Pemeriksaan didapatkan:
-roni terlihat cemas, mata terbuka spontan, mampu menggerakkan lengan sesuai
perintah, dan mampu menjawab pertanyaan dengan benar (GCS=15)
-HR: 115x/menit, TD: 100/60 mmHg, RR: 36x/menit, suhu aksila 36,20C
-dada:
a. Terlihat sesak napas hebat, gerakan dada kiri lebih aktif dibandingkan
dada kanan
b. Terlihat luka tusuk diameter 6 mm di ICS 9, sejajar aksila anterior, dari
lobang terdengar sucking wound
c. Bising napas di dada kanan lebih lemah dibandingkan dada kiri
d. Suara jantung normal tetapi berdetak lebih cepat
e. Palpasi nyeri tekan di sekitar luka tusuk
f. Perkusi redup di dada kanan bawah
-abdomen:
1
I. Klarifikasi istilah
A. Sesak napas : kesulitan inspirasi dan ekspirasi
B. Lebam : jejas yang timbul akibat benda tumpul
C. Distensi vena leher : pelebaran vena leher
D. GCS score : pemeriksaan untuk menilai derajat kesadaran
E. Sucking wound : luka tembus yang dapat dilalui udara
F. Nyeri tekan : keadaan sensitivitas yang tidak biasa terhadap
tekanan
G. Sonor : suara normal perkusi pada toraks
H. Hipersonor : suara nyaring akibat akumulasi udara
I. Bising usus : suara peristaltik usus
J. Kuadran kanan atas : daerah seperempat bagiankanan atas abdomen
K. Luka tusuk : luka yang disebabkan objek tajam
3. Dada:
2
a. Terlihat sesak napas hebat, gerakan dada kiri lebih aktif
dibandingkan dada kanan
b. Terlihat luka tusuk diameter 6 mm di ICS 9, sejajar aksila anterior,
dari lobang terdengar sucking wound
c. Bising napas di dada kanan lebih lemah dibandingkan dada kiri
d. Suara jantung normal tetapi berdetak lebih cepat
e. Palpasi nyeri tekan di sekitar luka tusuk
f. Perkusi redup di dada kanan bawah
4. abdomen:
3
IV. Hipotesis
Roni, laki-laki 18 tahun, mengalami multiple trauma, tension pneumotoraks,
hemotoraks, dan syok hipovolemik
V. Sintesis
3. Thorax
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi
oleh :
4
e. Atas : Dasar leher.
Isi :
a. Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-
paru beserta pembungkus pleuranya. Pleura terdiri dari 2 lapis
yaitu ;
(1) Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada
paru –paru.
(2) Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding
dada.
(3) Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu
membentuk kantong tertutup yang disebut rongga pleura
(cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan
pleura yang diproduksi oleh selaput tersebut
b. Mediastinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-
paru. Isinya meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah
besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena
kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar
kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).
5
Hubungan dengan kasus
Luka tusuk di dada kanan bagian bawah
Ketika inspirasi :
Oleh ↑udara
Tension Pneumotorak
Sesak napas
4. Abdomen
6
a. Anterior
(1) Intraperitoneal
(2) Retroperitoneal
(3) Pelvis
c. Kuadran Abdomen :
7
Hub. dgn kasus Nyeri tekan KkaA
Pasien luka tusuk dan trauma tumpul disertai perdarahan saluran cerna
pasti mengalami kehilangan volume sirkulasi (hipovolemik). Tubuh sebenarnya
punya mekanisme kompensasi terhadap kehilangan ini dalam batas tertentu
melalui mekanisme neuronal dan humoral.
8
Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana aliran darah
akan dipertahankan secara konstan melalui systemic mean-aliran darah arterial
arterial dipertahankan dalam rangeyang cukup luas. Ginjal juga mentoleransi
penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktuyang cepat dan aliran darah pada
intestinal akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splansnik. Pada
kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah
kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
C. INTERPRETASI PEMERIKSAAN
1. Kesadaran
a. Roni terlihat cemas, mata terbuka spontan, mampu menggerakkan
lengan sesuai perintah, dan mampu menjawab pertanyaan dengan
benar.
b. Nilai GCS =15 normal
Skor Glasgow Coma Scale 15: Penderita sadar dan berorientasi.
Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam
deskripsi beratnya penderita cedera otak. Ada 3 komponen utama
yang dinilai, yaitu respon buka mata (skor maksimal: 4), respon
motorik terbaik (skor maksimal: 6), respon verbal (skor maksimal:
5). Pada kasus, Roni mampu membuka mata secara spontan,
mematuhi perintah ketika diperintahkan menggerakkan lengan, dan
mampu menjawab pertanyaan (seperti nama) dengan benar, artinya
skor GCS 15 yang juga berarti bahwa penderita sadar dan
berorientasi.
2. Vital sign
a. Hearth Rate 115 x/min: normalnya 60-80 kali/menit pada usia Roni
(18 tahun); Roni mengalami takikardi, merupakan mekanisme
kompensasi jantung untuk mencukupi kebutuhan darah di perifer
sehingga oksigen yang terangkut cukup untuk perfusi. Dapat juga
merupakan tanda-tanda syok.
9
b. Tekanan Darah 100/60 mmHg: tekanan darah normal 120/80
mmHg; Roni mengalami hipotensi à dikarenakan tension
pneumothoraksàtekanan intratorakal meningkatàpenekanan pada
vena cava inferior dan superioràaliran darah balik ke jantung
turun ,preload turun dan afterload turun.
3. Kepala
10
b. Trakea sedikit bergeser ke kiri: kata yang lebih baik dipakai
ialah terdorong ke kiri, karena bergeser bisa karena ditarik atau
didorong. Sedangkan pada kasus, trakea terdorong ke kiri, karena
ada yang mendorongnya dari kanan yaitu rongga pleura yang berisi
udara.
5. Dada
a. Inspeksi
11
perdarahan yang berkumpul di rongga dada dapat memperberat
kolapsnya paru.
b. Auskultasi
12
(1) Bising nafas di dada kanan lebih lemah dibandingkan dada kiri :
menandakan adanya udara pada rongga pleura. Juga bisa
diartikan bahwa paru kanan kolaps akibat adanya penekanan
oleh plura terhadap paru.
(2) Suara jantung normal teratur tapi berdetak cepat : takikardi,
kompensasi dari cemas dan hipoksia.
c. Palpasi
(1) Nyeri tekan di sekitar luka tusuk: pertimbangan adanya fraktur
tulang iga, kerusakan otot antar iga, peradangan yang
mengiritasi serabut saraf nyeri, serta perdarahan intraabdomen.
d. Perkusi
(1) Perkusi sonor di dada kiri atas dan bawah : suara normal pada
paru rongga pleura paru kiri tidak berisi udara.
(2) Perkusi hipersonor di dada kanan atas : Adanya udara dalam
rongga pleura.
(3) Perkusi redup di dada kanan bawah: normalnya memang redup
karena ada hati
6. Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
Bising usus 2x/menit: normalnya 5-12 kali/menit, pada kasus
bising usus menurun. Salah satu tanda perdarahan intraabdomen
13
c. Perkusi.
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas: Salah satu tanda perdarahan
intraabdomen.
7. Eksremitas
takipnea kompensasi
↓tek. hipotermi
darah a
14
D. Penegakan Diagnosis
b. Listen :
(1) Dapat berbicara
(2) Ngorok, kumur-kumur, sridor
c. Feel :
(1) Fraktur
Pada kasus ditemukan pasien dapat menjawab pertanyaan dengan lancar. Dapat
diinterpretasikan airway baik. Tetapi, tetap perlu dilakukan penilaian ulang
3. Breathing
a. Look :
(1) Pergerakan dinding dada
15
(2) Warna kulit
(3) Memar
c. Feel :
(1) Krepitasi
(2) Nyeri
4. Circulation
a. Tingkat kesadaran
b. Warna kulit
c. Nadi
d. Tempat-tempat luka
16
Penurunan volume darah dapat menyebabkan nadi cepat dan kecil, cyanosis, dan
penurunan kesadaran.
