Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tata kelola perusahaan yang baik menjadi bagian terpenting dari budaya
perusahaan yang diciptakan atas praktik-praktik terbaik yang telah dibangun dalam
lingkungan perusahaan serta mengacu pada standar berlaku umum di Indonesia
maupun di dunia. Komitmen pada pelaksanaan tata kelola yang baik akan mendorong
kemampuan perusahaan untuk menjaga agar berbagai risiko dan tantangan yang
dihadapi dapat dikelola secara lebih komprehensif, efisien, dan efektif.
Tata kelola yang baik dilandasi oleh etika profesi dalam pelaksanaannya. Etika
perilaku dalam suatu organisasi dipandu oleh budaya etika organisasi tersebut. Kita
telah mengetahui bahwa banyak perusahaan yang sudah berkembang pesat tetapi tidak
dapat mempertahankan keberadaan bisnisnya atau operasinya. Hal ini diakibatkan
oleh banyak faktor antara lain; faktor ekonomi dan industri serta faktor yang
berhubungan dengan sistem tata kelola perusahaan itu sendiri.
Kegagalan besar Enron dan Arthur Andersen yang terjadi saat itu,
menyebabkan krisis kredibilitas yang serius terhadap proses akuntansi, pelaporan, tata
kelola perusahaan, kepercayaan investor dalam etika perusahaan dan profesional yang
mendukung nilai-nilai pasar modal Amerika Utara dan kepercayaan terhadap
perdagangan modern.
Kejadian tersebut memicu perubahan arus tentang harapan baru dalam tata
kelola dan profesi akuntansi. Harapan-harapan perilaku baru ini didasarkan pada
sebuah percepatan dari tren-tren atau kecenderungan etika bisnis dan profesi yang
telah lama dibuat. Etika-etika bisnis dan profesi menjadi penentu kunci keberhasilan
dari suatu perusahaan. Akhirnya, tata kelola perusahaan dan profesi akuntansi perlu
direformasi untuk memulihkan kepercayaan dan kredibilitas yang diperlukan agar
pasar keuangan dapat bekerja secara efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut;
1. Apa yang dimaksud dengan tata kelola dan etika?
2. Bagaimana budaya perusahaan sebelum adanya kasus Enron Corporation?

1
3. Bagaimana kronologis skandal kasus Enron Corporation dan Kantor Akuntan
Publik A rthur Andersen?
4. Dampak apa sajakah yang timbul setelah adanya kasus Enron Corporation
tersebut?
5. Bagaimana kasus Enron Corporation memotivasi reformasi tata kelola dan etika
dalam suatu perusahaan?

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui tata kelola dan etika khususnya dalam perusahaan.
2. Untuk mengetahui budaya perusahaan sebelum adanya kasus Enron Corporation
3. Untuk menggambarkan runtutan kronologis skandal praktik akuntansi yang
dilakukan oleh Enron Corporation yang merupakan salah satu contoh sebuah
entitas bisnis dalam kaitannya dengan etika profesional profesi akuntan publik
4. Untuk mendeskripsikan dampak-dampak yang timbul setelah adanya kasus Enron
Corporation terhadap tata kelola, manajemen, dan profesi akuntan publik itu
sendiri.
5. Untuk mengetahui reformasi tata kelola dan etika dalam suatu perusahaan sebagai
akibat dari kejadian kasus Enron Corporation

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tata kelola (Good Governance) dan Etika


Good governance merupakan tata kelola yang baik pada pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/ berkarya. Pemahaman good
governance merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan
atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubugan, fungsi, dan kepentingan berbagai
pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Pemahaman atas good
governance merupakan wujud dari reaksi terhadap sistem dan struktur yang baik
untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas usaha.
Tata kelola yang baik (Good Corporate Governanace) dari sebuah perusahaan
akan mendukung keberlangsungan kegiatan perusahaan sehingga menghasilkan
peningkatan kinerja yang baik. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau
pemantauan kinerja manajemen dan jaminan akuntabilitas manajemen kepada
stakeholder berdasarkan kerangka aturan tertentu. Dengan memahami bagaimana tata
kelola perusahaan yang tepat, transparansi kinerja manajemen akan berjalan dengan
baik serta profitabilitas perusahaan diharapkan bisa terus meningkat.
Adapun prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance meliputi: Pertama,
transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan serta keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil
dan relevan mengenai perusahaan. Transparansi telah tercermin dalam proses
pengambilan keputusan yang dilakukan saat rapat direksi, baik yang dilakukan pada
saat rapat direksi secara internal, rapat direksi dengan jajaran perusahaan maupun
rapat direksi yang dilaksanakan bersama dewan komisaris.
Kedua, kemandirian (independency), yakni pengelolaan perusahaan secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Dalam melaksanakan kegiatannya, perseroan berjalan sesuai
aturan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam prinsip-prinsip koorporasi tanpa ada
paksaan.

3
Ketiga, akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban perusahaan yang memungkinkan pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. Dalam pelaksanaannya akuntabilitas ini telah tercermin pada
berbagai sandaran dan acuan kinerja perseroan.
Keempat, pertanggungjawaban (responsibility), adalah kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat. Dalam hal ini, segala aksi, tindakan dan kinerja
perseroan dapat dipertanggungjawabkan.
Kelima, kewajaran (fairness), adalah perlakuan yang sama dalam memenuhi
hak-hak pemangku kepentingan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundangan
yang berlaku. Hal ini dilakukan secara adil dengan memberikan kesempatan yang
setara bagi seluruh jajaran.
Kebutuhan tata kelola etis tidak hanya baik bagi bisnis perusahaan. Etika
adalah tingkah laku sebagai standar yang mengatur pergaulan manusia dalam
kelompok sosial, berkaitan dengan nilai–nilai individu, kelompok maupun masyarakat
mengenai tata cara hidup yang baik berlangsung dari generasi ke generasi. Apabila
dikaitkan dengan kehidupan perusahaan, perilaku etis dapat menimbulkan saling
percaya antara perusahaan dengan stakeholder, dan juga perilaku etis dapat mencegah
pelanggan, pegawai, dan pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling
percaya.

2.2 Budaya Perusahaan Sebelum Adanya Kasus Enron Corporation


Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada
perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi
audit dikorbankan. Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi
contoh perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraih keuntungan
yang lebih besar. Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa
sadar menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap
lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan
keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang
obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik
(KAP) Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.
Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check
and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan

4
semula. Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak
kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan
pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal
Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan
hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.

