Anda di halaman 1dari 10

Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut

(Antimalarial Activity of Bidara Laut Wood Extracts)


Wasrin Syafii1*, Rita K Sari1, Umi Cahyaningsih2, Laela N Anisah3
1
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Darmaga Bogor, 16680
2
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga Bogor, 16680
3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Gd.Manggala Wanabakti Blok I Lt 7
Jl. Jend Gatot Subroto Senayan Jakarta
*Penulis korespondensi: wasrinsy@indo.net.id

Abstract
Malaria is a contagious disease that still a major health problem in Indonesia. The research was
intended to determine the anti-malarial activity of the most active extract of bidara laut wood
(Strychnos ligustrina).. Stratified maceration method with organic solvent (n-hexane, ethyl
acetate and ethanol) was used to procure the bidara laut wood extracts. .It was found that the
yield of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts were 4.11%, 1.24%, and 0.55%
respectively. Anti-malarial activity test indicated that ethanol extract was the most active (IC50
3.09 μg m-1), while the ethyl acetate extract (IC50 81.38 μg ml-1) and n-hexane extract (IC50
889.30 μg ml-1) were inactive. Phytochemical qualitative analysis on bidara laut wood showed
the wood contained flavonoid, alkaloid, triterpenoid, steroid, tannin, and hidroquinon.Those
compounds were assumed highly contributed to antimalarial activities. GC-MS analysis also
indicated the presence of strychnine alkaloid compounds suspected as active compounds for
antimalaria.Theresults strongly suggested that ethanol extract of bidara laut wood was a
potential sources for antimalarial agents.
Keywords: antimalarial, ethanol extract, in vitro, Strychnos ligustrina, Plasmodium falciparum

Abstrak

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah utama
kesehatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan rendemen zat ekstraktif kayu
bidara laut dan aktivitas antimalarianya secara in vitro terhadap Plasmodium falciparum serta
menganalisis kandungan kimia ekstrak teraktifnya Ekstrak kayu bidara laut dihasilkan dari
maserasi dengan pelarut organik berkepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan etanol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ekstrak tertinggi terdapat pada ekstrak etanol
(4,11%), diikuti dengan ekstrak etil asetat (1,24%) dan ekstrak n-heksana (0,55%). Berdasarkan
uji aktivitas antimalaria, ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif (IC50 3,09 µg ml-1),
sedangkan ekstrak etil asetat (IC50 81,38 µg ml-1) dan ekstrak n-heksana (IC50 889,30 µg m-1)
tergolong tidak aktif. Hasil uji fitokimia secara kualitatif menunjukkan kelompok senyawa
yang terkandung di dalam serbuk kayu bidara laut adalah flavonoid, alkaloid, triterpenoid,
steroid, tannin dan hidroquinon yang diduga berperan terhadap aktivitas antimalaria. Analisis
GCMS mendeteksi adanya senyawa alkaloid strychnine yang diduga memiliki aktivitas
antimalaria. Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak etanol kayu bidara laut sangat berpotensi sebagai
sumber obat antimalaria.
Kata kunci : antimalaria, ekstrak etanol, in vitro, Strycnos ligustrina, Plasmodium falciparum

Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut 1


Wasrin Syafii, Rita K Sari, Umi Cahyaningsih, Laela N Anisah
Pendahuluan masalah serius karena dapat
mengakibatkan kegagalan dalam
Hutan tropika Indonesia memiliki
pengobatan bahkan kematian, sedangkan
keanekaragaman spesies tumbuhan yang
alternatif pengganti klorokuin sangat
tinggi dan berpotensi sebagai sumber
terbatas. Beberapa obat pengganti
obat. Sekitar ± 3 000 spesies tumbuhan
klorokuin seperti mefkloin, halofantrin,
merupakan tumbuhan penghasil bahan
artesunat sebagian besar memiliki efek
berkhasiat obat (Kemenhut 2010). Salah
samping yang tidak menguntungkan
satu tumbuhan Indonesia yang potensial
sehingga penggunaannya menjadi
dikembangkan sebagai bahan obat alam
terbatas (Mustofa 2009).
antimalaria adalah bidara laut (Strychnos
ligustrina Blume). Pada saat ini Salah satu upaya untuk menemukan dan
kelestarian bidara laut di alam semakin mengembangkan obat antimalaria baru
terancam akibat permintaan bidara laut yang relatif lebih aman dan murah adalah
untuk berbagai keperluan termasuk melalui kegiatan eksplorasi senyawa
sebagai obat tradisional relatif tinggi. aktif dari bahan alam. Potensi zat
Bagian tumbuhan yang digunakan ekstraktif sebagai sumber obat didukung
sebagai bahan obat antara lain batang, dengan keanekaragaman hayati
kulit dan buah (Setiawan dan Narendra tumbuhan obat di hutan tropika
2012). Indonesia yang tinggi merupakan sumber
senyawa metabolit sekunder yang dapat
Penyakit malaria merupakan penyakit
dimanfaatkan sebagai obat tradisional
menular yang disebabkan oleh protozoa
maupun obat modern untuk mengatasi
genus Plasmodium melalui gigitan
berbagai macam penyakit termasuk
nyamuk Anopheles. Jenis protozoa
antimalaria (Muti’ah et al. 2010, Widodo
plasmodium yang paling berbahaya dan
et al. 2010, Hafid et al. 2011).
paling sering menginfeksi penduduk di
Indonesia adalah spesies Plasmodium Bidara laut adalah tanaman obat
falciparum (Elyzaar et al. 2011). tradisional antimalaria yang banyak
Berdasarkan data hasil riset kesehatan ditemukan di Nusa Tenggara Barat dan
dasar tahun 2013, provinsi-provinsi Bali. Daerah Bima dan Dompu (NTB)
dengan insiden dan prevalensi tertinggi mengenalnya sebagai kayu Songga,
adalah Papua, Nusa Tenggara Timur , sedangkan di Bali lebih dikenal sebagai
Papua Barat, Sulawesi Tengah dan kayu pait (Setiawan et al. 2014).
Maluku (Kemenkes 2013). Malaria Berdasarkan studi pustaka, masih sangat
diperkirakan menginfeksi 300-500 juta sedikit laporan tentang aktivitas
penduduk dunia dan mengakibatkan 2,5– antimalaria senyawa aktif kayu bidara
2,7 juta penderitanya meninggal setiap laut. Frederich et al. (1999) melaporkan
tahunnya (Snow et al. 2005). penelitian dari genus yang sama yaitu S.
Tingginya insiden malaria menimbulkan usambarensis dan S. icaja mengandung
permasalahan antara lain ketersediaan senyawa dari kelompok alkaloid yaitu
obat anti malaria dan peningkatan strychnopentamine, isostrychnopenta-
resistensi obat anti malaria. Obat mine dan dihydrousambarensin yang
antimalaria di pasaran yang masih paling memiliki aktivitas antimalaria. Di
baik adalah klorokuin, tetapi masalah Indonesia, penelitian kayu bidara laut
resistensi plasmodium menjadi kendala telah dilakukan oleh Huda (2006) dan
penggunaan klorokuin dan merupakan Murniningsih et al. (2005) yang
menyebutkan bahwa ekstrak air kayu

