Anda di halaman 1dari 34

Perpustakaan Sekolah Masa Depan

Perpustakaan Sekolah Masa Depan


Selasa, 8 Mei 2012 by Bambang | Artikel Perpustakaan

Masyarakat telah mengenal perpustakaan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran
dan pendidikan. Kedudukan dan fungsi perpustakaan menempati posisi yang strategis dan
berperan sebagai fasilitator pembelajaran sepanjang hayat. Perpustakaan adalah institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara professional dengan sistem
yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan
rekreasi bagi para pemustaka. Implementasi dari perpustakaan tersebut sebagai sebuah
institusi layanan publik tentang keinformasian dan pembelajaran adalah terciptanya berbagai
jenis perpustakaan yang disesuaikan dengan segmen masyarakat atau pemustaka
perpustakaan itu sendiri. Dari tingkat pusat maupun daerah serta lembaga pemerintah dan
swasta, terdapat berbagai jenis perpustakaan yang telah dikenal oleh masyarakat luas
diantaranya adalah perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan perguruan
tinggi, perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, dan perpustakaan masjid atau tempat
ibadah lainnya. Namun demikian pemanfaatannya ternyata masih jauh dari harapan.
Perpustakaan sekolah misalnya masih dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak. Padahal
perpustakaan sekolah memiliki posisi yang strategis sebagai mitra proses transfer ilmu
pengetahuan antara siswa dan guru disekolah. Seringkali perpustakaan sekolah hanya
dijadikan “pemanis pendidikan” dengan slogan “perpustakaan adalah jantungnya pendidikan”
tanpa adanya tindakan implementasi hakikat jantung pendidikan yang semestinya.

Berbagai alasan klasik menyertai layanan perpustakaan sekolah menyangkut tidak adanya
anggaran dari sekolah untuk perpustakaan, ruang perpustakaan yang hanya dijadikan gudang
buku semata, SDM atau pustakawan yang melayani pemustaka tidak memiliki latar belakang
ilmu perpustakaan, tumpang tindihnya kewenangan antara guru dan pustakawan dalam proses
pengelolaan perpustakaan, bahkan ada siswa sekolah yang ditugaskan sebagai “penjaga”
perpustakaan yang melayani siswa berkunjung keperpustakaan sekolah. Keterbatasan sarana
prasarana perpustakaan dan koleksi, serta buruknya manajemen pengelolaan perpustakaan
sekolah semakin menjauhkan siswa berkunjung keperpustakaan sekolah. Dengan keadaan
tersebut tentunya perpustakaan sekolah hanya sebagai pelengkap pendidikan yang tidak
memiliki kempuan dalam menjembatani proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa
sekolah.

Keaadaan ini menjadi ironi proses pendidikan disekolah yang sejatinya menciptakan generasi
penerus yang cerdas, unggul dan berbudaya. Memang kewenangan perpustakaan sekolah
bukan sebagai aktor utama dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas, kewenangan ini
ada ditangan pendidik atau guru yang memiliki kapabilitas dan profesionalitas sesuai dengan
bidang keahlian masing-masing. Perpustakaan sekolah hanya sebagai penunjung yang
menyediakan berbagai macam sumber rujukan ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan
intelektual bagi siswa sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan mitra guru sekaligus sebagai
mitra siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Yang perlu dilaksanakan adalah
menguatkan peran perpustakaan sekolah dengan merubah paradigma bentuk layanan dan
manajemen informasi perpustakaan sekolah sesuai dengan visi dan misi lembaga dan sebagai
tempat belajar sepanjang hayat.

Perpustakaan Sekolah Masa Depan

Salah satu ciri utama perpustakaan masa depan adalah terintegrasinya komponen layanan
perpustakaan yang meliputi manjemen koleksi, sarana prasarana, SDM, kewenangan, kerja
sama, promosi, jasa layanan prima yang bersinergi dengan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan keharusan bagi perpustakaan
sekolah yang lebih mementingkan pada hakikat layanan prima kepada pemustaka. Amanat
UU Perpustakaan No 43 tahun 2007 menjelaskan bahwa koleksi perpustakaan diseleksi,
diolah, disimpan, dilayankan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka
dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan dari aspek layanan perpustakaan, bahwa setiap perpustakaan mengembangkan


layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Layanan
perpustakaan dengan basis teknologi informasi dan komunikasi merupakan keniscayaan bagi
perpustakaan sekolah yang sejalan dengan perkembagan ilmu pengetahuan yang semakin
komplek dan menuntut kreatifitas mencari rujukan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari
sumber informasi global.

Sangatlah jelas UU Perpustakaan mengatur bentuk layanan perpustakaan yang lebih


menitikberatkan pada aspek layanan prima, sumber koleksi, pemustaka, pustakawan serta
perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai komponen utama membentuk
perpustakaan sekolah masa depan. Perpustakaan sekolah masa depan dapat terlaksana dengan
melakukan kegiatan implementasi sebagai kegiatan keseharian diperpustakaan sekolah
dengan tahap kegiatan sebagai berikut: pertama, manajemen koleksi perpustakaan harus
dianalisa dari mulai tahap pengadaan koleksi yang akan dilayankan kepada pemustaka
perpustakaan sekolah. Cara lama pengadaan koleksi yang menggantungkan dari koleksi hibah
harus dibenahi oleh pustakawan, guru, kepala sekolah dan komite. Artinya bahwa peran
komponen tersebut yang lebih maksimal dalam proses pengadaan koleksi diperpustakaan
sekolah. Logika proyek pengadaan koleksi harus ditinggalkan karena menimbulkan
kerancuan siapa yang harus bertanggung jawab dalam proses pengadaan koleksi. Kesesuaian
tema pokok koleksi pelajaran yang seharusnya diadakan dengan menambah, membandingkan
kuota jumlah koleksi berbanding jumlah siswa untuk koleksi pelajaran pokok, pelajaran
penunjang, ataukah sebagai koleksi pengayaan seringkali terabaikan apabila logika proyek
yang dikedepankan. Bukan berarti perpustakaan antipati terhadap program BOS dan DAK
(dana alokasi khusus) untuk perpustakaan, tetapi pihak sekolah yang seharusnya diajak
bekerja sama dalam kegiatan tersebut dengan komite sekolah sebagai lembaga pengawas.
Langkah berikutnya adalah kegiatan administratif perpustakaan yang dikerjakan oleh
pustakawan yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu perpustakaan mulai dari kegiatan
inventarisasi koleksi, katalogisasi dan klasifikasi, inputting data ke database perpustakaan,
pembuatan kelengkapan koleksi meliputi penempelan label nomor panggil koleksi,
penempelanbarcode, penempelan slip tanggal kembali, dan penempatan koleksi di rak
perpustakaan berdasarkan aturan yang baku dan alfabetis.

Manajamen koleksi perpustakaan sekolah masa depan pun menuntut kreatifitas dari pihak
pustakawan untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menambah jumlah
koleksi baik dari segi kualitas dan kuantitas koleksi. Perpustakaan sekolah dapat bekerja
sama dengan pihak Corporate Social Responsibility perusahaan yang peduli dengan
pendidikan.

Kedua adalah sarana prasarana perpustakaan sekolah yang harus disesuaikan dengan kondisi
dan keinginan pemustaka. Pemusta perpustakaan sekolah adalah siswa, guru dan karyawan
yang selalu menginginkan bentuk layanan maksimal perpustakaan dalam mendapatkan
informasi yang aktual. Sarana prasarana harus bersinergi dengan perangkat IT sebagai tulang
punggung perpustakaan sekolah. Bukan saatnya lagi perpustakaan sekolah selalu
mempermasalahkan sarana prasarana utama yang ada diperpustakaan seperti almari katalog,
mebeler untuk tamu, katersediaan kartu katalog dan perkakas “mainstrem” perpustakaan.
Bukankan sarana tersebut sudah terwakilkan dengan adanya seperangkat komputer yang lebih
familier bagi siswa? Bahkan saat ini telah berkembang perpustakaan dunia maya yang
memungkinkan pemustaka menelusur informasi kapanpun dan dimanapun.

Ketiga adalah SDM dan kewenangan pengelolaan perpustakaan sekolah. SDM perpustakaan
sekolah adalah pustakawan yang memiliki integritas dan kapabilitas sebagai seorang penyaji
informasi. Perpustakaan sekolah masa depan menuntut pustakawan yang berdedikasi pada
bidangnya dan memiliki kreatifitas memberikan layanan terbaik kepada pemustaka.
Sedangkan kewenangan pustakawan perpustakaan sekolah adalah yang bertanggung jawab
sepenuhnya dalam proses manajemen pengelolaan perpustakaan. Pustakawan memiliki hak
otonom untuk mengatur, mengelola, mengolah koleksi cetak dan elektronik, memberikan
layanan maksimal tanpa harus dibebani kegiatan lain yang terkadang ditambah beban kerja
oleh pihak sekolah dalam urusan tata usaha administrasi sekolah. Kewenangan guru kelas
yang biasanya sebagai penanggung jawab perpustakaan sekolah pun harus dikelola
kewenagannya sedemikian rupa. Konsep the right man and the right place menjadi acuan
untuk menciptakan bentuk layanan informasi maksimal kepada pemustaka. Posisi guru
sebagai penanggung jawab perpustakaan sekolah adalah sebagai fasilitator sekaligus sebagai
komunikator pustakawan kepada kepala sekolah atau komite sekolah dalam membuat
program kerja untuk layanan maksimal kepada pemustaka.

Keempat kerja sama, promosi dan jasa layanan prima. Perpustakaan sekolah masa depan
memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak untuk melaksanakannya.
Pustakawan yang bertangung jawab dalam pengelolaan perpustakaan harus menjalin kerja
sama dengan guru, kepala sekolah, komite sekolah, serta pihak-pihak lain yang peduli dengan
perpustakaan sekolah. Kemampuan pustakawan sekolah dalam bernegosiasi, berkomunikasi
dan melaksanakan kegiatan promosi jasa layanan perpustakaan menjadi keharusan yang tidak
bisa ditinggalkan. Perpustakaan sekolah akan berjalan dengan baik apabila terdapat
komunikasi dan kerja sama antar lembaga yang memiliki peran dan kewenangan sesuai
dengan bidangya. Dengan demikian apabila antar komponen tersebut terjalin kerja sama yang
baik akan meningkatkan performa layanan prima sebagai tolak ukur keberhasilan layanan
perpustakaan sekolah.

Kelima adalah sinergi antara perpustakaan sekolah dengan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi. Aspek kemudahan layanan informasi perpustakaan menjadi landasan utama
dalam penerapan TI untuk perpustakaan. Kegiatan-kegiatan manual yang cenderung
menghambat produktifitas dapat diminimalisir dengan bantuan teknologi informasi tersebut.
Hebatnya teknologi informasi dan komunikasi ini sangat umum digunakan oleh siapapun
termasuk juga untuk pustakawan dan pemustaka. Perpustakaan tinggal mengaplikasikan
teknologi tersebut dalam kegiatan keseharian perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sekolah masa depan sudah seharusnya menjadi tujuan utama bagi perpustakaan
sekolah dari tingkat dasar, menengah dan atas. Tulang punggung perpustakaan sekolah masa
depan adalah perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan untuk
kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan sekolah. Kecepatan layanan prima, promosi, kerja
sama, integritas pustakawan dan kewenangan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah
sebagai indikator perpustakaan sekolah berperan dalam proses pendidikan sepanjang hayat.
Fitrah pustakawan masa depan adalah menjadi penyaji informasi kepada pemustaka dan
kepada masyarakat luas. Semoga.

Peranan perpustakaan sekolah didalam dunia pendidikan amatlah penting yaitu untuk
membantu terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Karena perpustakaan sekolah
merupakan salah satu sumber belajar yang ada di sekolah, oleh karena itu, perpustakaan harus
menjalankan fungsinya dengan baik untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
siswa dan guru. Perpustakaan sebagai sumber belajar merupakan tahap awal dalam proses
belajar yaitu tahap mencari informasi yang bertujuan menyerap dan menghimpun informasi,
mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang terorganisir, menumbuhkan kemampuan
menikmati pengalaman imajinatif, membantu perkembangan kecakapan bahasa dan daya
pikir, mendidik siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara
efisien serta memberikan dasar kearah pembelajaran mandiri.