2.3 Skandal Kasus Enron Corporation dan KAP Arthur Anderson


Pada tahun 1985, Enron didirikan oleh Kenneth Lay melalui merger antara
Houston Natural Gas dan InterNorth. Perusahaan yang bergerak di bidang energi
tersebut melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal
tahun 1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk
melakukan deregulasi penjualan gas alam telah menyebabkan Enron mengalami
peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual gas alam terbesar
pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam
laba usaha perusahaan.
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron
menerapkan strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan
mengoperasikan berbagai aset meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp and
paper plants, water plants, dan broadband services. Perkembangan pesat Enron telah
menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 311%
dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham
mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga saham
per lembar perusahaan adalah sebesar $83.13.
Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”, Enron
dinobatkan sebagai “The Most Innovative Company” di Amerika. Pada tahun 2001,
Enron telah menjadi konglomerat yang memiliki dan mengoperasikan gas pipelines,
electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband
services berskala internasional, dan sahamnya diperdagangkan secara luas di pasar
modal.
Sepanjang akhir periode 1990-an, saham Enron naik secara perlahan-lahan di
NYSE, dengan rentang perdagangan $20-$40. Dalam beberapa bulan awal tahun 2000
harga saham Enron melonjak menjadi $70 dan mencapai puncaknya pada Agustus

5
2000 pada harga $90,56 dan menutup tahun dengan harga saham mendekati $80. Pada
tahun 2001, tren tersebut menurut secara drastis hingga suatu titik dimana saham
Enron sebenarnya sudah tidak berharga lagi. Pada tanggal 2 April 2002, saham Enron
hanya bernilai 24 sen pada pasar over-the-counter.

2.3.1 KAP Arthur Andersen


KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen
dan Clarence Delany sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut
berubah nama menjadi Arthur Andersen & Co. pada tahun 1918. Andersen
memimpin perusahaan sampai kematiannya pada tahun 1947, beliau adalah
aktivis pembentukan standar dalam industri akuntansi. Ketika munculnya opsi
saham dalam bentuk kompensasi, Arthur Andersen adalah KAP pertama yang
mengusulkan ke Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa opsi
saham harus disertakan pada laporan biaya sehingga berdampak pada laba
bersih seperti kompensasi dalam bentuk tunai.
Setelah konsultasi IT ditetapkan pada tahun 1980, Arthun Andersen pun
mengembangkan praktek konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain
masih berfokus pada konsultasi jasa audit. Pada akhir tahun 1990-an, Arthur
Andersen telah berhasil mengali-tigakan pendapatan per saham para partnernya.
Sesuai perkiraan, Arthur Andersen berjuang untuk menyeimbangkan
antara “faithfulness to accouting standards” dengan “its clients” desire to
maximize profits”, khususnya di laporan laba rugi kuartalan. Arthur Andersen
telah diduga terlibat dalam penipuan akuntansi dan audit pada Sunbeam
Products, Waste Management Inc., Asia Pulp & Paper, Baptist Foundation of
Arizona, WorldCom, dan Enron.

2.3.2 Kronologis Kasus Enron dan Arthur Anderson


 1985 — Perusahaan gas alam Houston Natural Gas dan perusahaan sistem
perpipaan,InterNorth melakukan merger dan membentuk Enron. Kenneth
Lay, ekonom dan mantan Departemen Interior US yang sebelumnya
menjabat sebagai CEO Houston Natural Gas terpilih sebagai CEO.
 1987 — Enron memiliki hutang sampai dengan 75% dari nilai pasar
saham.

6
 1989 — Enron mulai melebarkan sayap bisnisnya dalam perdagangan gas
alam dan komuditas lainnya.
 1990 — Lay mempekerjakan Jeffrey Skilling, seorang lulusan muda
MBA Harvard untuk menjadi kepala departemen keuangan Enron yang
bertugas untuk memimpin usaha perusahaan untuk fokus pada
perdagangan komoditi lainnya.
 1991 — Richard Causey berhenti dari Arthur Andersen dan bergabung
dengan Enron sebagai Assistant Controller.
 1993 — Sheron Wattkins mulai bekerja di Enron. Pada kasus Enron ini ia
sebagai wakil presiden. Dia menyadari bahwa meskipun harga saham
cukup tinggi sehingga nilai lebih dapat digunakan untuk menutupi
hutang entitas khusus, namun ia tahu bahwa ketika harga saham turun
akan memicu tak solvabelnya entitas dan mengembalikan hutang pada
laporan keuangan Enron.
 1997 — Skilling diangkat menjadi President and Chief Operating Officer
of Enron. Di tahun ini Fastow menciptakan Chewco, sebuah partnership,
untuk membeli saham pensiun University of California di perusahaan
jount venture yang dijuluki JEDI, tetapi Chewco tidak memenuhi
persyaratan untuk dapat disimpan di balance sheet Enron. Akhirnya, tahap
pertama yang memicu kejatuhan Enron dimulai, yaitu: menyembunyikan
utang dan menggelembungkan laba.
 1998 — Fastow diangkat menjadi Chief Finance Officer.
 1999 — Diangkat menjadi Chief Accounting Office. Fastow menciptakan
SPE pertama, LJM, yang konon dibuat untuk “membeli” “kinerja buruk
aset Enron dan lindung nilai (hedge) investasi-investasi beresiko. SPE
LJM ini membantu Enron dalam menyembunyikan utang perusahaan dan
menggelembungkan laba. Direksi Enron menyetujui rencana Fastow
untuk menjalankan SPE yang melakukan penawaran dengan Enron,
sekaligus terus menjabat sebagai Chief Financial Officer
Enron. Causey dan mantan Chief Risk Officer, Rick Buy, ditugaskan
untuk mengawasi kesepakatan tersebut untuk melindungi kepentingan
Enron.
 Agustus 2000 — Harga saham Enron mencapai titik tertinggi yaitu $90.

7
 Desember 2000 — Enron mengumumkan bahwa Skiling yang pada saat
itu menjabat sebagai President and Chief Operating Officer akan
meneruskan posisi Lay, yaitu sebagai CEO Enron DI Februari 2001
nanti. Lay tetap sebagai Chairman of the Board of Directors.
 2001 — Sherron Watkins yang pada saat itu sebagai wakil presiden di
bawah Fastow, mulai curiga dengan praktek akuntansi yang dilakukan
Fastow. Sepanjang harga saham Enron cukup tinggi, nilainya akan
mencukupi untuk menutupi saldo hutang Special Purpose Entitas (SPE)
dan hutang tersebut tetap di luar pembukuan Enron. Tetapi, jika harga
saham jatuh, maka akan memicu aturan yang memaksa perusahaan untuk
membubarkan SPE dan memasukkan hutang dan aset yang terlalu tinggi
pada laporan keuangan Enron. Namun, di semester kedua tahun 2001,
saham Enron mulai jatuh dari angka $80 per saham. Karena harga
sahamnya jatuh, akuntan Enron berjuang untuk menghimpun hutang dan
aset pada SPE sehingga dapat menghindari pencatatan tersebut di laporan
keuangan perusahaan.
 14 Agustus 2001 — Karena para investor mulai curiga dan harga saham
Enron jatuh sampai $ 47 per saham, Skilling tiba-tiba mengundurkan diri
dari jabatan presiden dan CEO dengan alasan pribadi. Lay kembali
menjadi CEO.
 22 Agustus 2001 — Setelah semakin yakin bahwa Enron dalam keadaan
mengkhawatirkan, Sherron Watikins secara pribadi menemui Ken Lay
dan Legal Departement dengan membawa enam halaman surat yang
menjelaskan pelanggaran akuntansi yang berhubungan dengan SPE dan
memperingatkan mereka tentang kecurangan yang dilakukan, yang
kemudian ia sebut kecurangan akuntansi “the worst accounting fraud I
had ever seen”. Namun demikian Lay dan pengacaranya hanya diam
saja, Lay berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang telah
dilakukannya meskipun SPE harus dibongkar karena harga saham Enron
yang terus menurun. Lay malah mengumumkan pada pekerja dan
investor bahwa pertumbuhan Enron di masa mendatang baik, dan
menganjurkan pada investor untuk terus menanamkan saham di
Enron. Ironisnya, Lay dan eksekutif lainnya menjual secara diam-diam
saham mereka. Watkins juga mengontak temannya di Arthur

