Aritmia jantung adalah penyakit kritis yang sering terjadi. Aritmia seperti ventrikel takikardi,
ventrikel fibrilasi, AV blok komplit sangat mengancam kehidupan dan membutuhkan
penanganan darurat dan segera. Faktor pencetusnya harus dicari dan diatasi. Status kardiak
harus dievaluasi, aritmia sering terjadi pada pasien dengan gangguan struktur jantung dan
sering menyebabkan gangguan hemodinamik ketika fungsi jantung buruk. Pemeriksaan
mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
I. Elektrofisiologi Dasar
Membran fosfolipid memiliki gerbang ion seperti natrial (Na), kalium (K), dan
kalsium (Ca) dimana ion-ion tersebut dapat berpindah dan dapat mencetuskan potensial
listrik. Pompa Na-K membawa Na+ melalui energy atau mengikuti gradient konsentrasi untuk
ditukarkan dengan K+ masuk ke dalam sel, sehingga konsentrasi K+ tinggi di intra sel, dan
Na+ tinggi di ekstra sel. Sel-sel jantung diperantarai oleh intercalated disc yang dapat dengan
cepat menghantarkan konduksi dan impuls listrik antarsel.
Potensial Aksi
Bagian dalam sel yang sedang istirahat memiliki potensial negatif dibandinghkan dengan di
bagian luar sel, biasanya -50 sampai -90 mV. Adanya stimulus akan menurunkan
(depolarisasi) potensial membrane hingga mencapai potensial aksi. Semua kejadian ini adalah
respon all or none, yang artinya stimulus yang lebih besar tidak akan meningkatkan respon
potensial aksi. Potensial aksi akan mengkonduksi seluruh sel dan meninisiasi mekanikal
kontraksi.
Berikut terdapat 5 fase :
1. Fase 0 : depolarisasi cepat dari membrane sel. Influks Na+ dengan cepat ke dalam
kanal ion yang terbuka menyebabkan perubahan cepat potensial membrane dari -90
mV menjadi +30 mV. Potensial aksi dari Sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV)
node dan peacemaker lain memiliki fase 0 yang lambat berhubungan dengan
pembukaan kanal ca yang lambat. Konduksi pada AV node akan mengalami delayed.
2. Fase 1 : Repolarisasi awal inkomplit dari membrane sel, mencapai 0 mV
3. Fase 2 : bersifat lambat, terdapat perpanjangan repolarisasi plateu. konduksi ion untuk
semua membrane berjalan lambat.
4. Fase 3 : Repolarisasi cepat terjadi, dan kembali ke potensial membrane
5. Fase 4 : Ini adalah elektrikal stabil untuk sel yang bukan peacemaker. Pada SA dan
AV node dan peacemaker lain, potensial mebran istirahat tidak pernah terjadi, tapi
secara bertahap terus mengalami depolarisasi, pada akhirnya mencapai ambang dan
terjadi potensial aksi yang dapat mengkonduksi sel otot jantung yang lain.
1. Automatisasi : adalah kemampuan dari sel peacemaker untuk memulai dan mengatur
ritme jantung. SA node mengendalikan peacemaker lain dan menginisiasi ritme
jantung. Jika SA node gagal, peacemaker lain biasanya akan menyediakan emergency
‘escape’ ritme. Automatisasi dapat terganggu oleh pengaruh otonom dan beberapa
obat seperti B-simpatomimetik yang dapat meningkatkan automatisasi
2. Eksitabiliti : Kemampuan sel untuk merespon berbagai stimulus. Ambang dari
eksitasi adalah stimulus yang dapat mencetuskan potensial aksi. Eksitabiliti dapat
meningkat jika
3. Refrakter : periode post eksitasi yang tidak dapat dirangsang kembali. Periode
refrakter absolout diikuti oleh peride relative ketika hanya stimulus yang kuat yang
dapat mencetuskan potensial aksi.
