Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH


MALILI 929861

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

KEGIATAN :

DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
KABUPATEN LUWU TIMUR

PAKET PEKERJAAN :

Penguatan Tebing Sungai Labose Desa Pongkeru


Kecamatan Malili
PERSYARATAN TEKNIS

BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :

 Penguatan Tebing Sungai Labose Desa Pongkeru Kecamatan Malili

1.2. Lingkup Pekerjaan :

a. Pekerjaan Pendahuluan

 Pembuatan Direksi Keet dan Bangsal Kerja


 Pembersihan Lapangan
 Pengukuran dan Pemasangan Patok Ukur
 Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Proyek
 Pekerjaan Pemasangan Bouwplank
 Pembuatan Shop Drawing,Pelaporan ,Back up data dan Asbuilt Drawing.

b. Pekerjaan Konstruksi

1. Pasangan Drainase
 Galian Tanah
 Urugan Tanah kembali bekas galian
 Pasangan Batu Gunung / Kali 1pc : 4 ps
 Plesteran Biasa
 Plasteran Siar (Voeg)
 Beton Lantai Mutu K.125

2. Pekerjaan Selesai
 Pembersihan sisa sisa galian/material dari lokasi pekerjaan

Pasal 2
PEKERJAAN PENUNJANG PROYEK
2.1. Kantor Kerja Direksi dan Konsultan Pengawas dilokasi Proyek.
Kontraktor harus menyediakan kantor kerja untuk Direksi / Pengawas dilokasi
proyek yang cukup memenuhi syarat ruang kerja

2.2. Perlengkapan Kantor Direksi/ Pengawas.


Sebagai kelengkapan kantor Direksi / Pengawas, Penyedia barang / jasa
harus menyediakan pula :

 1 Buah meja tulis dan kursi kerja


 1 Buah Papan Tulis (White board) Dan buku catatan .
 1 Buah kelender yang masih berlaku.

2.3. Izin – Izin


Pengurusan izin – izin yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan sampai selesai , biaya yang timbul karenannya menjadi beban
Penyedia Barang / Jasa.
2.4. Penyediaan dan Mobilisasi Pekerjaan
Apabila untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan kendaraan / alat – alat
atau peralatan –peralatan lain yang dipandang perlu untuk pelaksanaan
proyek maka hal ini menjadi beban dan kewajiban Penyedia Barang / Jasa.

2.5. Papan Nama Proyek


Penyedia Barang / Jasa harus memasang papan nama proyek minimal berukuran
1 x 1,2 m sebelum pekerjaan dilaksanakan dan pada Papan Nama Proyek
tersebut mencantumkan antara lain :

a. Nama Departemen / Instansi Pemberi Tugas


b. Nama Proyek dan Nama Pekerjaan
c. Sumber Dana dan Tahun Anggaran
d. Harga borongan dan waktu pelaksanaan
e. Nama Konsultan Perencana dan Pengawas
f. Nama Perusahaan Penyedia Barang / Jasa

Pasal 3
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN DOKUMENTASI
3.1. Untuk dapat menentukan patok – patok utama bagi pelaksanaan proyek
sebelum memulai pekerjaan penyedia barang / jasa harus mengadakan
pengukuran – pengukuran lapangan dan pematokan. Hasil pengukuran harus
dilaporkan kepada Direksi / pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.2. Patok utama dibuat dari kayu dan diletakkan diluar bangunan serta tidak
boleh berubah selama masa pelaksanaan pekerjaan.

3.3. Untuk Menentukan Posisi Serta Keinginan Rencana di Lapangan , Kontraktor harus
melakukan Pengukuran dilapangan secara teliti dan benar,sesuai dengan kondisi
lapangan seperti ditunjukan dalam gambar.

3.4. Dalam hal terdapat perbedaan antara rencana dalam Gambar dengan hasil
pengukuran, maka kontraktor harus melaporkan hal ini kepada Direksi / Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.

3.5. Keputusan akan didasarkan atas keamanan konstruksi serta kelancaran kegiatan
diluar dan didalam areal / lokasi pekerjaan.