8
Anderson untuk mendiskusikan permasalahannya pada kepala auditor,
namun tidak dilakukan oleh temannya itu.
 16 Oktober 2001 — Enron mengumumkan kerugian sebesar $638 pada
kuartal III. Enron juga mengambil alih hutang dan aset entitas khusus, hal
ini menurunkan $544 juta atas laba dan mengurangi nilai ekuitas
pemegang saham sebesar $1.2 milyar yang berasal dari: write-off terkait
gagalnya usaha perdagangan broadband dan air, transaks SPE LJM2,
kemitraan yang awalnya dibuat oleh Fastow untuk hedging nilai aset dan
menjaga ratusan juta dollar utang dari rekening perusahaan.
 19 Oktober 2001 — Securities and Exchange Commission (SEC)
mengeluarkan perintah penyelidikan atas keuangan Enron.
 22 Oktober 2001 — SEC mengumumkan bahwa mereka sedang
menyelidiki SPE yang dimiliki Enron. Lay mengatakan, “We will
cooperate fully with the SEC and look forward to the opportunity to put
any concern about these transactions to rest.”
 24 Oktober 2001 — Fastow dipecat dari Enron.
 5 November 2001 — Bendahara Enron, Ben Glisan Jr. dan pengacara
Enron, Kristina Mordaunt, dipecat karena berinvestasi di SPE bentukan
Fastow. Masing-masing menginvestasikan $5,800 di 2001 dan menerima
pengembalian $1,000,000 hanya dalam beberapa minggu kemudian.
 8 November 2001 — SEC memerintahkan Enron untuk menyajikan
kembali seluruh laporan keuangannya selama 5 tahun, dari tahun 1997-
2001, untuk menggabungkan SPE-nya ke dalam laporan keuangan
perusahaan. Penyajian kembali dibuat untuk mengurangi ekuitas
pemegang saham sebesar 1,2 milyar dolar AS dan untuk menambah
hutang perusahaan sebesar 2,6 milyar dolar AS. Penyajian kembali ini,
mencakup transaksi dengan kemitraan Fastow yang lain: LJM Cayman,
LJM1, Chewco dan Chewco Investment. Chewco dikelola oleh karyawan
Enron Global Finance, Kopper yang dilaporkan kepada Fastow.Penyajian
kembali terkait LJM1 dan Chewco, seperti yang sebelumnya dibebankan
pada laba dan pengurangan ekuitas pemegang saham, jumlahnya sangat
besar. Hal ini mengurangi mengurangi laporan laba rugi Enron sebesar
$28juta pada tahun 1997 (dari total $105juta); $133 juta pada tahun 1998
(dari total $703); $248juta pada tahun 1999 (dari total $893); dan $99juta

9
pada tahun 2000 (dari total $979). Penyajian kembali tersebut mengurangi
ekuitas pemegang saham yang dilaporkan sebesar $258 juga pada tahun
1997; $391juta pada tahun 1998; $710 juta pada tahun 1999; dan $754juta
pada tahun 2000. Penyajian kembali tersebut juga meningkatkan laporan
utang sebesar $711 juta pada tahun 1997; $561 juta pada tahun 1998;
$685 juta pada tahun 1999; dan $628 juta pada tahun 2000. Enron juga
mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa mereka telah mengetahui
juga Fastow menerima lebih dari $30 juta dari LJM1 dan LJM2.
Pengumuman ini menghancurkan kepercayaan pasar dan para investor
terhadap Enron.
 9 November 2001 — Dynegy Inc., rival Enron, menyatakan perjanjian
untuk membeli lebih dari $8 miliar dalam bentuk saham.
 19 November 2001 — Enron merevisi laba kuartal III dan menyatakan
utang sebesar $690 juta yang jatuh tempo pada 27 November 2001.
 28 November 2001 — Saham Enron terjun bebas dibawah $1 yaitu 24
sen membuat Dynegy membatalkan rencana pembelian saham Enron.
 2 Desember 2001 — Enron menyatakan kebangkrutan/pailit, ribuan
pekerja diberhentikan.
 9 Januari 2002 — Departemen Kehakiman menegaskan bahwa
investigasi kriminal terhadap Enron telah dimulai.
 10 Januari 2002 — White House mengungkapkan bahwa Lay meminta
bantuan dari dua orang anggota kabinet sesaat sebelum Enron runtuh,
tetapi tidak mendapat respon. Auditor Enron, Arthur Anderson terbukti
menghancurkan dokumen-dokumen Enron.
 23 Januari 2002 — Lay mengundurkan diri dari jabatan Chairman of
Board of Directors dan CEO Enron.
 25 Januari 2002 — Cliff Baxter, mantan kepala unit perdagangan yang
kemudian sempat menjadi wakil presiden (sebelum mengundurkan diri
pada Mei 2001) ditemukan tewas bunuh diri dengan luka tembak.
 Februari 2002 — Sherron Watkins hadir sebelum kongress komite dan
membuka pada publik apa yang ia ketahui seputar praktik akuntansi
perusahaan. Ia dilabeli “whistlebower pemberani” oleh pers.
 4 Februari 2002 — Lay mengundurkan diri dari Board of Directors.

10
 7 Februari 2002 — Skiling, Fastow, dan mantan ajudan Fastow, Michael
Kopper muncul dalam Kongres dengan McMahon dan pengancara Enron,
Jordan MIntz. Skiling bersaksi sedangkan Fastow dan Kopper meminta
Hak Amandemen Kelima.
 12 Februari 2002 — Lay meminta Hak Amandemen Kelima pada sidang
Senat setelah menyatakan “kesedihan yang mendalam” atas keruntuhan
Enron.
 28 Februari 2002 — KAP Andersen menawarkan ganti rugi $750 jutar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP
Andersen. Pemerintahan Amerika (The US General Services
Administration) melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan
kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
 14 Maret 2002 — Mantan Auditor Arthur Anderson untuk Enron, David
Dunchan, didakwa karena telah menghancurkan dokumen Enron terkait
usaha penggagalan investigasi. KAP Andersen terus menerima
konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien,
pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan
pengungkapan yang meningakat mengenai keterlibatan pegawai KAP
Andersen dalam kasus Enron.
 22 Maret 2002 — Mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang
direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan
kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP
Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang
diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
 26 Maret 2002 — CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri
dari jabatannya.
 9 April 2002 — David Duncan, mantan auditor Andersen untuk Enron,
mengaku bersalah karena telah mengintruksikan stafnya untuk
menghancurkan dokumen sesuai kebijakan perusahaan. Jeffrey McMahon
mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting
Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
 15 Juni 2002 — Andersen dihukum. Juri federal di Houston menyatakan
KAP Andersen bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses
peradilan, KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron pada

