A. IDENTITAS PASIEN
Nama :An. MNDA
No. RM : 00-81-**-**
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 10 maret 2017
Usia : 10 Bulan
Alamat : Gedongtengen - Yogyakarta
Masuk Bangsal : 5 Februari 2018
Ruang : Galilea III ,kamar 3C
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien, pada tanggal 9 Februari 2018 di
bangsal anak Galilea III kamar 3C
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
6 hari SMRS (31 Januari 2018)
Orang tua mengatakan pasien demam, namun orang tua tidak
mengukur suhu tubuh pasien, kemudian diberikan obat penurun
demam, demam dirasakan naik turun. Pasien juga mengeluhkan
batuk setiap malam dan pagi.
5 hari SMRS (1 Januari 2018)
Pasien dibawa ke RS dan diperiksa oleh dokter umum, diberikan
penurun panas dan sanaflu.
(2-3 Januari 2018)
Keluhan yang dirasakan pasien tidak membaik dan pasien mulai
merasakan sesak napas.
1 hari SMRS (4 Januari 2018)
1
Pada malam hari pasien demam, batuk semakin bertambah berat,
batuk grok-grok seperti berdahak namun anak tidak dapat
mengeluarkan dahak. Kemudian diberikan obat penurun panas tetapi
panas tidak turun. Pasien mulai sulit makan dan minum.
HMRS (5 Januari 2018)
Pasien dibawa ke Poli anak RS Bethesda dengan keluhan demam 6
hari, batuk grok-grok sejak 6 hari, dahak tidak bisa keluar, anak
tidak mau makan dan minum, sesak (+), lemas (+), mual (-), muntah
(-).
2
5. Genogram
Laki-laki Pasien
6. Riwayat Pengobatan
Sebelum masuk Rumah Sakit Bethesda, pasien sempat diberi obat dari
Rumah Sakit penurun demam dan sanaflu.
7. Riwayat Alergi
Makanan : (-)
Obat : (-)
Lain-lain : (-)
3
9. Lifestyle
Aktivitas sehari-hari :
Pasien sehari-hari bermain dengan ibu pasien di rumah. Pasien
merupakan anak yang aktif.
Pasien tinggal dirumah bersama ayah,ibu dan kakak pasien. saat ini
ayah dan kakak pasien juga sering batuk-batuk.
Rumah pasien berada di lingkungan yang tidak padat, sirkulasi udara
dan pencahayaan cukup.
Pola makan:
Frekuensi makan minum : pasien susah makan, makan 3 kali sehari.
Jenis makanan : Pasien makan nasi tim, pasien tidak minum susu
formula.
4
Usia 7 bulan – sekarang : ASI dan MPASI
Kesan : Pemberian ASI eksklusif, MPASI, dan makan baik.
=3x2+8
= 14 kg
= 13 x 100% = 92,85%
22
5
6
7
Perkembangan
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Sosial
8
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 9 Februari 2018, di bangsal anak
Galilea III kamar 3C
i. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6).
Vital sign
Tekanan darah : -
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 38,9 oC
Berat Badan : 9.75 kg
Panjang Badan
b. Leher
Limfadenopati (-), nyeri tekan (-)
9
c. Thorax
Pulmo
o Inspeksi : dinding dada simetris, ketinggalan gerak
dinding dada (-), retraksi dinding dada (-),
penggunaan otot bantu napas (-).
o Palpasi : nyeri tekan (-).
o Perkusi : sonor kedua lapang paru.
o Auskultasi : suara napas vesikuler,
rhonki (-/-), wheezing (+/+)
Cor
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat.
o Palpasi : iktus kordis teraba di SIC 4 midklavikula
sinistra.
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal.
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, bising
jantung (-).
d. Abdomen
Inspeksi : dinding perut rata dengan dinding dada,
jejas/massa (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal 8 kali/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-),
hepatomegali (-), spenomegali (-)
e. Extremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kekuatan 5/5 5/5
10
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
RADIOLOGI
11
Resume Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anak laki-laki berusia 3 tahun di bawa oleh ayahnya ke IGD RS Bethesda
dengan keluhan utama demam disertai batuk, tidak mau makan dan minum,
lemas, mual (+), muntah (-) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. 7 hari
SMRS pasien demam dan batuk, sebelumnya pasien sudah mendapatkan obat
dari puskesmas. Pasien memiliki riwayat serupa sebelumnya.
