Anda di halaman 1dari 4

Analisis

Pada praktikum pengamatan kapang pada makanan ini diperlukan beberapa jenis makanan
yang telah berjamur. Makanan ini antara lain, roti yang telah berjamur, buah yang berjamur,
dan juga susu. Dari pengamatan yang diperoleh bahwa pada sampel roti yang pertama
ditemukan jenis jamur dengan ciri-ciri morfologi tidak berwarna, miselium pendek, sifat
serupa serbuk, tidak memiliki sekat hifa bentuk spora bulat, jenis kapang pada roti ini
diperkirakan yaitu rhizopus sp, hal ini juga serupa ditemukan pada sampel roti yang kedua,
dengan ciri-ciri morfologi berwarna hijau, miselium panjang, sifat serupa kapas, dan pada
pengamatan ini kapang jenis ini tidak memiliki spora, kapang ini juga diperikiran yaitu
Rhizopus sp. Pada buah yang sudah busuk juga ditemukan beberapa jenis kapang, pada buah
markisa ditemukan kapang dengan ciri-ciri morfologi koloni berwarna hitam, miselium
panjang, memiliki sekat hifa, terdapat spora berberntuk bulat. Pada buah anggur juga
ditemukan kapang dengan ciri-ciri morfologi koloni berwarna hitam, miselium panjang, sifat
serupa kapas, hifa tidak bersekat, memiliki spora berbentuk bulat. Selanjutnya, pada sisa susu
yang telah busuk dimana ditemukan kapang dengan ciri-ciri morfologi berwarna kuning,
miselium panjang sifat serupa seerbuk, hifa bersekat, terdapat spora dengan bentuk bulat,
kapang pada susu ini merupakan jenis Aspergillus sp.

Pembahasan

Secara umum, jamur tersusun atas hifa-hifa dimana hifa ini ada yang bersekat dan ada
yang tidak bersekat, kemudian masing-masing hifa berkumpul menjadi miselium. Hifa adalah
benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi membran
plasma dan sitoplasma. Jamur sederhana berupa sel tunggal atau benang-banang hifa saja.
Jamur tingkat tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebut prosenkim atau pseudoparenkim.
Prosenkim adalah jalinan hifa yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang
lebih padat dan seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berguna untuk
mengatasi kondisi buruk yaitu rhizomorf atau sklerotium. Ada pula yang disebut stroma yaitu
jalinan hifa yang padat dan berfungsi sabagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam
bagian lainnya (Sasmitamihardja, 1990). Sebagian besar jamur membentuk dinding selnya
dari kitin, yaitu suatu polisakarida yang mengandung pigmen-pigmen yang kuat namun
fleksibel (Kimball, 1999).

Jamur terbagi menjadi beberapa kelas :


a. Chitridiomycetes
Sebagian besar Chitridiomycetes adalah organisme aquatik. Chitridomycetes
merupakan jamur yang berflagel. Cara penyerapan makanannya dengan cara absorbsi,
dinding selnya terbuat dari kitin. Sebagian besar Chitridiomycetes membentuk hifa
senositik dan spora berflagel tunggal atau disebut zoospora (Campbell et al., 2003).
b. Zygomycetes
Anggota Zygomycetes memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti
disebut hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini saprofit. Berkembang biak secara
aseksual dengan spora, dan secara seksual dengan zigospora. Ketika sporangium
pecah, sporangiospora tersebar, dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh
menjadi individu baru.
c. Ascomycetes.
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang didalamnya terdapat spora yang
disebut askospora. Setiap askus biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini
memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium konidium (aseksual) dan
stadium askus (seksual). Sebagian besar Ascomycetes bersifat mikroskopis dan hanya
sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh buah.
d. Basidiomycetes
Kebanyakan anggota Basidiomycetes adalah jamur payung dan cendawan.
Basidiomycetes mempunyai hifa yang bersekat, fase seksualnya dengan pembentukan
basidiospora yang terbentuk pada basidium sedangkan fase aseksualnya ditandai
dengan pembentukan konidium. Konidium maupun basidiospora pada kondisi yang
sesuai dapat tumbuh dengan membentuk hifa bersekat melintang yang berinti satu
(monokariotik). Selanjutnya, hifa akan tumbuh membentuk miselium (Campbell et
al., 2003).

Berdasarkan hasil pengamatan kapang kontaminan, didapatkan beberapa jenis kapang


pada makanan. Pada sampel roti yang pertama ditemukan kapang dengan ciri-ciri morfologi
ciri-ciri morfologi tidak berwarna, miselium pendek, sifat serupa serbuk, tidak memiliki sekat
hifa bentuk spora bulat, jenis kapang pada roti ini yaitu rhizopus sp, hal ini juga serupa
ditemukan pada sampel roti yang kedua, dengan ciri-ciri morfologi berwarna hijau, miselium
panjang, sifat serupa kapas, dan pada pengamatan ini kapang jenis ini tidak memiliki spora,
kapang pada roti ini yaitu Rhizopus sp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada
roti. Selain itu kapang ini juga tumbuh pada sayuran, dan buah-buahan. Spesies rhizopus
yang umum ditemukan pada roti yaitu Rhizopus stolonifer dan Rhizopus nigricans. Selain
merusak makanan sebagian Rhizopus digunakan untuk beberapa makanan fermentasi
tradisional seperti, Rhizopus oligosporus dan Rhizopus orizae yang digunakan dalam
pembuatan berbagai macam tempedan oncom hitam (Johnson,1993).

Sedangkan pada susu yang telah basi dan juga pada buah anggur yang telah busuk
ditemukan jenis kapang dengan ciri-ciri morfologi berwarna kuning, miselium panjang sifat
serupa seerbuk, hifa bersekat, terdapat spora dengan bentuk bulat, kapang pada susu ini
merupakan jenis Aspergillus sp.dan pada buah anggur juga ditemukan kapang dengan ciri-ciri
morfologi koloni berwarna hitam, miselium panjang, sifat serupa kapas, hifa tidak bersekat,
memiliki spora berbentuk bulat ini juga merupakan jenis kapang Aspergillus sp. Hal ini
sesuai dengan teori yang ada, yang menyatakan bahwa Kapang Aspertgillus sp ini tumbuh
optimum pada rentang suhu antara 0-2500 C, termasuk dalam rentang suhu lemari pendingin,
dan pada kondisi pH 3,2 sampai 3,8. Kontaminan jenis ini banyak ditemukan pada buah apel
maupun pada produk turunannya seperti jus apel. Kapang ini dapat tumbuh juga pada roti-
rotian, kacang-kacangan,buah pir, anggur, sayuran, biji-bijian sereal, dan susu (Ratna, 2011).
DAFTAR RUJUKAN

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R. et al.
safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga, Jakarta.

Kimball, John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2. Alih Bahasa: Siti Soetarmi
Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.

Ratna, T. 2011. Waspadai Kapang. (Online), http://www.biologi.lipi.go.id/bio, diakses pada


tanggal 14 Maret 2018.

Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah H.S. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.


Bandung: FMIPA-ITB.

Anda mungkin juga menyukai