3.6. Segala biaya dikeluarkan baik untuk pengukuran maupun Dokumentasi


ditanggung sepenuhnya oleh Penyedia Barang / jasa
Pasal 4
SARANA KELENGKAPAN PROYEK

4.1. Penyedia barang / jasa harus memperhitungkan adanya fasilitas yang cukup
pada saat pelaksanaan pekerjaan.

4.2. Kotak obat-obatan lengkap dengan isinya untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan harus tersedia selama masa pelaksanaan.
Pasal 5
ASURANSI
5.1. Penyedia barang / jasa harus mengasuransikan tenaga kerja yang dipekerjakan
selama pelaksanaan kepada PERUM ASTEK sesuai ketentuan perundang -
undangan yang berlaku.

5.2. Apabila perlu penyedia barang / jasa harus memperhitungkan pula biaya
asuransi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
Pasal 6
PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS

6.1. Persyaratan Teknik ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan -


pelaksanaan pekerjaan (yang disebut proyek) termasuk seluruh bangunan -
bangunan dan pekerjaan – pekerjaan lainnya sebagai suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan.
6.2. Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis ini
berlaku untuk seluruh bangunan yang termasuk dalam pekerjaan ini, dan
disesuaikan dengan gambar – gambar , keterangan – keterangan tambahan
tertulis dan perintah Direksi / Pengawas.
6.3. Standar – standar utama yang diapakai adalah standar – standar yang dibuat dan
berlaku resmi dinegara ini, apabila tidak terdapat standar yang dapat diberlakukan
terhadap pekerjaan tersebut, maka harus digunakan standar Internasional yang
berlaku atas pekerjaan – pekerjaan tersebut atau setidak – tidaknya standar
dari negara produsen bahan yang menyangkut pekerjaan tersebut yang
diberlakukan.
Pasal 7
PEKERJAAN PENDAHULUAN

7.1. Pekerjaan Pendahuluan yang akan dilaksanakan meliputi :


 Pekerjaan Pembersihan
Membersihkan lapangan dari tanaman tanaman ataupun material yang dapat
menghambat pelaksanaan .

 Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


Menentukan titik titik bowplank kemudian memasangnya sebagai bahan acuan
perletakan bangunan
 Penerangan,Pagar dan Tanda Tanda Pengaman
Kontraktor harus menyediakan penerangan didaerah kerja dan tanda – tanda
pengaman yang diperlukan.
 Bangunan Sementara
Untuk Menjamin Keamanan dan Mutu bahan (termasuk peralatan dan lain – lain
yang diperlukan), Kontraktor harus menyiapkan gudang penyimpanan yang
tertutup kuat dan aman dari resiko hilang / Kerusakan.Kontraktor juga
diwajibkan menyediakan barak – barak kerja.
 Kantor Direksi
Kontraktor harus menyediakan Kantor Direksi Lapangan,yang berdekatan Dengan
Kantor Kontraktor.
 Kontraktor menyediakan sarana penerangan dan air bersih secukupnya,yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dan untuk kantor direksi.

 Kontraktor Bertanggung Jawab atas perawatan kantor dan Kelengkapan Kantor


Direksi

 Setelah Pekerjaan selesai seluruh bangunan kantor dan Peralatannya harus


diserahkan oleh kontraktor kepada direksi.Kontraktor berkewajiban untuk
membongkar / memindahkan bangunan sesuai petunjuk Direksi.

 Seluruh pekerjaan pendahuluan dapat dilihat pada Bill Of Quantity


(BQ).

Pasal 8
PERATURAN UMUM PELAKSANAAN KEGIATAN

8.1. Peraturan Umum :


1. Untuk Melaksanakan Pekerjaan Sipil dipakai Peraturan umum yang Lazim dipakai
yang disebut A.V/SU/41.
2. Peraturan – peraturan yang dimaksud dinyatakan berlaku dan mengikat, kecuali
dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini. Peraturan – Peraturan
tersebut adalah :
 PBI – 1971 / NI – 2 ( Peraturan Beton Bertulang Indonesia )
 PUBI 1982 (Peraturan Umum Bangunan Indonesia)
 PNKBI 1980 (Peraturan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia)
 PUBI 1970 / NI – 3 ( Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia )
 Peraturan Bahan Bangunan Tahan Gempa Tahun 1984
 Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia 1970
3. Peraturan – peraturan lain yang yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku didaerah setempat.

