Tugas Kelompok Ekonomi Pembangunan
Tugas Kelompok Ekonomi Pembangunan
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas ekonomi
pembangunan ini yang berjudul” Modal dan arti penting pembangunan nasional “
Tugas ini berisikan tentang informasi arti modal dan arti penting pembangunan nasional .
Diharapkan tugas ini dapat memberikan informasi kepada pembaca.
Pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak
Manohara inggita selaku guru pembimbing pada mata kuliah Ekonomi pembangunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu kami harapkan demi
lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
penyusun
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………
1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………..
1.2. Perumusan Masalah…………………………………………………….
1.3. Tujuan penulisan ………………………………………….
Bab II Pembahasan………………………………………………………………………...
2.1.Apa pengertian modal…………………………………………………...
2.2.Bagaimana pembentukan modal…..............
2.3. Mengapa permintaan dan penawaran modal di Indonesia rendah……….
2.4.Mengapa pembangunan nasional penting …………………………………....
Bab III penutup………………………………………………………………………………
3.1 simpulan………………………………………………………………..
3.2.saran………………………………………………………………..…..
Daftar pustaka……………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas
kelompok mata kuliah Ekonomi agar pembaca mengetahui :
1. pengertian Modal?
2.pembentukan modal?
2.1.Pengertian Modal
Masalah pembentukan modal dapat ditinjau dari sudut permintaan maupun dari sudut
penawaran akan modal. Dari sudut permintaan pembentukan modal bertalian dengan ada
tidaknya daya tarik bagi usahawan atau wiraswasta untuk mempergunakan barang-barang
modal dalam proses produksi. Dari sudut penawaran, pembentukan modal berhubungan
dengan kemampuan masyarakat untuk menabung, tabungan kemudian dipakai untuk investasi
dan pembentukan modal. Dalam hubungan dengan pembentukan modal ini, negara-negara
sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran yang tak berujung pangkal, baik
dilihat dari segi permintaan maupun penawaran akan modal (Siagian, 1989).
Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (Capital
Formation) sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Menurut Prof nurkse; Arti
pembentukan modal ialah masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktifitas produktifnya
saat ini untuk kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk
pembuatan barang modal; perkakas dan alat2, mesin dan fasilitas angkutan, pabrik dan
perlengkapannya –segala macam bentuk modal nyata yg dapat dengan cepat meningkatkan
manfaat upaya produktif. Inti proses itu kemudian adalah pengalihan sebagian sumber daya
yang sekarang ada pada masyarakat ketujuan untuk meningkatkan persedian barang modal
begitu rupa sehingga memungkinkan perluasan output yang dapat dikonsumsi pada masa
depan.
Definisi Prof Nurkse diatas hanya menyangkut pemupukan modsal material dan
mengabaikan modal manusia. Setiap definisi yang tepat harus menyangkut keduanya,
menurut Dr Singer; pembentukan modal terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik, alat2
dan mesin, maupun barang yang tidak nampak seperti pendidikan yang bermutu tinggi,
kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Simon
Kuznet dalam ungkapan berikut; “pembentukan modal domestik tidak hanya menyangkut
biaya untuk konstruksi, peralatan dsan persediaan dalam negeri, tetapi juga peralatan lain
kecuali pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan output pada tingkat yang ada.
Ia juga mencakup pembiayaan untuk pendidikan, rekreasi dan barang mewah yang
memberikan kesejahteraan dan produkitifitas lebih pada individu dan semua pengeluaran
masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja”. Jadi istilah
pembentukan modal meliputi material dasn modal manusia.
2.2.Pembentukan Modal
Pembentukan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor sekaligus
faktor utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan di
negara berkembang dapat digunting melalui pembentukan modal, sebagai akibat dari
rendahnya pendapatan di negara berkembang maka permintaan, produksi, dan investasi
menjadi rendah atau kurang. Hal ini menyebabkan kekurangan di bidang barang modal dan
dapat diatasi dengan pembentukan modal. Lewat itu persedian mesin, alat2 dan perlengkapan
meningkat, sekala produksi meluas sehingga overhead ekonomi dasn sosial tercipta.
Pembentukan modal membawa pada pemanfaatan penuh sumber2 yang ada sehingga dapat
menaikan besarnya output nasional, pendapatan dasn pekerjaan, menekan angka inflasi dan
defisit neraca pembayaran, serta membuat perekonomian bebas dari bebn utang luar negeri.
Efisiensi marginal suatu investasi adalah jumlah pendapatan suatu barang modal yang
akan diperoleh di masa depan selama usia barang modal tersebut atau sebagai rangkaian balas
jasa sesuatu barang modal (Siagian, 1989). Balas jasa ini diperoleh dari hasil penjualan
produksi setelah dikurangi dengan biaya atau harga pokok. Balas jasa ini haruslah lebih besar
dari harga pembelian modal tersebut, jika tidak, tidak ada gunanya atau tidak menarik untuk
menjalankan investasi. Biasanya balas jasa tiap tahun dinyatakan secara persentase.
Persentase ini harus lebih besar dari tingkat bunga umum yang berlaku sebab kalau tidak,
lebih baik dan lebih menguntungkan membungakan uang tersebut daripada membeli barang
modal.
Umumnya tingkat bunga ini merupakan faktor pembanding mengenai balas jasa
sesuatu investasi modal, dalam arti makin rendah tingkat bunga dibanding dengan tingkat
keuntungan maka semakin menarik menjalankan investasi dan demikian sebaliknya, semakin
tinggi tingkat bunga dibanding dengan tingkat keuntungan maka semakin kurang menarik
mengadakan investasi.
