INSTALASI SARINGAN
PASIR LAMBAT
MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL
INSTALASI SARINGAN
PASIR LAMBAT
INSTALASI SARINGAN PASIR LAMBAT
Cetakan 1 - 2014
Editor :
Ir. Lutfi Faizal
Dra. Yulinda Rosa, M.Si.
Neneng Kaniawati, S.Sos., MM.
Guswandi, S.Sos.
PUSKIM. 2014
ISBN : 978-602-8330-89-3
INSTALASI SARINGAN PASIR LAMBAT iii
PENGANTAR
Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya.
Sayangnya, tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi
yang memadai untuk kebutuhan hidup. Untuk mempercepat pelayanan air minum,
perlu digalakkan pembangunan partisipatif yang melibatkan masyarakat sebagai subyek
dalam penyelenggaraan urusan publik, dimana peran pemerintah secara bertahap akan
berubah dari penyedia prasarana menjadi peran pemberdaya dan fasilitator.
Salah satu upaya pelibatan masyarakat dalam peningkatan pelayanan air minum
adalah Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM-BM). Penyediaan Air Minum
Berbasis Masyarakat, merupakan sistem penyediaan air minum yang diprakarsai, dipilih,
dibangun dan dibiayai oleh masyarakat dan atau dengan bantuan pihak lain, dikelola
secara berkelanjutan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan kelompok pengguna
air minum bersangkutan.
Modul ini merupakan suatu pelengkap Modul Penyediaan Air Minum Berbasis
Masyarakat yang bertujuan untuk memilih pembangunan jenis prasarana dan sarana
yang tepat dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat ditinjau dari aspek
ketersediaan sumber air, teknologi tepat guna, kemudahan dalam pengerjaan, operasi
dan pemeliharaan serta ramah lingkungan.
Salah satu prasarana air bersih adalah dengan menggunakan instalasi saringan pasir
lambat terutama untuk daerah yang belum terlayani penyediaan air minum, sementara
air baku banyak tersedia yang berpotensi untuk diolah menjadi air minum.
Modul Instalasi Saringan Pasir Lambat (SPL) ini disusun sebagai acuan dalam alternatif
pemilihan sarana penyediaan sarana air minum.
Melalui sosialisasi atau pelatihan modul ini, diharapkan pelayanan air minum semakin
meningkat dalam rangka pemenuhan kebutuhan air minum terutama untuk masyarakat
di wilayah yang belum terlayani air minumnya oleh pemerintah.
Kepala
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Perhitungan Luas Permukaan Bak untuk Debit 1 s.d. 5 L/det . .......... 6
Tabel 2. Kedalamam Saringan Pasir Lambat . ...................................................................... 7
Tabel 2. Gradasi Butir Media Kerikil ....................................................................................... 7
Tabel 3. Jumlah Operator .......................................................................................................... 11
DAFTAR GAMBAR
1. Petunjuk Penggunaan
air baku
air yang mutunya memenuhi ketentuan baku mutu air baku yang berlaku;
air minum
air yang mutunya memenuhi ketentuan baku mutu air minum yang berlaku;
3. Alur Pikir
Alur pikir yang digunakan dalam memahami paparan modul ini dapat dilihat gambar 1.
Gambar 1. Alur Pikir Perencanaan, Operasi dan Perawatan Saringan Pasir Lambat
Dalam modul perencanaan, operasi dan perawatan instalasi saringan pasir lambat, dengan
pendekatan dalam penerapan instalasi saringan pasir lambat dapat dilihat pada gambar 2.
STAKEHOLDER
Masyarakat, tokoh masyarakat, LSM, dinas terkait, akedimisi, penentu kebijakan
(Pemda, DPRD) praktisi konsultasi (swasta), asosiasi
4. Tujuan
5. Sasaran Komunikan
Memahami modul ini, komunikan yang akan melakukan sosialisasi perencanaan penyediaan air
minum dengan penerapan instalasi saringan pasir lambat adalah :
1. Dinas terkait
2. Praktisi konsultan perencana, pelaksanaan, pengawas pembangunan prasarana air minum.
3. Penentu kebijakan seperti pemerintah daerah dan DPRD
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan pembangunan prasarana air minum.