8.2 Pelaksanaan dan Gambar Pelaksanaan :

1. Kontraktor wajib memeriksa dan meneliti semua Gambar,ketentuan dan syarat –


syarat sebelum memulai pelaksanaan Pekerjaan.

2. Apabila ada hal-hal yang tidak lazim dilaksanakan,atau bila dilaksanakan akan
menimbulkan bahaya,dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis
kepada Konsultan pengawas atau Direksi untuk persetujuannya.

3. Apabila ada perbedaan antara Gambar rencana dengan Gambar Detail atau
RKS,maka konsultan pengawas atau direksi akan menetapkan kebutuhan mana
yang mengikat (yang harus dilaksanakan),dengan ketentuan menguntungkan
Negara.

4. Pelaksanaan Pembangunan dilaksanakan secara lengkap termasuk mendatangkan


mengangkut dan mengerjakan semua bahan – bahan yang
diperlukan,menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal-hal lain yang
dianggap perlu.

5. Kontraktor diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju


pada penyelesaian dan pelaksanaan pekerjaan secara cepat,baik dan lengkap.

6. Didalam pelaksanaan pekerjaan,misalnya pekerjaan beton bertulang,Konstruksi


Baja,dan pekerjaan struktur lainnya.disamping pekerjaan pengolahan tanah,baik
menurut perhitungan konstruksi dan gambar – gambar konstruksi yang disediakan,
Jika diduga terdapat kekurangan , Kontraktor diwajibkan mengadakan konsultasi
dengan Konsultan pengawas dan Direksi sebelum pekerjaan dilaksanakan.

7. Pihak Kontraktor dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin


terjadi akibat lokasi kegiatan,dan memperhitungkan didalam harga yang termuat
didalam Surat penawaran,termasuk kehilangan dan kerusakan bahan / alat.

8. Tanah dan halaman diserahkan dalam pembangunan ini diserahkan pada


kontraktor dalam keadaan sesuai pada saat seperti penjelasan/aanwijzing

.
9. Kontraktor harus sedemikian rupa menjaga ketertiban selama pekerjaan
dilaksanakan,sehingga lokasi dan sekitarnya menjadi tertib,misalnya pekerjaan
pada malam hari , kontraktor harus minta persetujuan kepada direksi atau
konsultan pengawas terlebih dahulu.

10. Pekerjaan Harus diserah terimakan secara lengkap dan sempurna kepada pemberi
tugas / direksi,termasuk perbaikan – perbaikan yang timbul akibat kelalaian
pelaksanaan,pembersihan lingkungan dan sebagainya.

8.3 Rencana Kerja

1. Sebelum Memulai melaksanakan pekerjaan , Kontraktor harus menyusun rencana


kerja Secara terperinci,antara lain Jadwal pelaksanaan pekerjaan (Time Schedule ) ,
Net Work Planning,yang diajukan kepada Konsultan pengawas / direksi selambat –
lambatnya 1 (Satu) minggu setelah penunjukan pemenang,untuk mendapatkan
persetujuan.
2. Setelah mendapat persetujuan , maka rencana kerja tersebut harus dibuat dan
diserahkan cetakannya kepada konsultan pengawas/direksi masing – masing
rangkap tiga, dan cetakan lainya harus senatiasa terpajang ditempat pekerjaan
(Direksi Keet) bersama dengan dokumen kontrak.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan , mendatangkan alat – alat dan bahan
bantu sesuai dengan rencana kerja, kecuali jika terpaksa menyimpang karena suatu
hal , akan tetapi harus dipertimbangkan secara matang dan harus mendapat
persetujuan konsultan pengawas dan direksi.
4. Rencana Kerja ini akan dipakai oleh pemberi tugas/direksi sebagai dasar untuk
menentukan segala sesuatu mengenai pelaksanaan pekerjaan.