2 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


bidara laut memiliki aktivitas antimalaria Ekstrak yang diperoleh kemudian
baik secara in vitro maupun in vivo. dipekatkan pada suhu 40-50 oC dalam
Selain ekstrak air, ekstrak etanol dari vacuum rotary evaporator hingga 100
akar S. variabilis juga sangat aktif mL. Sebanyak 5 ml ekstrak yang telah
sebagai antimalarial (Phillippe et al. dipekatkan tersebut dikeringkan dalam
2005). Kayu bidara laut mengandung oven dengan suhu + 103 oC untuk
senyawa antara lain striknin, brusin penetapan kadar ekstrak, sedangkan
(Darise & Taebe 1993), ester asam sisanya dikeringkan dalam oven bersuhu
kuinat (Itoh et al. 2006) dan loganin 40 oC untuk uji anti malaria secara in
(Partridge et al. 1975). Berdasarkan vitro. Skema umum fraksinasi berturut
penelitian terdahulu (Huda 2006, ini disajikan pada Gambar 1.
Murningsih et al. 2005), maka penelitian
untuk mendapatkan rendemen dan Uji aktivitas anti malaria
aktivitas antimalaria ekstrak kayu bidara Pengujian anti malaria dilakukan pada
laut hasil maserasi berbagai macam ekstrak hasil maserasi bertingkat dari
pelarut secara in vitro perlu dilakukan. masing-masing pelarut (n-heksana, etil
asetat dan etanol) mengacu kepada
Bahan dan Metode metode Widyawaruyanti et al. (2011).
Penyiapan bahan baku menggunakan P. falciparum strain 3D7.
Serbuk kayu bidara laut (40-60 mesh) Pengujian dilakukan 2 kali replikasi
asal Nusa Tenggara Barat digiling Penyiapan larutan stok sampel uji dibuat
dengan Willey dan dikeringudarakan dengan cara melarutkan 10 mg ekstrak
hingga kadar air sekitar 15%. dalam 100 µl DMSO. Sebanyak 10 µl
larutan stok sampel uji ditambahkan
Analisis fitokimia serbuk kayu medium uji hingga 500 µl. Pengujian
aktivitas antimalaria menggunakan
Pengujian fitokimia secara kualitatif lempeng mikrotiter (24 lubang).
mengacu pada metode Harborne (1987). Konsentrasi yang digunakan sebesar
Analisis fitokimia dilakukan untuk 0,01, 0,1, 1, 10, dan 100 µg ml-1.
mendeteksi keberadaan kelompok Suspensi parasit dengan kadar
senyawa antara lain alkaloid, flavonoid, parasetimia 1% dan hematocrit 5% (500
saponin, triterpenoid atau steroid, tannin µL) dimasukkan ke dalam tiap-tiap
dan hidroquinon. sumur mikrotiter dan diinkubasi.
Inkubasi dilakukan di dalam candle jar
Ekstraksi bahan selama 48 jam pada suhu 37 oC. Setelah
Serbuk kayu dimaserasi bertingkat diinkubasi, kultur dipanen, dibuat
menggunakan pelarut n-heksana, etil sediaan lapisan darah tipis menggunakan
asetat dan etanol. Sebanyak + 2000 g Giemsa 20% sebagai pewarna.
sampel serbuk diekstraksi dengan 10 l n- Selanjutnya kultur didiamkan selama 20
heksana selama 24 jam pada suhu ruang. menit, dicuci dengan air dan dikeringkan.
Maserasi dilakukan berulang kali hingga Persentase parasetimia dan persen
filtrat n-heksana tampak jernih atau tidak hambatan pertumbuhan P. falciparum
berwarna. Selanjutnya dengan cara yang ditetapkan dengan cara menghitung
sama, residu dimaserasi secara bertingkat jumlah eritrosit yang terinfeksi setiap
dengan etil asetat dan etanol. Fraksinasi 5000 eritrosit di bawah mikroskop.
dilakukan hingga filtrat jernih.

Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut 3


Wasrin Syafii, Rita K Sari, Umi Cahyaningsih, Laela N Anisah
Persentase parasitemia dihitung dengan Analisis komponen kimia ekstrak
rumus : teraktif
∑ 𝐸𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖 Komponen kimia ekstrak teraktif
%𝑃𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡𝑒𝑚𝑖𝑎 = × 100%
5000 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 dianalisis dengan Gas chromatography–
mass spectrometry (GC-MS) Agilent
Persentase penghambatan pertumbuhan Technologies 6890N series. + 6 μl
P. falciparum dihitung dengan rumus : sampel dimasukkan ke inlet. Pemisahan
𝑃 senyawa dan analisis kuantitatif
%𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 = 100% − � × 100%� komponen menggunakan kolom kapiler
𝐾
(diameter 0,25 mm; panjang 60 m)
P = % tumbuh parasitemia perlakuan dengan suhu awal 40 oC, kenaikan suhu
K = % tumbuh parasitemia kontrol 15 oC/menit hingga suhu 290 oC dan
waktu akhir 10 menit. Identifikasi
Penentuan nilai IC50 dilakukan dengan
komponen dilakukan pada MS dengan
cara membuat kurva hubungan antara
mencocokkan data pada spektrum massa
probit (probability unit) persentase
dengan data yang ada dalam WILEY 9th
penghambatan dengan logaritma kadar
library. Pengolahan data menggunakan
ekstrak.
software GC-MS data analysis.