Perlu diingat bahwa pengaruh perpustakaan sekolah dalam proses belajar mengajar sangat
tergantung pada kemampuan perpustakaan dalam menjalankan fungsinya serta adanya usaha
siswa untuk memperoleh informasi melalui perpustakaan karena disinilah adanya hubungan
timbal balik antara siswa dan perpustakaan tersebut yaitu siswa mempunyai kebutuhan dalam
memperoleh informasi dan informasi itu dapat diperoleh dan dipenuhi oleh
perpustakaan, selain itu perlunya perhatian sekolah untuk memberdayakan perpustakaan
perpustakaan sekolah dengan segala penunjang yang dibutuhkan, serta kerja sama dengan
guru untuk memotivasi siswa menggunakan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar,
baik dengan memberikan tugas terstuktur yang datanya di dapat dari buku referensi yang ada
di perpustakaan, maupun dengan menggunakan pelajaran Bahasa Indonesia dengan
kegiatan Visit Library, akan membuat anak menjadi terampil membaca dan menuliskan
sinopsis sederhana dari buku yang dibacanya, Dengan demikian akan menumbuhkan minat
baca siswa sehinggah mereka dapat bekerja menjadi individu yang gemar menggali informasi
dari buku sebagai jendela dunia.

Untuk menunjang hal tersebut harus adanya perpustakaan yang efektif, yaitu perpustakaan
yang mempunyai koleksi bahan pustaka yang memadai bagi siswa untuk mencari informasi,
yang sesuai dengan kurikulum sekolah dan bacaan yang sesuai dengan selera para pembaca
yaitu para siswa yang ada di sekolah tersebut. Sesuai dengan UU Perpustakaan No 43 Tahun
2007 menjelaskan bahwa koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan
dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi, selain koleksi yang harus diperhatikan adalah suasana
perpustakaan yang menarik perhatian siswa, nyaman, mempunyai tempat yang cukup untuk
siswa dalam membaca, menulis dan jika memungkinkan ada juga fasilitas komputer.
Perpustakaan juga harus berada pada lokasi yang tenang dan jauh dari kebisingan. Luas ruang
perpustakaan juga harus memadai dengan penerangan yang bagus, tempat duduk yang
nyaman untuk membaca. Buku – buku hendaknya tersusun dengan rapi dan terpajang di rak
buku. Untuk itu diperlukan pustakawan yang benar– benar seseorang yang memiliki latar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan atau pernah mengikuti pelatihan dalam perpustakaan.
Pustakawan mempunyai hak otonom dalam hal mengatur, mengolah koleksi cetak dan
elektronik. Pustakawan juga harus bersikap ramah dan luwes dalam memberikan pelayanan
kepada pembaca dan memberikan informasi berkaitan dengan koleksi perpustakaan dengan
pelayanan yang baik itu maka siswapun akan merasa senang dan rajin untuk mengunjungi
perpustakaan tesebut dengan demikian minat baca pada siswapun menjadi meningkat.
Sehingga perpustakaan juga bisa berfungsi sebagai perlengkapan pendidikan yang memiliki
kemampuan dalam menjebatani proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.

Secara terperinci manfaat perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: dapat menimbulkan
kecintaan, kesadaran dan kebiasaan siswa terhadap membaca, dapat memperkaya
pengalaman belajar siswa dapat menambah kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya
membuat siswa mampu untuk belajar mandiri, dapat mempercepat proses penguasaan teknik
membaca ,dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa
dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu, dapat membantu siswa dan guru dan
anggota staf sekolah menemukan sumber – sumber pengajaran.

Tujuan perpustakaan sekolah berperan dalam proses pendidikan sepanjang hayat. Dengan
adanya perpustakaan sekolah diharapkan juga mampu untuk memberikan kontribusi dalam
peningkatan mutu pendidikan dan upaya menumbuhkan minat baca. Dengan meningkatnya
minat baca pada siswa akan berimbas pada kemajuan pendidikan di Indonesia serta mampu
mengarahkan pada tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu diperlukan
kerja sama antara pemerintah, kepala sekolah, guru, pustakawan serta komite sekolah dalam
membuat program kerja untuk memberi layanan yang maksimal kepada pemustaka, agar
perpustakaan sekolah dapat memberikan peranan sebagai penunjang proses belajar dan
mengajar dan juga dapat meningkatkan mutu bagi pendidikan di Indonesia.

Mewujudkan Perpustakaan Ideal

Saya yakin kita semua yang pernah duduk dibangku sekolah baik itu sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas, telah sering membaca buku dan menggunakan
perpustakaan yang terdapat pada sekolah kita itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada
umumnya perpustakaan telah ada dan terdapat dihampir seluruh sekolah yang ada dinegara
kita tercinta ini. Hal ini hanyalah contoh dari suatu sekolah bahwa sebenarnya apabila kita
hitung maka jumlah perpustakaan sekolah yang kita miliki adalah sangat besar di Indonesia
ini. Belum lagi kita tambahkan dengan perpustakaan perguruan tinggi baik itu swasta maupun
negeri, perpustakaan khusus, perpustakaan nasional, perpustakaan provinsi, perpustakaan
umum pada tiap kabupaten dan kota, perpustakaan desa, perpustakaan keliling, taman bacaan
masyarakat, yang apabila kita inventarisir maka hal ini adalah potensi dan kekuatan yang
sangat besar dalam perannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana misi yang
diemban oleh perpustakaan itu sendiri.

Apa sebenarnya perpustakaan itu sehingga perlu dikembangkan ditengah-tengah masyarakat


? Untuk lebih jelasnya hal ini, kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa sebenarnya definisi
dari perpustakaan itu. Banyak ahli-ahli dibidang perpustakaan memberikan batasan atau
definisi dari perpustakaan. Untuk itulah penulis mengambil salah satunya yaitu definisi
dari Mulyani A. Nurhadi yang mana perpustakaan didefinisikannya sebagai suatu unit kerja
yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang
dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinu
oleh pemakainya sebagai sumber informasi (1983:4). Dari definisi ini jelaslah bahwa
perpustakaan adalah berbeda dari suatu toko buku maupun penyewaan buku. Dimana tujuan
dari suatu perpustakaan tidak bersifat mencari keuntungan ataupun berdagang. Meskipun
manajemen suatu perpustakaan tetap dituntut agar dapat berperan secara profesional sebagai
mana yang lazim diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang mencari keuntungan.

Sebagaimana yang telah dibahas di atas bahwa misi yang disandang oleh perpustakaan ini
tentunya adalah sejalan dengan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sehingga segenap unsur yang terkait dalam pelayanan dan pelaksanaan
perpustakaan ini perlu bekerja keras agar dapat kiranya mendukung terwujudnya masyarakat
Indonesia yang cerdas dan pada akhirnya hal ini akan menciptakan masyarakat Indonesia
yang sejahtera pula.

2. Permasalahan

Sebagaimana telah dibahas di atas bahwa apabila dihitung jumlah perpustakaan yang ada
dinegara kita ini, baik itu perpustakaan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, perguruan tinggi negeri maupun swasta, perpustakaan umum, perpustakaan
khusus, perpustakaan desa, taman bacaan, sudah tentu sangat lah besar jumlahnya. Tetapi
apakah pelayanan, sumber daya manusia dan kondisi dari perpustakaan itu telah ideal atau
sesuai dengan yang diharapkan ? Blasius Sudarsono dalam bukunya “Antologi
Kepustakawan Indonesia” mengatakan bahwa pembangunan perpustakaan umum di
Indonesia masih sangat lemah (Sudarsono, 2006 : 164). Ini adalah suatu contoh bahwa
kondisi perpustakaan di Indonesia belumlah ideal oleh karena pembangunannya yang masih
lemah tadi, meskipun pendapatnya itu ditujukan bagi perpustakaan umum, namun hal ini
dapat menjadi gambaran bagi kita bahwa perpustakaan di negara kita masih banyak yang
belum diselenggarakan sebagaimana layaknya pelayanan perpustakaan yang baik. Sehingga
masih perlu dilakukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang sistematis agar berbagai
perpustakaan tersebut dapat menjadi perpustakaan yang memberi pelayanan yang baik atau
dengan kata lain adalah perpustakaan yang ideal.

3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah memberi berbagai alternatif dalam
meningkatkan dan memperbaiki pelayanan perpustakaan sehingga dapat berjalan dengan baik
ataupun ideal sehingga kondisi ini diharapkan dapatmeningkatkan minat baca masyarakat
yang bermuara pada terwujudnya masyarakat yang cerdas sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Dasar 1945.

4. Landasan Teori

Perpustakaan dengan kondisinya yang sekarang ini dalam pandangan masyarakatnya


belumlah seutuhnya sebagaimana yang mereka impikan. Oleh karena itu banyak masyarakat
yang mengharapkan bahwa perpustakaan seharusnya seperti gambaran dan impian yang ada
dalam benak mereka. Gambaran dan impian tersebut yang terangkum di bawah ini antara lain
adalah : (1) gedung dan bangunan yang megah atau mewah dengan sejumlah ruangan yang
memadai, (2) para pegawai yang bersemangat, berintegritas, berdisiplin dan menjiwai serta
loyal kepada pekerjaan, (3) lokasi yang strategis dengan lahan yang luas dan mudah diketahui
masyarakat dan mudah dijangkau pengunjung disertai sejumlah papan penunjuk, (4) sarana
dan prasarana yang memadai, perlengkapan/inventaris kantor yang baik dan standar, seperti
meubiler, alat transportasi, dan beberapa mesin untuk mendukung pelaksanaan aktivitas
organisasi, (5) sumber informasi (koleksi) bahan pustaka yang relatif lengkap, bervariasi,
bermutu dan jumlah yang memadai dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (up to date), (6) tersedia dan dilengkapi penerapan teknologi, terutama
teknologi informasi, dan (7) sistem, prosedur dan mekanisme kerja yang baik (Supriyanto,
2006 : 28). Hal tersebut di ataslah yang seyogyanya diwujudkan pada suatu perpustakaan dan
sekaligus dapat dikatakan apabila hal ini terlaksana, merupakan perpustakaan yang ideal
ataupun yang baik.

5. Pembahasan

Untuk mewujudkan teori di atas, suatu perpustakaan atau pihak manajemen perpustakaan
perlu melakukan langkah-langkah yang nyata agar suatu perpustakaan dapat memenuhi
harapan dan impian masyarakat penggunanya sebagai perpustakaan ideal yang tentunya
mampu melayani mereka dengan baik. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
dalam mewujudkan suatu perpustakaan agar dapat dikatakan ideal bagi masyarakat
penggunanya. Meski pun dalam mewujudkannya, terlebih-lebih bagi perpustakaan di negara
kita ini sering kali terbentur pada masalah dana yang terbatas dan hal ini adalah masalah
klasik dalam dunia perpustakaan kita yang sampai saat ini masih berlangsung.. Hal penting
yang perlu diperhatikan tersebut adalah sebagai berikut :

5.1. Gedung

Suatu perpustakaan tentu harus memiliki gedung atau ruangan yang digunakan untuk
menyimpan bahan pustaka sekaligus untuk melayankannya kepada masyarakat penggunanya.
Gedung suatu perpustakaan haruslah yang benar-benar dirancang untuk perpustakaan dan
diperhitungkan bagi kemungkinan pengembangan ke masa depan. Dimana letak gedung itu
haruslah strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan semboyan
suatu perpustakaan yang pada perguruan tinggi adalah “perpustakaan jantungnya
perguruan tinggi”, sedangkan pada perpustakaan umum semboyannya adalah
“perpustakaan otaknya masyarakat”, oleh karena itu maka selayaknya perpustakaan
haruslah tepat berada ditengah-tengah masyarakat yang dilayaninya. Gedung perpustakaan
juga harus diperlengkapi dengan sarana dan fasilitas pendukung seperti aula, ruang layanan,
ruang pengolahan, ruang staf dan pimpinan, toilet, areal parkir yang memadai, serta
dirancang juga bagi pengguna penyandang cacat yang pakai kursi roda untuk dapat
menggunakannya atau memasuki ruangan perpustakaan. Penerangan di perpustakaan juga
harus cukup diperhatikan. Karena penerangan ini cukup menentukan dalam hal kenyamanan
pengguna dalam hal membaca dan memanfaatkan perpustakaan. Penerangan di perpustakaan
sedapat mungkin dirancang agar menggunakan cahaya alam dengan tidak mengabaikan
penggunaan cahaya listrik. Karena sewaktu-waktu listrik juga sangat diperlukan apabila
cuaca mendung dan lebih mengutamakan penggunaan cahaya alam tentu akan turut
menghemat penggunaan energi listrik yang berdampak positif bagi pengalihan dana bagi
kebutuhan perpustakaan yang dianggap lebih penting.