8.4 Bangsal Kerja , Gudang dan Ruang Rapat Lapangan.

1. Bangsal untuk pekerja dan gudang dibuat pada tempat sekitar bangunan,sedangkan
untuk ruang direksi,ruang konsultan pengawas,dan ruang rapat lapangan dibuat
menyatu dan letaknya akan ditentukan kemudian oleh konsultan pengawas direksi.
2. Bahan – bahan utama dan Bahan – bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan didalam gudang yang cukup menjamin perlingdungan
terhadapnya.
3. Kontraktor harus hadir pada saat rapat lapangan baik yang diadakan secara periodic
setiap minggu dan setiap bulan maupun rapat – rapat lainya yang diadakan oleh
konsultan pengawas dan direksi untuk membicarakan segala sesuatu mengenai
pelaksanaan Pekerjaan.

8.5 Ketentuan – Ketentuan lain


Selain Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini,ketentuan lain yang mengikat didalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Gambar Kerja
 Gambar – gambar yang dilampirkan pada Rencana Kerja dan Syarat - syarat ini
 Gambar Detail yang diserahkan kemudian oleh pemberi Tugas.
2. Petunjuk
 Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan (aanwijzing)
sesuai yang tercantum dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
 Petunjuk dan Syarat – syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh
konsultan pengawas atau direksi.

3. Peraturan
Semua undang – undang dan Peraturan – peraturan Pemerintah yang berlaku untuk
pelaksanaan Pemborongan bangunan air.

Pasal 9
DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK

9.1 Kontraktor akan diberikan daerah kerja untuk melaksanakan pekerjaan ini.

9.2 Kontraktor harus membatasi operasinya dilapangan yang betul – betul diperlukan
untuk pekerjaan tersebut. Tata letak meliputi jalan Masuk, lokasi penyimpanan
bahan bangunan dan Jalur pengangkutan material dibuat oleh kontraktor dengan
persetujuan direksi.

Pasal 10
MATERIAL

10.1 Bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan
tekniks yang ditentukan.
10.2 Jika Kontraktor mengajukan Bahan lain yang akan digunakan angka mutunya
minimal harus sama dengan yang disyaratkan dalam dokumen lelang. Untuk
pemesanan bahan itu harus duberitahukan terlebih dahulu pada direksi yang
meliputi jenis , kualitas dan kuantitas dan bahan yang dipesan untuk mendapat
persetujuan.
10.3 Semua bahan – bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan – ketentuan umum yang berlaku di indonesia. Mengenai bahan bangunan
serta persyaratan – persyaratannya akan dicantumkan pada pasal – pasal berikut :
10.4 Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak diperoleh,kontraktor
boleh mengajukan usul perubahan pada direksi sepanjang mutunya paling tidak
sama dengan apa yang disyaratkan.
10.5 Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan kontraktor diwajibkan untuk sejauh mungkin
mempergunakan produksi dalam negeri.
Pasal 11
SYARAT SYARAT BAHAN

11.1 Air (PUBI / NI – 3 )


a. Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air yang tidak boleh mengandung
minyak , asam,alkali,garam dan bahan – bahan organis dan bahan bahan lain yang
merusak bangunan. Dalam Hal ini harus dinyatakan dengan hasil test dari
laboratorium yang disetujui oleh konsultan pengawas dan Direksi.
b. Khusus untuk Beton , Jumlah air yang digunakan untuk adukan disesuaikan dengan
jenis pekerjaan beton, yang ditentukan dengan ukuran berat dan dilakukan dengan
tepat.
11.2 Pasir (PUBI 1970 / NI – 3 , PBI 1971 – 2 )
a. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan alas lantai, alas pondasi batu Gunung dan lain – lain harus
bersih dan butiran keras.
Pasir laut untuk maksud – maksud tersebut tidak diperkenankan.
b. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan dan adukan plesteran harus memenuhi syarat – syarat
sebagai berikut :
 Butiran – butiran harus Tajam,keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari.
 Kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5 %
 Butiran – butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm
 Pasir laut tidak bisa digunakan

11.3 Batu Gunung/Kali


1. Batu Gunung harus keras , padat dan tidak boleh mengandung cadas
atau tanah, Diameter Batu 15 – 30 cm.
2. Batu Gunung untuk keperluan yang nampak (pasangan batu muka atau
Pasangan batu plesteran), bentuk atau muka batu harus dipilih dan tidak
Boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk atau berpori.

11.4 Koral Beton


1. Koral Beton adalah batu pecah yang harus dapat
Melalui ayakan berlubang persegi 25 mm dan tertinggal diatas ayakan
Berlubang 2 mm.