11
pertengahan Juni 2002, sementara KAP Andersen menyatakan bahwa
penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan
proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
 21 Agustus 2002 — Kopper mengaku bersaalah atas pencucian uang dan
konspirasi, mantan eksekutif Enron pertama yang mencapai kesepakatan
dengan Jaksa. Ia mengidentifikasikan serangkaian SPE yang dirancang
untuk membentuk imej palsu Enron yang sehat secara finansial, sementara
ia memperkaya dirinya, Fastow, dan lainnya.
 12 September 2002 — Tiga mantan bankir National Westminster Bank
didakwa atas penipuan kawat untuk menyedot jutaan dollar dalam
pendapatan yang ditujukan untuk atasan mereka melalui investasi dalam
SPE Fastow. Mereka berjuang untuk mendapatkan ekstradisi.
 16 Oktober 2002 — Andersen dihukum dengan masa percobaan dan
denda $500,000, Arthur Andersen telah diblokir dan dilarang beroperasi
sebagai KAP, dan hanya beberapa ratus karyawan yang tersisa setelah
hukuman ini.
 17 Oktober 2002 — Manten trader terbaik Enron, Timothy Belden,
mengaku bersalah atas wire-fraud dan partisipasinya dalam skema untuk
memainkan pasar energi selama krisis energi di California pada tahun
2000-2001.
 31 Oktober 2002 — Fastow didakwa dengan 78 tuduhan konspirasi,
penipuan, pencucian uang, dan lainnya.
 26 November 2002 — Mantan eksekutif tingkat menengah Enron, Larry
Lawyer, mengaku bersalah karena telah mengajukan formulir pajak palsu
sehingga $80,000 pendapatan Enron disalurkan kepadanya sebagai
“hadiah” atas manipulasi pajak yang dilakukannya.
 4 Februari 2003 — Mantan trader Enron, Jeffrey Richted, mengaku
bersalah atas tindakan konspirasi dan tidak jujur terhadap FBI dengan
tujuan untuk membantu memanipulasi pasar listrik di California pada
tahun 2000.
 12 Maret 2003 — Dakwaan atas tuduhan memalsukan $111juta
pendapatan dari gagalnya kesepakatan video-on-the-mand dengan
Blockbuster dijatuhkan terhadap 2 mantan eksekutif akuntan dan
keuangan: Kevin Howard dan Michael Krautz.

12
 30 April 2003 — Dakwaan terhadap Fastow meningkat dari yang
awalnya 78 dakwaan (31/10/2009) menjadi 98 dakwaan, sementara
istrinya Lea Fastow, didakwa atas kejahatan dan konspirasi pajak dan
berpartisipasa dalam beberapa kegiatan suaminya. Lima mantan board
eksekutif lainnya dituduh berbohong pada Wall Street dan investor
mengenai kemampuan jaringan Enron untuk menggelembungkan Saham
Enron. Mantan bendahara Enron, Glisan, didakwa atas konspirasi dan
pencucian uang dalam penawaran SPE yang dilakukan Fastow. Mantan
eksekutif keuangan, Dan Boyle, didakwa atas konspirasi dalam penjualan
pembangkit listrik palsu di dekat Nigeria ke Merrill Lynch, untuk
memenuhi target pendapatan Enron.
 10 September 2003 — Glisan mengaku bersalah atas perilaku konspirasi
dan langsung dijebloskan di penjara selama 5 tahun, menjadikannya
mentan eksekutif pertama yang berada di bak jeruji besi. Kemudian Glisan
mulai bekerja sama dengan Jaksa.
 17 September 2003 — Dakwaan terbuka atas 3 mantan bankir Merrril
Lynch atas peran mereka dalam kesepakatan pembangkit listrik palsu di
Neigeria. Mantan eksekutif Merril Lynch keempat dan mantan akuntan
Enron kemudian dibebankan atas dakwaan yang sama.
 30 Oktober 2003 — David Delainey, mantan chief executife di unit
trading Enron, mengaku bersalah atas tuduhan insider tradng, ia mengakui
bahwa ia berada dalam skema “manajemen senior” untuk memanipulasi
pendapatan perusahaan dan melampaui ekspektasi Wallstreet dengan
menjual $4,2 juta dalam bentuk saham.
 14 Januari 2004 — Andrew Fastow mengaku bersalah atas 2 tuduhan
konspirasi dan setuju untuk mendekam di penjara selama 10 tahun.
 22 Januari 2004 — Mantan akuntan top Enron, Causey, mengaku tidak
tahu menahu tentang konspirasi dan tuduhan sebagai “arsitek utama”
dalam skema penipuan yang menyesatkan investor.
 19 Februari 2004 — Skiling menambahkan dakwaan Causey dan
mengaku tidak bersalah agar lepas dari 30 tuduhan termasuk: konspirasi,
penipuan, dan insider trading.

13
 6 Mei 2004 — Lea Fastow, mengaku bersalah atas tuduhan formulir pajak
palsu, karena termasuk kejahatan ringan Lea dihukum maksimal 1 tahun
penjara.
 19 Mei 2004 — Mantan sekretaris Enron, Paula Rieker, mengaku bersalah
atas satu tuduhan insider trading untuk menjua saham pada tanggal 5 July,
mengetahui bahwa Enron kehilangan uang lebih banyak daripada yang
diklaim oleh public.
 7 Juli 2004 — Dakwaan penyegelan terhadap Lay diserahkan.
 8 Juli 2004 — Lay menyerah kepada FBI. Dakwaan terbuka atas tuduhan
berpartisipasi dalam konspirasi untuk memanipulasi hasil keuagan
Kuartalan; membuat pernyataan publik palsu dan menyesatkan mengenai
kinerja keuangan perusahaan; mengabaikan fakta—fakta yang diperlukan
untuk membuat laporan keuangan yang akuran dan adil. Lay mengaku
tidak tahu (plead innocent).
 15 Juli 2004 — Hakim US Bankruptcy, Judge Arthur Gonzalez,
menegaskan rencana reorganisasi Enron dimana sebagian besar kreditur
akan menerima sekitar seperlima dari $63 juta yang mereka miliki dalam
bentuk tunai atau saham.
 30 Juli 2004 — Mantan CEO Broadband Enron, Kenneth Rice, mengaku
bersalah atas penipuan sekuritas dan menggelapkan $13,7 juta dalam
bentuk tunai dan properti yang meliputi perhiasan dan sepasang mobil
sport.
 5 Agustus 2004 — Mantan trader top Enron, John Forney, mengaku
bersalah di San Francisco atas manipulasi harga listrik selama krisis listrik
di California pada tahun 2000—2001.
 25 Agustus 2004 — Mantan kepala investor relations, Mark Koenig,
mengaku bersalah karena telah membantu dan bersengkokol dalam
penipuan sekuritas. Koenig membantu menyajikan laporan keuangan
palsu kepada investor.
 31 Agustur 2004 — Mantan COO Enron, Kevin Hannon, mengaku
bersalah atas 1 tuduhan konspirasi.
 20 September 2004 — Sidang atas penipuan dan konspirasi 4 mantan
eksekutif Merril Lynch Bank dan 2 mantan eksekutif mengah Enron
dimulai.

