74768
THE WORLD BANK
Indonesia
Health Sector
Public Disclosure Authorized
Review
Indonesia:
Menghadapi Beban Ganda Malnutrisi
Public Disclosure Authorized
Beban Ganda Malnutrisi dan mengalami stunting (pendek), 40% wanita usia subur
menderita anemia, dan sepertiga populasi global
Akibatnya masih menderita kekurangan yodium. Sebagian besar
Beban Ganda Malnutrisi atau DBM (double burden of negara berpenghasilan rendah hingga menengah akan
malnutrition) adalah suatu konsep yang pertama kali terpengaruh oleh DBM, dengan jumlah populasi kelebihan
disajikan sekitar satu dekade yang lalu yang artinya berat badan meningkat lebih cepat daripada penurunan
ko-eksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi jumlah populasi yang kekurangan berat badan. Obesitas
makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang meningkat dua kali lipat secara global dalam tiga dekade
kehidupan pada populasi, masyarakat, keluarga dan terakhir, tetapi pada negara-negara berpenghasilan
bahkan individu yang sama. Yang mengkhawatirkan rendah hingga menengah, peningkatannya terjadi tiga
adalah dimensi DBM di sepanjang kehidupan, atau kali lipat hanya dalam dua dekade.
keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin
Public Disclosure Authorized
dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan Dampak DBM sangatlah serius dan manifestasinya
gizi dan pola makan yang terkait penyakit tidak menular dapat dilihat di sepanjang kehidupan seseorang.
di kemudian hari. Dengan pembangunan pada umumnya, ketersediaan
air bersih dan praktek sanitasi yang lebih baik, serta
DBM adalah permasalahan global yang mempengaruhi peningkatan cakupan imunisasi, lebih banyak anak-
negara-negara kaya maupun miskin: 25% populasi anak yang menderita kekurangan gizi berpeluang untuk
dunia mengalami kelebihan berat badan, 17% anak- bertahan hidup di dua tahun pertama kehidupannya.
anak pra-sekolah kekurangan berat badan dan 28,5% Namun, bagi mereka yang bertahan hidup di periode
Laporan singkat ini merangkum temuan dan rekomendasi kebijakan dari peninjauan teknis tentang masalah DBM di Indonesia yang dilaksanakan oleh Roger
Shrimpton (Ahli / Konsultan Gizi International) dan Claudia Rokx (Spesialis Kesehatan Utama, Bank Dunia) dengan kontribusi dari Grup Kerja SUN Indonesia Leslie
Elder (Ahli Gizi Senior, Bank Dunia), Puti Marzoeki (Spesialis Kesehatan Senior, Bank Dunia), Darren Dorkin (Spesialis Operasional Senior, Bank Dunia), Rebekah
Pinto (Spesialis Pengembangan Manusia, Bank Dunia) dan Eko Pambudi (Analis Penelitian, Bank Dunia). Tinjauan teknis tersebut didasarkan pada wawancara
dengan berbagai pelaku penting masalah gizi di Jakarta dan Yogyakarta pada akhir 2011, dan pada laporan Landscape Analysis Country Assessment (LACA)
Pemerintah Indonesia tahun 2010 yang mempelajari situasi gizi di Indonesia dan menawarkan berbagai kebijakan untuk membantu mencegah dan merin-
gankan masalah DBM di sepanjang kehidupan. Laporan ini telah dipelajari oleh para pemangku kepentingan di Indonesia (pembuat kebijakan dan akademisi)
pada bulan Maret 2012. Ucapan terima kasih disampaikan secara khusus kepada UNICEF atas masukan teknis yang berharga, Dana DeRuiter (Konsultan Kebi-
jakan Kesehatan) untuk keahliannya dalam merangkum laporan penilaian teknis menjadi laporan singkat ini, dan Megha Kapoor (Analis Penelitian, Bank Dunia)
yang telah membantu selama proses produksi. Laporan singkat ini mendapat dukungan dana dari Millennium Challenge Corporation.