2. Koral untuk beton harus terdiri dari butir – butir yang keras,
Tidak berpori, tidak pecah / hancur , oleh pengaruh cuaca.

3. Split harus cukup bersih dan tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari
3 %.
4. Ukuran Split yang digunakan tidak boleh lebih dari 2 x 3 cm.

11.5 Portland Cement ( NI – 8, PBI – 1971 / NI – 2 )


1. Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis ( NI – 8 ) dan
Dalam kantong utuh / baru .

2. Bila digunakan PC yang telah tersimpan lama harus diadakan pengujian


Terlebih dahulu oleh Laboratorium yang ditunjuk oleh Konsultan
Pengawas.

3. Dalam pengangkutan PC ketempat pekerjaan harus dijaga agar tidak


Menjadi lembab, begitu pula penempatannya harus ditempat yang kering
4. PC yang sudah membatu ( menjadi keras ) tidak boleh dipakai.

11.6 Besi WF
1. Besi WF harus sesuai Standar SNI 07-7178-2006 Baja profil WF-beam Proses Canai
Panas
2. Besi WF yang digunakan adalah WF 200x100x5,5
3. Tertera tanda SNI pada setiap Baja Profil dengan penandaan yang mudah dibaca
dan tidak mudah hilang
4. Besi WF yang digunakan harus melampirkan Brosur dari pabrik berdasarkan Standar SNI
07-7178-2006 Baja profil WF-beam Proses Canai Panas.

Pasal 12
LALU LINTAS

12.1 Dalam Melaksanakan pekerjaan dan Pengangkutan bahan – bahan untuk


keperluan pekerjaan, kontraktor harus Berhati – hati sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu Lintas atau menimbulkan
kerusakan terhadap bangunan yang telah ada serta prasarana lainnya. Bila
terjadi kerusakan, kontraktor berkewajiban untuk memperbaikinya.

Pasal 13
CUACA

13.1 Pekerjaan harus dihentikan apabila cuaca tidak mengizinkan yang dapat
mengakibatkan penurunan mutu pekerjaan.

BAB II
SPESIFIKASI UMUM

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PEKERJAAN TANAH

1.1 Pemeriksaan Lokasi


Sebelum memulai Pekerjaan , Kontraktor harus meninjau Site untuk memeriksa
keadaan dan situasi yang ada serta bahan – bahan yang akan digunakan.

1.2 Pembersihan Lokasi


Lokasi Site yang akan dibangun dan Daerah sekitarnya harus dibersihkan dari segala
tumbuhan dan benda – benda yang tidak diperlukan dan harus dipersiapkan untuk
pekerjaan Galian.

1.3 Pohon – pohon dan Tanaman


Kontraktor tidak diperkenankan untuk menebang,memotong atau merusak pohon
atau tanaman,kecuali yang berada pada daerah yang digali,atau yang jelas yang
ditandai pada gambar untuk disingkirkan.Apabila oleh karena sesuatu alasan
terpaksa harus ditebang atau dipotong, maka kontraktor harus memperoleh izin
secara tertulis terlebih dahulu dari pemberi tugas. Pohon – pohon dan tanaman yang
tidak boleh ditebang dan kemungkinan akan rusak akibat pelaksanaan pekerjaan,
harus dilindungi dengan tiang – tiang kayu yang kokoh dan diikat dengan kawat
sehingga pohon tersebut dapat terlingdungi dengan baik.

1.4 Titik Duga / Titik elevasi


 Titik elevasi bangunan ( 0 + 000 ) ditetapkan sama dengan titik elevasi dasar
saluran existing saluran .
 Patok – patok tetap dan Sumbu – sumbu bangunan Drainase akan ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas bersama – sama dengan Kontraktor.
 Patok – patok yang telah terpasang harus dijaga dan dipelihara oleh kontraktor
selama pekerjaan berlangsung . Patok – patok tersebut dibuat dari Kayu yang
diberi tanda.
 Pengukuran selanjutnya harus dikerjakan oleh Kontraktor atas dasar sumbu dan
patok – patok yang tetap yang telah ditentukan.

Pasal 2
PEKERJAAN BOUWPLANK DAN UKURAN – UKURAN UTAMA

2.1 Bouwplank harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu


Sewaktu pelaksanaan pekerjaan.

