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Sosial

1-3 bulan Gerakan aktif 2 Kepala menoleh Bereaksi Menatap wajah


ekstremitas kanan-kiri terhadap bunyi, ibu
tertawa
4-6 bulan Kepala tegak Memindahkan Menoleh ke Memandangi
saat didudukkan mainan suara tangan

7bulan- Berdiri dengan Memegang Memanggil Melambaikan


sekarang pegangan dengan jari, papa-mama tangan
mencoret
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia

13. Riwayat Imunisasi


Orang tua menyatakan rutin membawa anaknya sesuai jadwal imunisasi
dasar.
 Hepatitis B : 3 kali (usia 0, 1, 6 bulan)
 BCG : 1 kali (usia 2 bulan)
 DPT : 3 kali (usia 2, 3, 4 bulan)
 Polio : 3 kali (usia 2, 3, 4 bulan)
 Campak : 1 kali (usia 9 bulan)
Kesan : imunisasi dasar yang diberikan lengkap

8
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 9 Februari 2018, di bangsal anak
Galilea III kamar 3C
i. Status Generalis
 Keadaan umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6).
 Vital sign
Tekanan darah : -
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 38,9 oC
 Berat Badan : 9.75 kg
 Panjang Badan

ii. Status Lokalis


a. Kepala
 Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
jejas (-), mata cowong (-), edema palpebra (-),
 Hidung : deviasi septum (-), jejas/massa (-),
epistaksis (-), napas cuping hidung (-), sekret (-).
 Telinga : kelainan bentuk (-), tanda radang (-), sekret (-).
 Mulut : bibir atau mukosa oral kering (-), sianosis
(-), lidah kotor (-).
 Tenggorok : hiperemis (-), tanda radang (-).

b. Leher
Limfadenopati (-), nyeri tekan (-)

9
c. Thorax
 Pulmo
o Inspeksi : dinding dada simetris, ketinggalan gerak
dinding dada (-), retraksi dinding dada (-),
penggunaan otot bantu napas (-).
o Palpasi : nyeri tekan (-).
o Perkusi : sonor kedua lapang paru.
o Auskultasi : suara napas vesikuler,
rhonki (-/-), wheezing (+/+)
 Cor
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat.
o Palpasi : iktus kordis teraba di SIC 4 midklavikula
sinistra.
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal.
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, bising
jantung (-).

d. Abdomen
 Inspeksi : dinding perut rata dengan dinding dada,
jejas/massa (-)
 Auskultasi : peristaltik (+) normal 8 kali/menit
 Perkusi : timpani
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-),
hepatomegali (-), spenomegali (-)
e. Extremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kekuatan 5/5 5/5

Edema -/- -/-

Rabaan hangat/hangat hangat/hangat

Capillary refill < 2 detik < 2 detik

10
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI

Pemeriksaan Hasil Satuan Parameter


Hemoglobin 12,2 g/dl 11,7 – 15,5
Leukosit 7,51 Ribu/mmk 4,5 – 11,5
Hitung Jenis
Eosinofil 0,3 % 2-4
Basofil 0,1 % 0-1
Segmen Neutrofil 38,5 % 50-70
Limfosit 47,8 % 29-65
Monosit 13,3 % 2-11
Hematokrit 37,2 % 40-54
Eritrosit 4,71 Juta/mmk 4,2-5,4
MCV 79,0 Fl 78-94
MCH 25,9 Pg 26-32
MCHC 32,8 g/dL 32-36
Trombosit 300 ribu/mmk 150-400
MVP 10,8 Fl 7,2-11,1
PDW 11,8 Fl 9-13

RADIOLOGI

Kesan : Corakan bronkovaskuler kasar, air bronchogram minimal, susp.


Bronchitis.

11
Resume Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
 Anak laki-laki berusia 3 tahun di bawa oleh ayahnya ke IGD RS Bethesda
dengan keluhan utama demam disertai batuk, tidak mau makan dan minum,
lemas, mual (+), muntah (-) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. 7 hari
SMRS pasien demam dan batuk, sebelumnya pasien sudah mendapatkan obat
dari puskesmas. Pasien memiliki riwayat serupa sebelumnya.
 Pemeriksaan fisik menunjukkan anak dalam kondisi keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis, tanda vital menunjukkan denyut nadi 100 x/menit,
laju napas 20 x/menit dan suhu tubuh 38,9oC, pemeriksaan pada kepala dalam
batas normal, pemeriksaan thorax terdengar suara vesikuler paru, sonor, ronki
(+) dan jantung dalam batas normal, pemeriksaan abdomen nyeri tekan (-),
dalam batas normal. Pemeriksaan ekstrimitas terdapat perabaan hangat,
edema (-), CRT < 2 detik. Pemeriksaan penunjang dalam batas normal, foto
thorax tampak corakan bronkovaskuler kasar.