5. Tokoh masyarakat/masyarakat
6. Akedemisi perguruan tinggi
7. Asosiasi
7. Konten Modul
Kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang perlu ditingkatkan,
baik yang berhubungan dengan kuantitas maupun kualitasnya. Untuk meningkatkan pelayanan
akan air bersih di daerah pedesaan diperlukan telnologi yang mudah dalam pengoperasian dan
mudah pemeliharaannya, yang disesuaikan dengan kualitas sumber air baku yang tersedia.
Saringan pasir lambat (SPL) merupakan salah satu teknologi alternatif yang sederhana dapat
dilaksanakan oleh masyarakat di pedesaan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Sarigan pasir
lambat (SPL), yaitu instalasi pengolahan air berupa bak saringan yang menggunakan pasir sebagai
media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi.
Pada umumnya saringan pasir lambat yang diterapkan di Indonesia merupakan suatu instalasi
konvensional dalam upaya mengurangi kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) air baku. Proses
penyaringan berlangsung secara gravitasi, sangat lambat, dan simultan pada seluruh permukaan
media. Proses penyaringan merupakan kombinasi antara proses fisis (filtrasi, sedimentasi dan
adsorpsi), proses biokimia dan proses biologis. Saringan pasir lambat lebih cocok mengolah air
baku, yang mempunyai kekeruhan sedang sampai rendah kurang dari 50 mg/L SiO2, dan konsentrasi
oksigen terlarut (dissolved oxygen) sedang sampai tinggi. Kandungan oksigen terlarut tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh proses biokimia dan biologis yang optimal. Apabila air baku
mempunyai kandungan kekeruhan tinggi dan konsentrasi oksigen terlarut rendah, maka sistem
saringan pasir lambat membutuhkan pengolahan pendahuluan, yang direncanakan terpisah dari
standar ini. Sumber air baku berasal dari air sungai atau air danau atau embung-embung.
Bangunan bak saringan pasir lambat (SPL) terbuat dari beton, ferosemen, fiber glass atau bata semen,
yang dilengkapi dengan sistem saluran inlet, outlet, perpipaan dan bak-bak pengontrol. Jenis dan
kapasitas SPL dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kualitas air baku, dan kontinyuitas
sumber air baku.
Media penyaring yang digunakan pada umumnya adalah pasir kuarsa. Pasir yang digunakan sebagai
media filter dengan ukuran butiran kecil dan mengandung kuarsa yang tinggi. Ukuran media pasir
saringan yang sangat kecil akan membentuk ukuran pori-pori antara butiran media juga sangat
kecil. Meskipun ukuran pori-porinya sangat kecil, ternyata masih belum mampu menahan partikel
koloid dan bakteri yang ada dalam air baku. Akan tetapi dengan aliran yang berkelok-kelok melalui
pori-pori saringan dan juga lapisan kulit saringan, maka gradien kecepatan yang terjadi memberikan
kesempatan pada partikel halus, untuk saling berkontak satu sama lain, dan membentuk gugusan
yang lebih besar, yang dapat menahan partikel sampai pada kedalaman tertentu, dan menghasilkan
filtrat yang memenuhi persyaratan kualitas air minum.
Bagi pasir media yang baru pertama kali dipasang dalam bak saringan memerlukan masa operasi
penyaringan awal, secara normal dan terus menerus selama waktu kurang lebih tiga bulan. Tujuan
operasi awal adalah untuk mematangkan media pasir penyaring dan membentuk lapisan kulit
saringan (schmutsdecke), yang kelak akan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses biokimia
dan proses biologis. Selama proses pematangan, kualitas filtrat atau air hasil olahan dari saringan
pasir lambat, biasanya belum memenuhi persyaratan air minum.
Proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat terdiri atas bangunan penyadap, bak
penampung, saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih. Perencanaan SPL memenuhi
kriteria dan perhitungan sebagai berikut :
a) kecepatan penyaringan 0,1 m/jam sampai dengan 0,4 m/jam.
b) luas permukaan bak dihitung dengan rumus :
A = ........................................................................................................................................................................... (1)
dimana :
Q = Debit air baku (m3/jam)
V = Kecepatan penyaringan (m/jam)
A = Luas permukaan bak (m2)
c) luas permukaan bak (A) = P x L. ................................................................................................................... (2)
d) panjang bak (P) : lebar bak (L) = (1 sampai dengan 2) : 1. ............................................................. (3)
e) jumlah bak minimal 2 buah
Tabel 1. Hasil Perhitungan Luas Permukaan Bak untuk Debit 1 s.d. 5 L/det
Debit Kecepatan Penyaringan Luas Permukaan Bak
No.
(L/det) (m/jam) (m2)
1. 1,0 0,1 s.d 0,4 9 s.d 36
2. 2,0 0,1 s.d 0,4 18 s.d 72
3. 3,0 0,1 s.d 0,4 27 s.d 108
4. 4,0 0,1 s.d 0,4 36 s.d 144
5. 5,0 0,1 s.d 0,4 45 s.d 180
d. dilengkapi dengan penahan cucuran air baku di atas pasir penyaring supaya tidak merusak
permukaan pasir.
2) Saluran keluaran (Outlet) ditentukan sebagai berikut :
(a) saluran tertutup;
(b) dilengkapi dengan katup pengatur debit efluen;
(c) dilengkapi dengan alat ukur debit;
(d) dilengkapi dengan sistem perpipaan yang dapat mengalirkan air olahan;
(e) dilengkapi dengan bak penampung air olahan dengan muka air di atas permukaan media
penyaring 5 cm sampai dengan10 cm;
3) Saluran pengumpul bawah (underdrain) ditentukan sebagai berikut :
(a) saluran-saluran memanjang dengan tutup berlubang atau pipa dilengkapi nozzle; dengan
ketentuan sebagai berikut :
(1) lebar saluran dari as ke as 25 cm sampai dengan 30 cm;
(2) dalam saluran 10 cm sampai dengan 20 cm;
(3) jumlah saluran sebanyak 5 lajur kearah pajang bak saringan.
(4) pada bagian atas saluran diberi tutup batu belah, plat beton atau tegel. Lebar pelat
beton 25 cm sampai 30 cm; panjang 25 cm sampai 30 cm; tebal plat 5 cm sampai 10
cm; Jarak antara penutup 1 cm sampai dengan 2 cm, dan atau lebih kecil dari ukuran
butir kerikil penahan yang paling besar;
(5) kemiringan saluran pengumpul kearah outlet 1% sampai dengan 2%;
(6) lantai saluran pengumpul bawah harus datar atau rata;
(b) susunan bata cetak, beton pracetak, lantai beton berlubang, balok beton pracetak
berlubang dan sebagainya dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) lebar saluran dari as ke as 40 cm sampai dengan 50 cm;
(2) dalam saluran 10 cm sampai dengan 20 cm;
(3) tebal diding saluran 10 cm;
(4) jumlah saluran sebanyak 5 lajur ke arah pajang bak saringan;
(5) pada bagian atas saluran diberi tutup plat beton. Lebar pelat beton 40 cm sampai 50
cm; panjang 40 cm sampai 50 cm; tebal plat 10 cm sampai 20 cm; serta jarak antara plat
penutup saluran 1 cm;
(6) kemiringan saluran pengumpul kearah outlet 1% sampai dengan 2%;
(7) lantai saluran pengumpul bawah harus datar atau rata;
(c) jaringan pipa manifold (pipa utama), dan
pipa lateral (cabang) yang diberi lubang
(orifice) pada bagian bawahnya; dapat dilihat
pada dengan ketentuan sebagai berikut :
a) diameter pipa manifold 20 cm sampai
dengan 30 cm;
b) diameter pipa lateral 7,5 cm sampai
dengan 10 cm. Jarak antar pipa lateral
20 cm sampai dengan 25 cm. Pipa lateral
dipasang sisi kiri dan sisi kanan pipa
manifold;
c) diameter lubang pada pila lateral (orifice) 0,6 cm sampai dengan 1,2 cm; lubang dibuat
pada seluruh badan pipa lateral.
d) jarak antar orifice 5 cm sampai dengan 10 cm;
e) kemiringan pipa manifold kearah outlet 1% sampai dengan 2%;
4) Pelimpah ditentukan sebagai berikut :
(a) berbentuk saluran terbuka atau tertutup;
(b) dipasang pada inlet saringan;
(c) permukaan ambang pelimpah tepat pada permukaan air maksimum saringan yang
bersangkutan;
(d) air pelimpah dapat dialirkan ke dalam tangki khusus untuk dimanfaatkan ulang ke dalam
bak pembagi atau dibuang langsung ke badan air penerima.