Tinjauan teknis tambahan, yang isinya dirangkum di sini serta penilaian yang lebih umum mengenai DBM, tersedia di www.worldbank.org. Untuk informasi
lebih lanjut, silakan menghubungi Darren Dorkin di ddorkin@worldbank.org.
kritis ini, kerusakan yang diakibatkan gizi buruk di fase risiko penyakit tidak menular di kemudian hari, yang
awal akan berdampak seumur hidup. Ketika hambatan saat ini menjadi mayoritas beban penyakit di Indonesia.
pertumbuhan tinggi badan di usia dini diikuti oleh Kaitan antara stunting dan penyakit tidak menular
pertumbuhan berat badan yang cepat, terjadilah belum sepenuhnya dipahami atau ditangani dengan
peningkatan risiko obesitas dan penyakit tidak menular baik oleh petugas kesehatan dan pembuat kebijakan.
(non communicable diseases - NCD) yang terkait dengan
pola makan, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit Indonesia memberikan prioritas pada masalah
kardiovaskular di masa depan. Penyakit tidak menular kekurangan gizi dengan perhatian khusus pada
merupakan penyebab sebagian besar kematian di “Gizi Buruk” dalam menentukan situasi gizi nasional.
seluruh dunia, dan angkanya sangat tinggi di negara Dengan demikian tampaknya sebagian besar masalah
berpenghasilan rendah hingga menengah, di mana gizi telah dapat diatasi mengingat prevalensi gizi
hampir 80% dari semua kematian akibat penyakit tidak buruk di kalangan balita hanya 5.4%. Padahal masalah
menular ini terjadi. yang lebih besar adalah kenyataan bahwa 36% balita
mengalami stunting berikut konsekuansinya yang
seumur hidup (lihat Tabel 1).
Masalah DBM di Indonesia
Survei Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (IFLS),
sangat mendesak yang mewakili 85% populasi, menunjukkan bahwa
Adanya kasus kelebihan dan kekurangan berat badan selama periode lima belas tahun, proporsi laki-
di kalangan anak-anak menunjukkan bahwa DBM di laki dan perempuan kurus mengalami penurunan
Indonesia sudah memprihatinkan. Stunting adalah yang signifikan sedangkan proporsi laki-laki dan
masalah gizi utama, dan makin mengkhawatirkan perempuan gemuk” (berat badan lebih) naik hampir
mengingat terdapatnya hubungan antara stunting dan dua kali lipat. Hal ini menunjukkan penurunan jumlah
PESAN KUNCI
• DBM di Indonesia sudah terdapat di tingkat populasi dan berkembang pesat
gizi tidak disertai dengan penurunan jumlah anak yang pendek terhadap umurnya (stunting), dan hal ini
menjadi salah satu alasan meningkatnya jumlah anak yang kelebihan berat badan.
• Mengatasi DBM pada awal kehidupan akan menyelamatkan banyak nyawa dan sumber daya yang besar di
kemudian hari
GAMBAR 1 : PERSENTASE LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BERAT BADAN
USIA DI ATAS 45 TAHUN MENURUT SURVEI KEHIDUPAN RUMAH TANGGA INDONESIA
35
1993
30
1997
25
2000
20
2007
15
10
5
0
laki-laki laki-laki perempuan perempuan
berat badan kurang berat badan lebih berat badan kurang berat badan lebih
1 Lingkungan Obesogenik mengacu pada peran faktor lingkungan yang menyebabkan obesitas baik karena frekuensi berolahraga yang menurun dan / atau
asupan energi yang meningkat. Lingkungan Obesogenik didefinisikan sebagai “jumlah pengaruh lingkungan sekitar, kesempatan, atau kondisi kehidupan yang
menyebabkan obesitas pada individu dan populasi”. Swinburn, B. dan Figger, G. 2002 Preventive Strategies against Weight Gain and Obesity.Obesity Reviews, 3:289-
301.
