Anda di halaman 1dari 6

1.

Komunikasi terapeutik yang efektif

Dasar konsep komunikasi terapeutik Komunikasi merupakan suatu pertukaran


pikiran, perasaan, pendapat , dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua
orangatau lebih yang bekerjasama. Nursalam (2009) menyatakan komunikasi
yang merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu
pesan dengan cara yang mudah sehingga lain dapat dimengerti dan penerima
maksud dan tujuan pemberi pesan. Menurut Edwar Depari dari Widjaja (2002),
komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Komunikasi terapeutik merupakan proses penyampaian pesan, makna


dan pemahaman perawat untuk memfasilitas proses penyembuhan pasien .
mustikasari, 2006 menyatakan bahwa komunikasi menjadi penting karena dapat
menjadi sarana membina yang baik antara pasien dengan tenaga kesehatan,
dapat melihat perubahan perilaku pasien, sebagai kunci keberhasilan, sebagai
tolak ukur kepuasan pasien dan keluhan tindakan dan rehabilitas.
2. Fungsi komunikasi terapeutik
Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien,
perawat dan klien adalah suatu hubungan terapeutik dimana hubungan
yang mempunyai tujuan yaitu untuk kesembuhan klien.
Maka dari itu komunikasi terapeutik mempunyai yaitu :
1. Mendorong kerjasama antara perawat dengan klien
2. Menganjurkan kerjasama antara perawat dengan klien
3. Mengatasi persoalan
4. Mencegah adanya tindakan negatif terhadap pertahanan diri pasien.

3. Tujuan komunikasi terapeutik


a. Membantu memperjelas dan mengurangi beban
b. Mengurangi keraguan
c. Mempengaruhi orang lain
Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
bentuk keterampilan dasar untuk melakukan wawancara dan penyuluhan.
Karena dengan komunikasi inilah awal hubungan antara perawat dengan klien.
4. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
Dalam melakukan proses komunikasi terdapat faktor yang mempengaruhi
isi pesan dan sikap menyampaikan pesan. Menurut Potter dan Perry (1993)
faktor yang mempengaruhi komunikasi yaitu :
1. Perkembangan
Dalam berkomunikasi isi dan sikap menyampaikan pesan harus
disesuaikan dengan yang di ajak bicara seperti anak-anak, remaja,
dewasa atau usia lanjut.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian.
Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala
persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi.
Karena kita persepsikan belum tentu sama dengan yang
dipersepsikan oleh orang lain.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat
penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai
seseorang.
4. Latar belakang budaya
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
5. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam
berkomunikasi kita harus tahu emosi diri orang yang akan kita ajak
berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau
pesan tidak sampai.
6. Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kita ajak
berkomunkasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu
maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat
pengetahuan yang kita ajak bicara.
7. Peran
Gaya komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang kita
lakukan. Misalnya ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan yang lain.
8. Lingkungan
Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempit, tidak leluasa
untuk berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak
nyaman.

5. Fase komunikasi terapeutik


1. Fase orientasi
a. Perkenalan
b. Kontrak
c. Program

2. Fase lanjutan
a. Meningkatkan interaksi sosial .
1. Meningkatkan sikap penerima.
2. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara
pemecahan dan dalam menjalin hubungan kerjasama.
b. Meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik.
1. Melanjutkan pengkajian dan evaluasi
2. Meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi
ketergantungan pasien pada perawat.
3. Mempertahankan tujuan yang telah disepakati.

3. fase terminasi
a. merupakan fase persiapan mental untuk membuat kesimpulan dan
mempertahankan batas hubungan.
b. mengantisipasi masalah yang akan timbul.
c. fase ini memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman
perpisahansebelumnya sehingga pasien merasa sunyi, menolak, dan
depresi.