5.2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia diperpustakaan adalah komponen terpenting dalam menentukan


berhasil tidaknya penyelenggaraan pelayanan perpustakaan. Unsur sumber daya manusia ini
adalah perpaduan segenap komponen yang terjalin secara baik antara pustakawan, tenaga
teknis lainnya seperti tenaga administrasi, tenaga operator komputer dan lain sebagainya yang
diperlukan bagi penyelenggaraan pelayanan perpustakaan. Memang unsur-unsur profesi di
atas selayaknya ada, tetapi pada umumnya hanya terdapat pada perpustakaan yang terbilang
sudah besar. Pada perpustakaan kecil hal ini belumlah sepenuhnya terlaksana. Karena sering
kali perpustakaan kecil hanya memiliki pegawai secara keseluruhan tidak lebih dari sepuluh
orang.

Hal terpenting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia perpustakaan adalah
dengan pengangkatan (penerimaan) pegawai yang diupayakan minimal berpendidikan
Diploma III Ilmu Perpustakaan. Tetapi lebih baik lagi bila penerimaan itu juga ada
diantaranya S1 ataupun S2 Ilmu Perpustakaan. Jumlah pegawai dalam hal ini dapat diatur
sesuai dengan komposisi yang dibutuhkan. Sehingga penyelenggaraan pelayanan
perpustakaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan kita bersama.

Faktor lain yang sangat menentukan dalam berhasil tidaknya penyelenggaraan pelayanan
perpustakaan adalah adanya dedikasi yang tinggi dari segenap pustakawan maupun pegawai
teknis lainnya yang merupakan satu tim. Hal ini sangat erat kaitannya dengan masalah
kesejahteraan. Untuk itu perlu diupayakan kesejahteraan yang lebih baik bagi segenap
personil perpustakaan agar mereka dapat bekerja dengan sepenuh hati bagi suksesnya
pelayanan perpustakaan.

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen perpustakaan adalah adanya upaya
yang sistematis untuk selalu meningkatkan kualitas sumber daya manusia perpustakaan
dengan cara mengikut sertakan pegawai maupun pustakawannya dalam kegiatan-kegiatan
pelatihan, seminar-seminar, loka karya, workshop dan kongres atau rapat-rapat kerja dibidang
kepustakawanan dengan maksud agar ilmu yang dimilikinya semakin bertambah dan dapat
mengikuti perkembangan jaman dalam disiplin ilmu atau profesi yang dijalaninya. Tentu
dengan semakin tinggi dan bertambahnya ilmu yang dimiliki pustakawan, maka hal ini pada
akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan kepada masyarakat
penggunanya. Sehingga masyarakat yang mencari informasi ke perpustakaan tidak akan
kecewa karena dengan kemampuan yang dimiliki dan penguasaan atas koleksi oleh
pustakawan, maka informasi dimaksud dapat dengan segera disuguhkan atau diberikan
kepada pengguna perpustakaan.

Di sisi lain pustakawan juga perlu menguasai dan selalu bekerja sesuai dengan kode etik
pustakawan. Karena hal ini akan memberikan pedoman pelayanan yang pada akhirnya
memberikan manfaat positif bagi masyarakat pengguna perpustakaan. Manfaat tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu layanan bagi masyarakat

2. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan


yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan

3. Memberikan perlindungan hak akses terhadap informasi

4. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya

5. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang


diberikan

6. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload)

7. Memelihara kualitas dan standar pelayanan (Hermawan, 2006 : 102-103)

5.3. Layanan Perpustakaan


Untuk baiknya pelayanan perpustakaan maka perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
sesuai dengan tuntutan jaman maupun teknologi yang berkembang. Sedangkan mengenai
sistem layanannya apakah itu layanan terbuka (open access) maupun tertutup (closed access)
perlu dipertimbangkan penerapannya berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang
dilayani. Pada perpustakaan umum sistem layanannya biasanya adalah sistem layanan
terbuka (open access). Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa dengan sistem layanan terbuka
ini masyarakat pengguna perpustakaan dapat langsung ke rak koleksi dan memilih sendiri
buku atau informasi yang dibutuhkannya dan hal ini akan memberi sensasi tersendiri, dimana
pengguna perpustakaan akan diberi kesempatan yang bervariasi untuk mendapatkan beberapa
bahan pustaka yang dia minati.

Sedangkan fasilitas-fasilitas yang harus diberikan oleh perpustakaan agar dapat dikatakan
ideal adalah sebagai berikut :

5.3.1 Layanan Otomasi (menerapkan teknologi informasi)

Sesuai dengan perkembangan teknologi, maka perpustakaan sudah selayaknya


mengaplikasikan komputer dalam pekerjaan pelayanannya. Penerapan komputer
diperpustakaan inilah yang dikatakan dengan otomasi perpustakaan. Otomasi perpustakaan
(library automation) ini adalah istilah yang sering digunakan untuk pemanfaatan komputer
atau teknologi informasi di perpustakaan. Otomasi perpustakaan merupakan usaha
mengalihkan pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh staf perpustakaan dengan cara
manual, kepada mesin sebagai alat bantu dengan memperkecil campur tangan manusia dalam
pengoperasiannya.

Sedangkan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh komputer dalam otomasi perpustakaan ini
terdiri dari : (a) Sistem akuisisi dan pemesanan bahan pustaka, (b) Sistem sirkulasi, (c) Sistem
pengatalogan, (d) Kontrol terbitan berseri. Sedangkan perangkat lunak (software) yang dapat
digunakan atau dipilih diantara yang beredar di pasaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan finansial perpustakaan itu sendiri. Perangkat lunak itu antara lain adalah NCI-
Bookman, INMAGIC, LIBRARIAN, Micro CDS/ISIS ataupun versi Windowsnya yaitu
Winisis, VTLS, TINLIB dan lain-lain. Penerapan komputer atau otomasi perpustakaan
tentulah berdasarkan pertimbangan terhadap kemampuan komputer yang sangat cepat dan
tepat dalam pekerjaan yang sering dan selalu berulang-ulang. Sehingga dengan menggunakan
komputer biaya pengerjaannya akan lebih murah dibanding dengan tenaga manusia (Davis,
1986:43).

5.3.2 Layanan Foto Copy

Layanan foto copy ada baiknya disediakan di perpustakaan. Karena ada kalanya pengguna
perpustakaan berkepentingan atas beberapa informasi tertentu, tetapi karena bahan
pustakanya tidak dipinjamkan (koleksi referensi), maka cara terbaik untuk mendapatkan
informasi tersebut adalah dengan cara mem foto copy bahan dimaksud. Sehingga dengan
tersedianya layanan foto copy ini, salah satu kebutuhan masyarakat pengguna perpustakaan
dapat terpenuhi.
5.3.3 Layanan Pandang Dengar (audio visual)

Layanan pandang dengar adalah kegiatan peminjaman atau pemutaran pustaka pandang
dengar kepada pengguna perpustakaan. Dimana koleksi perpustakaan yang termasuk dalam
pustaka pandang dengar ini adalah kaset, film, slide, piringan hitam, compact disc (CD),
kaset video dan lain-lain. Koleksi-koleksi tersebut dapat saja dipinjamkan atau diputarkan di
perpustakaan sendiri. Perlunya layanan pandang dengar (audio visual) ini disajikan
perpustakaan adalah mengingat perkembangan teknologi, terlebih-lebih pada sarana atau
media penampung informasi yang merupakan perpaduan antara citra (gambar) dan suara
yang memberi manfaat bagi peningkatan kualitas penyampaian informasi dan daya ingat
masyarakat pengguna perpustakaan.

5.3.4 Layanan hotspot (Wifi) internet

Pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa layanan internet merupakan suatu
terobosan atau inovasi yang sangat bagus dan memberi manfaat yang sangat besar bagi
pengguna perpustakaan dewasa ini. Layanan internet (international network) yang
merupakan perpaduan antara teknologi informasi dan teknologi komunikasi telah menjadi
fenomena yang sangat menakjubkan terlebih-lebih sebagai salah satu media untuk
mendapatkan atau penelusuran informasi.

Internet merupakan jaringan informasi global yang dapat dimanfaatkan di perpustakaan tanpa
mengenal batas geografi, waktu, bangsa dan negara. Internet dapat merupakan
perwujudan library without wall atau perpustakaan tanpa dinding. Keberadaan internet ini
juga dapat menjadi salah satu perpustakaan alternatif, karena sifatnya yang merupakan
jaringan informasi global ternyata dapat menembus batas antar negara secara geografis,
politis dan budaya.

Dengan didukung oleh perkembangan teknologi informasi yang pesat dan semakin
meningkatnya jumlah pemilik komputer pribadi, internet telah memasuki kehidupan manusia
diseluruh dunia, dinegara-negara maju dan juga berkembang. Dengan tampilan yang semakin
canggih dengan dukungan suara dan citra, dan bagi sebagian besar pengguna, internet
dianggap sebagai sarana hiburan yang baru. Dengan asas “bebas untuk siapa saja”, setiap
orang bisa mengakses informasi apapun yang tersedia di internet walaupun ada kontroversi
tentang prinsip kebebasan akses informasi ini.

Memang, jika disebagian besar negara maju akses ke internet telah tersedia di perpustakaan
dengan fasilitas hotspot(Wifi) telah memungkinkan pengguna perpustakaan menjelajah
(surfing) di belantara internet tanpa bantuan pustakawan. Tetapi perpustakaan di Indonesia
yang telah menyediakan layanan akses ke internet bagi pemustakanya masih bisa dihitung
dengan jari. Untuk itu perpustakaan perlu menerapkan layanan internet ini sebagai salah
bagian dari mewujudkan perpustakaan yang ideal bagi masyarakat penggunanya.

5.3.5 Layanan untuk orang dengan kondisi Khusus


Yang dimaksud dengan orang dengan kondisi khusus di sini adalah orang-orang yang secara
fisik memiliki kekurangan atau cacat. Sebagai contoh adalah tuna netra (buta), cacat fisik
seperti orang yang harus duduk dikursi roda dan lain-lain.

Untuk orang-orang seperti tersebut di atas perpustakaan perlu menyediakan layanan yang
sesuai dengan kekurangan atas kondisi fisik mereka itu. Seperti untuk orang tuna netra (buta)
misalnya perlu disediakan koleksi dengan huruf Braille, sehingga mereka juga memiliki
kesempatan yang sama untuk dapat memanfaatkan perpustakaan sebagaimana halnya dengan
masyarakat pengguna perpustakaan lainnya. Pada kondisi lain seperti orang-orang yang cacat
dan tidak dapat bangkit atau keluar rumahnya untuk berkunjung ke perpustakaan, dalam hal
ini perpustakaan perlu bersikap pro aktif (jemput bola) dengan menyediakan layanan dengan
datang berkunjung ke rumah-rumah mereka sehingga pelayanan perpustakaan dapat mereka
peroleh yang tentunya hal ini merupakan salah satu cara yang cukup baik dalam upaya
pemerataan pelayanan informasi kepada segenap anggota masyarakat tanpa membeda-
bedakan pekerjaan, jenis kelamin, agama, status sosial, kondisi fisik dan lain-lain.

6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa untuk mewujudkan
perpustakaan yang ideal perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gedung perpustakaan harus yang benar-benar dirancang untuk perpustakaan, dimana


lokasinya harus strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat penggunanya serta
diperlengkapi dengan sarana dan fasilitas pendukung seperti aula, ruang layanan, ruang
pengolahan, ruang staf dan pimpinan, toilet, areal parkir yang memadai dan memperhatikan
kenyamanan pengguna untuk membaca.

2. Sumber daya manusia di perpustakaan dapat terdiri dari pustakawan, tenaga


administrasi dan operator komputer yang senantiasa selalu ditingkatkan kualitasnya dengan
diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan, seminar-seminar, loka karya, workshop dan kongres
dibidang perpustakaan maupun disiplin ilmu yang relevan.

3. Layanan perpustakaan dapat berupa layanan terbuka (open acces) dan layanan tertutup
(closed acces). Sedangkan sistem layanan untuk perpustakaan umum ada baiknya diterapkan
adalah sistem layanan terbuka (open acces). Sementara itu fasilitas-fasilitas yang perlu
diberikan oleh perpustakaan untuk dapat dikatakan ideal adalah : (a) layanan otomasi, (b)
layanan foto copy, (c) layanan pandang dengan (audio visual), (d) layanan hotspot (wifi)
internet, (e) layanan untuk orang dengan kondisi khusus (cacat).

6.2 Saran

Agar pelayanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik dan misinya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dapat terwujud maka disarankan agar :
1. Dana operasional perpustakaan dianggarkan secara tetap dan dalam jumlah yang
memadai.