14
 7 Oktober 2004 — Mantan asisten bendahara Enron, Timothy Despain,
mengaku bersalah atas konspirasi dan bersedia untuk bekerjasama dengan
Jaksa.
 15 Oktober 2004 — Seorang hakim Inggris mendakwa 3 bankir Inggris
dari Merril Lynch di Amerika Serikat atas tuduhan penipuan yang
berkaitan dengan Enron dapat diekstradisi untuk diadili di Texas. Mereka
masih berjuang melawan putusan tersebut.
 19 Oktober 2004 — Seorang hakim federal memberikan tuntutan terpisah
dari Skiling dan Causey atas tuduhan penipuan bank dan berbohong
kepada bank mengenai penggunaan pinjaman untuk membeli saham
Enron, tetapi tetap memberikan hukuman yang sama untuk ketiganya
dalam tuntutan yang lain.
 3 November 2004 — Juri memvonis 4 mantan eksekutif Merril Lynch
Bank, termasuk mantan kepala investasi perbankan, Daniel Bayly, dan
mantan eksekutif menengah Enron, atas penipuan dalam kasus
pembangkit listrik palsu di Niagara. Seorang mantan akuntan Enron
dibebaskan.
 24 Februari 2005 — Seorang hakim federal menjadwalkan sidang
peradilan untuk Lay, Skiling, dan Causey pada 17 Januari 2006.
 18 April 2005 — Sidang peradilan Enron dimulai.
 31 Mei 2005 — US Supreme Courte (Mahkamah Agung US)
memutuskan hukuman mantan auditor Andersen yang menghancurkan
dokumen secara massal tanpa harus menemukan maksud kriminal dibalik
tindakan tersebut.
 15 Juli 2005 — Mantan akuntan eksekutif Enron, Christopher Calger,
mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi yaitu berpartisipasi dalam
skema pengakuan pendapatan prematur yang tidak benar.
 20 Juli 2005 — Juri dalam persidangan Enron membebaskan 3 dari 5
terdakwa pada beberapa tuduhan, namun mengalami deadlock pada 164
dakwaan. Kelima terdakwa tersebut akan diadili dalam 3 sidang terpisah,
Mai, Juni, dan September 2006.
 12 Desember 2005 — Seorang hakim menyetujui penarikan pengakuan
bersalah dari mantan auditor Anderson yang mengaudit Enron, Duncan.

15
 28 Desember 2005 — Causey mengaku beralah atas penipuan sekuritas
dan bersedia mendekam di penjara selama 7 tahun dan melayani
pemerintah. Hakim US District, Judge Sim Lake, menjadwalkan ulang
sidang Lay dan Skiling menjadi 30 Januari 2006.
 25 Mei 2006 — Dalam jejak juri, Lay dan Skiling terbukti melakukan
kecurangan.
 Juli 2006 — Kenneth Lay meninggal karena serangan jantung sebelum ia
dihukum.
 September 2006 — Fastow menerima hukuman 10 tahun penjara.
 Oktober 2006 — Skiling dihukum 24 tahun penjara atas penipuan.
 November 2006 — Causey dijatuhi hukuman 5 tahun penjara

2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Skandal Enron-Anderson


a. Kenneth Lay (Founder, Chairman dan CEO)
Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan
operasionalnya dia juga berhutang lagi kepada pihak lain. Sehingga
hutangnya semakin bertambah banyak. Ken Lay adalah seseorang yang
telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun Enron dengan banyak
hutang kepada pihak lain. Ketika Enron mengalami keadaan yang sulit,
dalam hal ini dalam keadaan hampir bangkut, Ken Lay mengatakan
perusahaannya dalam keadaan yang baik-baik saja. Ken Lay ini adalah
orang yang licik. Dia secara diam-diam mulai menjual saham yang dia
miliki. Para investor yang lainnya tidak mengetahui bahwa perusahaan
tesebut mengalami sebuah masalah, sehingga banyak orang yang masih
mau membeli saham yang dijual oleh Ken Lay tersebut.

b. Jeffrey Skiing (Mantan Presiden, dan COO)


Jeffrey Skilling ini adalah seorang yang sangat pintar. Dia berhasil
membuat Enron menjadi sebuah perusahaan perdagangan yang sangat
besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya mengesampingkan rambu-
rambu aturan yang berlaku baik aturan SEC maupun prinsip akuntansi
yang berterima umum.
Ia bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan
Enron. Skilling merekrut Andrew Fastow, seorang ahli keuangan, untuk

16
membantu menjalankan bisnis perdagangan gas alam, dan keduanya telah
datang dengan gagasan yang pandai dalam melaporkan nilai dari kontrak
jangka panjang yang mereka beli atau jual.
Mereka membujuk Komisi Bursa Saham dan Surat Berharga
(SEC) AS untuk membolehkan mereka memakai metode “menilai pada
harga pasar” (mark to market) untuk diberlakukan pada kontrak mereka.
Dengan metode tersebut akan membuat tingkat diskonto yang rendah pada
kontrak mereka, sehingga membuat Enron melaporkan nilai aset (kontrak)
dan laba yang tinggi pada investor. Padahal kenyataannya nilai asset dan
laba mereka lebih rendah dari yang mereka laporkan.

c. Andrew Fastow (Mantan CFO)


Dia memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang hanya
dipakai oleh Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank.
Sehingga dalam laporan keuangan yang dimiliki oleh Enron tidak
mengalami penambahan hutang. dia bersama dengan orang-orang lainnya
di Enron, memperkaya dirinya sendiri dengan mendapatkan gaji yang
tinggi dan pendapatan saham dari SPE yang dibentuk olehnya itu.
Dia mencoba memecat Sherron Watkins yang menghadap anggota
kongres dan di hadapan umum mengutarakan apapun yang ia tahu tentang
praktek akuntansi perusahaan. Dia juga merampas komputer Sherron
Watkins ketika dia mengetahui bahwa dia mencoba memperingatkan
atasannya tentang masalah yang akan terjadi jika Enron terus melakukan
manipulasi data tersebut.

d. Board of Directors
Dewan direksi Enron gagal melidungi pemegang saham Enron dan
memberikan konstribusi pada kejatuhan perusahaan publik terbesar
ketujuh di AS, dengan membiarkan Enron terlibat dalam praktik akuntansi
beresiko tinggi, konflik transaksi kepentingan yang tidak pantas,
pengungkapan kegiatan penghancuran dokumen penting, dan kompensasi
eksekutif yang berlebihan. Dewan mengetahui hal ini tetapi lebih memilih
untuk menutup mata dan merugikan pemegang saham, karyawan, dan
rekan bisnis.

