Anda di halaman 1dari 13

PAPER

KRITERIA PENENTUAN KELAYAKAN INVESTASI

Kewirausahaan Bidang Kesehatan


diajukan guna melengkapi tugas Kewirausahaan Bidang Kesehatan

Oleh:
Muhammad Ikhwan
122110101096

BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2015
PENGERTIAN INVESTASI
Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan
laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001:284). Investasi juga dapat didefinisikan
sebagai penanaman modal atau pemilikan sumber-sumber dalam jangka panjang yang akan
bermanfaat pada beberapa periode akuntansi yang akan datang (Supriyono, 1987:424).
Investasi dapat pula didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2003:2). Umumnya
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Halim, 2003:2) :
1. Investasi pada financial assets
Investasi pada financial assets dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
a. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat
deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya.
b. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham,
obligasi, waran, opsi dan lainnya.
2. Investasi pada real asset
Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian
pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Investasi pada
real asset termasuk dalam capital budgeting, yaitu merupakan keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan tentang pengeluaran dana, di mana jangka waktu
kembalinya dana tersebut lebih dari setahun. Dengan demikian capital budgeting
mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan, karena (Riyanto, 1995:121):
a. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Ini berarti
bahwa perusahaan harus menunggu selama waktu yang panjang atau lama sampai
keseluruhan dana yang tertanam dapat diperoleh kembali oleh perusahaan.
b. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu
yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan forecasting akan dapat
mengakibatkan adanya over investment atau under investment dalam aktiva tetap.
Apabila over investment akan memberikan beban tetap yang besar bagi perusahaan.
Sebaliknya jika under investment akan mengakibatkan kekurangan peralatan, yang ini
dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga
mengurangi daya bersaingnya atau kemungkinan lain ialah kehilangan sebagian dari
pasar bagi produknya.
c. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar.
Jumlah dana yang besar itu mungkin tidak dapat diperoleh dalam jangka waktu yang
pendek atau mungkin tidak dapat diperoleh sekaligus.
d. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan
mempunyai akibat yang panjang dan berat. Kesalahan dalam pengambilan keputusan
ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian.

JENIS-JENIS INVESTASI
Investasi dapat dibagi menjadi empat golongan sebagai berikut ini (Mulyadi, 2001):
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat
kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa
mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan
dalam proses produksi jika dilarikan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya
pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang
instalasi pembersih air limbah, sebelum air limbah dibuang ke luar pabrik.
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan akan
diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. Sebagai
contoh adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya penelitian
dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan.
3. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)
Investasi jenis ini meliputi penggeluaran untuk penggantian mesin dan peralatan yang ada.
Informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan penggantian mesin dan
peralatan adalah informasi akuntansi diferensial yang berupa akitva diferensial dan biaya
diferensial. Penggantian mesin biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan adanya
penghematan biaya (biaya diferensial) yang akan diperoleh atau adanya kenaikan
produktivitas (pendapatan diferensial) dengan adanya penggantian tersebut.
4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment)
Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau
operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Untuk memutuskan jenis investasi ini, yang
perlu dipertimbangkan adalah apakah aktiva diferensial yang diperlukan untuk perluasan
usaha diperkirakan akan menghasilkan laba diferensial (yang merupakan selisih antara
pendapatan diferensial dengan biaya diferensial) yang jumlahnya memadai. Kriteria yang
perlu dipertimbangkan adalah taksiran laba masa yang akan datang (yang merupakan
selisih pendapatan dengan biaya) dan kembalian investasi (return on investment) yang
akan diperoleh karena adanya investasi tersebut.