Serbuk kayu 40-60 mesh

Ekstraksi n-heksana

Ekstrak terlarut Residu


n-heksana

Ekstraksi etil-asetat

Ekstrak terlarut Residu


Etil asetat
Ekstraksi etanol

Ekstrak terlarut Residu


etanol

Gambar 1 Ekstraksi bertingkat serbuk kayu bidara laut

4 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


Hasil dan Pembahasan Perbedaan jenis zat ekstraktif
ditunjukkan oleh wujud fisik ekstrak
Fitokimia serbuk kayu bidara laut
yang berbeda (Tabel 2). Pelarut etanol
Hasil analisis fitokimia secara kualitatif menghasilkan kadar ekstraktif yang
menunjukkan bahwa kelompok senyawa tertinggi dikarenakan pelarut etanol
yang terdeteksi pada serbuk kayu bidara mampu melarutkan lebih banyak zat
laut adalah flavonoid, alkaloid, ekstraktif baik yang polar maupun non
triterpenoid, steroid, tanin, dan polar, sedangkan n-heksana hanya
hidroquinon (Tabel 1). Studi pustaka melarutkan zat ekstraktif yang bersifat
menunjukkan bahwa beberapa senyawa non polar seperti lemak, lilin, dan terpen
yang termasuk kelompok alkaloid, (Ghimeray et al. 2009).
terpenoid, flavonoid, steroid, tannin,
Bila mengacu pada klasifikasi komponen
kuinon quasinoid, santon, stilbena, dan
kimia kayu Indonesia, kayu bidara laut
lignan memiliki aktivitas antimalaria
tergolong memiliki kadar zat ekstraktif
(Saxena et al. 2003, Bero et al. 2009,
tinggi. Suatu bahan tergolong berkadar
Nogueira & Lopes 2011). Oleh karena
ekstraktif tinggi jika kadar zat ekstraktif
itu, kayu bidara laut berpotensi
lebih besar dari 4%, kelas sedang (2-
mengandung senyawa yang memiliki
4%), dan kelas rendah (< 2%) (Lestari &
aktivitas antimalaria.
Pari 1990). Jenis kayu lain yang
Tabel 1 Hasil analisis fitokimia serbuk tergolong dalam famili yang sama
kayu bidara laut dengan kayu bidara laut yaitu kayu
Kelompok Serbuk kayu bidara tembesu (Fagraea fragrans) memiliki
senyawa laut kadar ekstraktif yang tergolong rendah
Flavonoid + yaitu 1,8% (Martawijaya et al. 1989).
Alkaloid ++
Aktivitas antimalaria ekstrak kayu
Triterpenoid +++
bidara laut
Steroid +
Saponin - Hasil pengujian aktivitas antimalaria
Tanin ++ secara in vitro menunjukkan bahwa
Fenol ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol
++ kayu bidara laut mampu menghambat
Hidroquinon
Keterangan : (-): tidak terdeteksi; (+): positif; pertumbuhan parasit P. falciparum.
(++): positif kuat; (+++): positif sangat kuat Gambar 2 menunjukkan bahwa
peningkatan konsentrasi ekstrak dapat
Kadar ekstrak meningkatkan persentase pertumbuhan
Proses maserasi yang menggunakan P. falciparum. Akan tetapi, respon
pelarut organik dengan kepolaran penghambatan P. falciparum oleh ketiga
bertingkat menghasilkan kadar ekstrak jenis ekstrak berbeda. Perbedaan ini
kayu bidara laut beragam yaitu 0,55- disebabkan oleh jenis dan komposisi zat
4,11%. Kadar ekstrak tertinggi didapat ekstraktif yang berbeda. Tabel 1
dari hasil maserasi dengan pelarut etanol, menunjukkan bahwa kadar dan wujud
diikuti oleh n-heksana, dan etil asetat fisik ketiga jenis ekstrak berbeda yang
(Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa menegaskan bahwa jenis dan komposisi
perbedaan jenis pelarut menghasilkan zat ekstraktif ketiga ekstrak berbeda. Hal
jenis zat ekstraktif yang terlarut dan ini dipertegas oleh Sari et al. (2012) yang
kadar ekstrak yang berbeda-beda pula. menyatakan bahwa perbedaan jenis

Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut 5


Wasrin Syafii, Rita K Sari, Umi Cahyaningsih, Laela N Anisah
ekstrak dan komposisi zat ekstraktif dari Raman 1998), hidroquinon (Depkes
ekstrak kayu teras suren hasil ekstraksi 1995). Sari et al. (2011) menyatakan
bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil bahwa kelompok senyawa yang
asetat dan metanol menghasilkan respon terdeteksi pada semua ekstrak etanol
bioaktivitas antioksidan dan berbagai bagian pohon surian adalah
antiproliferasi yang berbeda. flavonoid, kuinon, triterpenoid, steroid,
Aktivitas antimalaria ditentukan dari dan tanin. Irwan (2011) menyebutkan
nilai IC50 yang dihasilkan dari persamaan bahwa pelarut etanol pada ekstrak daun
regresi hasil interpolasi konsentrasi wungu dapat mengekstraksi alkaloid dan
ekstrak dengan persen penghambatan flavonoid. Hasil penelitian Ichsan (2011)
parasit P. falciparum. Gambar 3 menunjukkan bahwa senyawa alkaloid,
menunjukkan nilai IC50 ketiga ekstrak flavonoid dan hidrokuinon dalam kulit
kayu bidara laut yang berbeda. kayu suren dapat larut dalam etanol.
Perbedaan nilai tersebut menunjukkan
Komponen kimia ekstrak teraktif
aktivitas antimalaria yang berbeda pula.
Ekstrak etanol memiliki aktivitas Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak
antimalaria tertinggi dan tergolong teraktif (ekstrak etanol) kayu bidara laut
sangat aktif, sedangkan ekstrak etil asetat mengandung alkaloid dan glikosida dari
dan ekstrak n-heksana tergolong tidak fenolik atau triterpenoid Strychnine dari
aktif sebagai antimalaria. Philippe et al. golongan alkaloid yang terdeteksi dalam
(2005) menyatakan bahwa ekstrak yang ekstrak etanol kayu bidara laut berperan
memiliki aktivitas antimalaria terhadap aktivitas antimalaria
tergolongsangat aktif dengan nilai IC50 ≤ ekstraknya. Strychnine yang diisolasi
5 μg ml-1, tergolong aktif, kurang aktif, dari ekstrak akar S. icaja terbukti
dan tidak aktif bila nilai IC50 berturut- memiliki aktivitas antimalaria dengan
turut >5–15, 15–30, dan > 30 μg ml-1. nilai IC50 8,5 µg ml-1 (Frederich et al.
1999). Senyawa yang dominan dalam
Ekstrak etanol kayu bidara laut ekstrak etanol adalah 5-
merupakan ekstrak teraktif dengan nilai hydroxymethylfurfural. Senyawa tersebut
IC50 terendah yaitu 3,09 µg ml-1 (Gambar diduga sebagai pecahan dari senyawa
3). Tingginya bioaktivitas antimalaria glikosida triterpenoid atau fenolik. Akan
ekstrak etanol diduga karena adanya tetapi penelusuran pustaka belum ada
senyawa aktif dari kelompok senyawa yang melaporkan senyawa tersebut
alkaloid, flavonoid, triterpenoid, tannin
memiliki aktivitas antimalaria, tetapi
dan hidroquinon yang terdapat dalam memiliki aktivitas antioksidan dan
serbuk kayu bidara laut. Ekstrak etanol antiproliferasi sel kanker (Zhao et al.
mampu melarutkan alkaloid, flavonoid,
2013).
tanin (Harborne 1987, Houghton &
.

Tabel 2 Kadar dan wujud fisik ekstrak kayu bidara laut


Ekstrak Kadar ekstrak (%) Wujud fisik ekstrak
Terlarut n-heksana 0,54 Pasta, putih kekuningan
Terlarut etil asetat 1,24 Padatan, putih kekuningan
Terlarut etanol 4,11 Padatan, coklat kemerahan

6 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


80
70

Penghambatan (%)
60
50
n-heksana
40
etil asetat
30
20 etanol

10
0
Kontrol 0,1 1 10 100
-1
Konsentrasi ekstrak (µg ml )

Gambar 2 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol
kayu bidara laut dengan persen penghambatan parasit P. falciparum.

1000 889,30
900
IC50 (µg ml )

800
-1

700
600
500
400
300
200 81,38
100 3,09
0
n-heksana etil asetat etanol
Jenis ekstrak terlarut
Gambar 3 Nilai IC50 ekstrak kayu bidara laut terlarut n-heksana, etil asetat, dan
etanol.