5. Disabiliti
a. Tingkat kesadaran (GCS)
b. Ukuran dan reaksi pupil
c. Tanda-tanda laserasi
d. Tingkat cedera spinal
Pemeriksaan Tambahan :
1. X-ray dada
2. Darah rutin, golongan darah
E. Diagnosis Banding
Trauma tajam + + +
Syok + + +
F. Diagnosis Kerja
17
1. Tension Pneumothorax
a. Definisi : Ada udara yang masuk ke rongga pleura tetapi karena suatu
mekanisme ventil, maka udara tidak bisa keluar atau terperangkap di
rongga pleura.
b. Etiologi :
c. Manifestasi klinis
-Cemas -Tachypnea
-Tachycardi -Hipersonor
-Vesikular turun
-Sianosis -Hipotensi
2. Hemotoraks
18
a. Klasifikasi keparahan hemotoraks
Besarnya Penanganan
Hemotoraks masif yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1.500 cc di
dalam rongga pleura. Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak
pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Hal ini juga dapat
disebabkan trauma tumpul.
b. Manifestasi Klinis
Nyeri dada
Tanda syok
Radiologi :
19
Cairan tampak di basis paru
Terapi awal hemotoraks masif adalah penggantian volume darah yang dilakukan
bersamaan dengan dekompresi rongga pleura.
infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemberian
darah dengan golongan spesifik secepatnya.
Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok
untuk autotransfusi.
Bersamaan dengan pemberian infus, sebuah selang dada (chest tube) no. 38
French dipasang setinggi puting susu, anteriordari garis midaksilaris lalu
dekompresi rongga pleura selengkapnya.
3. SYOK
a. Definisi
Syok hipovolemik adalah syok yang disebabkan karena kehilangan cairan dalam
waktu singkat dari ruang intravaskuler, misalnya karena perdarahan (Syok
Hemoragik).
b. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif: cemas, gelisah, perasaan akan mati mual, capek lemah, haus.
20
System sirkulasi : ekstrimitas pucat, dingin, dan berkeringat dingin, nadi
cepat dan lemah.
Sistem Kulit/ otot : turgor menurun, mata cowong, mukosa lidah kering.
c. Jenis syok
Syok yang disebabkan karena ubuh kehilangan banyak darah, plasma atau cairan
tubuh yang lain, misalnya : pembedahan, trauma, luka bakar atau muntah dan
diare. Kehilang bentuk lain ( third space loss) : peritonitis, ppancreatitis, obstruksi
ileus.
Syok yang terjadi karena penyebaran atau invasi kuman dan toksinya dalam tubuh
yang berakibat vasodilatasi.
21
(4) Syok neurogenik
d. Etiologi
(1) Perdarahan
a.Terlihat luka, hematemesis dari tukak lambung
b. Tidak terlihat perdarahan dari saluran cerna seperti tukak duodenum,
cedera limpa dan hati, kehamilan ektopik, patah tulang pelvis, dan patah tulang
besar atau mejemuk.
(2) Kombustio
(3) Cedera luas atau majemuk, missal luka bakar
(4) Inflamasi luas seperti peritonitis umum (eksudat, infiltrate)
(5) Dehidrasi (suhu tinggi, keringat berlebihan0
(6) Kehilangan cairan usus (ileus, diare, muntah, fistel)
22
Tabel 2- Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah,
(mL/jam)
(Hukum 3:1)
23
Perdarahan intra abdominal seringkali luput dari perhatian.
(1) Trauma pada organ padat seperti hati, limpa dan ginjal
(2) Vascular akibat trauma atau ruptur aneurisma
(3) Perdarahan gastrointestinal seperti varises esofagus, ulkus
dan lain lain
(4) Kelainan ginekologik seperti KET, ruptur kista ovarii, dan
lain sebagainya
b. Manifestasi Klinis
c. Manajemen
(2) Hentikan kerusakan dan perdarahan pada organ yang cedera, menjadi
sumber perdarahan.
G. Penatalaksanaan
24
1. PRIMARY SURVEY
a. Airway dengan kontrol servikal Yaitu dilakukan pada trauma yang
mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai dengan airway, breathing,
dan circulation
(1) Penilaian
(a) Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
(b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
(2) Pengelolaan airway
(a) Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal
in-line immobilisasi
(b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning
dengan alat yang rigid
(c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
(d) Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
Intubasi oro- atau nasotrakeal
Krikotiroidotomi dengan pembedahan
(3) jaga leher dalam posisi netral, Fiksasi leher
(4) Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada
setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran
atau perlukaan diatas klavikula.