2. Gedung perpustakaan haruslah yang sesuai untuk perpustakaan dan fasilitasnya harus
lengkap sehingga pelayanan perpustakaan dapat berjalan dengan optimal.

3. Kesejahteraan segenap personil perpustakaan perlu ditingkatkan. Sehingga mereka


dapat bekerja sepenuh hati dan dilandasi dengan dedikasi yang tinggi untuk melayani
masyarakat.

4. Perpustakaan yang ada di negara kita masih banyak yang diselenggarakan belum sesuai
dengan sistem pelayanan perpustakaan yang baku (standard). Sehingga perlu dibenahi untuk
dapat melakukan pelayanan perpustakaan yang ideal dan baik.

Artikel tentang perpustakaan,

MINAT baca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia.
Betapatidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di
Asia.Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah kebiasaan
membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi mengancam kemajuan dan e
ksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat baca bukan hanya terjadi
pada masyarakat umum, diSD, SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun minat baca
mahasiswa sangat rendah. Haltersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi di
Jepang.Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di
Jepang.Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan kebutuhan
bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa, sehingga
tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-
kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa.Berbeda dari kondisi perpustakaan
kampus di Indonesia, perpustakaan kampus tak lebih hanyasebagai tempat penyimpanan dan
pajangan berbagai koleksi buku dan bahan referensi lainnya.Lebih ironis lagi, perpustakaan
kampus sering dijadikan sebagai tempat untuk pacaran, bukantempat membaca dan
berdiskusi.Sebagai seorang mahasiswa dan calon ilmuwan, perpustakaan seharusnya menjadi
tempat yang paling dicari, terutama dalam mencari
referensi untuk membuat atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

Menumbuhkan Minat Baca

Faktor yang menjadi peyebab sepinya perpustakaan, selain minat baca mahasiswa
yangmenurun, juga karena perpustakaan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dengan
tidakmemenuhi kebutuhan mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan tugas-tugas kuliah,
mahasiswaseringkali lebih memilih cara instan, yaitu mencari di internet.Mengapa minat baca
mahasiswa rendah? Menurut (Arixs: 2006) ada enam faktor penyebab: (1)Sistem
pembelajaran di Indonesia belum membuat mahasiswa harus membaca buku, (2)
banyaknya tempat hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian merek
adari menbaca buku, (3) budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang
kita,sedangkan budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca, (4) sarana
untukmemperoleh bacaan seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang
langka, (5)tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat (6) serta
doronganmembaca tidak ditumbuhkan sejak jenjang pendidikan praperguruan
tinggi.Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya
membaca bagimahasiswa. Perpustakaan merupakan jembatan menuju penguasaan ilmu
pengetahuan, dapatmemberikan kontribusi penting bagi terbukanya akses informasi, serta
menyediakan data yangakurat bagi proses pengambilan sumber-sumber referensi bagi
pengembangkan ilmu pengetahuan. Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara
membaca.Oleh sebab itulah, perpustakaan kampus hendaknya didesain sedemikian rupa
supaya mahasiswadan civitas academica lebih betah berada di sana. Perpustakaan harus
mampu memenuhi dahaga para mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan dengan empat
cara.Pertama, menambah sarana dan prasarana perpustakaan, seperti adanya fasilitas dan
jaringaninternet atau wi-fi, memperbanyak ruang diskusi, dan memperbaiki ruang bacaan.
Jika hal inidapat diwujudkan, tentu akan menarik perhatian mahasiswa berkunjung ke
perpustakaan.Kedua, memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan bersahabat. Hal ini
sangat pentingmengingat para pengunjung adalah mahasiswa yang berpendidikan. Jadi jika
ada pelayanan dari petugas yang kurang baik dan kurang memuaskan tentu mereka akan
protes dan kurang nyamandalam menggunakan fasilitas perpustakaan.Ketiga, tersedianya
koleksi buku yang memadai. Koleksi bahan bacaan (buku atau literarur)merupakan
komponen yang paling penting bagi perpustakaan. Koleksi yang harus dimiliki
oleh perpustakaan minimal adalah buku wajib bagi setiap mata kuliah yang diajarkan
dan jumlahnyaharus memadai. Menurut SK Mendikbud 0686/U/1991, setiap mata kuliah
dasar dan mata kuliahkeahlian harus disediakan dua judul buku wajib dengan jumlah
eksemplar sekurang-kurangnya10 % dari jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah
tersebut.

MENUJU PERPUSTAKAAN IDEAL

Oleh: Wahyu Murtiningsih*

Seperti kita ketahui bersama, bahwa sekarang ini jaman telah berubah. Dari tahun ke tahun
semua bangsa maju dan berkembang untuk memantapkan posisi masing-masing. Jaringan
komunikasi global pun semakin meningkat. Segala macam peralatan canggih dan praktis
diciptakan pula untuk kemudahan komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang serba cepat
dan efektif itu maka informasi yang ada akan cepat menyebar dari pusat sampai ke pelosok.
Kita dapat mengetahui kejadian di belahan bumi dalam waktu yang sama tanpa kita harus
pergi ke tempat kejadian. Untuk menyambut era globalisasi ini tentu saja semua lembaga
bersaing ketat dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat termasuk perpustakaan.
Perpustakaan di jaman dulu dan sekarang tentu saja berbeda. Pada jaman dulu semua masih
sederhana, manajemen yang ada belum ditata secara efektif sehingga pelayanannyapun belum
maksimal. Sekarang dengan mengetahui prinsip-prinsip kepustakawanan yang ada maka per-
pustakaan diharuskan dapat berperan banyak dalam menyebarkan informasi. Kemajuan
jaman sekarang memang menuntut perpustakaan untuk membenahi dirinya ke arah kemajuan
agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat.

Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian gedung ataupun gedung itu sendiri yang
digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Dengan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa perpustakaan bertujuan untuk mendayagunakan koleksinya untuk
kepentingan umum bukan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Lalu pertanyaan
yang muncul sekarang adalah bagaimana cara mewujudkan perpustakaan yang dapat
melayani pemakai dengan baik dan efektif sehingga pemakai dapat menemukan informasi
secara cepat dan tepat. Untuk mewujudkan hal itu tentu saja bukan pekerjaan yang mudah
tapi bisa terlaksana. Dalam membuat perpustakaan yang ideal yang mampu menjawab
tantangan jaman, perlu memperhatikan hal-hal yang penting seperti di bawah ini.

Pertama adalah sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan. Komponen ini adalah
sesuatu yang sangat penting dalam proses pengembangan diri perpustakaan. Keluwesan
dalam menanggapi dinamika perubahan jaman oleh pustakawan mutlak diperlukan jika per-
pustakaan ingin maju. Sekarang ini jalan yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah
SDM dalam dunia perpustakaan adalah menetapkan ketentuan calon pustakawan harus
berpendidikan minimal D-3 perpustakaan. Tapi walaupun begitu ternyata perpustakaan belum
dapat berkembang secara optimal. Rupanya dengan hanya berpendidikan D3 perpustakaan
saja belum cukup. Hal yang terpenting dalam pengadaan SDM untuk menuju perpustakaan
yang ideal adalah pustakawan yang berdedikasi tinggi pada tugas dan mempunyai
kemampuan plus. Mereka tidak hanya bermodalkan tanda lulus dari D3 perpustakaan tapi
juga harus bisa menguasai ketrampilan lain yang ada hubungannya dengan pengolahan
perpustakaan seperti komputer. Di jaman yang serba canggih ini komputer tak bisa
ditinggalkan begitu saja, karena komputerlah yang menguasai semua jaringan informasi
global. Padahal kita tahu bahwa perpustakaan adalah pusat dan penyebar informasi. Alangkah
menyedihkan jika perpustakaan yang merupakan gudang ilmu dan informasi tidak bisa
melakukan tugasnya memberikan informasi pada masyarakat, hanya karena SDM-nya yang
tak mempunyai kemampuan untuk melayaninya. Rupanya alasan itulah yang membuat
masyarakat beropini kurang baik terhadap perpustakaan dan memandang sebelah mata pada
perpustakaan.

Hal kedua yang perlu dicermati dalam pengembangan perpustakaan adalah manajemen
perpustakaan yang digunakan. Manajemen ini juga tergantung pada SDM dalam
perpustakaan tersebut. Jika SDM-nya cukup berkemampuan untuk membuat kebijakan yang
membuat perpustakaan maju, maka perpustakaan akan cepat berkembang. Manajemen yang
terkesan berbelit-belit dan kolot tak lagi berlaku di jaman sekarang. Untuk itu dibutuhkan
segalanya yang serba praktis dan efektif termasuk dalam mengatur perpustakaan.

Penambahan pegawai perpustakaan yang tidak dapat berperan banyak seharusnya


dihilangkan, karena tidak efektif. Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji mereka sia-sia saja.
Bila perpustakaan benar-benar membutuhkan tambahan tenaga baru maka sistem
penerimaannya harus dilakukan secara selektif bukan menggunakan sistem kekeluargaan. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan yang fatal. Dengan kata lain bahwa
perpustakaan mementingkan kualitas dari pada kuantitas pengelolanya. Selain itu pengaturan
struktur organisasinya juga harus jelas. Masing-masing bagian harus mengerti tugas dan
kewajibannya. Bagian pengadaan bahan pustaka, pengolahan, penyimpanan dan redistribusi
harus tahu kedudukannya dan peranannya dalam perpustakaan. Kalau mereka sudah tahu dan
menyadari akan hal itu maka proses temu kembali informasi akan terjadi secara cepat dan
tepat. Selain itu manajemen yang ada juga harus mengutamakan komunikasi yang baik antara
bawahan dan atasan. Bentuk komunikasi seperti ini penting agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menjalankan tugas. Sikap atasan yang terkesan "galak" pada
bawahannya kurang baik walaupun sikap tegas juga diperlukan. Sikap yang tidak bersahabat
dari atasan pada bawahan akan menyebabkan bawahan tidak bisa berkembang karena merasa
terkekang.

Ketiga, sesuatu yang tak kalah pentingnya dalam mewujudkan perpustakaan ideal adalah
lengkapnya koleksi yang dimiliki oleh perpusta-kaan. Kita mungkin sering mengalami
kekecewaan manakala kita datang ke perpustakaan untuk mencari informasi ternyata kita di
sana tidak memperoleh apa-apa hanya karena perpustakaan tersebut tidak lengkap.
Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi apabila perpustakaan rajin meng-adakan kerjasama di
antara mereka. Perpustakaan tak perlu membeli semua bahan koleksi untuk melayani
pemakai, karena hal itu tak mungkin. Tapi dengan adanya kerjasama antar perpustakaan yang
baik dan konsisten maka biaya pengadaan bisa ditekan. Bentuk kerjasama tentu saja ber-
macam-macam mulai dari pengadaan bahan pustaka sampai kerjasama pengolahan.
Kerjasama antar perpustakaan tidak hanya menguntungkan pemakai saja tapi juga para
pustakawannya, karena antar pustakawan dapat saling bertukar informasi atau seputar dunia
kerja di perpustakaan sehingga pengalaman mereka menjadi lebih banyak.

Hal keempat, yaitu soal dana. Sampai saat ini masalah yang dihadapi perpustakaan adalah
kurangnya dana yang dimiliki oleh perpustakaan dan sedikitnya subsidi dari pemerintah.

Alasan ini pula yang sering disebutkan untuk menjawab mengapa perpustakaan kurang
berkembang. Tapi seharusnya hal itu tak perlu terjadi karena perpustakaan dapat memperoleh
dana dari luar apabila pustakawannya mampu dan mau berkreasi. Cara yang ditempuh
banyak sekali, diantaranya selain menajdi tempat peminjaman buku pada masyarakat,
perpustakaan juga membuka usaha lain seperti fotokopi, menjual peralatan sekolah, bahkan
makanan. Hal tersebut boleh-boleh saja asal tidak mengganggu tugas utamanya sebagai
tempat penyebar ilmu dan informasi. Tapi untuk mewujudkan hal itu memang tidak mudah
tapi bisa terlaksana. Usaha yang pertama dilakukan tak perlu menyiapkan modal yang sangat
besar tapi dilakukan secara bertahap. Yang paling pokok yang menjadi pedoman adalah tugas
dan fungsi perpustakaan tidak terabaikan. Jangan sampai membuka usaha lain sukses tapi
tugas utama rusak. Jenis perpustakaan seperti ini telah sukses dilaksanakan di luar negeri
terutama di negara maju. Mereka membangun perpustakaan seperti tempat belajar dan
rekreasi yang tenang dan nyaman, sehingga masyarakat sangat antusias untuk
menggunakannya. Selain membaca buku mereka dapat berbelanja untuk kebutuhan belajar-
nya di perpustakaan. Pada awalnya itu semua merupakan usaha kecil-kecilan tapi berkat
usaha, kerja keras dan didukung oleh SDM yang bermutu dan berdedikasi tinggi maka
perpustakaan ideal bisa terwujud.