Tabel 3 Senyawa kimia dalam ekstrak etanol kayu bidara laut berdasarkan analisis
GCMS

Nama Senyawa Konsentrasi Relatif (%)*


5-hydroxymethylfurfural 11,28
Mequinol (4 metoxyphenol) 2,37
2,6-dimetoksi-fenol 1,78
Furfuryl alkohol 1,67
2-metoksi benzenathiol 0,74
Strychnin 0,06
Keterangan: *) Konsentrasi relatif terhadap 28 senyawa terdeteksi.

Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut 7


Wasrin Syafii, Rita K Sari, Umi Cahyaningsih, Laela N Anisah
Kesimpulan [Depkes] Departemen Kesehatan RI.
1995. Farmakope Indonesia Ed ke-4.
Serbuk kayu bidara laut terdeteksi
Jakarta: Depkes RI.
mengandung kelompok senyawa
flavonoid, alkaloid, triterpenoid, steroid, Ekasari W, Widyawaruyanti W, Zaini
tannin dan hidrokuinon. Maserasi kayu NC, Syafruddin, Honda T, Morita H.
bidara laut dengan pelarut berkepolaran 2009. Antimalarial activity of
bertingkat menghasilkan kadar ekstrak cassiarin a from the leaves of Cassia
terlarut etanol tertinggi (4,11%), diikuti siamea. Heterocycles 78(7):1831-
ekstrak terlarut etil asetat (1,24%), dan 1836.
ekstrak terlarut n-heksana (0,55%). Elyzaar IRF, Hay SI, Baird JK. (2011),
Ekstrak etanol memiliki aktivitas Malaria distribution, prevalence, drug
antimalaria tertinggi dan tergolong resistance and control in Indonesia.
sangat aktif sebagai antimalaria (IC50 AdvParasitol. 74: 41–175.
3,09 µg ml-1), sedangkan ekstrak n-
heksana (IC50 889,30 µg ml-1) dan Frederich M, Hayette MP, Tits M, Mol
ekstrak etil asetat (IC50 81,38 µg ml-1) PD, Angenot L. 1999. In vitro of
tergolong tidak aktif sebagai antimalaria. strychnos alkaloids and extracts
Berdasarkan analisis GCMS, ekstrak against Plasmodium falciparum.
etanol terdeteksi mengandung senyawa Antimicrob. Agents Chemother 43
alkaloid strychnine yang bersifat sangat (9):2328-2331.
aktif sebagai antimalaria. Ghimeray AK, Cheng-Wu J, Bimal KG,
Cho DH. 2009. Antioxidant activity
Ucapan Terima Kasih and quantitative estimation of
Penulis menyampaikan terima kasih Azadirachtin and nimbin in
kepada Kementerian Riset dan Teknologi Azadirachta Indica A. Juss grown in
yang telah mendanai penelitian ini, foothills Nepal. African J Biotechnol.
Laboratorium Kimia Hasil Hutan IPB 8:3084-3091.
tempat ekstraksi, Laboratorium Farmasi Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia.
Universitas Airlangga tempat menguji Padmawinata K, Soediro I,
aktivitas antimalaria, dan Laboratorium penerjemah; Niksolihin S, editor.
Forensik Bareskrim Polri tempat Bandung: ITB. Terjemahan dari:
menganalisis GC-MS. Phytochemical Methods.
Hafid AF, Tyas MW, Widyawaruyanti
Daftar Pustaka
A. 2011. Model terapi kombinasi
Bero J, Frederich M, Leclerq JQ. 2009. ekstrak etanol 80% kulit batang
Antimalarial compounds isolated cempedak (Artocarpus Champeden
from plants used in traditional Spreng) dan artesunat pada mencit
medicine. JPP 61:1401-1433. terinfeksi parasit malaria. J. Indones
Darise M, Taebe B. 1993. Isolasi dan Med Assoc 61 (4): 161-167.
identifikasi striknin dan brusin dari Houghton PJ, Raman A. 1998.
bidara laut asal maluku tenggara. Laboratory Handbook for the
Warta Tumbuhan Obat Indones. Fractionation of Natural Extracts.
2(1):1-3. London: Chapman & Hall.