4. Konduksi : Kemampuan untuk menyebarkan proses eksitasi ke sel sebelahnya. Ketika
sel yang pertama telah aktif, sel tersebut akan menghantarkan impuls ke sel
sebelahnya dan begitu seterusnya, sampai seluruh atrial dan ventrikel terstimulasi.
Normalnya, koneksi antara atrial dan ventrikel hanya AV node. Kecepatan konduksi
berbeda pada berbagai jaringan konduksi, yang tercepat sistem his-purkinje, dan yang
terlambat AV node
Aritmia dapat terjadi sebagai akibat dari impuls yang abnormal atau gangguan dari
konduksi impuls.
Konduksi impuls jantung yang delay dan blok dapat menyebabkan takiaritmia atau
bradiaritmia.
1. Re-entry : terjadi ketika satu impuls mengaktivasi dua grup yang sama atau lebih.
Kardiak impuls normal dari SA node akan dipadamkan jika seluruh sel menjadi
refrakter. Ketika terdapat hambatan atau blok, kelompok sel yang terdepolarisasi
menjadi tidak rfrakter, tapi dapat kembali tereksitasi sebelum impuls awal hilang. Sel
ter sebut akan re-eksitasi sel-sel lain yang sekarang telah pulih dari depolarisasi awal,
ini disebut re-entry. Re-entry berperan dalam kebanyakan takiaritmia.
Syarat re-entry :
Hambatan pada impuls pada satu cabang sirkuit
Konduksi yang lambat pada sirkuit yang lain
Impuls kembali ke sisi yang berlawanan secara langsung selama jalur awal
terhambat, untuk kembali masuk dan kembali mengeksitasi proksimal jaringan
yang terhambat.
2. Blok : Kardiak impuls dapat terkonduksi pada kecepatan yang lambat atau block.
III. Management Pasien dengan Aritmia Jantung
Anamnesis dengan hati-hati sangatlah penting. Pertanyaan spesifik harus ditanyakan, seperti
palpitasi, sinkop, nyeri dada, nafas pendek, penyakit jantung iskemik, gagal jantung
kongestif, penyakit katup jantung, tiroksikosis, terapi diuretic tanpa suplemen kalium
adekuat. Riwayat keluarga membantu untuk menghubungkan aritmia dengan kelainan
kongenital seperti sindrom QT memanjang dan obstruktif cardiomiopati hipertrofi.
Pemeriksaan fisik untuk kelainan jantung struktural dan menilai hemodinamik.
Manuver Vagal
VT tidak dapat diatasi dengan maneuver vagal. pijat sinus carotis yang paling sering
digunakan. Menempelkan air es ke wajah juga dapat digunakan. Penekanan bola mata harus
dihindari untuk mencegah kerusakan pada mata. Pijat sinus karotis dilakukan pada pasien
dalam keadaan berbaring, dengan kepala di ekstensikan, dan menghadap ke sisi yang tidak di
pijat. Setelah auskultasi untuk menyingkirkan bruit carotis, lakukan palpasi dengan
menempatkan 2 jari anterior otot sternocleidomastoideus, tepat di bawah sudut rahang.
Pemijatan dilakukan pada satu sisi dan jangan dilakukan pada kedua sisi. Dikontraindikasikan
pada pasien gangguan serebrovaskular.
Pemeriksaan Penunjang
12 lead EKG harus selalu dilakukan dengan strip yang panjang, biasanya lead II atau V1. Jika
gelombang P tidak tampak, aktivitas atrial dapat direkam dengan electrode esophagus yang
dipasang melalui central venous kateter atau kateter arteri pulomaer. Holter monitoring
dilakukan untuk 24-72 jam.
IV. Management Artimia Spesifik
Terapi aritmia memiliki dua aspel : terminasi keadaan akut dan pencegahan jangka
panjang. Untuk pemilihan terapi, bergantung pada diagnosis irama, keadaan hemodinamik,
etiologi aritmia, dan prognosis (resiko sudden death dan komplikasi jangka panjang)
A. Irama Sinus
Irama sinus normal adalah impuls jantung yang berasal dari SA node dengan kecepata 60-100
kali/ menit.
