Oleh:
Muhammad Ikhwan
122110101096
JENIS-JENIS INVESTASI
Investasi dapat dibagi menjadi empat golongan sebagai berikut ini (Mulyadi, 2001):
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat
kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa
mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan
dalam proses produksi jika dilarikan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya
pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang
instalasi pembersih air limbah, sebelum air limbah dibuang ke luar pabrik.
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan akan
diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. Sebagai
contoh adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya penelitian
dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan.
3. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)
Investasi jenis ini meliputi penggeluaran untuk penggantian mesin dan peralatan yang ada.
Informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan penggantian mesin dan
peralatan adalah informasi akuntansi diferensial yang berupa akitva diferensial dan biaya
diferensial. Penggantian mesin biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan adanya
penghematan biaya (biaya diferensial) yang akan diperoleh atau adanya kenaikan
produktivitas (pendapatan diferensial) dengan adanya penggantian tersebut.
4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment)
Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau
operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Untuk memutuskan jenis investasi ini, yang
perlu dipertimbangkan adalah apakah aktiva diferensial yang diperlukan untuk perluasan
usaha diperkirakan akan menghasilkan laba diferensial (yang merupakan selisih antara
pendapatan diferensial dengan biaya diferensial) yang jumlahnya memadai. Kriteria yang
perlu dipertimbangkan adalah taksiran laba masa yang akan datang (yang merupakan
selisih pendapatan dengan biaya) dan kembalian investasi (return on investment) yang
akan diperoleh karena adanya investasi tersebut.
TUJUAN INVESTASI
Tujuan perusahaan mengadakan investasi pada umumnya adalah:
1. Untuk dapat mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan atau kegiatan perusahaan
lain.
2. Untuk memperoleh pendapatan yang tepat secara terus menerus.
3. Untuk membentuk suatu dana guna tujuan tertentu.
4. Untuk membina hubungan baik dengan peusahaan lain.
Investasi juga perlu diatur agar tidak terjadi over investment atau under investment.
Pengaturan investasi modal yang efektif perlu memperhatikan beberapa faktor berikut ini
(Husnan, 1985:195):
1. Adanya usul-usul investasi
2. Penaksiran aliran kas dari usul-usul investasi tersebut
3. Evaluasi aliran kas tersebut
4. Memilih proyek-proyek sesuai dengan ukuran tertentu, dan
5. Penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah proyek tersebut diterima.
Di mana:
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang
diharapkan akan diterima (PV dari proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari
pengeluaran modal (PV dari capital outlays).
At = Cash flow untuk periode t.
n = Periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan.
Apabila “initial cash flow” terjadi pada waktu 0, maka persamaannya dapat dinyatakan
sebagai berikut (Riyanto, 1995:132):
𝐴1 𝐴2 𝐴𝑛
A0 = + 2
+⋯+
(1 + 𝑟) (1 + r) (1 + 𝑟)𝑛
NPV menunjukkan besarnya nilai produktif dari suatu investasi, yaitu apakah nilai
tersebut lebih besar, sama dengan atau lebih kecil dari biaya investasinya. NPV yang
positif menunjukkan bahwa investasi tersebut menghasilkan tingkat penghasilan yang
melebihi tingkat yang diminta sehingga investasi tersebut harus diterima. Sebaliknya NPV
negatif menunjukkan bahwa investasi tersebut menghasilkan pendapatan yang lebih
rendah dari tingkat yang diminta sehingga investasi tersebut harus ditolak.
Keunggulan Metode Net Present Value
a. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang.
b. Dalam metode net present value semua arus kas selama umur proyek investasi
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Kelemahan Net Present Value
a. Membutuhkan perhitungan yang cermat dalam menentukan tarif kembalian investasi.
b. Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama jumlah investasi yang
ditanamkan di dalamnya, nilai tunai arus kas bersih dalam rupiah tidak dapat dipakai
sebagai pedoman.
Contoh Soal:
Sebuah rumah sakit swasta merencanakan investasi untuk membeli sebuah mobil ambulan
baru seharga Rp.200.000.000. Ambulan tersebut diperkirakan dapat dioperasionalkan selama
5 tahun sesuai dengan umur ekonomisnya yang didepresiasi dengan metode garis lurus.
Setelah itu, diperkirakan masih dapat dijual kembali dengan harga Rp. 20.000.000.