17
e. Karyawan Enron
Enron memaksa karyawan dalam hal pengelolaan dana pensiun,
dimana diharuskanpembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun,
karyawan percaya atas reputasiperusahaan. Tujuan Enron adalah
menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini. Dan pada saat masa
jatuhnya Enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjual
sahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada
harga 26 sen. Sangat banyak terjadi kerugian pada karyawan. Baik
financial maupun moral. Karyawan Enron banyak yang tidak diterima di
perusahaan lain.

f. Sheron Wattkins
Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan
telah bekerja untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum
bergabung dengan Enron. Dia mengeluhkan praktik akuntansi agresif
yang dilakukan oleh Enron. Ketika Lay tidak merespon surat yang ia tulis,
Sharron pun memberikan kesaksian di depan komte penyelidikan.
Seandainya ada anggota dewan yang mendengarkan kekhawatirannya
mengenai Enron, mungkin tindakan pencegahand dapat dilakukan.

g. David B. Duncan
David menjadi karyawan Andersen selama 20 tahun, ia
bertanggung jawab atas Enron sejak 1997, ia dibayar lebih dari $1 juta.
David dipecat dari Andersen pada Januari 2002 dan dibebankan hukuman
karena telah memerintahkan staff Andersen untuk menghancurkan lebih
dari 1 ton dokumen yang berkaitan dengan Enron. Pada 9 April 2002,
David mengaku bersalah dengan hukuman maksimum 10 tahun, tetapi
karena ia mengaku bersalah dan bersedia menjadi saksi kemungkinan
hukuman tersebut dapat diringankan.

h. Securities and Exchange Commission (US SEC)


SEC juga harus bertanggungjawab pada kasus ini karena mereka
memberikan persetujuan kepada Skilling dan Andrew Fastow untuk

18
menggunakan metode akuntansi yang menguntungkan bagi mereka.
Dalam hal ini seharusnya SEC tidak menyetujui hal tersebut, karena hanya
akan menguntungkan beberapa pihak saja, dan pihak lainnya akan
dirugikan dengan diperbolehkannya penggunaan metode tersebut. Jika
SEC tidak memperbolehkan mereka menggunakan metode tersebut,
mungkin saja kasus ini tidak akan menjadi separah ini. Banyak pihak yang
bisa diselamatkan atau dihindarkan dari kasus ini.

i. Mitra Kerja
Mitra kerja dan konsumen Enron dirugikan dalam hal ini, sebut
saja Blockbuster. Begitupun dengan pemasok dan kreditor yang bekerja
sama dengan Enron.
j. Investor
Sebagai hasil dari skandal Enron, investor baik pribadi maupun
kelompok, kehilangan jutaan dollar karena mereka mendapatkan
informasi yang salah mengani kinerja keuangan perusahaan, semua
pemegang saham kehilangan uang yang telah mereka investasikan setelah
Enron jatuh bangkrut. Pemegang saham kehilangan hampir $11miiliar
ketika harga saham Enron yang tadinya mencapai $90 menjadi anjlok ke
angka 24 sen. Investor yang trauma sulit untuk kembali berinvestasi
setelah skandal ini.

k. White House
Skandal ini semakin rumit dengan ditengarainya keterlibatan
banyak pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat
yang pernah menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini. Bahkan,
tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W. Bush merupakan
pemegang saham Enron. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana
politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang
peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush. Akibat
pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para
politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis
Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

19
l. Jaksa Penuntut Enron dan Departement of Justice
Penuntutan terhadap Enron (yang seringkali diprakarsai oleh SEC)
telah menyebabkan peningkatan ekspektasi kinerja dan agresivitas
kejaksaan, di mana penjahat kelas eksekutif dicurigai. Eliot Spitzer
(Attoney General for The Northen District of Illinnois) dan Patrick J.
Fitzgerald (US Attorney for the Nothern District of Illinois) muncul
sebagai jaksa umum dengan ikon “anjing penyerang” yang mengejar
setiap eksekutif Enron dengan penuh semangat. Spitzer lebih
mengutamakan penjahat selebriti dan eksekutif senior sebagai contoh bagi
orang lain, terutamaa saat SEC lambat untuk bertindak. Spitzer dan
Fitgerald menggunakan praktik penawaran-penawaran saksi yang lebih
rendah bagi eksekutif yang tidak terlalu senior, terutama CFO, untuk
ditukar dengan informasi dan kesaksian yang dapat digunakan terhadap
eksekutif yang lebih senior.

2.3.4 Penyebab Terjadinya Skandal Enron


Begitu kompleksnya model usaha yang dimiliki oleh Enron, yang terdiri
dari beragam produk, termasuk aset tetap dan perdagangan yang melampaui
skala nasional telah menyebabkan adanya keterbatasan akuntansi. Enron
mengambil keuntungan penuh dari keterbatasan akuntansi tersebut untuk
menyusun dan memoles laporan keuangan perusahaan. Dua hal utama yang
mendasari permasalahan pada laporan keuangan Enron adalah perdagangan
yang meliputi kontrak jangka panjang yang kompleks dan struktur transaksi
finansial perusahaan yang berupa konsolidasi entitas bertujuan khusus (SPE).
a. Trading Business dan Market-to-Market Accounting
Pada bisnis gas alam Enron, perlakuan akuntansinya sangatlah
mudah, yaitu pada setiap periode tertentu, perusahaan akan membuat daftar
biaya supply gas dan pendapatan aktual yang diterima dari penjualan
tersebut.
Namun pada bisnis perdagangan, Enron mengadopsi mark-to-
market accounting, yakni begitu sebuah kontrak jangka panjang
ditandatangani, present value dari future inflows dari kontrak tersebut
diakui sebagai pendapatan dan present value dari biaya kontrak tersebut
dianggap sebagai biaya. Dalam hal ini, keberlangsungan kontrak jangka

20
panjang tersebut seringkali dipertanyakan. Dengan adanya kesulitan untuk
penerapan matching principle antara profit dan cash, telah memberikan
laporan yang menyesatkan bagi investor. Unrealized gains and losses pada
market value dari kontrak jangka panjang (yang tidak di-hedging) kemudian
dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan tahunan pada saat terjadinya.
Sebagai contoh, Enron melakukan kontrak kerjasama dengan Blockbuster
Video pada tahun 2000. Pilot Project tersebut terdapat di Portland, Seattle
dan Salt Lake City. Berdasarkan proyek tersebut Enron kemudian mengakui
estimasi profit sebesar $ 110 juta walaupun berbagai kalangan
mempertanyakan keberlangsungan teknis dari proyek tersebut dan
permintaan pasar. Ketika jaringan tersebut gagal, Blockbuster menarik
kerjasamanya dan Enron tetap meneruskan untuk mengakui future profit
walaupun kontrak tersebut berakhir dengan kerugian.

a. Special Purpose Entities (SPE)


Enron telah menggunakan ratusan SPE sampai dengan tahun 2001
dimana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai pembelian
forward contract dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam sebuah
kontrak jangka panjang. Namun beberapa SPE kontroversial didesain secara
khusus untuk mendapatkan tujuan pelaporan keuangan yaitu memenuhi
ekspektasi investor.
Sebagai contohnya, pada tahun 1997, Enron berkeinginan untuk
membeli kepemilikan dari beberapa joint venture, namun Enron tidak mau
memperlihatkan hutang miliknya yang digunakan untuk membiayai akuisisi
tersebut pada neraca perusahaan. Maka Enron menggunakan Chewco,
sebuah SPE yang dikontrol oleh Enron untuk menerbitkan hutang dengan
Enron sebagai penjamin untuk medapatkan kepemilikan pada joint venture
seharga $ 383 juta.
Transaksi tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga Enron
tidak harus mengkonsolidasi Chewco ataupun joint venture tersebut pada
laporan keuangannya, sehingga Enron tidak perlu mengakui hutang pada
pembukuannya.
Seperti yang telah diakui Enron pada bulan Oktober 2001, bahwa
mereka telah melanggar standar akuntasi yang mengharuskan sedikitnya