EKG
Pada sinus aritmia gelombang P selalu ada di sisi kanan, diikuti oleh gelombang QRS.
B. Sinus Takikardi
EKG
Sama dengan irama sinus dengan gelombang P dan QRS normal, namun kecepatan lebih dari
100 x/ menit.
Gejala Klinis
Sinus takikardi biasanya adalah respon fisiologis dari olahraga, emosi, atau demam. Jika
tidak ada cari penyebabnya seperti anemia, gagal jantung, sepsis, dan tiroksiskosis, atau
kemungkinan salah diagnosis seperti atrial fluter dengan 2 :1 AV blok.
Terapi
Atasi penyebabnya.
C. Sinus Bradikardi
EKG
Sama dengan irama sinus normal hanyak kecepatan kurang dari 60x/ menit.
Gejala Klinis
Sinus bradikardi sering merupakan keadaan fisiologis dari atlit dan selama tidur. Dapat juga
disebabkan oleh miokard infark inferior, sick sinus syndrome, obat seperti β-adrenergik
bloker, kalsium chanel bloker, ikterus, peningkatan TIK, dan hipotiroidisme
D. Denyut Ektopik
Impuls prematur yang berasal dari atrial, AV junction, atau ventrikel. Jarak antara denyut
prematur dan irama dominan pendek, disebut sebahai interval coupling.
Aritmia ini sering mencetuskan atrial fibrilasi atau fluter, dan dapat terjadi tanpa kelainan
organic jantung. Faktor pencetusnya adalah alcohol, caffeine, dan merokok.
EKG
Prematur atrial ektopik menghasilkan gelombang P abnormal yang dapat bertumpuk dengan
gelombang T. Prematur atrial ektopik biasanya mengkonduksi ventrikel dengan normal (PR
interval <120 ms) dan diikuti oleh QRS kompleks normal. Terkadang atrial ektopik dapat
menjadi delay atau blok AV node atau bundle branch blok, menghasilkan interval PR yang
memanjang, kompleks QRS yang sempit karena bundle branch block, biasanya sisi kanan, atau
komplit blok pada impuls atrial ( tidak ada QRS setelah P).
Terapi
Terdapat gelombang QRS prematur tanpa didahului oleh gelombang P. Tidak ada terapi yang
dibutuhkan.
Juga disebut denyut prematur ventrikel dan ventrikel prematur complex .Ventrikel tidak
diaktifkan melalui bundle branch dan QRS yang lebar menghasilkan konduksi ventrikel yang
lambat.
EKG
Tidak didahului oleh gelombang P, gelombang QRS prematur yang lebar>120 ms. Biasanya
denyut prematur ventrikel dapat mengkonduksi SA node secara retrograde.
Gejala Klinis
VEB yang singkat, pendek dan tidak menjadi VT, tidak beresiko untuk mengalami
kematian mendadak dan bersifat asimtomatik. Bagaimanapun, pada akut miokard infark VEB
yang sering dapat menjadi ventrikel fibrilasi atau VT berkepenjangan. Pada situasi ini
profilaktik IV lignocaine tidak direkomendasikan jangka panjang karena dapat meningkatkan
mortalitas. Namun IV β-adrenergik bloker dapat mempertingg angka kehidupan. Mengatasi
VEB jangka panjang dengan antiaritmia kelas 1 c (flecainidedan encainide) dapat
meningkatkan mortalitas. VEB juga dapat merupakan bagian dari kardiomiopati, penyakit
katup jantung, miokarditis, faktor pencetus dari non kardiak seperti gangguan asam basa dan
elektrolit, hipoksia, dan digoksin.
Terapi
E. Parasistol
Parasistol ventrikel dihasilkan dari suatu focus automatis regular di ventrikel. Fokus
ini terlindungi dari SA node. Coupling interval dan fusion beats sering terjadi, terkadang
ventrikel dapat terdepolarisasi sebagian oleh impuls dari atrial melalui AV node, dan
sebagian dari fokus parasistol. Parasistol dapat juga dapat terjadi pada atrial dan AV junction.