6. Bagaimana menjadi perawat yang terapeutik


1. Tujuan dari hubungan terapeutik (Stuart and Sudden, 1995),
a. Kesadaran diri, penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan.
b. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integratis diri.
c. Kemampuan untuk membentuk keintiman, saling ketergantungan,
hubungan interpersonal (memberi dan menerima)
d. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap
kenutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang
realistik.
2. Menjadi perawat yang teraupetik
a. Kualitas personal atau pribadi perawat.
b. Fasilitas komunikasi
c. Dimensi respon
d. Dimensi tindakan
e. Pilihan terapeutik
f. Hasil terapeutik
7. Kualitas pribadi (Menurut Johari Window)
1. Diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
2. Hanya diketahui oleh orang lain
3. Hanya diketahui oleh diri sendiri
4. Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain
Setiap kuadran terdiri dari:
1. Tingkah laku
2. Peraasaan
3. Pikiran
8. Panduan Interaksi antara Perawat dengan Klien
1. Tahap pre Interaksi
a. Mengumpulkan data klien
b. Melihat ekspresi, p[erasaan dan fantasi
c. Melakukan perencanaan
2. Tahap orientasi
a. Membirikan salam dan tersenyum pada klien.
b. Melakukan validasi
c. Menanyakan nama pasien
d. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien.
e. Memiliki tanggung jawab perawat terhadap klien
f. Memiliki peran perawat dengan klien
g. Memilih kegiatan yang akan dilakukan
h. Memiliki tujuan
i. Merencanakan waktu yang dibutuhkan
j. Menjaga kerahasiaan
3. Tahap Kerja
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
b. Menanyakan keluhan utama
c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
d. Memulai kegiatan kegiatan sesuai rencana

4. Tahap Terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara
b. Melakukan reinforcement
c. Mengakhiri wawancara dengan baik
5. Dimensi respon
a. Berhadapan
b. Mempertahankan kontak mata
c. Tersenyumpadfa saat yang tepat
d. Membungkuk ke arah klien
e. Mempertahankan sikap terbuka
9. Fasilitas Komunikasi Terapeutik
1. Komponen komunikasi (menurut Potter and Perry, 1993)
a. Komunikaator (penyampaian informasi)
b. Komunikan (penerima informasi)
c. Pesan (gagasan atau pendapat atau stimulus yang disampaikan)
d. Media komunikasi (saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan)
e. Encoding (perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan)
f. Decoding (penafsiran pesan oleh komunikan saat menerima pesan)
2. Tingkat hubungan komunikasi (menurut Potter and Perry, 1993)
a. Komunikasi intra personal
Merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri individu sendiri
b. Komunikasi inter personal
Merupakan interaksi antara dua orang atau kelompok kecil
c. Komunikasi massa
Merupakan interaksi yang terjadi dalam kelompok besar
10. Perilaku Verbal
Beberapa hal penting dalam komunikasi Verbal (Ellis,1994) meliputi :
1. Penggunaan bahasa
a. Kejelasan memilih kata
b. Keringkasan
c. Sederhana
2. Kecepatan
11. Komunikasi Verbal Efektif
Mempunyai karakteristik :
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung.
Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil kemungkinan
terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas.
2. Perbendaharaan kata
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan oleh perawat,
klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti pentunjuk atau
mempelajari informasi penting. Ucapan pesan istilah yang dimengerti
klien.
3. Arti denotatif dan konotatif
Dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarganya, perawat harus
mampu memilih kata-kata yang tidak banyak disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan
kondisi klien. Arti denitatif memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan, sedangkan, arti konotatif merupakan
pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
4. Intonasi
Suara komunikator mampu mempengaruhi arti pesan. Nada suara
pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya
ketika sedang berinteraksi dengan klien karena maksud untuk
menyampaikan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalang
oleh intonasi nada suara perawat.
5. Kecepatan berbicara
Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara
dan tempobicara yang tepat.
6. Humor
Humor meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien.

12. Interpretasi/penafsiran
Penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap yang kita lihat
(amati) dan kita dengar. Misalnya :
1. Kesal karena terlalu lama menunggu
2. Marah karena tidak diperhatikan oleh perawat sedih karena abortus.
13. `membina hubungan baik
Membina hubungan baik adalah dasar dari pemberian komunikasi pada
klien. Dengan adanya hubungan yang baik akan menciptakan
keterbukaan dari klien terhadap perawat.

Anda mungkin juga menyukai