Pada umumnya tingkat bunga di Indonesia tinggi sekali. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Alvin Hansen dalam Siagian (1989) yang mengatakan bahwa banyak investasi di
negara-negara sedang berkembang tidak terlaksana, terutama karena tingkat bunga yang
tinggi. Walaupun pendapatan ini cukup tajam, namun tidak seluruhnya dapat dibenarkan.
Faktanya, penurunan tingkat bunga merupakan segi penting untuk investasi, tetapi unsur lain
yang tidak kalah penting adalah kekurangan permintaan efektif dalam masyarakat sehingga
balas jasa investasi masa depan sangat rendah. Oleh sebab itu, dari sudut permintaan akan
modal di Indonesia, kekurangan tenaga beli merupakan penghambat yang lebih besar
daripada tingkat bunga yang tinggi.
Dengan cara ini produktivitas pertanian dapat dinaikkan, yang berarti juga dapat
menaikkan tenaga beli dalam arti nyata. Kenaikan tenaga beli kaum tani ini, sebagian akan
diberdayakan untuk membeli hasil industri seperti pakaian, alat-alat pertanian, dan
sebagainya. Hal ini terjadi sebab dari sudut industri, golongan petani merupakan pasar hasil
produksinya yang utama. Naiknya pasar bagi produksi industri akan mendorong tambahan
investasi di sektor ini. Sebaliknya golongan industri merupakan pasar bagi sektor pertanian,
dengan bertambah luasnya sektor industry akan mendorong kenaikan produksi di bidang
pertanian, baik melalui usaha perluasan area maupun melalui intensifikasi. Kedua cara ini
memerlukan peralatan dan hasil industri, sehingga mendorong tambahan investasi di bidang
ini. Demikianlah pembangunan proyek-proyek ini saling melengkapi dan saling menunjang
perkembangan masing-masing ke taraf yang lebih tinggi.
Pengalaman Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain mencakup tanggung jawab
bersama dari semua golongan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa secara bersama-sama meletakkan landasan spiritual, moral, dan etik yang kukuh
bagi pembangunan nasional.
Pengalaman Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain mencakup
poeningkatan martabat serta hak dan kewajiban asasi warga Negara serta
penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidakadilan dari muka bumi.
Pengalaman Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia antara lain
mencakup upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
yang dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya kemakmuran yang berkeadilan. Berdasarkan pokok pikiran diatas, maka
hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar,
tujuan dan pedoman pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan
merata diseluruh tanah air dan tidak hanya untuk satu golongan atau sebagian dari
masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat.
1. Ada keselarasan, keserasian, kesimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya
manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini, unsur manusia, unsur
sosial-budaya, dan unsur lainnya harus mendapatkan perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah
air.
3. Subjek dan objek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia pula.
4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat
adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan
kegiatan pemerintah mesti saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi
dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya
guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang
dilaksanakan mengacu pada perencanaan yang terprogram secara bertahap dengan
memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu pemerintah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam
suatu Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dan mulai Repelita VII diuraikan dalam
suatu Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan), yang memuat uraian kebijakan secara rinci
dan terukur tentang beberapa Propenas (Program Pembangunan Nasional). Rancangan APBN
tahun 2001 adalah Repeta pertama dari pelaksanaan Propenas yang merupakan
penjabaran GBHN 1999-2004, di samping merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal.
Sejak repelita pertama (tahun 1969) hingga repelita sekarang (tahun1999) telah
terealisasi beberapa program pembangunan yang hasilnya telah menyentuh seluruh aspek
kehidupan masyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meskipun realisasi
pembangunan telah menyentuh dan dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat, namun tidak
berarti terjadi secara demokratis. Dengan kata lain, hasil-hasil pembangunan tersebut belum
mampu menjangkau pemerataan kehidupan seluruh masyarakat. Masih banyak terjadi
ketimpangan atau kesenjangan pembangunan maupun hasil-hasilnya, baik antara pusat dan
daerah atau dalam lingkup yang luas adalah kesenjangan antara Kawasan Timur Indonesia
(KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI), khususnya pada sektor ekonomi. Salah satu
kesenjangan di sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah tidak meratanya kekuatan
ekonomi di setiap wilayah, seperti tidak meratanya tingkat pendapatan (per kapita) penduduk,
tingkat kemiskinan dan kemakmuran, mekanisme pasar dan lain-lain.
Dampak dari kesenjangan tersebut telah menimbulkan beberapa gejolak dalam bentuk
tuntutan adanya pemerataan pembangunan maupun hasil-hasilnya, dari dan untuk setiap
wilayah di Indonesia. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan tersebut
pemerintah telah menempuh beberapa kebijaksanaan pembangunan diantaranya dengan
memberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang pada
prinsipnya merupakan pelimpahan wewenang pusat ke daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Asas Pembangunan Nasional adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan
dipegang teguh dalam perencanan dan pelaksanaan Pembangunan Nasional :
3.1.Kesimpulan
3.1.Saran
Permintaan akan modal investasi rendah disebabkan oleh daya beli yang rendah
karena pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah merupakan cerminan dari
produktivitas yang rendah, dan produktivitas yang rendah disebabkan oleh modal yang
dipergunakan dalam produksi rendah. Rendahnya modal yang dipakai disebabkan oleh daya
beli masyarakat yang rendah, demikian seterusnya. Oleh sebab itu untuk meningkatkan
pembangunan nasional diperlukan modal pembentukan modal untuk peningkatan
pembangunan nasional dan kejsejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/09/pembangunan-nasional-pengertian-hakikat-
tujuan-pembangunan.html
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-nasional-definisi.html
http://id.scribd.com/doc/15918195/pembangunan-nasional