Anda di halaman 1dari 12

Latar belakang

Penyakit scabies merupakan suatu jenis penyakit yang sering ditemukan di negara
tropis, seperti Indonesia. Nama yang sering kita dengar di masyarakat untuk penyakit ini
adalah kudis. Secara umum penyakit kulit di Indonesia prevalensinya masih tinggi. Skabies
adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudik.
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak
langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita.1
Scabies adalah penyakit kulit yang sangat menular disebabkan oleh kutu yang karena
sangat kecilnya hanya dapat dilihat memakai mikroskop. Jadi berbeda dengan kutu pada
rambut dan kutu busuk. Bila sebuah keluarga terjangkit penyakit gudik (skabies) maka akan
terjadi ritual menggaruk bersama terutama di malam hari. Beberapa penderita penyakit gudik
menggambarkannya seperti gitaran. Gerakan menggaruk yang mirip bermain gitar di malam
hari karena rasa gatal yang ditimbulkannya. Karenanya tak heran jika penyakit gudik
(skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama dan di pesantren.

Skenario 15
Anak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena mengeluh sangat gatal
terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu.

Identifikasi istilah
Tidak ada.

Hipotesis
Anak berusia 9 tahun dengan keluhan gatal-gatal pada sela jari tangan diduga mengalami
scabies.

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesis
sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan kita untuk dapat
mendiagnosa penyakit apa yang diderita oleh pasien. Dalam hal ini, Pertanyaan-
pertanyaannya meliputi:

1
I. Identitas
Menanyakan nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pekerjaan, alamat, ras, suku,
agama dan jenis kelamin pemberi informasi (misalnya pasien atau keluarga).

II. Keluhan utama


Anamnesis keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi penting untuk
mencapai diagnosis banding dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran
keluhan yang menurut pasien paling penting.2 Dalam hal ini keluhan utama pasien
pada skenario yang ada adalah gatal pada sela jari terutama pada malam hari sejak 1
minggu yang lalu.

III. Riwayat penyakit sekarang


Sebagai dokter, kita harus menanyakan apa yang dirasakan oleh pasien saat ini.
Misalnya pada skenario, pasien tersebut merasa sangat gatal pada sela jari tangannya.

IV. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat obat


Sangat penting untuk mengetahui apakah sebelumnya pasien pernah mengalami hal
yang sama, dalam hal ini gatal-gatal pada sela jari tangan maupun di bagian tubuh
lain. Jika sudah pernah, tentu saja pasien pasti telah memperoleh pengobatan terhadap
gatal-gatal tersebut sehingga memudahkan dokter untuk memberikan
penatalaksanaan.2

V. Riwayat penyakit keluarga


Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena
terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit.2

VI. Riwayat penyakit sosial


Penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit yang mereka
derita terhadap hidup dan keluarga mereka. Pekerjaan tertentu beresiko menimbulkan
penyakit tertentu, jadi penting untuk mendapatkan riwayat pekerjaan yang lengkap.2
Dalam hal ini bukan hanya pekerjaan, namun juga kebersihan diri pasien dan
lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
2
Pemeriksaan fisik

Inspeksi

(a) (b)

Gambar 1. (a) Scabies pada Sela Jari; (b) Scabies pada Lateral Pedis3

Gambar 2. Tempat Predileksi Scabies3

Pada pemeriksaan fisik yang kita perlu lihat adalah tempat predileksi skabies.
Umumnya pada sela jari dan kaki hingga telapaknya. Pada inspeksi, tanda awal infestasi
seringkali terdiri dari papula merah 1-2 mm, beberapa mengalami ekskoriasi, berkrusta atau
berskuama. Terowongan seperti benang merupakan lesi klasik skabies tetapi tidak dapat
terlihat pada bayi. Pada bayi, bula dan pustul relatif sering; erupsi juga dapat berupa urtikaria,

3
papula, vesikel dan dermatitis eksematosa. Daerah yang sering terkena adalah telapak tangan,
telapak kaki, wajah dan kulit kepala.4
Pada anak yang lebih besar dan remaja, pola klinis sama dengan pada orang dewasa,
daerah yang lebih disukai adalah sela-sela jari, bagian fleksor pergelangan tangan, lipat
aksilla anterior, lutut, pantat, umbilikus dan garis ikat pinggang, lipat paha, genitalia pada
laki-laki dan areola pada wanita. Kepala, leher, telapak tangan dan telapak kaki biasanya
tidak terkena.4

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur atau skibala
(butiran feses). Hasil pemeriksaan secara mikroskopis menemukan adanya infeksi
ektoparasit sarcoptes scabiei dan telur dari ektoparasit tersebut.

