KEGIATAN :
PAKET PEKERJAAN :
BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Konstruksi
1. Pasangan Drainase
Galian Tanah
Urugan Tanah kembali bekas galian
Pasangan Batu Gunung / Kali 1pc : 4 ps
Plesteran Biasa
Plasteran Siar (Voeg)
Beton Lantai Mutu K.125
2. Pekerjaan Selesai
Pembersihan sisa sisa galian/material dari lokasi pekerjaan
Pasal 2
PEKERJAAN PENUNJANG PROYEK
2.1. Kantor Kerja Direksi dan Konsultan Pengawas dilokasi Proyek.
Kontraktor harus menyediakan kantor kerja untuk Direksi / Pengawas dilokasi
proyek yang cukup memenuhi syarat ruang kerja
Pasal 3
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN DOKUMENTASI
3.1. Untuk dapat menentukan patok – patok utama bagi pelaksanaan proyek
sebelum memulai pekerjaan penyedia barang / jasa harus mengadakan
pengukuran – pengukuran lapangan dan pematokan. Hasil pengukuran harus
dilaporkan kepada Direksi / pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
3.2. Patok utama dibuat dari kayu dan diletakkan diluar bangunan serta tidak
boleh berubah selama masa pelaksanaan pekerjaan.
3.3. Untuk Menentukan Posisi Serta Keinginan Rencana di Lapangan , Kontraktor harus
melakukan Pengukuran dilapangan secara teliti dan benar,sesuai dengan kondisi
lapangan seperti ditunjukan dalam gambar.
3.4. Dalam hal terdapat perbedaan antara rencana dalam Gambar dengan hasil
pengukuran, maka kontraktor harus melaporkan hal ini kepada Direksi / Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
3.5. Keputusan akan didasarkan atas keamanan konstruksi serta kelancaran kegiatan
diluar dan didalam areal / lokasi pekerjaan.
4.1. Penyedia barang / jasa harus memperhitungkan adanya fasilitas yang cukup
pada saat pelaksanaan pekerjaan.
4.2. Kotak obat-obatan lengkap dengan isinya untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan harus tersedia selama masa pelaksanaan.
Pasal 5
ASURANSI
5.1. Penyedia barang / jasa harus mengasuransikan tenaga kerja yang dipekerjakan
selama pelaksanaan kepada PERUM ASTEK sesuai ketentuan perundang -
undangan yang berlaku.
5.2. Apabila perlu penyedia barang / jasa harus memperhitungkan pula biaya
asuransi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
Pasal 6
PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS
Pasal 8
PERATURAN UMUM PELAKSANAAN KEGIATAN
2. Apabila ada hal-hal yang tidak lazim dilaksanakan,atau bila dilaksanakan akan
menimbulkan bahaya,dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis
kepada Konsultan pengawas atau Direksi untuk persetujuannya.
3. Apabila ada perbedaan antara Gambar rencana dengan Gambar Detail atau
RKS,maka konsultan pengawas atau direksi akan menetapkan kebutuhan mana
yang mengikat (yang harus dilaksanakan),dengan ketentuan menguntungkan
Negara.
.
9. Kontraktor harus sedemikian rupa menjaga ketertiban selama pekerjaan
dilaksanakan,sehingga lokasi dan sekitarnya menjadi tertib,misalnya pekerjaan
pada malam hari , kontraktor harus minta persetujuan kepada direksi atau
konsultan pengawas terlebih dahulu.
10. Pekerjaan Harus diserah terimakan secara lengkap dan sempurna kepada pemberi
tugas / direksi,termasuk perbaikan – perbaikan yang timbul akibat kelalaian
pelaksanaan,pembersihan lingkungan dan sebagainya.
1. Bangsal untuk pekerja dan gudang dibuat pada tempat sekitar bangunan,sedangkan
untuk ruang direksi,ruang konsultan pengawas,dan ruang rapat lapangan dibuat
menyatu dan letaknya akan ditentukan kemudian oleh konsultan pengawas direksi.
2. Bahan – bahan utama dan Bahan – bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan didalam gudang yang cukup menjamin perlingdungan
terhadapnya.
3. Kontraktor harus hadir pada saat rapat lapangan baik yang diadakan secara periodic
setiap minggu dan setiap bulan maupun rapat – rapat lainya yang diadakan oleh
konsultan pengawas dan direksi untuk membicarakan segala sesuatu mengenai
pelaksanaan Pekerjaan.