TUJUAN INVESTASI
Tujuan perusahaan mengadakan investasi pada umumnya adalah:
1. Untuk dapat mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan atau kegiatan perusahaan
lain.
2. Untuk memperoleh pendapatan yang tepat secara terus menerus.
3. Untuk membentuk suatu dana guna tujuan tertentu.
4. Untuk membina hubungan baik dengan peusahaan lain.
Investasi juga perlu diatur agar tidak terjadi over investment atau under investment.
Pengaturan investasi modal yang efektif perlu memperhatikan beberapa faktor berikut ini
(Husnan, 1985:195):
1. Adanya usul-usul investasi
2. Penaksiran aliran kas dari usul-usul investasi tersebut
3. Evaluasi aliran kas tersebut
4. Memilih proyek-proyek sesuai dengan ukuran tertentu, dan
5. Penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah proyek tersebut diterima.

ASPEK PENTING PERENCANAAN DALAM INVESTASI PENGELUARAN


MODAL
Ada beberapa aspek penting perencanaan dalam investasi pengeluaran modal, yaitu
(Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggraini, 2007:323):
1. Investasi pada aktiva tetap akan mengikat perusahaan untuk jangka waktu lama, sehingga
keputusan yang keliru akan memberi dampak beban tetap jangka panjang dalam bentuk:
a. Biaya depresiasi yang berat
b. Beban bunga modal pinjaman bila pembelanjaan aktiva itu sebagian atau seluruhnya
berasal dari pinjaman bank yang memiliki pengaruh besar terhadap arus kas.
2. Apabila kapasitas mesin yang dipilih terlalu besar dan tidak dapat dimanfaatkan secara
memadai, maka akibatnya biaya tetap per unit produk akan meningkat. Hal itu jelas
berpengaruh terhadap kemampuan bersaing produk perusahaan itu di pasar. Sehingga
secara luas pula pengaruhnya terhadap prospek perusahaan selama bertahun-tahun.
3. Adanya kesulitan untuk menjual kembali aktiva tetap yang telah dipakai karena tidak
tersedianya pasar aktiva tetap bekas pakai.
4. Investasi aktiva tetap umumnya membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga
mempengaruhi kebutuhan dana secara keseluruhan. Oleh karenanya akan mempengaruhi
risiko usaha maupun risiko keuangan yang dihadapi perusahaan.
5. Oleh karena investasi membutuhkan tambahan modal yang besar, kerapkali tidak dapat
dipenuhi oleh sumber internal (modal sendiri).
6. Kekeliruan pemilihan kapasitas yang tepat akan membawa akibat yang lama dan panjang
terhadap biaya (cost) per unit produk, harga jual, keuntungan dan daya saing perusahaan.
Sehingga, berdasarkan alasan-alasan tersebut diperlukan perencanaan yang teliti dan
cermat sebelum keputusan investasi akan diambil.

METODE PENILAIAN KELAYAKAN INVESTASI


Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau memilih
berbagai macam alternatif investasi. Berikut ini dibahas beberapa metode untuk menilai suatu
usulan investasi:
1. Payback Period (PP)
Payback Period (Periode Pengembalian) diartikan sebagai jangka waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan nilai investasi awal (initial investment) melalui penerimaan-
penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Jika pajak penghasilan belum
diperhitungkan dalam penentuan payback period, dalam investasi perluasan usaha,
payback period dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Investasi
Payback Period (dalam tahun) = Laba tunai rata−rata per tahun

Sedangkan jika dampak pajak penghasilan diperhitungkan, maka penentuan payback


period dilakukan dengan rumus berikut ini:
Investasi
Payback Period (dalam tahun) =
Kas masuk bersih

Keunggulan Metode Payback Period:


a. Untuk investasi yang besar risikonya dan sulit untuk diperkirakan, maka tes dengan
metode ini dapat mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian
investasi.
b. Metode ini dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate
of return dan risiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu
pengembaliannya paling cepat.
c. Metode ini merupakan alat yang sederhana untuk memilih usul-usul investasi sebelum
meningkat ke penilaian lebih lanjut dengan mempertimbangkan kemampuan investasi
untuk menghasilkan laba.
Kelemahan Metode Payback Period
a. Metode ini tidak memertimbangkan seluruh arus kas dan tidak menghitung nilai
sekarang (present value) terhadap arus kasnya.
Dengan tidak mempertimbangkan seluruh arus kas, berarti metode ini mengabaikan
sejumlah besar arus kas negatif yang mungkin saja terjadi setelah proses pengembalian
(tidak memperlihatkan pendapatan selanjutnya setelah investasi pokok kembali).
b. Metode ini tidak mampu menjawab apakah sebuah rencana investasi layak untuk
dilaksanakan atau tidak. Secara implisit, rekomendasi dari metode ini hanyalah
memilih rencana investasi yang jangka waktu pengembaliannya lebih pendek.
c. Tidak mengukur profitabilitas.

2. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Internal) adalah tingkat bunga yang dapat
menyamakan nilai sekarang arus kas masuk dengan present value arus kas untuk
pengeluaran investasi. Rencana investasi dianggap layak jika IRR  Biaya modal dan
ditolak jika IRR < Biaya modal.
IRR adalah tingkat diskonto yang membuat nilai sekarang bersih arus kas masuk sama
dengan nilai sekarang bersih arus kas keluar sama dengan nol. Metode ini mengasumsikan
bahwa arus kas masuk diinvestasikan kembali pada tingkat pengembalian internal yang
besarnya sama.
Rumus Internal Rate of Return dapat dituliskan sebagai berikut (Riyanto, 1995:132):
𝑛
𝐴𝑡
∑ =0
(1 + 𝑟)𝑡
𝑡=0

Di mana:
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang
diharapkan akan diterima (PV dari proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari
pengeluaran modal (PV dari capital outlays).
At = Cash flow untuk periode t.
n = Periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan.

Apabila “initial cash flow” terjadi pada waktu 0, maka persamaannya dapat dinyatakan
sebagai berikut (Riyanto, 1995:132):
𝐴1 𝐴2 𝐴𝑛
A0 = + 2
+⋯+
(1 + 𝑟) (1 + r) (1 + 𝑟)𝑛

Keunggulan Metode Internal Rate of Return


a. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang.
Kelemahan Metode Internal Rate of Return
a. Sulit dan memakan waktu dalam proses penghitungannya, khususnya pada situasi di
mana arus kas tidak sama besar.
b. Tidak mempertimbangkan besarnya dana investasi yang berbeda-beda untuk proyek-
proyek yang sedang diperbandingkan, serta profitabilitas nominal dari masing-masing
proyek.
c. Pada situasi di mana terdapat beberapa aliran arus kas yang negatif, maka proyek
tersebut bisa jadi akan menghasilkan lebih dari satu angka IRR.

3. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (Nilai Sekarang Bersih) membandingkan nilai sekarang arus kas di
masa depan yang diharapkan berasal dari proyek investasi dengan pengeluaran kas awal
untuk investasi tersebut. Arus kas bersih adalah selisih antara perkiraan arus kas masuk
yang diperoleh karena adanya investasi dengan perkiraan arus kas keluar untuk investasi
tersebut. NPV dapat dicari dengan rumus:
NPV = [ ∑ CFt / (1 + 𝑖)𝑡 ] – I
Di mana:
CF = Arus kas masuk yang diterima dalam periode t
i = Tingkat pengembalian yang diperlukan.
t = Umur proyek investasi.
I = Nilai sekarang dari biaya proyek

NPV menunjukkan besarnya nilai produktif dari suatu investasi, yaitu apakah nilai
tersebut lebih besar, sama dengan atau lebih kecil dari biaya investasinya. NPV yang
positif menunjukkan bahwa investasi tersebut menghasilkan tingkat penghasilan yang
melebihi tingkat yang diminta sehingga investasi tersebut harus diterima. Sebaliknya NPV
negatif menunjukkan bahwa investasi tersebut menghasilkan pendapatan yang lebih
rendah dari tingkat yang diminta sehingga investasi tersebut harus ditolak.
Keunggulan Metode Net Present Value
a. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang.
b. Dalam metode net present value semua arus kas selama umur proyek investasi
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Kelemahan Net Present Value
a. Membutuhkan perhitungan yang cermat dalam menentukan tarif kembalian investasi.
b. Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama jumlah investasi yang
ditanamkan di dalamnya, nilai tunai arus kas bersih dalam rupiah tidak dapat dipakai
sebagai pedoman.