2.2 Bouwplank harus dibuat dari papan kayu Kelas III sekeliling pondasi dengan ukuran
2.5 x 20 cm, diserut pada bagian atasnya dan dipaku pada patok – patok kayu
ukuran 5/7 cm yang dipancangkan kuat kedalam tanah sedalam minimun 40 cm.

2.3 Pengukuran ukuran – ukuran / sumbu – sumbu utama pada Bouwplank harus
dilakukan dengan sepengetahuan konsultan pengawas/ direksi dengan memberikan
tanda – tanda yang cukup jelas.

2.4 Tanda – tanda tersebut harus dijaga dan dipelihara selama pekerjaan berlangsung.

Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

3.1 Kupasan Tanah


Pengupasan tanah dan pembersihan seluruh lapangan termasuk peralatan tanah,
harus disesuaikan dengan ketinggian titik Elevasi yang diminta, dan dilaksanakan
sebelum dimulai pekerjaan Bouwplank.
3.2 Galian Tanah
 Galian tanah harus dibuat luas, supaya memudahkan untuk bekerja.
 Dalamnya galian disesuaikan dengan ukuran yang ada digambar.
 Bila mendapatkan tanah humus (lembek) harus dengan segera
memberitahukan secara tertulis kepada konsultan pengawas / direksi untuk
dipertimbangkan lebih lanjut.
 Lereng galian tanah pondasi harus dimiringkan secukupnya untuk menjaga agar
tidak terjadi longsoran.
 Bila diperlukan penurapan, maka harus diadakan penurapan atas biaya
kontraktor.
 Kelebihan Tanah bekas Galian, harus diangkat / dibuang ketempat – tempat
terendah ( masih dalam lokasi pekerjaan ), atau dibuang keluar bangunan atas
petunjuk konsultan pengawas / direksi.
 Pada Saat mengali memperhatikan jaringan pipa air Perumahan yang ada
disekitarnya untuk mencegah kerusakan dan pemutusan, dan apabila hal ini
terjadi maka pihak kontraktor harus memperbaikinya.
 Penggunaan Alat Excavator direkomendasi untuk melakukan pekerjaan,untuk
mengefisienkan waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 4
PEKERJAAN PEMASANGAN BATU KALI / GUNUNG

5.1 Pasangan Batu Gunung / Kali


 Pasangan batu gunung pasangan batu mengunakan spesi ( campuran ) dimana
persyaratan campuran / adukan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
 Sebelum pasangan batu kali dipasang,terlebih dahulu harus dibuat Profile – profile
Pondasi yang akan dipasang. Yaitu dari kayu terutama pada sudut – sudut galian
dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan yang diinginkan dalam gambar.
 Batu Kali pasangan pondasi,satu sama lain tidak boleh bersentuhan langsung,harus
diikat oleh campuran (spesi)
 Didalam pondasi tidak boleh ada ruang kosong (berongga)
 Proses pengeringan tidak boleh terlalu cepat.Artinya jika matahari terlalu terik, maka
pondasi yang sedang mengering harus sering dibasahi atau dilingdungi.
 Pasangan pondasi harus menggunakan adukan / campuran 1 pc : 4 Psr wajib
menggunakan Mesin Molen.

Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN

6.1 Pekerjaan Plesteran dinding hanya diperkenankan apabila selesai pemasangan Batu
Gunung/Batu Kali.
6.2 Bidang – bidang yang akan diplester, harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
disiram air sampai jenuh. Pada dinding – dinding beton. Apabila akan diplester, harus
dikasarkan terlebih dahulu permukaaanya.

6.3 Tebal minimun plesteran 15 mm dan maksimun 25 mm . ketebalan lebih dari 25 mm


harus diperkuat dengan kawat ayam yang ukurannya disetujui oleh konsultan
pengawas / direksi.

6.4 Pekerjaan plesteran harus rata dan licin ( Tidak Bergelombang)

6.5 Semua Sudut tepi – tepi (pinggiran ) dan bidang luar / dalam harus rapi (garis
pertemuan sudut harus lurus dan vertical)

6.6 Pekerjaan penyelesaian plesteran harus dibiarkan terlebih dahulu minimal 3 hari dan
maksimun 7 hari baru dapat disentuh.