1. Gambar Kerja
Gambar – gambar yang dilampirkan pada Rencana Kerja dan Syarat - syarat ini
Gambar Detail yang diserahkan kemudian oleh pemberi Tugas.
2. Petunjuk
Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan (aanwijzing)
sesuai yang tercantum dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
Petunjuk dan Syarat – syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh
konsultan pengawas atau direksi.
3. Peraturan
Semua undang – undang dan Peraturan – peraturan Pemerintah yang berlaku untuk
pelaksanaan Pemborongan bangunan air.
Pasal 9
DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK
9.1 Kontraktor akan diberikan daerah kerja untuk melaksanakan pekerjaan ini.
9.2 Kontraktor harus membatasi operasinya dilapangan yang betul – betul diperlukan
untuk pekerjaan tersebut. Tata letak meliputi jalan Masuk, lokasi penyimpanan
bahan bangunan dan Jalur pengangkutan material dibuat oleh kontraktor dengan
persetujuan direksi.
Pasal 10
MATERIAL
10.1 Bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan
tekniks yang ditentukan.
10.2 Jika Kontraktor mengajukan Bahan lain yang akan digunakan angka mutunya
minimal harus sama dengan yang disyaratkan dalam dokumen lelang. Untuk
pemesanan bahan itu harus duberitahukan terlebih dahulu pada direksi yang
meliputi jenis , kualitas dan kuantitas dan bahan yang dipesan untuk mendapat
persetujuan.
10.3 Semua bahan – bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan – ketentuan umum yang berlaku di indonesia. Mengenai bahan bangunan
serta persyaratan – persyaratannya akan dicantumkan pada pasal – pasal berikut :
10.4 Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak diperoleh,kontraktor
boleh mengajukan usul perubahan pada direksi sepanjang mutunya paling tidak
sama dengan apa yang disyaratkan.
10.5 Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan kontraktor diwajibkan untuk sejauh mungkin
mempergunakan produksi dalam negeri.
Pasal 11
SYARAT SYARAT BAHAN
2. Koral untuk beton harus terdiri dari butir – butir yang keras,
Tidak berpori, tidak pecah / hancur , oleh pengaruh cuaca.
3. Split harus cukup bersih dan tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari
3 %.
4. Ukuran Split yang digunakan tidak boleh lebih dari 2 x 3 cm.
11.6 Besi WF
1. Besi WF harus sesuai Standar SNI 07-7178-2006 Baja profil WF-beam Proses Canai
Panas
2. Besi WF yang digunakan adalah WF 200x100x5,5
3. Tertera tanda SNI pada setiap Baja Profil dengan penandaan yang mudah dibaca
dan tidak mudah hilang
4. Besi WF yang digunakan harus melampirkan Brosur dari pabrik berdasarkan Standar SNI
07-7178-2006 Baja profil WF-beam Proses Canai Panas.
Pasal 12
LALU LINTAS
Pasal 13
CUACA
13.1 Pekerjaan harus dihentikan apabila cuaca tidak mengizinkan yang dapat
mengakibatkan penurunan mutu pekerjaan.
BAB II
SPESIFIKASI UMUM
Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PEKERJAAN TANAH
Pasal 2
PEKERJAAN BOUWPLANK DAN UKURAN – UKURAN UTAMA
2.2 Bouwplank harus dibuat dari papan kayu Kelas III sekeliling pondasi dengan ukuran
2.5 x 20 cm, diserut pada bagian atasnya dan dipaku pada patok – patok kayu
ukuran 5/7 cm yang dipancangkan kuat kedalam tanah sedalam minimun 40 cm.
2.3 Pengukuran ukuran – ukuran / sumbu – sumbu utama pada Bouwplank harus
dilakukan dengan sepengetahuan konsultan pengawas/ direksi dengan memberikan
tanda – tanda yang cukup jelas.
2.4 Tanda – tanda tersebut harus dijaga dan dipelihara selama pekerjaan berlangsung.
Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
Pasal 4
PEKERJAAN PEMASANGAN BATU KALI / GUNUNG
Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN
6.1 Pekerjaan Plesteran dinding hanya diperkenankan apabila selesai pemasangan Batu
Gunung/Batu Kali.
6.2 Bidang – bidang yang akan diplester, harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
disiram air sampai jenuh. Pada dinding – dinding beton. Apabila akan diplester, harus
dikasarkan terlebih dahulu permukaaanya.