4. Profitability Index (PI)


Profitability Index menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi. PI dapat
dicari dengan rumus:
Nilai sekarang aliran kas masuk
PI = Nilai investasi

Dengan kriteria penerimaan dan penolakan sebagai berikut:


Jika PI > 1, maka proyek diterima
Jika PI = 1, maka tidak menjadi masalah apakah proyek diterima/ditolak
Jika PI < 1, maka proyek ditolak

Contoh Soal:
Sebuah rumah sakit swasta merencanakan investasi untuk membeli sebuah mobil ambulan
baru seharga Rp.200.000.000. Ambulan tersebut diperkirakan dapat dioperasionalkan selama
5 tahun sesuai dengan umur ekonomisnya yang didepresiasi dengan metode garis lurus.
Setelah itu, diperkirakan masih dapat dijual kembali dengan harga Rp. 20.000.000.
Pengoperasian ambulan memerlukan modal kerja awal Rp. 30.000.000. Akan tetapi, dari
hasil pengoperasian ambulan tersebut diperkirakan akan memperoleh laba bersih sebagai
tambahan pendapatan rumah sakit sebagai berikut:
Tahun 1= Rp.15.000.000
Tahun 2 = Rp.20.000.000
Tahun 3 = Rp.30.000.000
Tahun 4 = Rp.30.000.000
Tahun 5 = Rp.25.000.000
Investasi tersebut akan didanai menggunakan pinjaman dengan biaya modal 12% per tahun,
dan pajak 20%. Evaluasilah rencana pembelian ambulan tersebut dengan menggunakan
kriteria PP, NPV, PI, dan IRR, apakah layak (feasible) atau tidak dari aspek keuangan?
Penyelesaian!
Langkah perhitungan:
 Depresiasi: (200 juta – 20 juta) / 5 = 36 juta per tahun
 Bunga: 12% x 200 juta = 24 juta per tahun
 Initial cashflow = 200 juta
 Operasional cashflow (Proceed) = EAT + Depresiasi + Bunga (1 – tarif pajak):
Tahun 1= Rp 15 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 70,2 juta
Tahun 2= Rp 20 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 75,2 juta
Tahun 3= Rp 30 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 85,2 juta
Tahun 4= Rp 30 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 85,2 juta
Tahun 5= Rp 25 juta + Rp 36 juta + Rp 24 juta (1 – 20%) = Rp 80,2 juta
Terminal cashflow = Nilai sisa + Pengembalian modal kerja
= Rp.20.000.000 + Rp.3.000.000
= Rp.23.000.000

a. Payback Period (PP)


Payback Period (PP) bisa dihitung dengan cara mengurangi investasi awal (200 juta)
dengan arus kas masuk bersih dari operasional secara bertahap, sehingga kita dapat
mengetahui apakah uang yang diinvestasikan sudah kembali atau belum. Perhitungannya
sebagai berikut:
200 juta
Tahun 1 70,2
-129,8
Tahun 2 75,2
-54,6
Tahun 3 85,2
30,6
Tahun 4 85,2

Pada tahun ketiga setelah pembelian ambulan tersebut arus kas sudah positif. Dengan
demikian pengeluaran investasi sebesar 200 juta sudah kembali dalam jangka waktu 2
tahun lebih. Kelebihannya bisa dihitung dengan cara:
(54,6/85,2) x 365 hari = 234 hari
Sehingga Payback Period (PP) = 2 tahun 234 hari

b. Net Present Value (NPV) dan Profitability Index (PI)