Setelah kita mengamati hal-hal di atas untuk mewujudkan perpustakaan yang ideal maka kita
seharusnya mulai berusaha untuk mewujud-kannya. Dengan komponen yang ada seperti
SDM yang berkualitas, manajemen yang handal dan kerjasama antar perpustakaan yang
kompak serta dana yang memadai maka perpustakaan ideal akan terwujud.

*Wahyu Murtiningsih, mahasiswa D3 Ilmu Perpustakaan FISIPOL UGM, angkatan ’96

Konsep Perpustakaan Ideal Untuk Sekolah

Keberadaan perpustakaan di sekolah, merupakan salat satu pilar penting yang mendukung
keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah. Perpustakaan
mempunyai peran yang jauh lebih penting sebagai tempat belajar dan mengelola pengetahuan
karena tujuan dan fungsi perpustakaan secara umum adalah sebagai tempat untuk
mengumpulkan, menata, mengolah, menyimpan, melestarikan, merawat dan menyediakan
bahan pustaka dalam berbagai bentuk.

Perpustakaan sebagai tempat yang nyaman

Sebagai salah satu pilar pendukung kesuksesan belajar, perpustakaan seharusnya mampu
menyediakan tempat yang nyaman, suasana yang menyenangkan bagi pengunjung, bahkan
untuk selanjutnya, suasana yang menyenangkan ini dapat menarik minat orang-orang yang
pada awalnya enggan datang ke perpustakaan menjadi suka datang ke perpustakaan. Jadi,
sebagai langkah awal, perpustakaan harus mampu menyodorkan daya tarik bagi pengunjung
terlebih dahulu.

Pertama, hal yang harus dibenahi adalah pencahayaan yang cukup untuk mendukung kegiatan
membaca. Sumber cahaya dapat berasal dari cahaya matahari maupun lampu. Cahaya di
dalam ruangan ini kemudian akan berbaur dengan warna dinding ruangan dan tata letak yang
enak dan nyaman dipandang. Warna dinding yang teduh, nyaman, dan sejuk akan membuat
setiap ingin datang lagi ke perpustakaan. Begitu pula tata letak meja, rak buku, arah pintu,
tempat peminjaman buku yang mudah dijangkau akan membuat pengunjung semakin
nyaman.

Kedua, faktor kebersihan lingkungan perpustakaan juga menjadi faktor yang cukup
menentukan. Kebersihan lingkungan disini meliputi kebersihan outdoor (di luar ruangan) dan
kebersihan indoor (di dalam ruangan). Kebersihan untuk lingkungan di luar perpustakaan
dapat dilihat dari bagian gedung/bangunan luar dan jalan menuju ke perpustakaan (apakah
mudah dijangkau atau sulit dijangkau, apakah letaknya strategis atau tersembunyi). Sebagai
daya tarik, penempatan tanaman hias yang sesuai baik di luar maupun di dalam ruangan juga
dapat mempengaruhi kenyamanan suasana di perpustakaan. Selain kebersihan di luar
ruangan, kebersihan di dalam ruangan juga tidak kalah pentingnya, karena di ruangan inilah
pengunjung akan bertahan lebih lama. Salah satu faktor penghambat kebersihan dalam
sebuah ruangan adalah debu, baik debu-debu yang berada di lantai, meja, dan kursi, maupun
debu-debu yang menempel di buku-buku koleksi. Bila faktor kebersihan yang disebabkan
oleh debu ini kurang tertangani dengan baik akan menjadi kendala yang cukup menganggu,
karena beberapa pengunjung yang alergi terhadap debu dapat menjadi kurang nyaman berada
di perpustakaan ketika dia sedang mencari dan membolak-balik buku koleksi.

Pilar-pilar pokok sebuah perpustakaan ideal

Tiga pilar pokok perpustakaan adalah koleksi, sumber daya manusia (pustakawan) dan
pelayanan yang memadai.

1. Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan pada umumnya berupa buku, dari berbagai jenis, dengan beragam
bentuk. Bahan pustaka baik yang cetak seperti buku, jurnal, hasil penelitian, skripsi, tesis,
koran, majalah dan sebagainya, sedangkan non cetak seperti CD-ROM, jurnal elektronik, CD,
disket, kaset.

Koleksi yang lengkap dengan jumlah yang memadai, didukung oleh luas ruangan yang cukup
leluasa untuk menampung kapasitas koleksi tersebut akan menjadi sebuah nilai lebih bagi
sebuah perpustakaan. Namun untuk menambah koleksi juga bukan merupakan hal yang
mudah. Faktor utama yang menjadi kendala dalam penambahan koleksi ini adalah masalah
keuangan. Namun, hal ini dapat disiasati dengan beberapa langkah seperti :

a. Membeli buku-buku murah pada saat diadakan pameran. Pemberian diskon sebagai harga
promosi yang dilakukan oleh banyak pernerbit dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
pengelola perpustakaan dalam rangka menambah koleksi perpustakaan yang baik dan
berkualitas.
b. Menjadikan perpustakaan sebagai pusat deposit. Setiap kegiatan sekolah yang
menghasilkan karya berupa buku, majalah, maupun karya-karya lain yang berupa tulisan
disimpan di dalam perpustaan sebagai bahan koleksi di perpustakaan.

c. Menjalin kerjasama dengan pihak luar, seperti perpustakaan-perpustakaan lain yang sejenis
maupun yang tidak sejenis, pertukaran koleksi dan peminjaman koleksi perpustakaan dalam
jangka waktu berkala. Selain kerjasama dengan perpustakaan, kerjasama dengan pihak lain
yang erat kaitannya dengan buku juga dapat dilakukan, misalnya seperti kerjasama dengan
penerbit, terutama penerbit-penerbit lokal sehingga terjadi kerjasama yang bukan cuma
menguntungkan pihak perpustakaan sekolah, namun juga menguntungkan pihak penerbit
karena badan usahanya semakin dikenal luas.

d. Mencari donatur buku atau bahan pustaka, baik dari pihak pemerintah, swasta mapun
donatur pribadi. Pencarian ini dapat dilakukan melalui tatap langsung (bertemu langsung)
maupun melalui penerlusuran di internet, dan bergabung dengan komunitas penulis/milis
perpustakaan untuk mendapatkan kesempatan koleksi gratis.

e. Koleksi tambahan juga dapat diperoleh melalui penyiangan koleksi perpustakaan lain yang
sedang melakukan pembenahan, namun biasanya koleksi perpustakaan ini merupakan buku-
buku lama yang kondisi fisik dan isinya sudah kurang mendukung sehingga untuk
mendapatkan tambahan koleksi dari hasil penyiangan harus benar-benar dapat memilih dan
menyeleksi bahan-bahan pustaka yang sesuai dan relevan dengan perpustakaan yang
bersangkutan.

2. Pustakawan.

Untuk menciptakan sebuah perpustakaan yang ideal, langkah paling awal yang harus
dilakukan adalah memperbaiki sumber daya manusianya, dan sumber daya manusia yang
utama dalam sebuah perpustakaan adalah pustakawan-pustakawan yang handal dan kompeten
di bidangnya. Hal itu akan tercapai apabila mereka mendapat pendidikan dan keterampilan
yang cukup menunjung pekerjaan mereka terkait dengan kemajuan teknologi informasi yang
sangat pesat. Karena perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar harus bisa menyediakan
fasilitas yang sesuai dengan perkembangan zaman yang saat ini didominasi oleh kecanggihan
teknologi informasi.
Pustakawan senior merupakan modal utama perpustakaan dalam mengawal perubahan.
Mereka harus diberi motivasi agar mau mengikuti perkembangan tehnologi informasi.
Seandainya ada satu dua pustakawan senior yang “gaptek”, mereka harus tetap dilibatkan
agar mereka dapat memberi contoh kepada pustakawan yunior. Kalau yang tua saja masih
mau belajar, kenapa yang lebih muda tidak? Seharusnya yang lebih muda akan lebih giat
belajar dibandingkan dengan yang lebih tua.

Sekalipun penambahan tenaga kerja baru sekarang sulit, namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk melakukannya. Yang terpenting dalam “recruitment” adalah harus
dilakukan sebaiknya mungkin. Kriteria pustakawan yang akan diterima harus jelas, hindarkan
dari kolusi dan nepotisme serta seleksi harus dilakukan secara profesional dan transparan.
Pustakawan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kedepan adalah disamping
pustakawan yang mempunyai latar belakang pendidikan perpustakaan, dia juga harus
memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi.

Struktur organisasi yang semula efektif untuk pencapaian tujuan, barangkali sekarang perlu
adanya evaluasi. Apakah struktur yang ada masih efektif dan sesuai dengan tuntutan
perkembangan teknologi? Perubahan harus dilakukan agar tujuan perpustakaan dapat dicapai
dengan efektif dan juga sesuai dengan kemajuan.

Gaya kepemimpinan adalah unsur lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan perpustakaan
dalam menghadapi tantangan dimasa mendatang. Gaya kepemimpinan tradisional akan
menghadapi banyak kendala apabila diterapkan dimasa sekarang karena perubahan yang
terjadi berlangsung begitu cepat, tuntutan pengguna perpustakaan begitu tinggi diluar
kemampuan para pustakawan. Oleh karena itu gaya kepemimpinan tradisional harus kita
tinggalkan diganti dengan gaya kepemimpinan yang lebih fleksibel dalam mengahadapi
perubahan. Tugas utama pemimpim adalah dapat memotivasi staf agar bekerja lebih cerdas
dan giat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna perpustakaan. Para pemimpin harus
mampu mengidentifikasi kebutuhan pengguna sekaligus harus mampu juga menempatkan
staf sesuai dengan kemampuannya.

3. Pelayanan

Pelayanan yang cepat, tepat, akurat, didukung dengan sikap yang baik, ramah, akan semakin
melangkapi citra perpustakaan ideal. Pelayanan yang cepat dapat dicapai apabila dalam
sistem kerjanya menggunakan metode yang tepat didukung dengan fasilitas teknologi
informasi yang sampai saat ini sudah diakui dapat membantu banyak pekerjaan manusia
menjadi lebih cepat dalam skala yang besar. Pelayanan dapat berlangsung dengan tepat
apabila didukung oleh sumber daya manusia yang teliti dan bertanggung jawab dalam
pekerjaannya.

Penerapan teknologi informasi yang dapat digunakan perpustakaan adalah :

a. Otomasi Perpustakaan

Otomasi perpustakaan adalah suatu teknologi yang digunakan perpustakaan untuk


pengolahan, pelayanan dan penelusuran kembali (OPAC). Program yang digunakan oleh
perpustakaan adalah program Dynix

b. CD-ROM

CD-ROM adalah berisikan informasi tentang jurnal yang dikemas dalam bentuk CD dan
dioperasikan dengan menggunakan komputer.

c. Internet

Pengunaan Internet di perpustakaan bertujuan untuk penyediaan penyediaan sarana dan


prasarana dimana pengguna perpustakaan baik siswa, guru dan pengelola perpustakaan
(pustakawan) dapat menelusuri informasi yang dibutuhkan melalui internet. Dalam hal ini,
perpustakaan menyediakan sejumlah komputer sebagai terminal yang terhubung ke Internet.
Apabila memungkinkan, penyediaan fasilitas internet ini juga bisa diperluas jangkauannya
dengan adanya fasilitas hotspot di areal sekolah.

d. Digital Library (Perpustakaan Digital)

Digital library adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu tulisan, gambar,
suara dalam bentuk file elektronik dan menyebarluaskan dengan menggunakan protokol
elektronik melalui jaringan komputer. Koleksi yang dimasukkan dalam digital library untuk
sementara ini adalah skripsi, tesis, makalah.

e. Jurnal Elektronik
Jurnal elektronik adalah jurnal yang dikemas dalam bentuk file elektronik dalam penelusuran
informasi menggunakan jaringan internet.

Kelebihan yang diperoleh dari penerapan teknologi informasi di perpustakaan adalah :


layanan lebih cepat, mudah, dan praktis; penelusuran lebih cepat dan mudah; menghemat
waktu; menghemat tenaga; membutuhkan sedikit SDM (pustakawan).