8 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


Huda 2006. Aktivitas antimalaria ekstrak Kombinasi ekstrak batang talikuning
air kayu bidara laut (Strychnos dan artemisinin sebagai obat
ligustrina BI) terhadap Plasmodium antimalaria terhadap Plasmodium
berghei in vivo [tesis]. Surabaya: berghei. J Kedokteran Brawijaya.
Universitas Airlangga. 26(1): 8-13.
Ichsan SA. 2011. Aktivitas ekstrak kulit Nogueira C, Lopes LMX. 2011.
kayu suren (Toona sinensis Merr.) Antiplasmodial natural products.
sebagai antioksidan dan antidiabetes Molecules 16: 2146-2190.
[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Partridge JJ Jr, Montclair, Uskokovic
Bogor. MR, inventors; 1975 Sept 23. Process
Itoh A, Tanaka Y, Nagakura N, Nishi T, for preparing loganin and analogs
Tanahashi T. 2006. A quinic acid thereof. United States Patent US
ester from Strychnos lucida. J 3907772.
Natural Med 60(2):146-148. Phillipe G, Angenot L, Tits M, Frederich
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan M. 2004. About the toxicity of some
(ID). 2013. Riset Kesehatan Dasar Strychnos species and their alkaloids.
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Toxicon 44: 405-416.
Pengembangan Kesehatan. Philippe G, Angenot L, Mol PD, Goffin
Lestari SB, Pari G. 1990. Analisis E, Hayette MP, Tits M, Frederich M.
kimia beberapa jenis kayu Indonesia. 2005. In vitro screening of some
J Penel Hasil Hutan 7: 96-100. Strychnos species for antiplasmodial
activity. J Ethnopharmacol 97: 535-
Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang
539.
YI, Prawira SA, Kadir K. 1989.
Atlas kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Sari RK, Syafii W, Achmadi SS, Hanafi
Badan Penelitian dan Pengembangan. M. 2011. Aktivitas antioksidan dan
Departemen Kehutanan. . toksisitas ekstrak etanol Surian
(Toona sinensis). JITHH 4(2): 46-52.
Murningsih T, Subeki, Matsuura H,
Takahashi K, Yamasaki M, Yamato Sari RK, Syafii W, Achmadi SS. Hanafi
O, Maede Y, Katakura K, Suzuki M, M, Laksana YT. 2012. Aktivitas
Kobayashi S, Chairul, Yoshihara T. antikanker dan kandungan kimia
2005. Evaluation of the inhibitory ekstrak kayu teras suren (Toona
activities of the extracts of Indonesian sureni). JITKT 10(1): 1-11
traditional medicinal plants against Saxena S, Pant N, Jain DC, Bhakuni RS.
Plasmodium falciparum and Babesia Antimalarial agents from plant
gibsoni. J Vet Med Sci 67(8): 829- sources. Current Sci 85(9):1314-1329.
831.
Trager W, Jensen JB. 1976. Human
Mustofa. 2009. Obat Antimalaria Baru: malaria parasites in continuous
Antara Harapan Dan Kenyataan culture. Science 193: 673-675.
[pidato pengukuhan jabatan guru
besar] Yogyakarta: Universitas Widodo GP, Rahayu MP. 2010.
Gadjah Mada. Aktivitas antimalarial ekstrak etil
asetat kulit batang mundu (Garcinia
Muti’ah R, Enggar L, Winarsih S, dulcis Kurz). M Farmasi Indones
Soemarko, Simamora D. 2010. 21(4):238-242.

Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut 9


Wasrin Syafii, Rita K Sari, Umi Cahyaningsih, Laela N Anisah
Widyawaruyanti A, Zaini NC, antioxidant and antiproliferative
Syafruddin. 2011. Mekanisme dan activities of 5-hydroxymethylfurfural.
aktivitas antimalarial dari senyawa J Agric Food Chem 61(44):10604-11.
flavonoid yang diisolasi dari
cempedak (Artocarpus champeden).
JBP 13(2): 67-77. Riwayat naskah:

Zhao L, Chen J, Su J, Li L, Hu S, Li B, Naskah masuk (received): 12 Juli 2015


Zhang X, Xu Z, Chen T. In vitro Naskah diterima (accepted): 5 Oktober 2015

10 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai