Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, semua potensi yang di miliki
daerah sangat diperlukan untukdigerakkan secara bersama untuk mencapai tujuan
pembanguan daerah yang di harapkan melalui pengambilan kebijakan
pembangunan yang tepat.Salah satu potensi yang tidak bisa dikecualikan adalah
potensi penduduk.Tidak bisa dipungkiri bahwa penduduk selain sebagai subjek
atau pelaku sekaligus juga sebagai objek dari pembangunan. Karena itu
keberadaan penduduk, termasuk penduduk usia lanjut, perlu mendapatkan
perhatian dalam menghadapi era otonomi daerah sekarang ini.
Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan,
terutama di bidang kesehatan dan kesejahteraan social antara lain meningkatkan
angka rata rata umur harapan hidup pendudukyang mencerminkan bertambahnya
panjang masa hidup penduduk secara keseluruhan dengan konsekuensi makin
bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (LANSIA).
Penduduk lansia pada umumnya memiliki fisik maupun non fisik yang
mengalami penurunan akibat prose salami yang disebut menua. Proses menua
adalah prose salami yang disertai penurunan kondisi fisik, psikologis maupaun
sosial yang saling berinteraksi satu sama yang lain. Kondisi ini mensyaratkan
bahwa peningkatan jumlah penduduk lansia membawa konsekensi makin
meningkatnya kebutuhan pelayanan bagi penduduk lansia, khususnya pelayanan
sosial.
Melalui Visi Lansia yaitu “Lansia berguna dan berkualitas”, telah di susun
berbagai upaya dan kegiatan yang telah dilakukan untuk mewujudkan masyarakat
lansia yang sehat, mandiri, berkeadilan serta produktif secara sosial dan ekonomi.
Hal ini berarti bahwa setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut
usia merupakan investasi bagi pembangunan daerah.
Komitmen pemerintah untuk melindungi seluruh penduduknya sudah sangat
jelas, seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia,
meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang merupakan cita cita bangsa.
Seluruh penduduk artinya termasuk masyarakat lanjut usia, karena
masyarakat lanjut usia merupakan bagian dari intergral dari penduduk yang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Untuk itu semua pihak di haruskan bahu membahu, bersama sama dengan
menerapkan prinsip koordinatif yang baik antar semua elemen, sehingga bisa
menyusun upaya upaya untuk lansia.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan lanjut usia melalui kegiatan kelompok lanjut usia
yang mandiri oleh masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan
dasar dan rujukan.
b. Meningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan lansia, khusunya
aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan
dan pemulihan.
c. Berkembangnya kelompok lanjut usia yang aktif melaksanakan kegiatan
dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan.

1
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman ini adalah :
1. Pra lanjut usia ( umur 45-59 tahun )
2. Lanjut usia ( umur 60-69 tahun )
3. Lanjut usia resiko tinggi ( umur > 70 tahun )
4. Keluarga dimana lanjut usia berada
5. Masyarakat di lingkungan lanjut usia

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup upaya kesehatan lansia adalah :
1. Kesehatan pra lansia
2. Kesehatan lansia
3. Kesehatan lanjut usia resiko tinggi

E. BATASAN OPERASIONAL
Kesehatan lansia mengacu pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada lansia.Penekaanannya pada lansia yang berguna dan
berkualitas.Pengertian kelompok lanjut usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada usia lanjutdi masyarakat dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya
masyarakat, lintas sektoral pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain lain, dengan memberikan pelayanan promotif dan preventif.
Kesehatan lanjut usia adalah kesehatan mereka yang berumur 60 tahun atau
lebih.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualitas Sumber Daya Masyarakat


Sumber daya manusia kesehatan ( SDM Kesehatan ) merupakan tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan dan pelatihan, serta
pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Yang dimaksud
dengan kualitas SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu minimal golongan
/ jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai
performance (kinerjanya), dan standar kompetensi.
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan , khususnya yang berkaitan
dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada peraturan pemerintah
(PP) no. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan. Dalam PP ini antara lain
dinyatakan :
1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang di nyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal
39)
2. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berwajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21).
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh system dan tenaga
pelayanan.Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal
jumlah, sebaran, mutu dan kualitas sumber daya manusianya.
Sumber daya upaya kesehatan lansia Puskesmas Wadaslintang I terdiri dari :
1. 1 orang koordinator upaya lansia
2. 11 orang sebagai pelaksana kegiatan upaya kesehatan lansia

B. Distribusi ketenagaan Upaya Kesehatan Lansia di Puskesmas Wadaslintang I

NO Nama Tenaga Jumlah


1 Koordinator Upaya Kesehatan Lansia 1 orang
2 Dokter 1 orang
3 Perawat gigi 1 orang
4 Perawat 8 orang
5 Bidan 16 orang
6 Tenaga promkes 1 orang
7 Tenaga gizi 1 orang
8 Tenaga kesling 1 orang

C. Jadwal Kegiatan Upaya Kesehatan Lansia di Puskesmas Wadaslintang I


Jadwal kegiatan upaya kesehatan lansia adalah setiap hari kerja yang
dilaksanakan baik di dalam gedung puskesmas, Pustu, PKD dan di luar gedung
(posyandu lansia).

3
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Surat keputusan menkes nomor 128/2004 tentang kebijakan dasar pusat
kesehatan masyarakat, menyatakan bahwa puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas keshatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas
memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama
meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan
masyarakat (public goods).
Standart Fasilitas Upaya kesehatan Lansia :
1. Saran dan prasarana
a. Tempat
1) Puskesmas
2) Puskesmas Pembantu
3) PKD
4) Posyandu
b. Transportasi
1) Kendaraan Pusling
2) Sepeda motor
c. Peralatan
1) Tensi meter
2) Stetokop
3) Metlin
4) Timbangan berat badan dewasa
5) Pengukur tinggi badan
6) Pita Lila
7) ATK
8) Laptop
9) LCD
10) Camera digital / HP
11) Poster / leaflet
12) Buku Data Lansia
13) Buku Kunjungan Lansia
14) Form Laporan Kesehatan Lansia

4
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Berdasarkan Kep. Menkes RI nomor 128/Menkes/SK/II/2014 tentang kebijakan


dasar pusat kesehatan masyarakat menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit
pelaksanaan teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja, untuk mencapai
Visi kecamatan sehat guna terwujudnya Indonesia sehat 2010.
Untuk mencapai tujuan tersebut misi pembangunan kesehatan adalah
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja.
1. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
2. Memelihara dan meningkatkan mutu
3. Pemerataan keterjangkauan pelayanan kesehatan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat
dan lingkungan
Dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas maka fungsi
puskesmas adalah :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Atas dasar tersebut upaya kesehatan di puskesmas di kelompokkan menjadi :
1. Upaya kesehatan wajib
2. Upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan lansia merupakan upaya kesehatan wajib yang di laksanakan
di puskesmas.

A. KEBIJAKAN OPERASIONAL DAN STRATEGI


Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan lansia agar mencapai tujuan yang
berhasil dan berdaya guna, maka perlu di tetapkan kebijakan operasional dan
strategi sebagai berikut :
1. Kebijakan operasional
Upaya kesehatan lansia di selenggarakan :
a. Sesuai standar opersional yang berlaku.
b. Secara menyeluruh dengan mengutamakan pendekatan promotif, preventif
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative.
2. Strategi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
b. Melakukan pendekatan kepada masyarakat terutama lansia.

B. MANAJEMEN / PLAN
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan lansia agar mencapai tujuan yang
berhasil dan berdaya guna, maka perlu di tetapkan manajemen sebagai berikut :
1. perencanaan.
Langkah langkah perencanaan upaya kesehatan lansia yang dilakukan oleh
puskesmas mencakup Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan :
a. Berdasarkan hasil cakupan kegiatan di tahun yang lalu.
b. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan masyarakat melalui masukan dari
kader / perangkat desa
c. Berdasarkan ada tidaknya masalah yang berkaitan dengan kesehatan
lansia.
2. Plan atau Menyusun Rencana Usulan Kegiatan ( RUK )
Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan kesehatan lansia
dilakukan dengan menetapkan :
a. Kegiatan
b. Tujuan
c. Sasaran

5
d. Volume / besar kegiatan
e. Waktu
f. Lokasi
3. Mengajukan Rencana Usulan Kegiatan ( RUK )
Rencana usulan kegiatan diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK )
Setelah disetujui dari Dinas Kesehatan Kabupaten, maka puskesmas melakukan
menyusun rencana pelaksanaan kegiatan ( RPK ) di :
a. Tingkat kecamatan
Advokasi dan sosialisasi tentang upaya kesehatan lansia agar pihak-pihak
terkait paham dan memberikan dukungan secara optimal dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan lansia.
Pihak-pihak terkait yang dimaksud adalah :
1) Camat beserta jajarannya
2) Muspika kecamatan
3) Lintas sector kecamatan terkait
4) TP PKK Kecamatan
Selanjutnya dalam penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ( RPK ) di
bahas :
1) Prioritas kesehatan
2) Prioritas sasaran ( orang dan Lokasi
3) Waktu Pelaksanaan
4) Pembiayaan
5) Pembagian tugas kepada unsur / sektor terkait
b. Tingkat Desa
Advokasi dan sosialisasi tentang upaya kesehatan lansia agar pihak-pihak
terkait paham dan memberikan dukungan secara optimal dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan lansia.
Pihak-pihak terkait yang dimaksud adalah :
1) Kepala Desa / Kelurahan
2) Perangkat Desa
3) Kader
4) Tokoh Masyarakat
5) Tokoh Agama
6) TP PKK Desa / Kelurahan
Selanjutnya dalam penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ( RPK ) di
bahas :
1) Petugas Pelaksana Kegiatan
2) Sasaran Kegiatan
3) Lokasi Kegiatan
4) Peralatan
5) Pembiayaan
6) Sumber Dana
7) Sektor Terkait