6.7 Campuran untuk adukan plesteran ini 1PC : 4 PS

6.8 Untuk Pekerjaan plesteran tidak diperkenankan memakai Kapur.

Pasal 6
PEKERJAAN BETON

7.1 Dimensi beton mengikuti Gambar Kerja.

7.2 Campuran beton mengunakan Mutu K.175

Pasal 7

PEKERJAAN PANCANG TURAP BESI WF

1. UMUM

1.1. Persyaratan-Persyaratan Umum


A. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini, seperti terlihat atau terperinci
harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.

B. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan
sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan
pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang,
penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang.
Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor,
tetapi kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk
mencapai persyaratan pemancangan. Laporan penyelidikan tanah dan percobaan
pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor pekerjaan pondasi.

1.2. Lingkup Pekerjaan


A. Pekerjaan yang berhubungan :
Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan
ini seperti jalan-jalan diproyek, tempat penumpukan tiang, galian pada setiap titik,
perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti pipa air, kabel tilpon, kabel
listrik, pipa gas, saluran-saluran umum dan fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada
dilokasi proyek maupun dilokasi yang bersebelahan dengan proyek.

B. Pekerjaan yang termasuk :


Pekerjaan Pancang turap besi wf ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang dari besi wf
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3. Pemancangan tiang pondasi.
4. Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta
oleh Engineer.
C. Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari
jenis yang sesuai seperti disyaratkan.

D. Jaminan Pekerja :
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang
berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga
mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam
kondisi tanah yang akan dijumpai.
2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan
bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan
demikian.

E. Persyaratan Lapangan :
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan jumlah
seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi tiang, seperti
yang telah disetujui oleh Engineer.
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung jawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan
dari setiap tiang selama pemancangan.
2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau sesuai
dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".
3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan petunjuk
"pengawas yang ditunjuk".
4. Tiang-tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
disingkirkan dari proyek.
5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.

1.4. Perubahan dan Penambahan


A. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah percobaan
pembebanan tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan demikian.

B. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.

1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan hal-
hal berikut kepada Engineer.

A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk disetujui oleh
Engineer.

B. Sertification :
Semua tiang yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik.

C. Gambar kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi, jadwal
kerja dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.

1.6. Kondisi Kerja :


A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah
kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan.

B. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
tegangan-tegangan yang melebihi rencana.

C. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan
pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang
ditunjuk atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil
mungkin.

D. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak
0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang
disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0 m.

2. BAHAN-BAHAN/PRODUKSI
2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima.
Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan jenis
tiang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh Engineer.

2.2. Bahan-bahan tiang.


Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
Jenis tiang yang dipakai adalah Tiang Besi wf 200x100x5,5x8 dan panjang seperti
ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
B. Peralatan Pemancangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kotraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan
yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin
pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.
2. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya.
Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type tiang pancang dan sifat dari
kekuatan tiang pancang tersebut.
3. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban.

2.3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan


Penggunaan bahan-bahan khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus
seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang
tidak disyaratkan disini.
Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakaian dari
bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.

3. PELAKSANAAN

3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai
urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling
mengganggu.

B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat


persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua
kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena pemilihan metode
harus ditanggung oleh Kontraktor.

C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke
waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.

D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak
terganggu.

E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat yang telah
ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang harus mendapat persetujuan
dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah
direncanakan.

F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.

G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah terpancang


selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas lainnya.

H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau


membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu maupun
setelah pemancangan.

3.2. Pemancangan Tiang


A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancangan tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis disel (a diesel hammer
type). Dalam pemilihan "driving diesel hammer" haruslah dari berat yang memadai agar
tidak merusak tiang.
"Hammer" harus mempunyai persyaratan minimum : berat ram 1000 kg.
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan didalam
gambar struktur atau dengan final set yang disetujui dimana tidak lebih dari 20 mm untuk
10 pukulan terakhir.
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis yang
benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan pada gambar.
4. Toleransi yang diijinkan untuk ketidak tepatan lokasi dan ketidak kelurusan adalah 75
mm dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus
dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah
bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali
dengan persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.
B. Test untuk mutu tiang.
Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih dari
2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P.I.T. (Pile Integrated Test) atau test
sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.