6.5 Semua Sudut tepi – tepi (pinggiran ) dan bidang luar / dalam harus rapi (garis
pertemuan sudut harus lurus dan vertical)
6.6 Pekerjaan penyelesaian plesteran harus dibiarkan terlebih dahulu minimal 3 hari dan
maksimun 7 hari baru dapat disentuh.
Pasal 6
PEKERJAAN BETON
Pasal 7
1. UMUM
B. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan
sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan
pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang,
penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang.
Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor,
tetapi kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk
mencapai persyaratan pemancangan. Laporan penyelidikan tanah dan percobaan
pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor pekerjaan pondasi.
D. Jaminan Pekerja :
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang
berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga
mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam
kondisi tanah yang akan dijumpai.
2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan
bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan
demikian.
E. Persyaratan Lapangan :
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan jumlah
seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi tiang, seperti
yang telah disetujui oleh Engineer.
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung jawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan
dari setiap tiang selama pemancangan.
2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau sesuai
dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".
3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan petunjuk
"pengawas yang ditunjuk".
4. Tiang-tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
disingkirkan dari proyek.
5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.
1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan hal-
hal berikut kepada Engineer.
A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk disetujui oleh
Engineer.
B. Sertification :
Semua tiang yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik.
C. Gambar kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi, jadwal
kerja dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.
B. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
tegangan-tegangan yang melebihi rencana.
C. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan
pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang
ditunjuk atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil
mungkin.
D. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak
0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang
disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0 m.
2. BAHAN-BAHAN/PRODUKSI
2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima.
Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan jenis
tiang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh Engineer.
3. PELAKSANAAN
3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai
urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling
mengganggu.
C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke
waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.
D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak
terganggu.
E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat yang telah
ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang harus mendapat persetujuan
dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah
direncanakan.
F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.
C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya (heave
check).
Lakukan suatu "heave check" pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan pada
kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa "heave" dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-
masing tiang segera setelah selesai pemancangan.
2. Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok
selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami "heave" lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang tersebut
harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan sampai
pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave teratasi.
E. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan kepada
pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir
diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari sesudah tiang yang terakhir
selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh
dipindahkan; kecuali atas resiko Kontraktor sendiri.
Pasal 8
meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya
dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu
mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam
teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi
dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat
prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang
sesuai dengan rencana pembuatan dan kualitas produksi.
Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat
Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahan-
bahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan,
pengaturan pekerjaan dan lain-lainnya.
Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai
untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya
adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan
energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap
perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak
perencana, pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada
pelaksan. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang
digunakan.
Ø Persiapan Pengelasan
Hal-hal umum
Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga
sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan
pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan
pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin
las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi.
Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur
listrik dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las
busur listrik terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi
kecepatan pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua
proses yang lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan
daya tembus yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih
banyak dan pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus
yang lebih tinggi lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua
untuk pelat tebal dari pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan
mempunyai untung ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam
menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.
Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang
Juga tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini
adalah alat-alat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas
sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang
tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.
pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasan
adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus mengusahakan
sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:
b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau
memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang lebih
tinggi.
Penyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan lasan
pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya sementara
maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak-
retak dan ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga
mempengaruhi kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik
dan oleh juru las yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan
melaksanakan seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya
tempat-tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda
yang sama jenisnya dengan elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.
Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap
Ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam hal
ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan
perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan jenis
sambunganya.
kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya
bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus
dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran
tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus
dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu
cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain
sebaginya, disamping itu juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas
dengan tujuan menguapkan api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan
merupakan pemanasan mula.
BAB III
PERSYARATAN LAIN DAN PERUBAHAN – PERUBAHANNYA
Pasal 1
PERYARATAN – PERSYARATAN LAIN
Pasal 2
PERUBAHAN DALAM RKS DAN GAMBAR – GAMBAR
2.1 Semua ketentuan – ketentuan dalam RKS maupun gambar kerja dapat diubah,
ditambahkan atau dihilangkan sesuai kebutuhan dibawah ini,
Pasal 3
PENUTUP
Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) ini, bersama dengan penjelasan dan daftar
isian penawaran merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan
bagian dari dokumen pemborongan.