2 Walaupun obesitas meningkat seiring dengan pendapatan, yang tertinggi sebesar 23,2% pada kelompok dengan status kesejahteraan tinggi kelompok dengan
status kesejahteraan rendah juga terpengaruh (antara 15 - 19,9%). Perbedaan tingkat obesitas di keempat kelompok dengan status kesejahteraan yang lebih
bawah hanya sedikitmaka volume terbesar obesitas berada di segmen penduduk yang lebih miskin. The Double Burden of Malnutrition in Indonesia, Roger Shrimp-
ton, 2011. Data dari Riskesdas 2007.
3 BMI dihitung berdasarkan berat badan seseorang dan tingginya, yang memberikan indikasi akan lemak tubuh seseorang.
Indonesia:
Menghadapi Beban Ganda Malnutrisi
3
kebijakan kesehatan di tahun delapan puluhan dan kemungkinan terkena hipertensi. Tidak ada bukti di
sembilan puluhan telah berdampak pada distribusi Indonesia bahwa faktor genetika adalah salah satu
fasilitas kesehatan yang lebih baik di seluruh penyebab semakin meningkatnya masalah obesitas
Indonesia. Populasi yang semakin menua selanjutnya (lihat Gambar 3).
mempengaruhi transisi epidemiologi, dan struktur
usia yang berubah telah memberikan kontribusi pada 2. Lingkungan ekonomi dan pangan. Peningkatan
pergeseran beban penyakit dari penyakit menular ke kekayaan negara telah disertai dengan penurunan
penyakit tidak menular. Dewasa ini, penyakit tidak kemiskinan dan peningkatan ketersediaan pangan
menular menjadi penyebab utama disabilitas dan sebagai energi per kapita, yang sebagian besar
kematian (60%) di Indonesia. Penyakit kardiovaskular berasal dari penggandaan lemak. Ketersediaan
menjadi penyebab utama kematian (30% dari semua beras umumnya stabil sementara energi yang
kematian akibat penyakit tidak menular), diikuti berasal dari daging dan ikan meningkat dua kali
kanker, penyakit paru obstruktif kronik, dan diabetes lipat, energi dari susu meningkat tiga kali lipat, dan
(lihat Gambar 2). dari gandum meningkat enam kali lipat. Secara
Di lain pihak, kecepatan peningkatan cakupan bersamaan, peningkatan perdagangan pangan
sanitasi belum sejalan dan parasit gastrointestinal global telah menyebabkan meningkatnya impor
masih sangat umum didapatkan, sehingga makanan olahan ke negara berpenghasilan rendah
berpeluang menyebabkan anemia pada ibu. hingga menengah, yang terutama didistribusikan
Selanjutnya, meskipun akses pada layanan primer melalui jaringan supermarket dan perusahaan
meningkat, pada umumnya sistem kesehatan makanan cepat saji multinasional yang terus
tidak seluruhnya siap untuk menerapkan berbagai berkembang. Outlet komersial jenis baru ini terutama
intervensi gizi, antara lain karena petugas kesehatan mempengaruhi daerah urban.
belum memiliki persepsi bahwa stunting dan Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa
obesitas/kegemukan adalah suatu masalah. pola konsumsi pangan di awal kehidupan akan
Tingginya kasus penyakit kardiovaskular tercermin mempengaruhi sisa hidup seseorang. Sayangnya,
pada analisis darah yang menunjukkan tekanan praktek pemberian makan pada bayi dan anak di
darah yang tinggi dan kadar kolesterol yang tinggi, Indonesia masih jauh dari memadai dan berkontribusi
dengan tingkat kolesterol HDL yang rendah, padahal pada kekurangan gizi di awal kehidupan serta
kolesterol HDL bersifat melindungi terhadap meningkatkan risiko kelebihan gizi di kemudian
penyakit kardiovaskular. Prevalensi hipertensi hari. Kebiasaan yang merugikan tersebut mencakup
yang tinggi, lebih banyak terjadi pada wanita dan menurunnya pemberian ASI eksklusif dan pemberian
meningkat seiring usia. Setengah dari orang dewasa makanan pendamping yang terlalu dini. Meskipun
Kecelakaan
2007
2001
Penyakit tidak menular
1995
Penyakit menular
Gangguan perinatal/maternal
0 10 20 30 40 50 60 70
GAMBAR 3 : HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DARI SURVEI KEHIDUPAN RUMAH TANGGAI INDONESIA
TAHUN 2007
80
70 Laki-laki
60 Perempuan
50
40
30
20
10
0
25 - 44 tahun 45 - 54 tahun 55 - 64 tahun 65 - 74 tahun 75+ tahun
GAMBAR 4 : PREVALENSI AKTIFITAS KURANG PADA PENDUDUK INDONESIA YANG BERUSIA DI ATAS 10
TAHUN, BERDASARKAN KELOMPOK UMUR, 2007
80 10 - 14 tahun
70
15 - 24 tahun
60
25 - 34 tahun
50
40
35 - 44 tahun
30 45 - 54 tahun
20 55 - 64 tahun
10 65 - 74 tahun
0 75 tahun +
aktivitas kurang
Sumber: Riskesdas 2007
4 Riskesdas 2007 melaporkan jumlah aktivitas fisik di kalangan penduduk berusia sepuluh tahun dan lebih tua, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Aktivitas
fisik dinyatakan kurang bila aktivitas sedang (jalan cepat) waktunya kurang dari 30 menit perhari selama setidaknya lima hari seminggu.