Karena unsur pembentuk kedua kriteria kelayakan ini sama, yaitu nilai sekarang dari aliran
kas masuk (PV cash in flow) nilai sekarang dari kas ke luar (PV cash out flow), maka
penyelesaiannya bisa sekaligus.
Dalam kalimat matematis dijabarkan sebagai berikut:
NPV = PV Cash in flow – PV Cash out flow
PI = PV Cash in flow / PV cash out flow

Cash in flow = Operational cash flow + terminal cash flow


Cash out flow = Initial cash flow (initial investment)

PV cashflow diperoleh dengan cara mendiskontokan (mengalikan cashflow-nya dengan


discount factor sesuai dengan biaya modal), yaitu pada tingkat bunga 12%.
Tabel 1. Perhitungan NPV dengan Matrik
Cashflow (juta) DF (12%) PV Cashflow (juta)
(1) (2) (3) (4) = (2) x (3)
Tahun 0 (200) 1,0000 -200,00
Tahun 1 70,2 0,8929 62,68
Tahun 2 75,2 0,7972 59,95
Tahun 3 85,2 0,7118 60,65
Tahun 4 85,2 0,6355 54,14
Tahun 5 103,2 0,5674 58,56
NPV 95,98
Dengan bantuan tabel tersebut, perhitungan PI juga dapat dilakukan, yaitu penjumlahan
dari semua PV cash in flow dibagi dengan jumlah investasi:
= 295,98 juta / 200 juta
= 1,48
Kesimpulan:
Rencana investasi tersebut layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV positif (Rp 95,98
juta), dan nilai PI > 1.

c. Internal Rate of Return (IRR)


Persamaan matematis yang digunakan yaitu:
NPV1 − NPV2
IRR = 𝑟1 + . ( 𝑟2 − 𝑟1 )
NPV1

IRR tidak lain adalah nilai k yang dapat menyamakan nilai sisi kiri dan kanan dari
persamaan tersebut. Nilai ini bisa dicari dengan komputer atau kalkulator bisnis, atau
dengan cara trial and error, artinya dicoba-coba hingga diperoleh NPV = 0. Misalnya
dicoba pada tingkat bunga 28% dan 29%, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2. Perhitungan IRR
DF (29%) PV DF (28%)
Cashflow PV Cashflow
Trial 1 Cashflow Trial 2
Tahun 0 -200 1,0000 -200 1,0000 -200,00
Tahun 1 70,2 0,7752 54,42 0,7813 54,85
Tahun 2 75,2 0,6009 45,19 0,6104 45,90
Tahun 3 85,2 0,4658 39,69 0,4768 40,62
Tahun 4 85,2 0,3611 30,77 0,3725 31,74
Tahun 5 103,2 0,2799 28,89 0,2910 30,03
NPV -1,06 NPV 3,14

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai r (IRR) pasti berada di antara 28% dan 29%,
karena NPV-nya bila dibuat 29% hasilnya negatif dan bila dibuat 28% hasilnya positif.
Sehingga nilai persisnya dapat diketahui dengan cara interpolasi dengan menggunakan
rumus:
NPV1 − NPV2
IRR = 𝑟1 + . ( 𝑟2 − 𝑟1 ), sehingga
NPV1
−1,06− 3,14
IRR = 29% + . ( 28% − 29%)
−1,06
IRR = 28,96%
Artinya ambulan ini dapat menghasilkan tingkat keuntungan menjadi 28,98%, jauh lebih
tinggi daripada biaya modalnya yang hanya 12%. Dengan demikian metode IRR juga
merekomendasikan dilaksanakannya investasi (rencana ini feasible dari aspek keuangan)
DAFTAR PUSTAKA

Armen, F. & Azwar, V. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Rumah Sakit. Padang:
Gosyen Publishing.
Halim, A. (2003). Analisis Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4.Yogyakarta: Yayasan
Badan Penerbit Gajah Mada.
Supriyono, R.A. 1987. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian biaya serta
Pembuatan Keputusan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
http://e-journal.uajy.ac.id/2727/3/2EA14861.pdf [diakses pada 11 November 2015]

Anda mungkin juga menyukai