5) Penguras ditentukan sebagai berikut :
(a) tampungan air dengan ketentuan:
(1) dipasang tepat di bawah terjunan inlet, dan di tengah-tengah kedua sisi memanjang
saringan;
(2) ambang tampungan kurang lebih 30 cm di bawah permukaan pasir penyaring
maksimum;
(3) penampang atas tampungan diberi tutup;
(4) dihubungkan dengan pipa penguras dan dilengkapi dengan katup.
(b) air kurasan dapat dialirkan ke dalam tangki khusus atau dibuang ke badan air penerima.
j) Pencucian pasir sebagai berikut :
1) Alat pencucian tipe hidrolik dapat dilihat Lampiran B :
(a) luas penampang atas 1 m2 dapat mencuci pasir sekitar 8 m3/jam,
(b) tersedia bak/tangki untuk mencampurkan pasir dengan air pencuci,
(c) tersedia pompa dengan ejektor untuk mengalirkan campuran air dan pasir ke atas tangki
pencuci,
(d) kecepatan air berpasir ≥ 1,5 m/detik.
2) Alat pencucian tipe manual dapat dilihat pada Gambar B.4.3 Lampiran B :
(a) untuk debit saringan ≤3 Liter/detik;
(b) kapasitas pencuci = kapasitas pasir per saringan yang akan dicuci;
(c) tersedia pompa untuk penyemprotan air pencuci;
(d) bak dilengkapi dengan katup.
1) Media penyaring
Lakukan pekerjaan sebagai berikut :
a) identifikasi potensi pasir lokal;
b) periksa kualitas pasir;
c) tentukan gradasi pasir dengan analisis ayakan.
2) Media penahan
Lakukan pekerjaan berikut :
a) identifikasi potensi kerikil;
b) tentukan kualitas kerikil;
c) tentukan gradasi kerikil dengan analisis ayakan.
7.4.5 Pembiayaan
Pengoperasian dan perawatan saringan pasir lambat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Dioperasikan dan dirawat bersama-sama dengan unit perlengkapannya;
2) Dilengkapi dengan peralatan untuk pengoperasian dan perawatan;
3) Mematuhi cara pengoperasian dan perawatan unit lainnya yang berlaku;
4) Kualitas air hasil olahan memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air bersih;
5) Instalasi saringan pasir lambat direncanakan sesuai dengan tata cara perencanaan yang berlaku;
6) Penanggung jawab pengoperasian dan perawatan saringan pasir lambat dilaksanakan oleh
lembaga/pengelola instalasi saringan pasir lambat.
Dalam pengoperasian dan perawatan saringan pasir lambat harus memenuhi kriteria berikut :
1) Air baku yang masuk ke bak saringan mengandung kekeruhan kurang dari atau sama dengan
50 mg/L SiO2, konsentrasi oksigen terlarut lebih dari atau sama dengan 6 mg/L, koliform total
kurang dari atau sama dengan 1.000 per 100 mL. Dalam hal terjadi pertumbuhan algae, lakukan
penutupan permukaan bak saringan agar tidak terkena sinar matahari;
2) Media penyaring harus dimatangkan;
3) Debit air olahan pada alat ukur harus sama dengan debit produksi yang direncanakan, pembacaan
alat ukur minimal sekali dalam sehari;
4) Apabila debit air olahan mengecil, lakukan pembukaan kran pada pipa keluaran (outlet)
bersamaan dengan pembacaan alat ukur. Henrikan pembukaan kran ketika diperoleh debit
produksi yang direncanakan;
5) Kualitas air olahan harus selalu dipantau menurut aturan yang berlaku;
6) Media penyaring harus dicuci apabila:
a) Kuantitas air olahan mengecil;
b) Terjadi limpasan melalui pipa peluap;
7) Pencucian media penyaring harus dilakukan di dalam bak pencuci pasir, pasir yang dicuci setebal
minimal 5 cm maksimal 30 cm.