Selain kelebihan yang dimiliki, penerapan teknologi informasi di perpustakaan ini juga
memiliki sisi kelemahan antara lain : tergantungan pada aliran listrik atau PLN; bila
komputer rusak layanan terganggu; minimnya teknisi komputer.

Beberapa solusi pemecahan dalam mengatasi kelemahan tersebut antara lain: perlu adanya
jenset untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik; merengkrut tenaga teknisi komputer;
mengirim pustakawan mengikuti kursus teknisi komputer; pengadaaan komputer yang baru.

Inovasi perpustakaan ideal.

Konsep ideal disini berlaku lokal, yaitu meliputi ruang lingkup keberadaan perpustakaan
tersebut dan fungsi utamanya di lingkungan tersebut. Sebuah perpustakaan sekolah yang
ideal, dalam ruang lingkup sekolah yang kecil, akan mencapai status ideal apabila
perpustakaan itu mampu mendukung secara penuh segala bentuk kegiatan proses belajar yang
berlangsung di sekolah. Apabila perpustakaan sekolah hanya buka selama jam pelajaran saja
(padalah sebagian besar jam pelajaran di sekolah tidak berlangsung di perpustakaan, tetapi
berlangsung di dalam kelas atau ruangan lain sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan),
maka konsep perpustakaan ideal bagi sekolah belum akan tercapai. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa alasan, antara lain :

Pertama, perpustakaan sekolah hanya dapat dimanfaatkan oleh siswa maupun guru pada saat
jam istirahat (siswa sedang di kelas dan guru sedang tidak mengajar), padahal waktu istirahat
pada umumnya digunakan oleh siswa untuk pergi ke kantin atau untuk keperluan lain. Belum
lagi waktu istirahat yang biasanya sangat terbatas itu umumnya belum mencukupi bagi
pengguna perpustakaan untuk bisa memanfaatkan perpustakaan secara optimal.
Kedua, perlu adanya waktu tambahan untuk kunjungan ke perpustakaan diluar waktu
pelajaran dan waktu istirahat. Hal ini dapat dilakukan untuk semakin meningkatkan nilai
fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar yang optimal bagi segenap komponen sekolah.
Tambahan jam kunjungan ke perpustakaan ini dapat dilakukan pada siang sampai sore hari
setelah jam pelajaran utama selesai. Dengan demikian, siswa yang memiliki minat ke
perpustakaan cukup besar dapat memanfaatkan momen ini untuk semakin menambah
wawasan pengetahuannya. Tentunya, dalam hal ini pihak sekolah harus mampu
menyeddiakan tenaga perpustakaan yang dapat memberikan pelayanan sampai sore hari.

Ketercapaian pilar utama sebuah perpustakaan akan menghasilkan sebuah konsep


perpustakaan yang ideal. Namun seiring dengan perkembangan zaman, peran perpustakaan
bisa lebih dari sekedar tempat singgahnya bahan pustaka dan sumber belajar. Dalam jangka
waktu ke depan, perpustakaan juga dapat difungsikan sebagai tempat untuk mengembangkan
diri, sebagai contoh dengan diadakannya berbagai macam kompetisi yang erat kaitannya
dengan buku, menulis dan membaca seperti lomba menulis artikel, cerpen, puisi, lomba
membaca puisi, membaca cerita, dll.

Di pihak lain, perlu adanya perhatian terhadap komponen-komponen perpustakaan baik itu
pengunjung maupun karyawan perpustakaan. Bentuk perhatian ini dapat berupa pemberian
penghargaan kepada pengunjung/anggota perpustakaan yang paling rajin dan juga
pustakawan yang memiliki kinerja paling baik. Bentuk perhatian ini diharapkan akan
memberikan angin segar dan semangat baru bagi pecinta perpustakaan.

Penutup

Sesuai dengan fungsi perpustakaan sebagai penyedia dan juga sebagai sumber belajar, sebuah
perpustakaan yang dikelola dengan manajemen yang baik, berada di lingkungan yang
mendukung akan mampu menciptakan suasana dan kondisi yang nyaman untuk belajar. Atau
dengan kata lain, sebuah perpustakaan yang ideal akan mampu menumbuhkan minat baca
bagi para pengunjung atau orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya.

Untuk tercapainya tujuan tersebut, diperlukan banyak pihak yang saling mendukung dan
saling melengkapi sehingga pilar-pilar pokok sebuah perpustakaan dapat tercapai dan
berjalan dengan baik.
Charles W. Elliot seorang tokoh pendidikan AS yang hidup tahun 1834-1926 mengatakan:
“Mau tahu siapa teman paling setia, tidak cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan
bijak dan sabar? Dialah buku.”

Membangun Perpustakaan Ideal Berorientasi Kepuasan Pengguna Berbasis Teknologi

Perpustakaan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa dan


Negara, karena perpustakaan adalah gudang ilmu dan merupakan salah satu sarana penting
dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Seiring
perkembangan jaman, perpustakaan saat ini dipergunakan tidak hanya sebagai salah satu
pusat informasi atau sumber ilmu pengetahuan melainkan juga untuk penelitian, rekreasi,
pelestarian khasanah budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya. Untuk mengoptimalkan
peran tersebut, pengorganisasian informasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengguna
perpustakaan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat. Oleh
karena itu, layanan yang dilakukan selalu berorientasi pada masyarakat, sebagai pengguna
informasi dengan basis teknologi yang tepat guna. Kepuasan pengguna merupakan petunjuk
utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi. Selain untuk mempermudah dan
memperluas akses, perpustakaan hendaknya mampu melakukan manajemen pengetahuan
secara maksimal dan diharapkan lebih memfokuskan diri sebagai community information
intermediary, yaitu institusi yang dapat memahami dan ber-empati terhadap komunitas
pengguna, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap dunia informasi dan organisasinya
serta dengan aktif selalu mengembangkan dan meningkatkan mekanisme yang
menghubungkan keduanya.

Pemberdayaan perpustakaan dan pustakawan dalam paradigma baru harus disesuaikan dan
ditingkatkan seiring dengan perubahan tuntutan pengguna, yaitu akses informasi secara lebih
luas, cepat dan tepat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin
beragamnya teknologi canggih membawa perubahan pula pada masyarakat dan individu.
Perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pula pada tuntunan terhadap kondisi
keberadaan perpustakaan. Indikator perpustakaan ideal yang dulu diukur dari jumlah koleksi
yang banyak dan gedung yang besar, sekarang sudah berubah menjadi sejauh apa
perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan komunitas pemakainya.
Perpustakaan saat ini dituntut mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya.
Perubahan dalam kebutuhan informasi, berinteraksi dengan orang lain, berkompetisi, dan
lain-lain. Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan pemakai agar perpustakaan tidak
hanya sekedar tempat mencari buku atau membaca majalah, tetapi menjadi semacam one-
stop station bagi mereka. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
atau Informationand Comunication Technology (ICT) telah membawa perubahan dalam
berbagai sektor, termasuk dunia perpustakaan. Jika dulu pemakai perpustakaan sudah puas
dengan layanan baca di tempat dan peminjaman buku perpustakaan saja, saat ini layanan
perpustakaan tidak cukup lagi hanya dua macam layanan tersebut. Pemakai perpustakaan
sekarang sudah menuntut jenis-jenis layanan lain, seperti layanan informasi terbaru (current
awareness services), layanan informasi terseleksi (selective dissemination of information),
layanan penelusuran secara online, layanan penelusuran dengan CD-ROM, dan lain-lain.
Selain tuntutan terhadap jumlah layanan yang makin banyak, mutu layanan pun dituntut lebih
baik. Dalam rangka peningkatan mutu dan jumlah layanan inilah, peran teknologi informasi
dan komunikasi sangat dibutuhkan. Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, kita dapat melakukan layanan yang cepat dengan jangkauan layanan yang lebih
luas serta mutu yang lebih baik.

Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat diukur dengan telah
diterapkannya/digunakannya sebagai Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan dan
perpustakaan digital. Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan merupakan
pengintegrasian antara bidang pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,
pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ini
sering dikenal juga dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan. Dengan penerapan SIM ini
secara langsung merubah paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang
dulunya off-line berubah menjadi on-line. Di sini Perpustakaan harus mampu merancang
layanan perpustakan yang memungkinkan akses terhadap sumber-sumber
informasi(information resources). Hal ini mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan
tidak lagi bergantung pada visitasi pemakai perpustakaan atau bertumpu pada kunjungan
secara fisik semata, tetapi pemanfaatannya dapat dilakukan setiap saat dan dari berbagai
tempat dimanapun pengguna berada.

Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam memberdayakan perpustakaan sebagai
upaya meningkatkan layanan perpustakaan berorientasi pengguna berbasis teknologi yaitu:

1. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi.

2. Ditinjau dari segi SDM yang mengelola perpustakaan tersebut.

Secara garis besar, dua hal di atas bisa dijelaskan sebagai berikut. 1. Ditinjau dari segi sarana
dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi Gedung perpustakaan hendaklah menarik dari
segi arsitektur dan mudah dijangkau. Penggunaan warna juga bisa merupakan daya tarik yang
akan membangkitkan minat baca pengguna. Selain itu sarana dan prasarana pendukung
layanan perpustakaan hendaklah didukung oleh Teknologi Informasi (TI) yang akan sangat
membantu perpustakaan memperbaiki kualitas dan jenis layanan. Minimal sebuah
perpustakaan harus memiliki : Jaringan Lokal (LAN , Local Area Network) berbasis TCP/IP
Akses ke internet yang cepat bagi pustakawan untuk mengakses informasi eksternal
perpustakaan beserta perangkatnya. Komputer untuk pengguna untuk mengakses informasi
layanan perpustakaan berikut database persediaan koleksi yang dimiliki perpustakaan
tersebut. Ditambah lagi Pustakawan menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yang dapat
dipercaya kualitasnya. Caranya dengan membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber
yang telah terseleksi misalnya Virtual Libraries Subject-Based Gateways. Koleksi dalam
multi format baik dalam bentuk tercetak, multimedia, digital, hypertext berikut sarana untuk
mengakses koleksi tersebut.

Adanya fasilitas digital dan internet, Fasilitas digital dan internet memungkinkan pengguna
perpustakaan dapat memanfaatkan informasi yang dimiliki perpustakaan tanpa mengenal
waktu dan jarak. Homepage perpustakaan dapat menyajikan data bibliografis dan abstrak dari
jurnal-jurnal penelitian (kalau memungkinkan dalam bentuk full text), pendidikan pemakai,
berita-berita perpustakaan, informasi lokal (universitas, kota), pameran online, media
komunikasi dengan pengguna (saran dan kritik), hubungan dengan situs lain, dan sebagainya.
Hot Spot Hot Spot berarti menyediakan layanan internet bebas untuk suatu lingkungan yang
terbatas, sebagai contoh di sekitar gedung perpustakaan. Dengan memiliki hot spot
perpustakaan menyediakan jasa penelusuran internet yang dapat diakses oleh pengguna dari
Laptop/Note Book yang biasa dibawa oleh pengguna, dengan syarat memiliki LAN Card
Wireless.

2. Ditinjau dari segi SDM yang mengelola perpustakaan tersebut. Dalam menghadapi
tuntutan kebutuhan pengguna perpustakaan yang semakin tinggi dan beraneka ragam, maka
perpustakaan perlu mempersiapkan pustakawan yang profesional. Jika pustakawan ingin
disebut profesional, maka pustakawan perlu memiliki "skill", "knowledge", kemampuan
(ability), serta kedewasaan psikologis (Ratnaningsih, 1998). Namun dalam prakteknya
sampai sejauh ini pustakawan Indonesia belum bisa dikatakan mampu untuk menjadi
profesional (ideal pun belum) bahkan masih sangat jauh dari konsep ideal. Sebagai
pustakawan profesional, kita perlu mengikuti perkembangan dan informasi mutakhir dalam
bidang Pusdokinfo. Perkembangan TI mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan
tidak ada lagi yang tidak mendapat sentuhan "keajaiban" TI. Keilmuan perpustakaan pun saat
ini dituntut mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan
informasi, perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam berkompetisi.
Pustakawan perlu menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dengan
paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa
meninggalkan kepustakawanan konvensional yang memang masih dibutuhkan (hybrid
library).