Gambar 3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Scabies3

Selain tes mikroskopis dapat juga dilakukan tes tinta yaitu dengan menggosok tinta
pada papula yang timbul pada kulit kemudian didiamkan setelah 30 menit. Setelah itu tinta
yang ada pada permukaan kulit dihapus dengan kapas alkohol. Apabila terlihat gambaran zig-
zag pada permukaan kulit, berarti tinta masuk ke daerah yang kosong pada lapisan kulit
dibawahnya. Hal ini menunjukan kemungkinan adanya terowongan yang dibuat oleh tungau
penyebab skabies.

Manifestasi klinik

4
Penyakit skabies memiliki gejala klinis utama antara lain:
1. Pruritus nokturna
Merupakan rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas kutu yang lebih tinggi
dalam suhu lembab. Rasa gatal dan kemerahan diperkirakan timbul akibat sensitisasi
oleh tungau.1
2. Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada scabies, yaitu terowongan dan ruam scabies.
Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan
dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki. Pada bayi,
terowongan sering terdapat pada telapak tangan, telapak kaki dan bias juga terdapat
pada badan, kepala dan leher. Terowongan pada badan biasanya ditemukan pada usia
lanjut.1
3. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat di
sekitar aksilla, umbilikus dan paha. Ruam ini merupakan suatu reaksi alergi tubuh
terhadap tungau.1
4. Kelainan sekunder yaitu, eksokoriasim, eksematisasi dan infeksi bakteri sekunder.1

Working diagnosis
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan ditemukannya tungau atau telurnya pada
pemeriksaan mikroskopis. Untuk melakukan hal tersebut, terowongan harus ditemukan.
Selain dari hasil pemeriksaan mikroskopis, diagnosis dapat lebih dikuatkan dengan atas dasar
keluhan dan data klinis pasien antara lain, gatal hebat pada malam hari, selain pasien,
keluarga pasien juga mengalami hal yang serupa dan adanya efloresensi polimorf pada
tempat predileksi.1
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka kita dapat
menentukan diagnosis yaitu Scabies pada sela-sela jari anak tersebut.

Etiologi

Penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei varietas homonis. Kutu ini bukanlah
serangga dari golongan insekta melainkan tungau dari Familia Sarcoptidae yang memiliki
empat pasang kaki (bukan tiga pasang seperti pada golongan insekta) sehingga lebih dekat
dengan keluarga sengkenit. Kutu ini ditularkan dengan hubungan kontak langsung pada kulit
termasuk ketika berhubungan seks.5

5
Gambar 4. Sarcoptes scabei3
 Kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan
tidak bermata.
 Diameternya sekitar 0.3 mm
 Memiliki 4 pasang kaki
 Tidak dapat terbang ataupun meloncat

6
Gambar 5. Sarcoptes scabei life’s cycle3

Yang menimbulkan skabies pada manusia adalah jenis yang betina. Hal ini dikarenakan
yang jantan mati setelah kopulasi. Bentuk parasit skabies bulat 0,3-0,4 mm dengan 4 pasang
kaki, 2 pasang terletak di depan dan 2 pasang kaki lainnya di belakang.6
Segera setelah kopulasi, betina akan menggali lubang ke stratum korneum membentuk
terowongan yang berkelok-kelok dan terlihat keabu-abuan. Terowongan ini digunakan
sebagai tempat tinggal dan bertelur oleh spesies yang betina. 2-3 butir telur dihasilkan dalam
satu hari. Untuk nutrisinya, betina akan memakan cairan sel yang ada disekitarnya sambil
terus membangun terowongan untuk meletakkan telur. Telur menetas 3-4 hari kemudian
menjadi larva yang berkaki tiga. Larva kemudian akan membutuhkan waktu 3 hari untuk

7
menjadi nimfa dan 3 hari kemudian menjadi bentuk dewasa. Total siklus ini memakan waktu
2 minggu.6
Pada hewan juga bisa terdapat infestasi tungau skabies. Skabies hewan menyerang
berbagai jenis hewan mamalia, seperti kambing, sapi, domba, kerbau, babi dan kelinci. Kutu
ini bersifat host spesific artinya ia hanya memilih hewan tertentu saja. Infeksi silang antara
hewan dan manusia pernah dilaporkan kasusnya. Namun, jika sampai terjadi infeksi,
umumnya kutu hewan ini tidak akan berkembang lebih lanjut dan akan mati dengan
sendirinya.6

Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta atau eksreta tungau yang memerlukan waktu kir-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.6