7.5.3 Operator
Dalam pengoperasian dan perawatan saringan pasir lambat harus tersedia operator berikut :
1) Ketua operator, teknisi, laboran atau keamanan;
2) Jumlah operator seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Operator
Debit (L/det) Jumlah Tenaga (orang)
Q ≤ 25 2
25 < Q ≤ 75 5
75 < Q ≤ 175 8
175 < Q ≤ 225 10
7.5.4 Peralatan
Dalam pengoperasian dan perawatan saringan pasir lambat harus tersedia peralatan sebagai berikut :
1) Papan kayu untuk landasan kaki petugas ketika membersihkan, memasang dan mengangkat
media dicuci;
2) Bak pencuci pasir dan sistem persediaan air pencucian serta bak penimbunan pasir yang sudah
dicuci;
3) Gerobak untuk mengangkut pasir, dan sebagainya;
4) Sekop, cangkul, keranjang/bakul bambu dan pikulanny;
5) Jaring penangkap kotoran (misal daun, lumut, dan sebagainya) yang dipasang pada ujung
pagangan tangan;
6) Peralatan laboratorium, minimal pengukuran pH (pH mater), pengukuran kekeruhan (Turbidity
meter), pengukuran oksigen terlarut (DO meter);
7) Sarung tangan karet, sepatu boat, pakaian kerja, topi dan lain-lain.
7.5.5 Bahan
a) Lakukan pematangan media pasir selama ±2 minggu. Air hasil olahan jangan dimanfaatkan
untuk air minum selama proses pematangan;
b) Lakukan juga pematangan pada saringan pasir lambat yang sudah tidak dioperasikan minimal
satu minggu;
3) Operasi saringan sebagai berikut :
a) Operasikan saringan pasir lambat dengan influen tetap dan efluen menurun dengan cara :
(1) Bukalah pintu/katup inlet;
(2) Ukurlah debit influen setiap bak sampai diperoleh debit influen maksimum;
(3) Biarkan kondisi demikian sampai saringan mampat;
b) Amati lama masa operasi dengan cara berikut :
(1) Untuk alat ukur efluen tipe venturi mater, bacalah pada indikator debitnya, apabila debit
olehan sudah mengecil, bukalah kran pada pipa keluaran (pipa outlet) hingga diperoleh
debit air olahan yang direncanakan;
(2) Untuk alat ukur efluen tipe sekat Thomson/Cipolleti, lakukan pengamatan pada pelimpah.
Apabila air sudah melimpah, bukalah kran pada pipa keluaran (pipa outlet) hingga
diperoleh debit air olahan yang direncanakan dan air tidak melimpah dari bak saringan;
c) Segera lakukan pekerjaan perawatan media penyaringan apabila kran keluaran telah terbuka
penuh sedangkan debit air olahan pada Venturi meter sudah kecil atau air sudah melimpah,
pertanda media pasir sudah mampat.
Secara berkala media filter berupa pasir dan kerikil dilakukan pembersihan secara berkala, untuk
menjaga kualitas air bersih dan menghindari terjadinya penumpukan pathogen pada saringan .
1) Pengurasan bak dan pengangkatan pasir
Pengurasan bak dan pengangkatan pasir dalam instalasi dengan cara :
a) Tutuplah kran inlet dan kran outlet bak saringan yang akan dikuras;
b) Bukalah kran-kran penguras;
c) Tutuplah kran penguras pada saat permukaan air sampai minimal 5 cm maksimal 10 cm di
bawah permukaan lapisan pasir yang teratas;
d) Kupas kulit saringan atau lumpur, dan keluarkan dari bak saringan, gunakan alas kaki seperti
papan pada waktu pengupasan, petugas harus bekerja di atas papan, dan tidak menginjak
pasir secara langsung;
e) Kupas lapisan pasir bagian atas (pengupasan pertama) setebal minimal 5 cm. Setelah
pengupasan pertama ini, pasir boleh langsung dicuci dan dimaksudkan kembali ke dalam bak
saringan atau menimbunnya di sekitar bak pencuci pasir.
2) Bak saringan dapat dioperasikan kembali, dan jika mampat lakukan pengupasan yang kedua
dengan tebal yang sama, apabila media pasir mampat kembali lalu lakukan pengupasan yang
ketiga juga dengan ketebalan yang sama.
Apabila tebal pasir yang dikupas telah mencapai sekitar 40% dari tebal media pasir total,
tambahkan media penyaring baru hingga kembali pada ketebalan semula sebagai berikut :
a) Lanjutkan pengupasan pasir sampai setebal ±40% lagi;
b) Simpan pasir tersebut sementara, untuk segera dipakai kembali pada lapisan teratas;
c) Masukkan pasir baru yang sudah dicuci bersih untuk menggantikan pasir sub butir 1 di atas,
setebal 40%;
d) Masukkan pasir sub butir 2, di atas pasir pengganti sub butir 3
3) Mencuci Paisr Media (dengan cara manual)
Pencuci pasir dengan cara manual dikerjakan sebagai berikut :
a) Sekop pasir dan masukkan ke dalam bak pencuci pasir, sesuai dengan daya tampung bak yang
tersedia;
b) Hidupkan pompa penyedia air pencuci dan semprotkan air kepada gundukan pasir hingga
pasir terendam oleh air;
c) Cucilah pasir hingga bersih secara manual;
d) Pasir yang bersih dipindahkan ke dalam bak penampung pasir yang bersih;
e) Ulangi perkerja di atas hingga seluruh pasir tercuci bersih.