Hanya dengan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga pengelola perpustakaan dan
tenaga fungsional pustakawan yang berkualitaslah (melalui keilmuannya) kita bisa
membangun paradigma kepustakawanan Indonesia. Oleh karena itu profil pustakawan
diharapkan : 1.Berorientasi kepada kebutuhan pengguna 2.Mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik 3.Mempunyai kemampuan teknis perpustakaan yang tinggi
4.Mempunyai kemampuan pengembangan secara teknis dan prosedur kerja 5.Kemampuan
berbahasa asing yang memadai terutama bahasa Inggris 6.Mempunyai kemampuan
melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan. 7.Mempunyai kemampuan dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, antara lain: - Kemampuan dalam penggunaan
komputer (computer literacy) - Kemampuan dalam menguasai basis data (database) -
Kemampuan dalam penguasaan peralatan TI (tools and technological skill) - Kemampuan
dalam penguasaan teknologi jaringan ( computer networks) - Kemampuan dalam penguasaan
internet.

Selain memiliki kemampuan seperti yang disebutkan di atas, pustakawan juga dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan prima kepada penggunanya. Pelayanan prima yaitu suatu sikap
atau cara pustakawan dalam melayani penggunanya dengan prinsip layanan berbasis
pengguna (people based service) dan layanan unggul (service excellence). Tujuan dari service
excellence adalah : 1. Memuaskan pengguna; 2. Meningkatkan loyalitas pengguna; 3.
Meningkatkan penjualan produk dan jasa; 4. Meningkatkan jumlah pengguna.

Profesi pustakawan dituntut untuk mampu bersikap lebih terbuka, suka kerja keras, suka
melayani, mengutamakan pengabdian serta aspek-aspek kepribadian dan perilaku. Dalam
mengantisipasi masa mendatang, pustakawan hendaknya selalu tanggap terhadap
perkembangan teknologi informasi, mengenal seluk beluk manajemen, menguasai cara-cara
penyediaan informasi, dan memahami sumber-sumber informasi, serta mengetahui sistem
jaringan informasi.

Hal lain yang perlu dilakukan oleh perpustakaan adalah menjalin kerja sama dengan
perpustakaan lain. Kerja sama antarperpustakaan perlu dilakukan karena tidak satu pun
perpustakaan yang dapat berdiri sendiri dalam arti informasi/koleksinya mampu memenuhi
kebutuhan informasi penggunanya, sehingga jawaban “informasi yang Anda cari tidak ada di
perpustakaan kami” tidak akan berlaku lagi. Setidaknya pustakawan dapat memberi alternatif
artikel atau menunjukkan di mana artikel tersebut dapat diperoleh. Selain itu, waktu layanan
perpustakaan hendaklah berorientasi terhadap kesibukan masyarakat. Layanan di
perpustakaan idealnya dapat lebih memikat, bersahabat, cepat, dan akurat, ini berarti orientasi
pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna, antisipasi
perkembangan teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain
menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kebijakan
pada suatu perpustakaan. Kesan kaku pelayanan di perpustakaan harus dieliminir sehingga
perpustakaan berkesan lebih manusiawi. Pemberdayaan perpustakaan dengan sarana dan
prasarana yang mengikuti tuntunan zaman memang harus dipersiapkan agar tidak ditinggal
penggunanya. Selain itu keberadaan pustakawan yang berkualitas dan profesional sangat
diperlukan dalam menghadapi tatanan era informasi global. Pembangunan perpustakaan ideal
yang berorientasi pengguna berbasis teknologi harus segera diimplementasikan di
perpustakaan untuk menunjang proses akselerasi transfer ilmu pengetahuan, yang secara
global dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan berimbas pada kemajuan bangsa dalam
segala bidang.
Berorientasi pada pengguna, berarti perpustakaan telah menempatkan pengguna sebagai
subjek dari layanan perpustakaan, berbasis teknologi berarti perpustakaan mampu menjawab
tantangan jaman yang dinamis ini. Semoga perpustakaan - perpustakaan di tanah air mampu
mengikuti tuntunan jaman yang ada agar Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
mampu terwujud dan kemajuan Negara lebih cepat tercapai.

SUSUNAN DAN CARA MEMBUAT ARTIKEL


SUSUNAN DAN CARA MEMBUAT ARTIKEL

artilkel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk
dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin dan sebagainya ) dan bertujuan untuk
menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan memdidik dan menghibur.

SUSUSNAN ARTIKEL

susunan artikel itu adalah :

1. judul
2. gagasan - gagasan
3. objek - objek
4. pembahasan atau isi
5. kerangka
6. manfaat
7. kesimpulan
8. saran
9. daftar pustaka
10. penutup
CARA MEMBUAT ARTIKEL

1. PEMILIHAN ISU : isu ini harus hot, hangat, tren, dan yang sedang terjadi
2. PENGUMPULAN DATA : pengumpulah data bisa kita cari di buku, artikel, blog, dan
situs
3. MENULIS JUDUL : judul harus menarik , judul pun tidak singkat sehingga si pembaca
tertarik kepada artikel kita
4. MEMBUAT LIET YANG BAGUS : liet ini adalah paragraf yang pertama dalam artikel
5. MENGOLAH DATA
6. MEMBUAT ALUR TULISAN
7. MENUTUP DATA

8. TAHUN ajaran baru dengan semangat KTSP dan kurikulum 2013


menjadi penyemangat guru dan siswa. Namun demikian salah satu
penunjang kesuksesan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
dan peran perpustakaan sebagai basis pembelajaran kreatif dan
inovatif harus dioptimalkan.
Oleh karena itu saat membaca kembali usulan Agus M. Irkham “
Penjara Sementara Perpustakaan,” merupakan bentuk skeptis dari
keberadaan perpustakaan. Bukan sebuah perubahan paradigma
fungsi dan kedudukan perpustakaan yang dibutuhkan pengendalian
emosi dan solusi eksistensi.Namun bagaimana dalam berbagi peran
dalam KBM,
9. Seperti dikatakan Alfin Tofler The illiterate of the future will not be
the person who cannot read. It will be a person who does not know
how to learn. Permenungan dengan munculnya stigma negatif
perpustakaan. Berefek dimasa yang akan datang orang yang buta
huruf bukan semata-mata orang yang tidak dapat membaca. Yang
paling celaka, dia akan menjadi orang yang tidak tahu bagaimana
caranya belajar.
10. Keprihatinan dari Aflin Tofler di Indonesia diyakinkan oleh
pernyataan Taufik Ismail. Budaya membaca dan menulis
masyarakat Indonesia sangat menurun dibanding dengan masa
penjajahan Belanda. Semasa Jaman Belanda selama tiga tahun
sekolahnya wajib membuat 106 tulisan dan membaca 25 buku
sastra yang terdiri dari 4 bahasa yaitu Inggris, Belanda, Jerman dan
Perancis.
11. Perpustakaan sendiri merupakan salah satu sarana wajib dari
kehidupan sekolah berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007. Banyak orang berpendapat perpustakaan merupakan nadi,
ruh, napas, otak dari sekolah. Maka sudah keharusan optimalisasi
pemberdayaannya oleh stakeholder sekolah.
12. Dari perpustakaan merupakan tempat mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, kreatifitas dan inovatif
warga sekolah. Tidak hanya sebatas alternatif dari PBM (proses
Belajar Mengajar), harapannya menjadikan perpustakaan menjadi
rumah kedua mereka. Oleh karena itu bagaimana sekarang kita
(guru) memotivasi siswa untuk rajin berkunjung dan terlibat?
13. Karena di sana siswa diharapkan menjadi orang yang gemar
membaca. Pilzer (1994) mengatakan sekurang-kurangnya ada
enam kompetensi dasar kepandaian. Meliputi kecakapan
(gemar) membaca (read), kesenanganmenulis (write),
kesukaan mendengarkan (listen), keterampilan berbicara (speak),
kemampuan berhitung(calculate), dan selalu berfikir kritis (reason).
14. Oleh karena itu mengupayakan perpustakaan menjadi
menarik bukanlah sekedar wacana. Menjadikan ruang perpustakaan
nyaman, menyenangkan, kondusif sebagai ajang berkumpul,
mencari ide, menularkan gagasan dengan membaca dan menulis
melahirkan karya kreatif dan inovatif.
15. Usahakan sarana perpustakaan sekolah dengan
desain, setting yang dilengkapi dengan buku-buku “bermutu”. Baik
berupa buku bacaan (Sastra, iptek, politik, ekonomi, hukum,
budaya, social, UU, religi dan lain-lain), jurnal, buku penunjang
pelajaran, majalah, Koran, kliping, meja belajar, bangku, TV, VCD,
tape recorder, komputer serta ruang dan gedung yang
repersentatif.
16. Sebab dalam UU No. 43 tahun 2007 ditegaskan kewajiban
Pemerintah untuk menggalakkan promosi gemar membaca dan
memanfaatkan perpustakaan (pasal 7 butir e). Meningkatkan
kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan (butir f) dan dalam
butir c menjamin ketersediaan keragaman koleksi perpustakaan
melalui terjemahan (translasi), alih aksara (transliterasi), alih suara
ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia).
17. Kelengkapan ruang baca, rak buku yang tertata sesuai
dengan disiplin ilmu, ruang diskusi yang kondusif dan tempat
pelayanan petugas yang asri (bersih, rapi, indah) merupakan
kebutuhan ideal. Membuat kebetahan membaca dan menulis sebab,
kelengkapan ruang baca dan menulis signifikan dengan jumlah
warga sekolah..
18. Begitupun di Era Teknologi Informasi dibuat literatur yang
menunjang PBM dalam kurikulum baru (2013), siswa diberi
kebebasan dalam pemanfaatannya, dengan menghubungkan
(connect) Internet. Mencari literatur dengan akses melalui E-
Book dan E-Library (Electronik Perpustakaan).
Pengunjung memperoleh sebuah informasi yang cepat dan
tepat (up to date) dalam segala hal.
19. Karena sistem informasi perpustakaan dapat didefinisikan: “
sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia mesin, untuk
menyediakan informasi yang mendukung operasi, manajemen, dan
fungsi pengambilan keputusan dalam sebuah perpustakaan”. Sistem
ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer,
prosedur manual, model manajeman, dan pengambilan keputusan
basis data ( Robert K Leitch, dan K. Roscoe Davis.1983)
20. Sebuah dukungan yang melahirkan kreatifitas dan inovasi.
Perustakaan menjadi basis membaca, menulis , menumbuhkan rasa
kemanusiaan, empati dan berlogika perlu dukungan dan semangat
warga sekolah.
21.
22. Optimalisasi
23. Memulai gemar membaca haruslah dilakukan di sekolah.
Melalui tugas dan model pembelajaran perpustakaan sebagai
optimalisasi peran dan basis akan mengubah budaya masyarakat
Indonesia yang suka bicara, mendengar dan melihat. Budaya lisan
harus mulai disingkirkan dengan habitus baru membaca dan
menulis.
24. Perubahan tradisi ini akan mengubah kebiasaan bermain,
corat-coret, nge-game, kongkow-kongkow,
ngobrol, grumpi dan nggossip yang justru tidak menjadikan
manusia kritis. Optimalisasi Perpustakaan menjadikan manusia
tidak mudah putus asa, loyo, melempem, tiada daya juang, pesimis
dan mudah diprovokasi yang melahirkan tindakan destruktif,
merugikan kepentingan masyarakat.
25. Kebiasaan membaca sebagai kebutuhan akan sering kita
temui banyak orang melakukan aktifitas ini di setiap kesempatan.
Sering membaca, berdiskusi dalam kelompok kecil di waktu luang
dan menulis di perpustakaan memunculkan ide kreatif.
26. Oleh karena itu seorang guru harus memulai lebih dahulu
mengadakan “aksi” membaca dan melahirkan inovasi kreatif. Tugas
di Perpustakaan tidak sebatas pembelajaran bahasa, karena semua
mata pelajaran sangat membutuhkan buku acuan lain (referensi)
yang memperkuat teori dalam setiap mata
pelajaran. Sebuah reward(penghargaan) bagi siswa yang aktif
berkujung ke perpustakaan.
27. Menurut Friderich Scheneider model pembelajaran lama harus
di rubah. Sebab mengajar bukan hanya menghantar pengetahuan
pada siswa tetapi juga mengembangkan bakat siswa, membentuk
kemampuan untuk mengerti, menilai dan menyimpulkan juga
memberikan bahan pengajaran yang membantu siswa untuk
mengembangkan fantasi, empati, serta hasrat-hasratnya.
(Sindhunata, 2000).
28. Dari sinilah konsep perpustakaan basis pembelajaran,
ditumbuh kembangkan. Upaya eleman masyarakat mengadakan
perpustkaan keliling, rumah perpustakaan, perpustkaan kolektif,
pondok baca mandiri atau apapun bentuknya bukanlah kesia-siaan.
29. Hakekat aktif membaca akan membuka cakarawala baru
dalam berpikir dan bertindak. Dari sini muncul refleksifitas diri,
motivasi, empati serta kreatifitas inovatif.Apalgi dengan berlakunya
kurikulum 2013 secara serentak di tahun ajaran baru 2014-2015
ini.

