Anda di halaman 1dari 12

LONG CASE

OTITIS EKSTERNA DIFUS

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Zidna Salma N.
20174011002

Diajukan Kepada :
dr. Asti Widuri, Sp. THT

BAGIAN ILMU TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

LONG CASE
OTITIS EKSTERNA DIFUS

Disusun oleh :
Zidna Salma N.
20174011002

Disetujui oleh :
Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

dr. Asti Widuri, Sp. THT


BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. R
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Mojotengah, Wonosobo

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Nyeri telinga kanan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri semakin bertambah apabila telinga ditarik.
Pasien juga mengeluhkan telinga kanan terasa penuh dan 2 hari yang lalu
mengeluarkan sekret putih berbau. Pasien mengatakan tidak melakukan aktivitas
berenang sebelum sakit, tidak ada keluhan bunyi berdengung ataupun penurunan
pendengaran, tidak ada riwayat demam, sakit tenggorokan, batuk, ataupun pilek
sebelumnya. Pasien memiliki kebiasaan membersihkan telinga menggunakan cotton
bud secara teratur setiap hari.

C. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit telinga : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos-mentis
Vital Sign
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Suhu : 36,7 oC
 Nadi : 80 x/menit, reguler
 Frekuensi napas : 19 x/menit, regular
Anamnesis Sistem
 Kepala : Normocephali, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-)
 Leher : Simetris, pembesaran limfonodi (-)
 Thorax : Jantung: S1 – S2 reguler, bising (-); Pulmo: Suara
dasar vesikuler (+/+), suara tambahan paru (-/-)
 Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-),
udema (-)
 Ekstremitas : Akral hangat

B. Status Lokalis THT


Telinga
Auris Dextra Auris Sinistra
Auricula Normotia Normotia
Retroaurikular Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Serumen (+), edema (+), Serumen (-), edema (-), hiperemis
hiperemis (+) (-)
Sekret (+) (-)
Membran timpani Tidak terlihat Cone of light (+), perforasi (-),
hiperemis (-), bulging (-)
Nyeri tarik telinga (+) (-)
Nyeri tekan tragus (+) (-)

Kesan : Pada auris dekstra, ditemukan nyeri tarik dan nyeri tekan tragus, serta CAE
hiperemis.
Hidung
Kanan Kiri
Deformitas (-) (-)
Nyeri tekan :
- Pangkal hidung (-) (-)
- Pipi (-) (-)
- Dahi (-) (-)
Vestibulum  Rambut (+)  Rambut (+)
 Mukosa: Udem (-), warna  Mukosa : Udem (-),
pucat warna pucat
 Sekret (-)  Sekret (-)
 Massa (-)  Massa (-)
Septum deviasi  (-)  (-)
Kesan : Hidung dalam batas normal.

Tenggorok
Arkus faring Simetris, massa (-)
Pilar anterior Simetris
Uvula Ukuran dan bentuk normal, letak lurus di tengah
Dinding faring Granula (-), cobble stone appearance (-)
Tonsil T1 – T1, hiperemis (-/-)
Gigi geligi Caries gigi (+) , tambalan (-)
Palatum Durum Simetris, massa (-)
Palatum Mole Simetris
Kesan : Tenggorok dalam batas normal.

IV. DIAGNOSIS
Otitis eksterna difus

V. PENATALAKSANAAN
1. Pembersihan liang telinga menggunakan suction
2. Medikamentosa :
R/ sol ofloxacin fls no.I
 2 dd gtt 2 ad
_____________________________________________
R/ Natrium Diklofenak mg 50 no. X
 2 dd tab 1
____________________________________________

3. Edukasi pasien untuk menggunakan penutup telinga ketika mandi supaya tidak ada
air yang masuk ke liang telinga.
4. Edukasi pasien untuk tidak membersihkan telinga menggunakan cutton bud terlalu
sering
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Otitis eksterna merupakan radang pada liang telinga yang bersifat akut
maupun kronik akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur. Otitis eksterna difusa (OED)
dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga cuaca panas (hot weather
ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri yang
menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran
folikel. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan gatal di liang telinga
sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan. OED biasanya ditandai
dengan keadaan telinga hiperemis dengan edema tidak berbatas tegas.

B. ANATOMI
Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang
bunyi ke struktur – struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan
liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin
dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar,sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5-3cm. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak
kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen

C. PATOFISIOLOGI

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud dapat mengganggu
mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya
susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk kedalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

Adanya faktor perdisposisi otitis eksterna difus dapat menyebabkan


berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan
ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi, dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi,
lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi
menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam
telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga sehingga hantara suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran.

Nyeri pada telinga dapat terjadi karena kulit liang telinga luar beralaskan
periostium dan perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan
cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang rawan pada 1 / 3 luar liang
telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan
sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga
luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna
difus.