21
3% dari aset dimiliki oleh investor ekuitas independen. Dengan
mengabaikan persyaratan tersebut, Enron dapat menghindari konsolidasi
dari SPE tersebut. Sebagai akibatnya, neraca perusahaan tersebut
mengalami understated pada liabilitas dan overstated pada ekuitas dan
pendapatan. Selain itu, Enron hanya melakukan pengungkapan minim
mengenai hubungannya dengan SPE. Perusahaan tersebut hanya
mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan hedging untuk
menurunkan resiko pada investasinya melalui transaksi dengan SPE.
Sehingga investor tidak menyadari bahwa SPE tersebut telah menggunakan
saham dan jaminan finansial dari Enron, sehingga Enron tidak terproteksi
dari resiko. Di samping itu, Enron juga memperbolehkan beberapa
karyawan kunci di perusahaan untuk menjadi partner di SPE tersebut.

b. Penghindaran Pajak
Beberapa Bank, KAP, bankir investasi, dan kantor pengacara
bahkan politisi diduga memberikan konsultasi mengenai penyembunyian
pajak terstruktur pada 12 transaksi besar yang mencapai $2 miliar dari
tahun 1995-2001. Manajemen Enron menemukan bahwa transaksi pajak
tidak hanya bisa menghemat pajak, tetapi dapat digunakan untuk
menciptakan laba dalam lapora keuangan. Setelah itu, departemen pajak
Enron tampak sebagai pusat “revenue center”.

c. Budaya Perusahaan, Konflik Kepentingan, Whistle-Blower


Banyak karyawan Enron mengetahui tentang kurangnya integritas
dalam transaksi SPE, tetapi hanya sedikit karyawan yang berani maju untuk
melaporkannya, dan dewan direksi Enron tidak mendengar keluhan mereka.

d. Kegagalan Fungsi Dewan Direksi


Dewan direksi beroperasi di bawah undang-undang yang
membebankan tugas fidusia kepada mereka untuk bertindak dengan itikad
baik, sewajarnya, dan dalam kepentingan terbaik dari perusahaan an
pemegang sahamnya.
Dalam kerangka kerja tata kelola, dewan direksi Enron bertanggung
jawab untuk mengawasi lini bisnis Enron dan strategi untuk membiayainya.

22
Salah satu bidang usaha Enron, yaitu: bisnis perdagangan energi secara
online, memerlukan akses ke lini kredit yang luas.
Pada saat yang sama, sifat dari bisnis ini menyebabkan fluktuasi
laba yang besar dari triwulan ke triwuan, sehingga mengarah pada
pendanaan berbiaya rendah. Lini bisnis lainnya, yaitu: jaringan serat optik
(yang sebagian besar tidak berguna) juga kekurangan kas. Semua anggota
dewan direksi sangat menyadari dan mendukung fokus Enron di peringkat
kredit, arus kas dan beban utang. Semua orang akrab dengan strategi “asset
light”. Disinilah titik dimana dewan direksi Enron tidak menjalankan tugas
fidusia, mereka hanya bertindak demi kepentingan perusahaan bukan
pemegang saham.

2.4 Dampak yang Timbul Setelah Adanya Kasus Enron Corporation


Fakta bahwa Enron merupakan perusahaan publik dan adanya pengakuan dari
KAP ArthurAndersen yang menyatakan bahwa karyawannya telah menghilangkan
dokumen audit Enron, menyebabkan sektor pasar modal dan profesi akuntan publik
menjadi fenomena yang menyedot perhatian publik. Bangkrutnya Enron dianggap
sebagai momentum penegas perlunya perubahan sistem pelaporan keuangan pasar
modal Amerika Serikat pada saat itu meskipun sistem pelaporan keuangannya
merupakan sistem yang terbaik di dunia.
Di sisi lain, menyadari bahwa kasus Enron ini telah menyoroti profesi akuntan
publik dan sistem regulasi internalnya, American Institute Certified Public Accounting
(AICPA) merasa perlu untuk mengembangkan model baru regulasi yang
menggambarkan perubahan yang signifikan dan substansial dari model yang ada.
Akibat kasus-kasus tersebut kini kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama
disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen, salah satu KAP terbesar di dunia di
dalam skandal tersebut. Akuntan Publik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang
unik melainkan sebagai industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang sempit.
Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik.
Skandal Enron tak bisa dipungkiri merupakan kejahatan ekonomi
multidisiplin. Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat
awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para
professional CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis keuangan yang

23
telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan publik yang tak
berdosa.
Kasus Enron memberikan efek domino bagi pihak–pihak terkait. Dari perspektif
ketenagakerjaan, ribuan karyawan Enron kehilangan pekerjaan dan dana pensiunnya.
Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan parakreditornya yang telah
mengucurkan milyaran dolar (JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor
terbesarnya). Para karyawan Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena
simpanan hari tua mereka yang musnah. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan
20.000 karyawan Enron terikat dalam saham yang kini tanpa nilai. Banyak lembaga
keuangan internasional juga ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya Enron,
sehingga membuat mereka semakin berhati-hati dalam membidik peluang investasi.
Perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal diharuskan
memenuhi persyaratan pembeberan (disclosure) yang luar biasa ketat.

2.5 Kasus Enron Memotivasi Reformasi Tata Kelola dan Etika


Selain kasus Enron, pengumuman oleh WorldCom tentang manipulasi laba
akuntansi secara besar-besaran telah memukul pasar modal, media dan juga politisi
dan semakin memicu untuk melakukan reformasi terhadap tata kelola. Maka pada 30
Juli 2002 disahkanlah Sarbanes-Oxley Act, yaitu undang-undang baru yang mengatur
reformasi tata kelola. Nama Sarbanes-oxley sendiri diambil dari dua orang politisi
yang menjadi inisitor undang-undang tersebut, yaitu Paul Sarbanes dan Michael
Oxley.
SOX adalah hukum keamanan AS yang paling jauh jangakauannya, yang
berlaku semenjak US Security Act of 1933 dan Securities Exchange Act (SEC) of
1934, yang mendorong SEC pada tahun 1934 untuk menjalankan undang-undang
tersebut. Banyak ketentuan SOX memerlukan implementasi tindakan SEC, dan studi
lebih lanjut untuk memperoleh jalan yang terbaik sebagai pedoman masa depan.
SOX telah menciptakan sebuah kerangka kerja peraturan internasional bagi
perusahaan dalam mencari akses ke pasar modal AS dan auditornya. SOX menetapkan
standar baru pada tata kelola yang akan diterapkan pada semua perusahaan
perusahaan yang telah terdaftar di SEC, yaitu yang terdaftar dibursa saham AS
termasuk perusahaan-perusahaan asing besar yang terdaftar di bursa AS. Lebih dari
200 perusahaan terbesar di Kanada, dan banyak perusahaan internasional besar
lainnya, harus mematuhi peraturan ini.