Pemeriksaan fisik menunjukkan anak dalam kondisi keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis, tanda vital menunjukkan denyut nadi 100 x/menit,
laju napas 20 x/menit dan suhu tubuh 38,9oC, pemeriksaan pada kepala dalam
batas normal, pemeriksaan thorax terdengar suara vesikuler paru, sonor, ronki
(+) dan jantung dalam batas normal, pemeriksaan abdomen nyeri tekan (-),
dalam batas normal. Pemeriksaan ekstrimitas terdapat perabaan hangat,
edema (-), CRT < 2 detik. Pemeriksaan penunjang dalam batas normal, foto
thorax tampak corakan bronkovaskuler kasar.
D. DIAGNOSIS
a. Diagnosa Sementara
Observasi Febris hari ke II
Bronkitis Akut
b. Diagnosa Banding
- Asma
- Bronkiolitis
12
E. PLANNING
Monitoring keadaan umum dan kesadaran pasien
Pemeriksaan darah lengkap + LED
Tes alergi.
F. RENCANA TERAPI
Antipiretik (jika demam)
Dosis Paracetamol : 10-15 mg/kgBB/x
Dosis yang dibutuhkan : 10 x 13 = 130mg/x
R/ Paracetamol syr 160mg/5ml No. Lag I
S .p.r.n 3 d.d cth 1 pc
Mukolitik
Dosis Ambroxol : 1,2 – 1,6 mg/kgBB/hari, diminum 3 kali sehari
Dosis yang dibutuhkan : 1,6 x 13 = 20,8/hari dibagi menjadi 3 kali
sehingga dosis yang dibutuhkan 7 mg setiap kali konsumsi obat
R/ Ambroxol 7 mg
m.f.l.a. pulv. d.t.d. No. XV
S.3.d.d. pulv I. pc
B2 agonist
Salbutamol nebulizer dosis 2,5 mg (nebulizer)
R/ Salbutamol nebule 2.5 mg amp no V
S. Pro. Nebul
Terapi cairan
Kebutuhan cairan, BB: 13 kg (Menggunakan Rumus Holiday Segar)
Untuk 10 kg pertama : 100 ml/kgBB 100 x 10 = 1000 ml
Untuk 3 kg kedua : 50 ml/kgBB 50 x 3 = 150 ml
Kebutuhan total cairan adalah 1.150 ml/hari
13
Tetes mikro = 1/3x Kebutuhan cairan perhari x factor tetes = 1/3 x 1150 ml x 60
Waktu (jam x menit) 24 x 60
= 14,37 = 15 tpm
Tetes makro = 1/3x Kebutuhan cairan perhari x factor tetes = 1/3 x 1150 ml x 20
Waktu (jam x menit) 24 x 60
= 4,79 = 5 tpm
G. EDUKASI
Menginformasikan mengenai keadaan pasien dari hasil pemeriksaan fisik
dan kemungkinan diagnosa pasien, juga meminta persetujuan perlunya
dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan terapi yang akan
dilakukan
Mengkonsumsi makanan dan minuman cukup dengan menu bergizi
Mengkonsumsi obat dengan teratur
Menggunakan masker jika sedang batuk
Menghindari polusi udara dan paparan debu
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo ad sanam : dubia et bonam
Quo ad functionam : dubia et bonam
14
TINJAUAN PUSTAKA
15
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang
yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu dan minyak ikan.
16
aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon
inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila
satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme
bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.1,2
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu :
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
17
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
18
5. Leukositosis
Pada kasus didapatkan adanya keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berlendir ±2 minggu, sesak napas disertai dengan pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksaan thoraks didapatkan tampak retraksi substernal
(+), vocal fremitus ka=ki meningkat, perkusi redup pada kedua lapang paru, dan
pada auskultasi terdengar bunyi ronki basah halus (+/+) pada kedua lapangan paru
dan suara napas bronchovesikuler. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
WBC: 32,8 x 103/mm3 (↑). Pada pasien juga dilakukan scoring TB karena pasien
mengalami batuk ±2 minggu, didapatkan total scor 1 sehingga diagnosis TB dapat
disingkirkan.
Pemeriksaan darah rutin pada pasien menunjukkan adanya leukositosis
sebesar 32,8 x 103/mm3. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin pada
bronkopneumonia menunjukkan leukositosis. Leukositosis menunjukkana adanya
infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremia,dan resiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi. Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit
menurun. Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru,disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. Pemeriksaan foto
thorax pada pasien tidak dilakukan. 2,5
Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya
adalah sebagai berikut
- Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
- Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru.
- Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
19
- Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
- Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial
20
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn) :
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Tuberculosis Paru. Dalam:
Behrman R.E., et.al (editor). 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2
edisi. 15. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
6. McPhee,S., Papadakis,MA. 2008. Curreny Medical Diagnosis and
Treatment, California : McGraw hill.
7. Widagdo, 2011, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak,
Sagung Seto, Jakarta.
8. Mansjoer A, 2000 Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta.
Media Aesculapius FK UI.
22