C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya (heave
check).
Lakukan suatu "heave check" pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan pada
kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa "heave" dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-
masing tiang segera setelah selesai pemancangan.
2. Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok
selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami "heave" lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang tersebut
harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan sampai
pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave teratasi.

D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.


Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai "final set" yang diijinkan oleh pengawas yang
ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan kapasitas tiang
yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
Set harus ditentukan dilapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai
konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Soil Engineer
setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.

E. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan kepada
pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir
diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari sesudah tiang yang terakhir
selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh
dipindahkan; kecuali atas resiko Kontraktor sendiri.

F. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat.


Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau
salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban, Kontraktor disyaratkan untuk
mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian
sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.

Pasal 8

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN

Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang

meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya
dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu
mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam
teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi
dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat
prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang
sesuai dengan rencana pembuatan dan kualitas produksi.

Ø Perencanaan Prosedur Pengelasan

Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat

Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahan-
bahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan,
pengaturan pekerjaan dan lain-lainnya.

Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai

untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya
adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan
energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap
perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak
perencana, pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada
pelaksan. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang
digunakan.

Ø Persiapan Pengelasan

Hal-hal umum

Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga

sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan
pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan
pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin
las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi.

Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur
listrik dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las
busur listrik terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi
kecepatan pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua
proses yang lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan
daya tembus yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih
banyak dan pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus
yang lebih tinggi lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua
untuk pelat tebal dari pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan
mempunyai untung ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam
menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.

Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang
Juga tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini
adalah alat-alat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas
sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang
tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.

(1) Persiapan Sisi Las

Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan


dengan

memperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan


pengerjaanya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur pada
umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm digunakan alur
persegi, untuk pelat dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan alur V tunggal dan yang
lebih tebal dengan alur V ganda atau U tunggal atau ganda dan lain sebagainya.

(2) Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegang

pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasan
adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus mengusahakan
sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:

a) memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya.

b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau
memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang lebih
tinggi.

c) memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau


memungkinkan pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.

(3) Las Ikat Dan Perakitan

Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam

Penyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan lasan
pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya sementara
maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak-
retak dan ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga
mempengaruhi kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik
dan oleh juru las yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan
melaksanakan seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya
tempat-tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda
yang sama jenisnya dengan elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.

(4) Pemriksaan Dan Perbaikan Alur

Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap

Ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam hal
ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan
perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan jenis
sambunganya.

(5) Pembersihan Alur

kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya

bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus
dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran
tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus
dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu
cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain
sebaginya, disamping itu juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas
dengan tujuan menguapkan api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan
merupakan pemanasan mula.

BAB III
PERSYARATAN LAIN DAN PERUBAHAN – PERUBAHANNYA

Pasal 1
PERYARATAN – PERSYARATAN LAIN

1.1 Pemborong / Kontraktor diwajibkan membuat gambar – gambar revisi /Shop


Drawing ( bila diperlukan ) serta gambar – gambar detail dari pekerjaan yang
dilaksanakan , Gambar – gambar tersebut diajukan kepada konsultan pengawas /
direksi untuk disetuju,memberikan penjelasan keterlambatan pekerjaan disebabkan
lokasi pekerjaan tersebut membutuhkan langsiran material.

Pasal 2
PERUBAHAN DALAM RKS DAN GAMBAR – GAMBAR

2.1 Semua ketentuan – ketentuan dalam RKS maupun gambar kerja dapat diubah,
ditambahkan atau dihilangkan sesuai kebutuhan dibawah ini,

 Untuk perubahan yang dianggap perlu sebelum pelelangan,akan dilakukan pada


aanwijzing dan dituangkan didalam berita acara.
 Perubahan yang dianggap perlu untuk penyelesaian dengan kondisi lapangan atau
menyangkut perubahan Design,dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis
kepada direksi dan konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 3
PENUTUP

Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) ini, bersama dengan penjelasan dan daftar
isian penawaran merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan
bagian dari dokumen pemborongan.

Anda mungkin juga menyukai