25
Kebutuhan untuk perlindungan Kebutuhan untuk ventilasi
airway
• Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Stridor
26
kontrol servikal in-line immobilisasi
(b) Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
(c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks
simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-
tanda cedera lainnya.
(d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
(e) Auskultasi thoraks bilateral
(2) Pengelolaan
(a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask
11-12 liter/menit)
(b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
(c) Menghilangkan tension pneumothorax dekompresi dengan
pungsi jarum torakostomi menggunakan canula iv 14-16 G
pada pada sela iga 2di garis midklavikula.
(d) Lalu pasang chest tube (WSD) di sela iga 5 sejajar garis
midaxilaris anterior, juga berguna untuk mengeluarkan darah
dari rongga pleura dan menilai beratnya perdarahan yang
terjadi akibat hemotoraks.
(e) Menutup open pneumothorax dengan balut 3 sisi
(f) Memasang pulse oxymeter
27
28
Gambar skema pemasangan WSD
29
sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes
kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-
match serta Analisis Gas Darah (BGA). Pemasangan dapat
dilakukan di
- Perifer (v. lengan bawah),
- Akses PD sentral (v. femoralis, jugularis,
subclavia, safena)
d. Disability
(1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
(2) Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
e. Exposure/Environment
(1) Buka pakaian penderita
(2) Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada
ruangan yang cukup hangat.
F. Tambahan
30
Pasang monitor EKG
Pasang kateter uretra dan NGT kecuali bila ada kontra indikasi dan monitor
urin setiap jam
Pertimbangkan kebutuhan untuk mendapatkan foto rontgen
Pertimbangkan kebutuhan DPL atau USG abdomen
II. Resusitasi fungsi vital dan Reevaluasi
Terdiri atas riwayat AMPLE dari penderita , keluarga dan lakukan penilaian
secara menyeluruh. Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan
kewaspadaan yang tinggi terhadap adanya trauma – trauma yang bersifat khusus.
Dilakukan setelah hemodinamik penderita stabil
3. Toraks
Penilaian : IPPA
Pengelolaan :
(a) Dekompresi rongga pleura dengan jarum atau tube thoracostomi sesuai
indikasi
31
4. Abdomen
Penilaian :
Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk adanya trauma tajam
atau tumpul dan adanya perdarahan internal
Auskultasi bising usus
Perkusi abdomen untuk menemukan nyeri lepas
Palapasi abdomen untuk nyeri tekan defans muskuler, nyeri lepas yang jelas
atau uterus yang hamil
Dapatkan foto pelvis
Bila diperlukan lakukan DPL atau USG abdomen
Bila hemodinamik normal lakukan CT SCAN
Pengelolaan
1. Pembedahan
1. Kebocoran paru yang massif sehingga paru tak dapat mengembang (bullae
/ fistel Bronkhopleura).
2. Pneumotoraks berulang.
4. Pneumotoraks bilateral.
32
5. Indikasi social (pilot, penyelam, penderita yang tinggal di daerah
terpencil)
Teknik bedah
Tindakan bedah yang dilakukan adalah pemasangan WSD untuk evakuasi darah
atau hematoma dari dalam rongga pleura.
1. Perdarahan massif (jumlah produksi darah yang diukur melalui WSD >750
cc)
2. Pada observasi bila produksi darah setelah pemasangan WSD lebih dari 3-
5 cc/kg BB/jam atau 3-5 cc/kg BB/jam selam 3 jam berturut-turut.
4. penderita yang pada awalnya darah yang keluar kurang dari 1.500 ml,
tetapi pendarahan tetap berlangsung kehilangan darah terus menerus
sebanyak 200 cc/jam dalam waktu 2 sampai 4 jam
5. Luka tembus toraks di daerah anterior medial dari garis puting susu dan
luka di daerah posterior, medial dari skapula harus disadari oleh dokter
bahwa kemungkinan dibutuhkan torakotomi, oleh karena kemungkinan
melukai pembuluh darah besar, struktur hilus dan jantung yang potensial
menjadi tamponade jantung.
33
H. Prognosis
Bonam
I. Komplikasi
a. Kegagalan pernafasan
b. Kematian
c. Fibrosis atau parut dari membran pleura
d. Syok
e. Empiyema
Syok: 3b
34