4) Penyusunan kembali pasir media ke dalam bak
Bila telah dilakukan pengupasan 40%, maka penggantian atau pasir media dilakukan penyusunan
dengan cara sebagai berikut :
a) Pasir yang sudah dicuci dapat langsung dimasukkan kembali ke dalam bak saringan;
b) Lakukan pengisian bak saringan dengan mengalirkan air kembali dari bawah ke atas, air
yang dipakai berasal dari air hasil olehan bak saringan pasir lambat di sebelahnya melalui
pengaturan kran-kran yang tersedia untuk pengisian tersebut;
c) Hentikan pengisian dari bawah setelah pasir terendam oleh air, dan lakukan pengisian dari
atas (melalui inlet) sampai kedalaman air maksimum yang direncanakan;
d) Kembali lakukan pematangan media pasir seperti semula minimal 1 hari maksimal 2 hari.
Setelah itu saringan pasir lambat sudah siap dioperasikan kembali.
5) Pemeliharaan rutin lainnya
Untuk memperpanjang waktu pengoperasian, diperlukan perawatan rutin sebagai berikut :
a) Bersihkan daun, ganggang, lumut yang mengapung dan sebagainya serta rumput dari tepi
bak saringan, hal ini dapat dilakukan melalui peninggian muka air sampai di atas pelimpah,
sehingga pengotor dapat diambil di dekat pelimpah;
b) Bila bak saringan dimasuki ikan, dari kelompok yang suka hidup di bagian dasar, keluarkan
ikan-ikan tersebut dari bak saringan.
Air bersih hasil olahan, untuk sistem disinfektsi dapat dilakukan dengan cara klorinasi, ozonosasi dan
penyinaran dengan ultraviolet.
Gambar 3. Cara Pengupasan dan Pemasukan Media Pasir Ke Dalam Bak Saringan
8. Evaluasi
Setelah mendapatkan penjelasan nara sumber dan membaca modul ini, peserta menjawab
pertanyaan berikut :
a. Apakah yang dimaksud instalasi saringan pasir lambat?
b. Bangunan apa saja yang dipersyaratkan dalam SPL?
c. Bagaimana cara pencucian media pasir?
9. Penutup
Sosialisasi ini untuk mewujudkan kemandirian daerah/instansi terkait, masyarakat dan saat dalam
penyelenggaraan pengembangan sarana sistem penyediaan air minum.
10. Referensi:
SNI 03-3982-1995, Tata Cara Pengoperasian dan Perawatan Instalasi Saringan Pasir Lambat.
SNI – 3981 : 2008, Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat.
LAMPIRAN A
Potongan A
Potongan B
Keterangan:
1. Saluran masukan (inlet) 4. Katup keluaran (outlet)
2. Penguras 5. Katup keluaran ((outlet)
3. Pelimpah 6. Katup pengatur untuk pengisian bak di bawah
Keterangan :
Gambar (A) Gambar (B)
1) Kran sistem outlet 1) Indikator debit filtrate
2) Kran untuk pengaturan pengisian bak 2) Venturi meter
dari bagian bawah 3) Kran pengatur debit filtrate
3) Kran sistem outlet 4) Kran pengatur pengisian bak dari
4) Alat ukur bagian bawah
5) Pintu pemeriksa debit air 5) Kran pengatur filtrate ke resevoar
6) Kran dan pipa filtrate ke reservoir 6) Pipa penyalur filtrate ke reservoar
3. Sistem underdrain saringan pasir lambat
Keterangan :
(A) Saluran pengumpul bawah, tipe saluran memanjang dengan tutup berlubang
(B) Saluran pengumpul bawah, tipe susunan batu cetak/slab beton
(C) Saluran pengumpul bawah, tipe perpipaan manifoid dan lateral
Potongan B:
Alat pencuci pasir penyaring Tipe Manual
LAMPIRAN B
Potongan A