Indonesia:
Menghadapi Beban Ganda Malnutrisi
5
sedangkan iklan makanan olahan mendominasi Meskipun Indonesia telah menunjukkan kemajuan
media, dengan iklan-iklan yang ditargetkan kepada dalam mikronutrien, dan telah mulai menggalakkan
anak-anak. Mayoritas orang tua melaporkan bahwa praktek gizi yang baik seperti ASI eksklusif dan
apa yang mereka beli dipengaruhi oleh pilihan anak- rumah sakit sayang bayi, masih ada ruang untuk
anaknya dibandingkan oleh pengaruh iklan. Hal ini perbaikan koordinasi lintas sektor di segala tingkatan
menunjukkan perlunya mengurangi pengaruh luar, kepemerintahan. Sebuah kerangka kebijakan DBM
seperti yang telah dilakukan oleh beberapa negara yang menyeluruh di tingkat nasional seperti tertuang
lain. di bawah ini, mencakup berbagai aksi yang perlu
diterapkan oleh beberapa kementerian dan mencakup
Mengatasi DBM di Indonesia empat pilar: ketahanan pangan, keamanan pangan,
Berbagai aksi untuk memperkuat respons terhadap gaya hidup sehat, dan gizi.
masalah gizi telah dituangkan dalam gerakan Scaling
Up Nutrition (SUN) yang telah diikuti oleh Indonesia Selanjutnya, usulan kerangka program untuk DBM
sejak bulan September 2012. SUN yang fokusnya pada termasuk intervensi yang dapat berkontribusi pada
kekurangan gizi ibu hamil dan anak, perlu mengadopsi pencegahan dan pengobatan DBM selama kehidupan.
masalah DBM seiring dengan upaya negara dalam Kerangka ini dibangun berdasarkan tabel yang
meningkatkan respons terhadap masalah DBM, dikembangkan oleh Gillespie dan Haddad pada tahun
khususnya karena upaya untuk mengatasi masalah 2001 untuk menurunkan DBM di Asia dan mengacu
kekurangan gizi ibu hamil dan anak usia dini adalah pada Lancet Nutritional Series dan tinjauan terbaru
langkah pertama yang diperlukan untuk mencegah lainnya mengenai berbagai bukti untuk mengatasi
DBM di tahapan kehidupan selanjutnya. kegemukan dan obesitas.
TABEL 4 : INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENGATASI BEBAN GANDA MASALAH GIZI DI SEPANJANG KEHIDUPAN
Tahapan
Intervensi Spesifik Intervensi Peka
Kehidupan
Pembua- • Suplemen mikronutrien (Besi/ • Mencegah pernikahan
han hingga folat) anak dan kehamilan remaja
Kelahiran • Suplemen energi protein yang • Program Bantuan Tunai
seimbang* Bersyarat (dengan
• Pencegahan kecacingan pendidikan gizi)
(deworming)
• Pengurangan asap rumah tangga/
rokok
• Pengobatan radikal presumtif Kebijakan pangan
untuk malaria * fiskal;
• Kelambu yang diberi insektisida * • subsidi
makanan
Balita (0-5 • Promosi pemberian ASI eksklusif, • Peraturan pemasaran susu • pajak lemak/
tahun) • Promosi pemberian makanan pengganti ASI gula
tambahan • Program Bantuan Tunai • pungutan
• Cuci tangan dan intervensi hygiene • Garam Bersyarat (dengan
• Pemberian suplemen pada balita Beryodium pendidikan gizi)
berupa vitamin A dan seng, dan • Fortifikasi
Perencanaan
mikronutrien lain nya sesuai tepung
kota;
kebutuhan • Fortifikasi
• Jalur sepeda
• Penanganan gizi buruk minyak
• Taman
Anak (5-18 Berbasis Sekolah; • Larangan mesin penjual • Area pejalan
tahun) • penyediaan makanan yang sehat makanan dan penjualan kaki
• promosi dan penyelenggaraan makanan nirnutrisi (junk • Sanitasi
olahraga setiap hari food) di sekolah • Rumah bebas
• suplemen zat besi mingguan/ • Larangan iklan makanan asap
deworming yang ditujukan pada anak-
anak
• Adaptasi kurikulum
Dewasa • Konseling penyedia layanan medis Pelabelan makanan;
(18+ tahun) tentang pola makan sehat • Kandungan Nutrisi
• Menggalakkan olahraga dan (signposting)
makanan sehat di tempat kerja • Pengendalaian klaim
• Melakukan olahraga secara teratur makanan
Indonesia:
Menghadapi Beban Ganda Malnutrisi
7
untuk menangani DBM, dengan mengembangkan pejabat pemerintah, politisi, industri makanan, dan
inisiatif yang ada saat ini melalui SUN. masyarakat umum
• Memastikan bahwa Rencana Pembangunan • Membuat rencana untuk menjadikan semua sekolah
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan “ramah gizi“ (termasuk adaptasi kurikulum), mulai
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RANPG) tahun 2013 dengan inisiatif percontohan di sekurang-
mempertimbangkan DBM dengan memadai. kurangnya lima provinsi, dengan mengembangkan
upaya yang sudah ada melalui PMT-AS atau
Gizi Ibu Hamil, Bayi dan Balita Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah.
• Memperkuat mekanisme yang sudah ada dan
memastikan dilaksanakannya Peraturan Pemasaran • Memastikan semua upaya pembangunan kapasitas
Susu Pengganti ASI, sehingga bayi tidak lagi diberi para profesional di bidang gizi serta petugas layanan
susu pengganti ASI oleh pekerja kesehatan, terutama kesehatan sepenuhnya memperhatikan masalah DBM.
pada saat kelahiran
• Memperkenalkan peraturan nasional untuk
• Memperkuat upaya untuk memperbaiki pola makan mengurangi dampak pemasaran makanan yang
anak melalui fortifikasi di rumah, fortifikasi makanan mengandung kadar tinggi lemak jenuh, asam lemak-
pendamping, dan/atau sumber makanan hewani trans, gula bebas, atau garam pada anak-anak, dalam
sesuai kebutuhan. fungsi rekomendasi kebijakan resolusi World Health
Assembly WHA63.14. Mengiklankan makanan
• Memperkuat semua upaya untuk mengendalikan apapun untuk anak-anak melalui media apapun
defisiensi mikronutrien ganda yang terus dialami harus dilarang dan pelanggarannya diberikan
ibu dan balita khususnya, melalui fortifikasi dan/ hukuman.
atau pemberian suplemen. Sebagai tindakan
jangka pendek sampai tingkat sanitasi membaik, • Mengambil tindakan untuk menjamin bahwa
perkenalkan pemberian obat cacing (deworming) inisiatif perencanaan perkotaan masa depan lebih
selama kehamilan sesuai rekomendasi WHO untuk “menunjang olahraga” dengan membuat lebih
membantu mengendalikan anemia pada ibu banyak jalur sepeda, trotoar, daerah pejalan kaki dan
hamil. taman.