OPINI PERPUSTAKAAN PERPUSTAKAAN


SEBAGAI PINTU GERBANG LLMU PENGE
Opini 20 July 2011 12:01 WIB Super Administrator 4567

Dunia perpustakaan dewasa ini memegang peranan penting dan strategis untuk mengantar generasi
muda Indonesia menuju pintu gerbangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang canggih
dan modern. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan wawasan pengetahuan yang luas dari warga
negara suatu bangsa, hendaknya dapat memanfaatkan kehadiran perpustakaan di daerahnya.
Kehadiran sebuah perpustakaan di tengah-tengah masyarakat luas hendaknya dapat dimanfaatkan
secara baik dan benar oleh semua lapisan masyarakat Indonesia baik itu dari kalangan pelajar,
mahasiswa maupun masyarakat umum.
Di jaman yang serba modern serta canggih ini masyarakat dituntut untuk rajin mengunjungi
perpustakaan, untuk membaca berbagai buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. Apalagi di setiap
perpustakaan daerah di negeri ini sudah dilengkapi oleh berbagai fasilitas teknologi yang sudah
canggih serta memadai seperti tersedianya fasilitas komputer gratis serta didukung internet yang siap
dioperasikan sesuai dengan keinginan pengunjung perpustakaan. Di dunia internasional pada era
globalisasi ini penulis mengharapkan sekali lagi agar masyarakat kita perlu didorong lebih kuat lagi
agar dalam diri mereka muncul semangatnya serta motivasi yang tinggi untuk terus belajar, tanpa
mengenal batas waktunya demi peningkatan pengetahuannya.
Karena masyarakat yang selalu rajin membaca buku-buku baru di perpustakaan, setiap harinya tentu
akan mendapatkan nilai tambah yang bersifat positif sekali bagi dirinya sendiri, sedangkan
masyarakat kita yang budaya membacanya malas serta rendah akan ketinggalan dalam memperoleh
berbagai informasi yang baru serta penting lainnya dari kawasan dunia yang global saat ini. Melalui
tulisan ini penulis sangat mendukung sepenuhnya gagasan yang pernah diutarakan oleh Walikota
Yogyakarta Herry Zudianto pada berbagai kesempatan pernah menyatakan akan dibuka kantor
perpustakaan di setiap kelurahan yang ada di dalam kota Yogyakarta ini.
Oleh karena ide Walikota Yogyakarta Herry Zudianto untuk membentuk perpustakaan di setiap
kelurahan adalah hal yang positif serta brilian bagi usaha mencerdaskan warganya sudah sewajarnya
disambut dengan senang hati serta mendukung sepenuhnya atas kebijakan walikota nantinya.
Dengan demikian di masa yang akan datang tidak ada lagi masyarakat Yogyakarta yang tidak
memperoleh kesempatan yang luas untuk menambah wawasannya hanya karena tidak adanya
perpustakaan yang representatif dan memadai.
Untuk bisa menarik minat baca dari masyarakat kita dewasa ini memang sudah selayaknya Pemda
Kota Yogyakarta harus membuka akses yang seluas-luasnya bagi terpenuhinya kebutuhan informasi
pengetahuan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Salah satunya yang sudah relevan dengan
hal tersebut di atas dengan adanya kebijakan Pemda Kota Yogyakarta saat ini yang telah mendirikan
lagi beberapa ruang publik bagi kebutuhan pengetahuan membaca bagi masyarakatnya. Sebesar
apapun animo membacanya masyarakat Indonesia dewasa ini guna meningkatkan wawasan
pengetahuannya, apabila tidak didukung dengan sarana prasarana berupa ruang baca yang
memadai maka sia-sia saja dalam mengangkat kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak akan
tercapai selamanya.
Dengan tersedianya ruang baca yang memadai dan kondusif suasananya sangat memegang
peranan yang penting sekali dalam mendukung sepenuhnya kemauan masyarakat kita dalam rangka
mencerdaskan kemampuan intelektualnya. Dengan diperbanyaknya ruang publik bagi kepentingan
masyarakat oleh setiap Pemda yang ada di negeri tercinta ini akan membawa dampak positif bagi
kemajuan pengetahuan dari warga masyarakatnya. Hal ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah
kita sebagai bentuk perhatian yang serius terhadap pentingnya kemampuan membaca dari warganya
sebagai modal awal untuk membangun jati dirinya serta membangun daerah dan negaranya menuju
kemajuan yang sangat kompetitif dan dinamis. Idealnya memang keberadaan kantor perpustakaan di
Indonesia harus sudah menyebar sampai ke tingkat kelurahan di seluruh pelosok negeri ini, dengan
demikian semua masyarakat dari semua lapisan dan golongan mendapat kesempatan yang luas
untuk menikmati fasilitas perpustakaan pemerintah tadi.
Oleh karena itu pendirian kantor perpustakaan di setiap kelurahan yang ada di kota Yogyakarta
dewasa ini hendaknya bukan sekedar labelnya saja tetapi ada yang jauh lebih penting dari
penampilan perpustakaan tersebut adalah mampu mempertanggungjawabkan kehadirannya secara
baik dan berguna bagi masyarakat itu sendiri. Hendaknya kebijakan yang telah dibuat oleh
Pemerintah kota Yogyakarta ini dengan sendirinya bisa menjalar ke daerah lainnya di seluruh
Indonesia sehingga semua masyarakat merasa termotivasi lagi kemauannya guna memperkaya
wawasan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Penulis sendiri merasa optimis dan yakin apabila setiap Pemda di seluruh Indonesia ini sudah
memiliki kantor perpustakaan di setiap kelurahannya maka hal ini mencerminkan pemda tersebut
sudah punya komitmen yang tinggi bagi usaha perbaikan dalam peningkatan ilmu pengetahuan
terhadap masyarakatnya. Hendaknya kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah kota Yogyakarta
ini bisa menjalar ke daerah lainnya di seluruh wilayah Indonesia, sehingga semua masyarakatnya
termotivasi lagi kemauannya guna memperkaya wawasan pengetahuan. Sebuah badan
perpustakaan daerah dan kelurahan idealnya harus dilengkapi dengan berbagai perangkat teknologi
modern serta canggih guna memperlancar tugas pelayanan dari para pegawainya dalam memenuhi
permintaan dari para pengunjung di perpustakaan tersebut.
Apabila semua faktor pendukung tersebut di atas sudah tersedia dengan baik dan lengkap fasilitas-
fasilitasnya oleh pemda tersebut maka hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para pemakai
fasilitas tersebut, sehingga memberikan sesuatu yang baru pada masyarakat yang membutuhkannya.
Hal-hal yang paling mendasar seperti inilah yang sekiranya menjadi sangat prioritas dan penting
untuk dipikirkan oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari bentuk pelayanannya terhadap harapan
dari masyarakat yang dilayaninya.
Sangat diharapkan oleh kita semua hendaknya manfaat positif dari kehadiran semua perpustakaan di
setiap kelurahan yang ada di kota Yogyakarta dan juga di seluruh Indonesia nanti benar-benar dapat
dirasakan secara langsung oleh warganya sendiri guna meningkatkan kemampuan membacanya
selama ini. Hal ini untuk mengurangi jumlah masyarakat Indonesia yang sampai detik ini jumlah
penduduknya begitu besar untuk tingkat dunia, tetapi ironisnya di balik jumlah penduduk yang banyak
itu tadi ternyata warganya paling banyak juga yang tidak memperoleh pengetahuan yang memadai
atau budaya membacanya sangat rendah dan buruk sekali. Hal ini apabila kita bandingkan dengan
tingkat kemampuan membaca negara lainnya di dunia ini yang begitu tinggi jumlah masyarakatnya
yang gemar membaca buku-buku di perpustakaan setiap harinya. Tentunya kondisi seperti ini sangat
memprihatinkan pemerintah Indonesia karena hal ini akan berpengaruh pada peningkatan kualitas
pengetahuan mereka dalam segala bidang kehidupan karena tidak ditopang atau didukung oleh bekal
pengetahuan yang luas dan cukup. Hanya dengan meningkatkan minat membaca masyarakatnya
dewasa ini maka sudah sewajarnya pendirian perpustakaan di masing-masing tingkat kelurahan yang
ada di kota Yogyakarta ini kita harus memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Walikota
Yogyakarta. Badan Perpustakaan Nasional dan Daerah sebagai pusat segala informasi pengetahuan
bagi masyarakat luas di seluruh dunia ini, hendaknya mampu meningkatkan dengan baik lagi fungsi
pelayanannya kepada masyarakat luas, sehingga sumber daya manusia kita akan lebih baik
kualitasnya pada masa-masa yang akan datang.
Hendaknya kehadiran perpustakaan kota Yogyakarta yang lebih representatif lagi penampilan fisik
luar dan dalamnya lagi akan mampu lagi menarik minat membaca warga kota Gudeg ini sehingga
keinginannya tinggi untuk mengunjungi kantor perpusatakaannya. Mengingat dalam ruang baca
perpustakaan kota ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas teknologi komputer dan internet yang
bisa diakses oleh pengunjung setia perpusatakaan guna meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologinya. Karena di tahun 2010 ini perpustakaan kota Yogyakarta telah tampil beda dengan
penampilan sebelumnya yang sangat sederhana dan terbatas tempat membaca bagi para
pengunjungnya. Oleh karena itu penulis mengajak seluruh warga kota yogyakarta yang ada
disekitarnya baik itu yang berstatus pelajar, mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat pada umumnya
untuk rajin-rajinlah mengunjungi perpustakaan kota ini.
Apalagi letak perpustakaan kota Yogyakarta ini sangat strategis sekali karena berada di tengah-
tengah kota Yogyakarta sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat dari berbagai penjuru kota
Yogyakarta, kerena degan rajinnya warga kota Yogyakarta mengunjungi perpusatakannya maka hal
ini akan menambah wawasan pengetahuan yang luas bagi masyarakat itu sendiri. Inilah manfaat
positif yang dapat diperoleh warga masyarakat kota Yogyakarta karena tersedianya perpusatakaan
yang memadai fasilitas sarana pendukung yang tersedia didalamnya bagi kebutuhan para
pengunjung perpustakaan itu sendiri. Penulis melihatnya selama ini dari tahun ketahun jumlah
pengunjung perpustakaan kota Yogyakarta selalu membludak jumlahnya, ini semua berkat adanya
kerjasama yang baik antara pengelola perpusatakaan kota Yogyakarta dengan walikota Yogyakarta
sehingga menarik minat membaca warga masyarakatnya dalam rangka meningkatan wawasan
pengetahuan dan teknologinya.
Karena dengan rajin membaca buku diberbagai perpustakaan yang tersedia di negeri ini maka
wawasan dan pengetahuan setiap orang selalu bertambah dan meningkat secara signifikan juga.
Dengan demikian kita menjadi manusia yang cerdas serta berwawasan luas karena memperoleh
informasi-informasi yang terus berkembang di jagat raya ini. Hanya orang yang cerdaslah karena rajin
membaca maka dia akan menguasai dunia ini lewat pengalaman maupun ilmu yang diperolehnya
setelah membaca banyak buku-buku yang telah disiapkan oleh pemerintah kita disetiap kantor
perpustakaan yang ada di kota yogyakarta ini atau juga buku yang disiapkan diperpustakaan daerah
lainnya di nusantara ini.
Oleh karena itu penulis sendiri tak henti-hentinya mengajak kita semua agar terus meningkatkan
kemampuan membacanya di perpustakaan baik membaca buku-buku referensi maupun koran dan
majalah lainnya. Karena dengan meningkatkan minat membaca maka seseorang akan mendapatkan
pengetahuan yang baru yang berguna sebagai modal utamanya agar ia bisa membekali diri dalam
berkompetensi mendapatkan ruang hidup yang lebih baik dan menjanjikan di negeri ini. Dengan rajin
membaca pola pikir seseorang akan terus berkembang dengan sendirinya dan ketajaman untuk
menganalisis persoalan hidup yang akan datang akan mudah ia atasi. Dengan kata lain siapa yang
rajin membaca berbagai jenis buku yang ada di perpustakaan maka orang tersebut telah lebih dulu
memperoleh jalan hidup yang lebih baik sehingga ia dapat mengendalikan hidupnya dengan baik
karena ia telah mendapatkan ilmunya dari membaca buku tadi.

Anda mungkin juga menyukai