F. Irama Escape
Ketika SA Node gagal atau konduksi normal terhambat, peacemaker lain akan
menggantikan irama jantung ‘escape’. Interval escape selalu lebih besar daripada siklus
normal. Denyut escape biasanya berasal dari AV junction dengan QRS sempit dan 40-60
kali/ menit atau dari ventrikel dengan QRS lebar dan 20-40 kali/ menit.
Terapi
Irama escape tidak boleh ditekan dengan obat. Terapi biasanya tidak diperlukan
kecuali kalau pasien simpromatik. IV Atropin atau alat pacu jantung dapat digunakan.
G. Supraventrikular Takikardi
SVT muncul dari atrial atau AV junction dan biasanya mengkonduksi cepat melalui
bundle branch ( QRS sempit). Membingungkan jika diberi nama takikardi dengan kompleks
sempit. Sistem yang digunakan mengklasifikasikan SVT menjadi atrial atau AV junction.
AV Junction Takikardi
AV node atau junction merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sirkuit
takikardi, yaitu AV nodal re-entry takikardi (AVNRT) dan AV re-entry takikardi (AVRT).
Atrial Takikardi
Jaringan atrial dibutuhkan untuk awal dan pemeliharaan takikardi. AV node hanya
sebagai pengamat. contohnya atrial fluter dan fibrilasi. Terkadang SVT tidak dapat
terdiagnosis dan lebih sering disebut takikardi kompkes sempit regular. Manuver vagal dan
obat yang memperpanjang fase refrakter AV node seperti adenosine dapat membantu
diagnosis. Jika terdapat AV blok temporer dan tanpa perubahan dkecepatan denyut atrial,
berarti berasal dari atrial. sedangkan jika terdapat perubahan dari takikardi, berarti berasal
dari AV junction.
Re-entry takikardi hanya terbatas pada AV node. Konduksi anterograde terjadi pada
jalur lambat, dan konduksi retrograde terjadi pada jalur cepat.
EKG
Takikardi regular dengan kompleks sempit (140-220 kali/ menit) dengan onset dan
terminasi yang tiba-tiba. Gelombang P tidak terlihat karena tertutup oleh gelombang QRS.
Gejala Klinis
AVNRT adalah aritmia yang sering, yang tidak berhubungan dengan gangguan
jantung. Gejala utama adalah palpitasi.
Terapi
Pencegahan
Episode berulang yang sulit diatasi dari AVNRT dapat diobati dengan radiofrequency
ablasi melalui kateter transvenosa untuk menghilangkan sirkuit re-entry secara permanen.
Jalur re-entry terdiri dari AV node dan jalur aksesorisyang memotong AV node. EKG
akan menunjukkan pre-eksitasi. Bagaimanapun, jalur aksesoris hanya mengkonduksi secara
retrograde dari ventrikel ke atrial. Kemudia gambaran pre eksitasi pada EKG akan
tersembunyi di dalam irama sinus.
EKG
EKG sama dengan AVNRT. Bagaimanaupun panjang sirkuit re-entry lebih besar, dan
jalur aksesoris terpisah jarak dari AV node. Maka dari itu, membutuhkan waktu agar impuls
dapat sampai kembali ke atrial, jadi gelom P retrograde muncul setelah gelombang QRS, dan
terkadang dipisahlan jarak.
Gejala Klinis
AVRT sama dengan AVNRT. Meskipun konduksi antegrade melalui jalur aksesoris
dapat terjadi sangat cepat pada WPW syndrome, sehingga dapat mencetuskan AF.
Terapi
Terapi untuk keadaan akut sama dengan AVNRT, tapi verapramil harus dihindari
untuk WPW syndrome yang dapat memblok AV node, memfasilitasi konduksi yang sangat
cepat ke ventrikel melalui jalur aksesoris.
Pencegahan
Obat seperti sotalol dan flecainidedapat mencegah takikardi berulang. Dapat juga
diobati dengan ablasi radiofrequency untuk menghilangkan jalur aksesoris.
