Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Tulang Alveolar


Tulang alveolar adalah tulang yang menyangga gigi pada rahang sehingga
membentuk prosesus alveolaris. Tulang alveolar berkembang bersamaan dengan erupsinya
gigi geligi dan akan mengalami resorpsi ketika gigi tanggal (Masthan, 2010).

2.1.1 Struktur Anatomi


Secara anatomi prosesus alveolar terbagi menjadi dua yaitu tulang alveolar
sebenarnya (Alveolar proper bone) dan tulang alveolar pendukung (Alveolar supporting
bone) (Chatterjee, 2006).

Gambar 1. Struktur anatomi tulang alveolar (Chatterjee, 2006)

a. Tulang Alveolar Sebenarnya (Alveolar Proper Bone)


Tulang alveolar yang sebenarnya adalah tulang yang membatasi alveolus atau soket
tulang yang berisi akar gigi. Tulang alveolar yang sebenarnya adalah bagian dari jaringan
periradikular yang terdiri dari bundel tulang di tepi alveoli dan tulang yang berlamela ke arah
pusat prosesus alveolar. Gambaran radiografik tulang alveolar sebenarnya disebut lamina
dura dapat juga disebut sebagai plat kribriform, istilah ini timbul karena banyaknya foramina
yang melubangi tulang. Foramina ini berisi pembuluh darah dan saraf yang mensuplai gigi –
gigi, ligamen periodontal, dan tulang (Chatterjee, 2006).
b. Tulang Alveolar Pendukung (Alveolar Supporting Bone)
Tulang alveolar pendukung adalah tulang yang mengelilingi tulang alveolar
sebenarnya dan merupakan penyokong dari soket. Tulang alveolar pendukung terdiri atas 2
bagian yaitu :
1) Keping Kortikal Eksternal
Dibentuk oleh tulang havers dan lamella tulang kompak yang terdapat di
dalam dan luar lempeng pada prosesus alveolar. Keping kortikal ini lebih tipis di
maksila dibandingkan di mandibula, lebih tebal dibagian molar serta premolar pada
regio mandibula. Keping kortikal eksternal berjalan miring ke arah koronal untuk
bergabung dengan tulang alveolar sebenarnya dan membentuk dinding alveolar
dengan ketebalan sekitar 0,1 – 0,4 mm (Devy, 2004).
2) Tulang Spons (Tulang Kanselus)
Tulang yang mengisi ruang antara tulang kompak dan tulang alveolar
sebenarnya. Septum interdental terdiri dari tulang spons yang mendukung tulang dan
menutupi bagian dalam dari tulang kompak (Devy, 2004).

Gambar 2. a. Keping alveolar bagian buccal, b. Keping alveolar bagian lingual, c. Interdental
septum, d. Interradicular septum (Berkovitz, 2009)
2.1.2 Gambaran Histologi
Masthan (2010) menyatakan bahwa tulang alveolar adalah jaringan ikat yang
termineralisasi, terdiri atas :
a. Matrik Tulang
Tabel 1. Komposisi matrik tulang.

Berat Volume

Komponen Organik 60% 36%

Komponen Non-Organik 25% 26%

Air 15% 28%

1) Organik
90 % komponen material organik tampak sebagai kolagen tipe 1. Substansi
dasar mengandung proteoglikan dan sejumlah kecil protein lain seperti osteoklasin,
osteonektin dan osteopontin (Masthan, 2010).
2) Non-Organik
Kalsium dan fosfor ditemukan lebih banyak pada tulang alveolar daripada
bikarbonat, sitrat, magnesium, potassium dan sodium. Bentuk mineralnya adalah
hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] berbentuk seperti jarum kristalit atau lempengan
tipis yang tebalnya 8 nm dan panjangnya bervariasi (Masthan, 2010).

b. Sel tulang
Sel tulang alveolar terdiri atas osteoblas, osteosit, osteoklas, sel osteoprogenitor,
lapisan sel tulang (Masthan, 2010).

A. Tulang Alveolar yang sebenarnya


Pada histologi dasar, terdapat dua macam tulang yaitu : tulang kanselus dan tulang
padat. Tulang alveolar sebenarnya merupakan modifikasi dari tulang padat yang
mengandung lubang serat (Sharpey’s). Serat-serat kolagen ini menembus tulang alveolar
sebenarnya pada sudut miring ke permukaan sumbu panjang gigi, ini merupakan sarana
penghubung bagi ligamen periodontal pada gigi. Ikatan serat yang berasal dari tulang ini
jauh lebih besar dibandingkan ikatan serat yang ada di sementum (Masthan, 2010).
Karena tulang pada prosesus alveolar biasanya ditembus oleh ikatan kolagen
sehingga disebut ikatan tulang atau tulang alveolar sebenarnya. Lamina dura tampak lebih
padat daripada tulang pendukung di sampingnya, tetapi kepadatannya pada radiografi
kurang, mungkin karena orientasi mineral disekitar ikatan serat dan kurangnya nutrisi
pada kanal tersebut. Tidak semua tulang alveolar sebenarnya tampak seperti ikatan
tulang, terkadang tidak ada lubang serat yang jelas pada lapisan tulang soket. Secara
konstan, tulang pendukung melalui modifikasi dalam adaptasi pergerakan gigi minor
sehingga serat mungkin bisa hilang atau digantikan dari waktu ke waktu di beberapa
daerah akar (Masthan, 2010).

Gambar 3. Histologi tulang alveolar.

B. Tulang Alveolar Pendukung

DAFTAR PUSTAKA

Chatterjee, Kabita. 2006. Essential of Oral Histology. Jaypee Brothers Medical Publicaton.
Devy, Garna Firena. 2004. Resopsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal. Universitas
Sumatera Utara.
Masthan, Kmk. 2010. Textbook of Human Oral Embryologi, Anatomy, Physiology and Tooth.
Jaypee Brothers Medical Publicaton.

Anda mungkin juga menyukai