Cuaca panas dan lembab menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit


sehingga menyumbat saluran folikel. Terjadinya kelembaban berlebihan karena
berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi
yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Perubahan ini juga menyebabkan rasa gatal di
liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan. Hal ini pun
dapat merupakan proses permulaan infeksi.

Sewaktu terjadi hiperemia dan edema kulit liang telinga, timbul rasa gatal
hebat yang berangsur-angsur menjadi rasa nyeri. Liang telinga meradang dan bengkak
difus yang terasa nyer bila daun telinga digerakkan. Terdapat sekresi cairan serosa.
Sementara penyakit makin berlanjut, cairannya menjadi seropurulan dan dem
menyumbat sebagian atau seluruh liang telinga menutupi gendang telinga. Meskipun
proses ini biasanya terbatas pada liang telinga, lekuk intertragus dan lobul juga dapat
terkena iritasi cairan yang keluar. Papula dan vesikel kecil-kecil timbul pada
permukaan kulit, tetapi tidak selalu terlihat karena sulitnya pemeriksaan.

D. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis untuk otitis eksterna difus ini bisa didapat dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik dari pasien yang meliputi:
1. Anamnesis
Dalam anamnesis akan didapatkan keluhan dengan gejala:
a. Rasa sakit atau nyeri pada telinga (otalgia)
Otalgia ini bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut terutama saat telinga
disentuh dan mengunyah.
b. Rasa penuh pada telinga
Hal ini merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
media eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.
c. Gatal pada liang telinga
Merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan
tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.
d. Pendengaran berkurang
Mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit
liang telinga, secret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang
progesif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.
e. Keluarnya secret yang bau dari telinga.
2. Pemeriksaan fisik
a. Nyeri tekan tragus
b. Nyeri yang muncul saat menarik daun telinga ke posterosuperior
c. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar getah bening regional
d. Otoskopi:
- Liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar hiperemisdan
edem dengan batas yang tidak jelas.
- Secret telinga bau  tidak mengandung lender (musin).

E. PENATALAKSANAAN

Otitis eksterna difusa harus diobati pada keadaan dini sehingga dapat dengan
cepat menghilangkan edem yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya
perlu disisipkan tampon mengandung obat ke dalam liang telinga agar mencapai kulit
yang terkena. Sebaiknya digunakan tampon kecil, karena bila digunakan puten kasa,
dapat melebar dan tidak memberikan tekanan yang merata. Setelah lumuri dengan
obat, tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep Hartmann
yang kecil. Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas sehari 1 atau 2
kali. Dalam 48 jam tampon akan jatuh keluar dari liang telinga karena lumen sudah
bertambah besar. Setelah itu dapat diberikan pengobatan langsung ke liang telinga.

Pengobatan topical biasanya efektif untu bentuk otitis ini, namun adenopati
dan toksisitas merupakan indikasi untuk pemberian antibiotik sistemik. Polimiksin B
dan colistimethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas
dan harus menggunakan vehikulum hidroskopik seperti glkol propilen yang telah
sedikit diasamkan. Bahan kimia seperti gentian violet dan perak nitrat encer bersifat
bakterisid dan bisa diberikan ke kulit liang telinga. Gentian violet 2 % dan perak nitrat
5 % merupakan kadar pengenceran yang biasa digunakan.

Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70 % untuk


membuat liang telinga bersih dan kering. Penderita dianjurkan menggunakannya
setiap kali liang telinga kemasukan air. Tetes antibiotic tidak boleh diberukan lebih
dari 2 sampai 3 minggu, karena adanya resiko dermatitis kontak dari obat itu sendiri.

Penderita harus diperingatkan tentang kekambuhan di masa yang akan datang,


khususnya sesudah berenang. Untuk menghindari hal ini, ia harus menjaga agar
telinganya selalu kering, yaitu dengan menggunakan alcohol encer secara rutin, tiga
kali seminggu, dan mengeringkan telinga dengan alcohol setia kali terkena air. Juga
harus diperingatkan agar tidaj menggaruk telinga atau menggunakan aplikator kapas
kedalam telinga. Karena infeksi lebih mudah dikontrol pada keadaan dini, penderita
harus diberitahu untuk kembali setiap kali telinganya mulai gatal, daripada menunggu
infeksi menjadi parah.
DAFTAR PUSTAKA

.
1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from :
www.usudigitallibrary.com
2. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar
Penyakit THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku
Kedokteran, Hal: 75- 84

3. Carr, MM. 2000. Otitis Eksterna. Available from : http://www.


icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna.
4. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from : http:sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp
5. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Available from : http://www.
bcm.tme.edu/oto/grand/101295
6. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
7. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok
FK Unud. Denpasar.
8. T.K Timothy Jinn Hoon, Disease of The auricular externa in Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery,London.2002.P: 230-235

Anda mungkin juga menyukai