Pengoperasian ambulan memerlukan modal kerja awal Rp. 30.000.000. Akan tetapi, dari
hasil pengoperasian ambulan tersebut diperkirakan akan memperoleh laba bersih sebagai
tambahan pendapatan rumah sakit sebagai berikut:
Tahun 1= Rp.15.000.000
Tahun 2 = Rp.20.000.000
Tahun 3 = Rp.30.000.000
Tahun 4 = Rp.30.000.000
Tahun 5 = Rp.25.000.000
Investasi tersebut akan didanai menggunakan pinjaman dengan biaya modal 12% per tahun,
dan pajak 20%. Evaluasilah rencana pembelian ambulan tersebut dengan menggunakan
kriteria PP, NPV, PI, dan IRR, apakah layak (feasible) atau tidak dari aspek keuangan?
Penyelesaian!
Langkah perhitungan:
Depresiasi: (200 juta – 20 juta) / 5 = 36 juta per tahun
Bunga: 12% x 200 juta = 24 juta per tahun
Initial cashflow = 200 juta
Operasional cashflow (Proceed) = EAT + Depresiasi + Bunga (1 – tarif pajak):
Tahun 1= Rp 15 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 70,2 juta
Tahun 2= Rp 20 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 75,2 juta
Tahun 3= Rp 30 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 85,2 juta
Tahun 4= Rp 30 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 85,2 juta
Tahun 5= Rp 25 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 80,2 juta
Terminal cashflow = Nilai sisa + Pengembalian modal kerja
= Rp.20.000.000 + Rp.3.000.000
= Rp.23.000.000
Pada tahun ketiga setelah pembelian ambulan tersebut arus kas sudah positif. Dengan
demikian pengeluaran investasi sebesar 200 juta sudah kembali dalam jangka waktu 2
tahun lebih. Kelebihannya bisa dihitung dengan cara:
(54,6/85,2) x 365 hari = 234 hari
Sehingga Payback Period (PP) = 2 tahun 234 hari
IRR tidak lain adalah nilai k yang dapat menyamakan nilai sisi kiri dan kanan dari
persamaan tersebut. Nilai ini bisa dicari dengan komputer atau kalkulator bisnis, atau
dengan cara trial and error, artinya dicoba-coba hingga diperoleh NPV = 0. Misalnya
dicoba pada tingkat bunga 28% dan 29%, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2. Perhitungan IRR
DF (29%) PV DF (28%)
Cashflow PV Cashflow
Trial 1 Cashflow Trial 2
Tahun 0 -200 1,0000 -200 1,0000 -200,00
Tahun 1 70,2 0,7752 54,42 0,7813 54,85
Tahun 2 75,2 0,6009 45,19 0,6104 45,90
Tahun 3 85,2 0,4658 39,69 0,4768 40,62
Tahun 4 85,2 0,3611 30,77 0,3725 31,74
Tahun 5 103,2 0,2799 28,89 0,2910 30,03
NPV -1,06 NPV 3,14
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai r (IRR) pasti berada di antara 28% dan 29%,
karena NPV-nya bila dibuat 29% hasilnya negatif dan bila dibuat 28% hasilnya positif.
Sehingga nilai persisnya dapat diketahui dengan cara interpolasi dengan menggunakan
rumus:
NPV1 − NPV2
IRR = 𝑟1 + . ( 𝑟2 − 𝑟1 ), sehingga
NPV1
−1,06− 3,14
IRR = 29% + . ( 28% − 29%)
−1,06
IRR = 28,96%
Artinya ambulan ini dapat menghasilkan tingkat keuntungan menjadi 28,98%, jauh lebih
tinggi daripada biaya modalnya yang hanya 12%. Dengan demikian metode IRR juga
merekomendasikan dilaksanakannya investasi (rencana ini feasible dari aspek keuangan)
DAFTAR PUSTAKA
Armen, F. & Azwar, V. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Rumah Sakit. Padang:
Gosyen Publishing.
Halim, A. (2003). Analisis Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4.Yogyakarta: Yayasan
Badan Penerbit Gajah Mada.
Supriyono, R.A. 1987. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian biaya serta
Pembuatan Keputusan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
http://e-journal.uajy.ac.id/2727/3/2EA14861.pdf [diakses pada 11 November 2015]