5. Do Atau Pelaksanaan Dan Pengendalian


Adalah proses penyelengaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan
dan pengendalian adalah sebagai berikut :
a. Pengorganisasian
Di tingkat puskesmas dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap
kegiatan serta untuk setiap 1 wilayah kerja atau binaan wilayah kerja.
2) Penggalangan kerja sama tim lintas sektor dan mitra kerja lainnya
seperti : kecamatan, KUA, Dinas Pendidikan
b. Penyelenggaraan
Dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

6
1) Mengkaji ulang rencana kegiatan yang telah disusun, mencakup jadwal
pelaksanaan, target pencapaian, lokasi dan rincian tugas para
penanggungjawab dan pelaksana kegiatan.
2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwalyang telah
ditetapkan.
Pada waktu menyelaenggarakankegiatan harus di perhatikan hal sebagai
berikut :
1) Azas penyelenggaraan puskesmas
2) Berbagai standar pedoman pelayanan kesehatan
3) Standar dan pedoman ketenagaan
4) Kendali mutu
5) Kendali biaya
c. Pemantauan
Pemantauan dilakukan secara berkala, mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan haasil yang dicapai.
2) Mengumpulkan masalah, hambatan dan saran-saran untuk peningkatan
penyelenggaraan serta memberikan umpan balik.
d. Penilaian
Penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran, mencakup :
1) Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang telah dicapai, dibandingkan
dengan rencana kegiatan tahunan dan standar pelayanan.
2) Menyusun saran-saran sesuai pencapaian, masalah, hambatan yang
ditemukan untuk meningkatkan mutu menyelenggarakan upaya
kesehatan lansia serta rencana kegiatan tahun berikutnya.

6. Cek Atau Pengawasan Dan Pertanggungjawaban


Adalah proses memperoleh kepastian atas kesuaian penyelenggaraan dan
pencapaian tujuan upaya lansia, meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pengawasan
Terdiri dari pengawasan internal dan eksternal.Pengawasan internal
dilakukan oleh atasan langsung, sedangkan pengawasan eksternal
dilakukan oleh masyarakat.Pengawasan mencakup aspek administrative,
keuangan, dan tehnis pelaksanaan.
b. Pertanggungjawaban.
Pada akhir tahun anggaran, penanggungjawab upaya lansia membuat
laporan mencakup pelaksanaan kegiatan dan penggunaan berbagai sumber
daya, yang disampaikan kepadakepala puskesmas.

7. Action Atau Tindak Lanjut Dari Pengawasan


Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan,
hambatan dan saran-saran yang telah ditemukan. Kemudian dianalisa dan
dicari pemecahannya untuk peningkatan mutu pelayanan lansia, kemudian
diterapkan pada kegiatan yang sama di tempat lain. Pelaksanaan dan hasil
kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan rencana tahunan atau target dan
standar pelayanan yang telah dibuat. Kemudian penanggungjawab upaya
lansia melaporkan pelaksanaan kegiatan dan laporan berbagai sumber daya
kemudian disampaikan kepada kepala puskesmas.