24
Demikian juga SOX menetapkan kerangka kerja baru untuk profesi akuntansi
AS yang menggantikan pengaturan diri oleh profesi dengan Public Company
Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB akan mengawasi semua KAP yang
mengaudit perusahaan yang terlah terdaftar di SEC, seperti halnya perturan akuntansi
dan pengungkapan perusahaan-perusahaan tersebut.
Bencana keuangan sebelumnya, termasuk kegagalan tata kelola Enron, Arthur
Andersen, dan WorldCom, meningkatkan kesadaran di AS, Kanada, Australia dan
Inggris bahwa kerangka tata kelola harus diperbaiki. Secara khusus, dalam rangka
menghadapi krisis kredibilitas tata kelola dan mengembalikan kepercayaan dalam
system pasar modal. Perusahaan saat ini, tindakan yang dibutuhkan untuk memenuhi
harapan masyarakat mencakup hal-hal sebagai berikut; (1) Klarifikasi peran, tanggung
jawab dan akuntabilitas dari dewan direksi, subkomitenya, diri para direktur pribadi
dan auditor; (2) Memastikan bahwa para direktur memiliki informasi yang cukup
mengenai rencana dan kegiatan perusahaan, kecukupan kebijakan dan pengendalian
internal untuk memastikan kepatuhan, dan kepatuhan actual, termasuk keprihatinan
para whistle-blower; (3) Memastikan bahwa para direktur memiliki kompetensi
keuangan yang memadai dan keahlian lainnya yang diperlukan; (4) Memastikan
bahwa laporan keuangan akurat, lengkap, dapat dpahamidan transparan; (5)
Memastikan bahwa standar akuntansi memadai untuk melindungi kepentingan para
investor.

a. Dampak SOX terhadap Tata Kelola, Akuntabilitas dan Manajemen


Kerangka tata kelola SOX akan memfokuskan perhatian pada direktud dan
manajemen pada isu-isu yang sangat penting mengenai tata kelola dan proses
pelaporan yang baik. Secara khusus, perkembangan berikut akan membawa
perubahan positif dan perubahan jangka panjang yang fokus pada peningkatan
akuntabilitas dan pelaporan kepada pemegam saham publik; pengendalian intern
terkait dan sitem whistle-blower; serta atas sertifikasi CEO dan CFO, sertifikasi
palsu akan dianggap sebagai tindak pidana.

b. Dampak terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit


Menurut SOX salah satu penyebab terjadinya kekacauan/fraud terhadap
laporan keuangan adalah kondisi hiruk-pikuknya jasa yang diberikan kantor

25
akuntan publik, atau dikenal dengan multi-disciplinary practice. Untuk
menghindari conflict of interest dalam kode etik akuntan; independent in
appearance, sehingga dalam SOX Section 201 membatasi jasa-jasa non-audit.
jasa-jasa. Selain itu, agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat
kehilangan objektivitasnya, SOX juga mengatur rotasi atau pertukaran auditor.
Hal ini diatur dalam SOX Section 203, menetapkan rotasi dari lead audit partner
dan concurring audit partner setiap 5 (lima) tahun. Profesi akuntansi AS
kehilangan kebebasannya untuk menawarkan layanan non-audit kepada klien.
Layanan non-audit yang ditawarkan telah dipangkas, dan karena layanan tersebut
biasanya harus disediakan oleh perusahaan yang tidak melakukan audit
perusahaan sehingga menjadi kurang efisien atau lebih mahal untuk melakukan
audit kepada klien. Dampak penuh SOX terus berkembang, tetapi penguatan
akuntabilitas, serta penguatan standar independensi dan hubungan auditor ke
subkomite audit, akan membantu auditor melayani kepentingan publik.

c. Dampak terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit di Indonesia


Pembentukan Sarbanes-Oxley Act berdampak terhadap profesi akuntansi
di Indonesia ada beberapa peraturan yang keluarkan di Indonesia terkait dengan
pembentukan Sarbanes-Oxley Act diantaranya: Keputusan Menteri Keuangan
(KMK) Tgl 30 Sept 2002, No. 423/KMK.06/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik.
Selanjutnya Menteri Keuangan RI pada tanggal 5 Pebruari 2008 menerbitkan
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik
yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Keuangan No.
423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003 Tentang Jasa Akuntan Publik
yang dianggap sudah tidak memadai.
Keputusan Menteri BUMN Tgl 31 Juli 2002, Nomor: KEP-117/M-
MBU/2002 Tetang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 12 Nov
2002, Nomor: KEP-20/PM/2002. Tentang Independensi Akuntan yang
memberikan jasa audit di Pasar Modal.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 22 Des
2003, Nomor: KEP- 40/PM/2003. Tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan.

26
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 24 Sept
2004, Nomor: KEP – 29/PM/2004, Tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

d. Dampak terhadap Trend Etika Bisnis


Kasus Enron, Arthur andersen, dan WorldCom memberikan kesadaran
yang jauh lebih besar dari masalah-masalah dan tren etika yang sedang berjalan,
termasuk konflik kepentingan dan kontrol kepentingan pribadi, tugas fidusia
direksi kepada pemegang saham, tugas perusahaan dan auditor terhadap
kepentingan umum, serta mkana sebuah bisnis yang baik dalam mengembangkan
suatu etika budaya.

e. Dampak Skandal Enron terhadap AS


Dari segi politik, pemerintahan Bush, yang menerima kontribusi dari
Enron, menemukan diri mereka berada pada posisi antar mengembalikan dana
untuk Enron atau menymbangkannya untuk amal. Enron juga mempengaruhi
Amerika Serikat dalam beberapa hal penting. Jika ada satu hal positif yang dapat
diceritakan mengenai skandal Enron, satu hal itu adalah bahwa skandal itu sendiri
meningkatkan kesadaran akan pentingnya integritas dalam Akuntansi dan bisnis,
dan menyebabkan terciptanya pengamanan baru untuk memastikan bahwa
skandal seperti ini tidak akan terjadi lagi, setidaknya tidak separah Enron.

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan
tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan seperti misalnya pada kasus Enron, tetapi
akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP
Arthur Andersen. Dalam kasus ini KAP yang seharusnya bersikap independen, bukan
yang dilakukan oleh Arthur Andersen. Akibat perbuatan tersebut, kedua-duanya
menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran
dollar. Sedangkan KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya
dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada
karyawan yang bekerja di KAP yang bersangkutan dimana mereka menjadi sulit
untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.

3.2. Saran
Kasus Enron menjadi sebuah pelajaran bagi dunia bisnis di seluruh dunia.
Apabila suatu praktik atau perilaku yang dilandasi dengan ketidak-baikan akhirnya
akan menuai ketidak-baikan pula.
Saran dari kelompok kami untuk entitas bisnis agar tidak jatuh seperti yang
dialami Enron; (1) menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas dan etika agar setiap
perilaku senantiasa berpijak untuk kebaikan semua; (2) jangan melakukan hal yang
dapat merugikan orang banyak untuk memperkaya diri sendiri; (3) menjunjung tinggi
kejujuran dan profesionalitas; (4) mematuhi kode etik menggunakan Prinsip
Akuntansi Berterima Umum; (5) menjaga integritas profesi dan tidak merangkap
jabatan sekaligus.

28
Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno, and I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya . Jakarta : Salemba Empat, 2009.

Brooks, Leonard J., and Paul Dunn. Etika Bisnis & Profesi untuk Direksi, Eksekutif, dan Akuntan .
Jakarta : Salemba Empat , 2014.

www. cengange.com/accounting/brooks.

29

Anda mungkin juga menyukai