Diferential diagnosis

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis atau eksem ialah suatu bentuk peradangan pada epidermis dan dermis
sebagai respon terhadap pengaruh faktor endogen atau eksogen yang menimbulkan
efloresensi dengan berbagai macam gambaran. Dermatitis kontak sendiri ialah suatu
bentuk dermatitis yang disebabkan oleh pengaruh faktor eksogen. Dermatitis kontak
ada yang bersifat iritan, yaitu akibat pengaruh bahan yang mengiritasi kulit baik
secara akut maupun kronis. Selain itu ada bentuk alergi dimana dermatitis ini akibat
proses sensitasi tubuh terhadap suatu bahan yang dianggap asing oleh sistem imun
tubuh.3

Kesamaan dermatitis kontak dengan skabies adalah ditemukannya rasa gatal yang
disertai eritema dan vesikel. Namun perbedaan yang jelas adalah pada waktu rasa
gatal. Waktu rasa gatal timbul dan memuncak pada skabies adalah pada malam hari,
sedangkan pada dermatitis kontak bergantung pada waktu kontak bahan tersebut
dengan kulit.3

8
Tes patch/tempel dapat digunakan untuk memisahkan kemungkinan skabies
terhadap dermatitis kontak. Kuncinya pada dermatitis kontak selalu ada bahan yang
sifatnya dapat mengganggu fungsi kulit. Sedangkan pada skabies tentu saja
penyebabnya adalah infestasi tungau.3

2. Tinea Manus
Tinea manus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita di daerah kulit telapak tangan, punggung tangan, jari-jari tangan, serta
daerah interdigital. Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum.3
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering bekerja di tempat yang
basah, mencuci, di sawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai tanpa
keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder
dan peradangan.3
Dikenal tiga bentuk klinis tinea manus yang sering dijumpai, yakni :
a. Bentuk intertriginosa
Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada sela jari.
Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila
tersentuh. Infeksi sekunder dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas
sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan
V. Bentuk klinik ini dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa keluhan sama sekali.
Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri,
sehingga terjadi limfangitis, selulitis dan erisipelas yang disetai gejala-gejala
umum. 7
b. Bentuk vesikular akut
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang terletak agak
dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang tersering adalah telapak kaki
bagian tengah dan kemudian melebar serta vesikulanya memecah. Infeksi
sekunder dapat memperburuk keadaan ini.7
c. Bentuk mocassin foot
Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat
kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada
bagian tepi lesi.7
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan kerokan

9
kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen jamur.7

Penatalaksanaan

Syarat obat yang ideal ialah :7

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.


2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harga murah.

Cara pengobatannya harus seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi).

Jenis obat topikal :7

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau lasio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di
bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamin 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gemeksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2
bulan.

10
Apabila terjadi infeksi sekunder ataupun dermatitis dapat diberikan antibiotika.

Penatalaksanaan non-medicamentosa juga diperlukan seperti meningkatkan kebersihan


perorangan dan lingkungan, menghindari orang-orang yang terkena serta mencuci/menjemur
alat-alat tidur dan jangan memakai pakaian/handuk bersama-sama.

Komplikasi

Komplikasi dermatitis merupakan penyulit diagnosis bagi seorang dokter. Komplikasi


yang dapat terjadi antara lain:

1. Infeksi sekunder
Misalnya pada dermatitis kontak.
2. Pustulae
3. Folikulitis
4. Furunkulosis

Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara penggunaan obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit dapat diberantas
dan memberi prognosis yang baik.7

Kesimpulan
Penyakit skabies ditandai disebabkan oleh Sarcoptes scabei var. hominis dan
produknya dengan manifestasi klinis berupa gatal yang tidak tertahankan pada malam hari.
Gambaran klinis pada kulit pasien dengan penyakit ini; ditemukan adanya terowongan dan
ruam scabies berupa erupsi papul kecil yang meradang. Predileksi scabies pada anak dan
dewasa yang tersering adalah pada sela-sela jari tangan dan kaki. Sekarang ini, obat yang
sering dipakai adalah krim Permetrin 5% dengan sekali dosis dan dihapuskan setelah 10 jam
pemakaian. Tidak dianjurkan untuk pemakaian pada bayi yang berumur di bawah 2 bulan.
Hipotesis diterima.

Daftar Pustaka
1. Graham R, Burns BT. Lecture notes: dermatologi. Jakarta: Erlangga, 2005. Hal. 42-3.

11
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007. Hal.
12-7.
3. Google.com/image
4. Nelson. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC, 2000. Hal. 2315.
5. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4th edition. New
York: McGraw – Hill Medical Publisher; 2003.p.2182-3.
6. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parasitologi
kedokteran edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.265-8
7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2010.h.119-26.

12

Anda mungkin juga menyukai