C. KEGIATAN UPAYA LANSIA


1. Pendataan lansia
2. Pemantauan kesehatan lansia ( TD, BB, TB )
3. Anamneses
4. Pengobatan / tindakan
5. KIE / Penyuluhan

7
BAB V
LOGISTIK

Manajemen logistic alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari
manajemen logistic adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai
jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian
manajemen logistik dapat di pahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan
semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial dimanfaatkan untuk operasional,
secara efektif dan efisien.
Logistik upaya lansia adalah sebagai berikut :
1. Tensi meter
2. Stetoskop
3. Metlin
4. Timbangan BB dewasa
5. Pengukur TB
6. ATK
7. Laptop
8. LCD
9. Camera digital / HP
10. Poster / leaflet
11. KMS lansia
12. Buku lansia
13. Formulir lap lansia

8
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan


yang tidak aman dalam system pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktek
yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. ( The Canadian patient safety
dictionary, October 2003 ). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera
potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan patient safety terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas,
meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di puskesmas,
terlaksananya program-progaram pencegahan, sehingga tidak terjai pengulangan KTD
(kejadian tidak diharapkan).
System patient safety :
a. Assesment Resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
c. Pelaporan dan analisa insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementaasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Solusi : mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Advers Event / KTD (kejadian Tidak Diharapkan) :
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindkan (commission) atau karena tidak bertindak (omission)ketimbang
daripada “underlying Dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat
dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.
Near miss / KNC (Kejadian nyaris Cedera) :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (Commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Ommission), yang dapat mencederai
pasien tetapi cedera serius tiadak terjadi karena keberuntungan, karena pencegahan,
atau karena peringanan.
Tujuan standar keselamatan pasien :
1. Hak pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tenteang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD.
2. Mendidik pasien, keluarga dan puskesmas tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan puskesmas menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien. Puskesmas harus mendesain prose
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien : pimnpinan
mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintregrasi melalui penerapan tujuh langkah KPRS. Pimpinan menjamin
berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan pasien
dan program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan
menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien. Pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan
9
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
Pimpinaan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Puskesmas memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dengan dengan keselamatan pasien secara jelas. Puskesmas
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan
dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Puskesma merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien :


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
2. Pimpin dan dukung staf anda. Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Kembangkan system dan proses
pengelolaan resiko serta lakukan identifikasi dan kajian ulang yang potensial
bermasalah.
4. Kembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta puskesmas mengatur pelaporan kepada
KKPRS.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, dorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaiman dan mengapa kejadian
itu timbul.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan sistem
pelayanan.

10
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan pelayanan, perlu


memperhatikan keselamata kerja karyawan puskesmas dan pelanggan terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang terjadi pada saat
melaksanakan kegiatan. Upaya pencegahn resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap
pelayanan yang dilaksanakan.
PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA : keselamatan kerja adalah upaya untuk
menjamin keutuhan, ketelitian prosedur dan kesempurnaan dalam pelayanan.
Tujuan keselamatan kerja :
1. Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan petugas
2. Meningkatakn efisien kerja
3. Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sasaran :
1. Menjamin keselamatan petugas
2. Menjamin keamanan pelanggan
3. Menjamin keamanan alat yang digunakan
Keselamatan bagi pelanggan :
1. Memberikan tempat pelayanan yang aman, nyaman dan memenuhi standar
2. Memasang alur pelayanan
3. Mengidentifikasi pelanggan dengan benar
Keselamatan bagi petugas ;
1. Arah angin harus dari belakang petugas
2. Mempunyai ventilasi cukup dan terbuka
3. Mempunyai fasilitas dengan air yang mengalir untuk mencuci tangan
4. Kebersihan ruangan lebih terjamin
5. Sarana dan prasarana yang sesuai standar

11
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu di puskesmas Wadaslintang I di lakukan dengan cara :


1. Survai kepuasan pelanggan
2. Upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan
3. Melakukan evaluasi kinerja secara periodic
4. Melakukan evaluasi SOP yang telah ditetapkan
5. Audit internal secara periodic
Maksud dan tujuan : untuk menjamin mutu pelayanan upaya lansia, maka perlu
dilakukan upaya pengendalian mutu internal maupun eksternal di puskesmas.
Pengendalian mutu dilakukan sesuai dengan peratuaran perundangan yang berlaku.

12
BAB IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedoman LANSIA dapat digunakan oleh petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan Lansia agar meningkatkan kesejahteraan lanjut
usia melalui kegiatan kelompok lanjut usia yang mandiri oleh masyarakat, serta
sebagai pedoman dalam meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat ,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan Lansia,
terutama melalui peningkatan peran keluarga dan masyarakat.

B. Saran
Untuk mencapai tujuan Pedoman LANSIA harus melaksanakan kegiatan
sesuai pedoman yang ada. Selain dengan menggunakan pedoman pelayanan
Lansia, petugas kesehatan juga harus memberdayakan masyarakat agar
masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan.

Mengetahui Penanggungjawab
Kepala puskesmas Wadaslintang I Upaya Lansia

dr. Agus Legowo, MPH Anjar Mugiarti


NIP. 196601182002121002 NIP. 197803282006042017

13

Anda mungkin juga menyukai