D. DIAGNOSIS
a. Diagnosa Sementara
Observasi Febris hari ke II
Bronkitis Akut
b. Diagnosa Banding
- Asma
- Bronkiolitis

12
E. PLANNING
 Monitoring keadaan umum dan kesadaran pasien
 Pemeriksaan darah lengkap + LED
 Tes alergi.

F. RENCANA TERAPI
 Antipiretik (jika demam)
Dosis Paracetamol : 10-15 mg/kgBB/x
Dosis yang dibutuhkan : 10 x 13 = 130mg/x
R/ Paracetamol syr 160mg/5ml No. Lag I
S .p.r.n 3 d.d cth 1 pc

 Mukolitik
Dosis Ambroxol : 1,2 – 1,6 mg/kgBB/hari, diminum 3 kali sehari
Dosis yang dibutuhkan : 1,6 x 13 = 20,8/hari  dibagi menjadi 3 kali
sehingga dosis yang dibutuhkan 7 mg setiap kali konsumsi obat
R/ Ambroxol 7 mg
m.f.l.a. pulv. d.t.d. No. XV
S.3.d.d. pulv I. pc

 B2 agonist
Salbutamol nebulizer  dosis 2,5 mg (nebulizer)
R/ Salbutamol nebule 2.5 mg amp no V
S. Pro. Nebul

 Terapi cairan
Kebutuhan cairan, BB: 13 kg (Menggunakan Rumus Holiday Segar)
Untuk 10 kg pertama : 100 ml/kgBB  100 x 10 = 1000 ml
Untuk 3 kg kedua : 50 ml/kgBB  50 x 3 = 150 ml
Kebutuhan total cairan adalah 1.150 ml/hari

13
Tetes mikro = 1/3x Kebutuhan cairan perhari x factor tetes = 1/3 x 1150 ml x 60
Waktu (jam x menit) 24 x 60
= 14,37 = 15 tpm

Tetes makro = 1/3x Kebutuhan cairan perhari x factor tetes = 1/3 x 1150 ml x 20
Waktu (jam x menit) 24 x 60
= 4,79 = 5 tpm

G. EDUKASI
 Menginformasikan mengenai keadaan pasien dari hasil pemeriksaan fisik
dan kemungkinan diagnosa pasien, juga meminta persetujuan perlunya
dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan terapi yang akan
dilakukan
 Mengkonsumsi makanan dan minuman cukup dengan menu bergizi
 Mengkonsumsi obat dengan teratur
 Menggunakan masker jika sedang batuk
 Menghindari polusi udara dan paparan debu

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo ad sanam : dubia et bonam
Quo ad functionam : dubia et bonam

14
TINJAUAN PUSTAKA

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan


bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.3
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :1,4,5
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, RSV.
b. Pada bayi :
- Virus: Virus parainfluensa, virus influenza,Adenovirus,
RSV, Cytomegalovirus.
- Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
- Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetellapertusis.
c. Pada anak-anak :
- Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
- Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
- Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung atau karena aspirasi zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak
tanah dan bensin.
b. Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan

15
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang
yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu dan minyak ikan.

Pada kasus ini bronkopneumoni terjadi disebabkan oleh infeksi bakteri


dilihat dari pemeriksaan laboratorium dimana terjadi leukositosis sebesar 32,8 x
103/mm3.
Klasifikasi gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan - <5 tahun :
a) Bronkopneumonia sangat berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai
nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indawing),
adanya sianosis sentral, dan anak tidak sanggup minum.
b) Bronkopneumonia berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai adanya
nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat (fast breathing) pada anak umur 2
bulan - <1 tahun adalah 50 kali atau lebih per menit dan untuk anak umur 1 -
<5 tahun adalah 40 kali per menit, adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih
sanggup minum.
c) Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding
dada.

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,


dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. Berdasarkan lokasi lesi di
paru, pneumonia dibagi menjadi Pneumonia lobaris, pneumonia interstitialis dan
bronkopneumonia.2
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim
paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan
anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme
pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier

16
aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon
inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila
satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme
bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.1,2
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu :
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh

17
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)


Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)


Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.5

Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi


saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya
berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Diagnosis ditegakkan bila
ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :2,3,4
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
2. Panas badan
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus

18
5. Leukositosis

Pada kasus didapatkan adanya keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berlendir ±2 minggu, sesak napas disertai dengan pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksaan thoraks didapatkan tampak retraksi substernal
(+), vocal fremitus ka=ki meningkat, perkusi redup pada kedua lapang paru, dan
pada auskultasi terdengar bunyi ronki basah halus (+/+) pada kedua lapangan paru
dan suara napas bronchovesikuler. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
WBC: 32,8 x 103/mm3 (↑). Pada pasien juga dilakukan scoring TB karena pasien
mengalami batuk ±2 minggu, didapatkan total scor 1 sehingga diagnosis TB dapat
disingkirkan.
Pemeriksaan darah rutin pada pasien menunjukkan adanya leukositosis
sebesar 32,8 x 103/mm3. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin pada
bronkopneumonia menunjukkan leukositosis. Leukositosis menunjukkana adanya
infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremia,dan resiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi. Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit
menurun. Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru,disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. Pemeriksaan foto
thorax pada pasien tidak dilakukan. 2,5
Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya
adalah sebagai berikut
- Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
- Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru.
- Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

19
- Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
- Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak


terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus 5
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik dan ekspektoran
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat
dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari). Pneumonia berat diberi
ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak
memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari.

Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga


pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman
tersering yaitu Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3
bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia >3 bulan,
ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama.
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus
dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman
yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok
usia.

20
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn) :
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)

Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,


dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab
pneumonia adalah S aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi
terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama
pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu.
Pada kasus ini diberikan antibiotik golongan penicilin yaitu ampicillin
dengan kloramfenikol dimana merupakan lini pertama untuk pengobatan
pneumonia untuk anak usia >3 bulan.
Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik bila
didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi- protein dan datang terlambat
untuk pengobatan.4,6

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Tuberculosis Paru. Dalam:
Behrman R.E., et.al (editor). 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2
edisi. 15. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
6. McPhee,S., Papadakis,MA. 2008. Curreny Medical Diagnosis and
Treatment, California : McGraw hill.
7. Widagdo, 2011, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak,
Sagung Seto, Jakarta.
8. Mansjoer A, 2000 Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta.
Media Aesculapius FK UI.

22

Anda mungkin juga menyukai