Peningkatan automatisitas dari AV junction (lebih dari 40-60 kali/ menit) adalah
penyebab dari aritmia jenis ini. Istilah yang sering digunakan adalah takikardi AV junction
non paroksismal adalah menyesatkan, kecepatan junction adalah 60-100 kali/ menit dan
bukan takikardi.
EKG
Gambaran EKG dengan kompkleks sempit regular (60-130 kali/ menit), sering
dengan aktivitas atrial yang independent.
Gejala klinis
Dapat ditemukan pada orang normal, tapi lebih sering berhubungan dengan gangguan
struktural pada jantung, khususnya berhubungan dengan miokard infark inferior. Intoksikasi
digoksin juga merupakan sebab lain yang penting.
Terapi
Pada banyak kasus, irama bersifat sementara dan ditoleransi dengan baik, tidak
dibutuhkan terapi apapun. Terapi ditujukan pada penyakit penyebabnya.
Ini terkadang disebut takikardi atrial ektopik untuk membedakannya dengan atrial
takikardi. Bagaimanapun tidak cocok jika menyebut atrial takikardi menjadi atrial takikardi
paroksismal. Definisi paroksismal adalah onset dan terminasi hyang terjadi secara tiba-tiba,
dan ini jarang terjadi pada atrial takikardi unifokal. Manuver vagal tidak akan mengakhiri
aritmia.
EKG
Gejala Klinis
Terapi
Disini terdapat denyut atrial yang ireguler, biasanya 100-130 kali/ menit, dengan
morfologi gelombang P yang bervariasi. Kebanyakan gelombang P mengkonduksi ventrikel,
biasanya dengan gelombang QRS yang sempit.
Gejala Klinis
Takikardi atrial multifokal sering salah diagnosis dan tidsk dapat diterapi seperti AF.
Aritmia ini terjadi dan sering pada pasien tua dengan penyakit kritis dengan penyakit paru
kronik, serta berhubungan dengan tingakt mortalitas yang tinggi dengan penyakit yang
mendasarinya. Theofilin diduga sebagai faktor presipitasi, dan lebih jarang pada digoksin.
Terapi
Terapi harus memperbaiki penyakit penyebabnya seperti gangguan asam basa dan
elektrolit, intoksikasi teofilin. Reversi sponta sering terjadi, dan beberapa pasien
membutuhkan terapi antiaritmia. β-adrenergik bloker mungkin lebih efektif dibandingkan
verapramil, tapi harus dihindari pada penyakit paru obstruktif. Digoksin tidak efektif.
H. Atrial Fluter
Kecepatan kalsik untuk atrial fluter adalah 250-350 kali/ menit, dan pada kebanyakan
kasus mendekati 300 kali/ menit. Atrial fluter disebabkan karena sirkuit re-entry pada atrial
kanan.
EKG
Atrial fluter lebih jarang terjadi dibandingkan dengan AF. Ini mungkin terjadi pada
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati, penyakit jantung rematik, tiroksikosis, dan setelah
operasi jantung. Penyakit jantung struktural lebih jarang berhubungan dengan AF.
Terapi
Tidak ada obat yang secara nyata menghentikan atrial fluter. Kardioversi dengan DC,
sering dengan energy rendah (25-50J), adalah terapi pilihan. Paju jantung atrial cepat, lebih
cepat daripada kecepatan fluter, dapat menterminasi atrial fluter pada kebanyakan pasien.
Flekainide dan procainamide dapat juga efektif. Bagaimanapun obat antiaritmia kelas 1a dan
1c dapat mencetuskan konduksi AV 1:1. Obat kelas 1 harus dihindari kalau respon ventrikel
lambat dengan kalsium chanel bloker atau beta adrenergic bloker.
I. Atrial Fibrilasi.
AF adalah artimia yang sering membutuhkan terapi atau perawatan di rumah sakit.
Insiden meningkat dengan penambahan usia, 5% dengan usia 70 tahun mendapat aritmia ini.
AF sering terjadi pada gagal jantung kongestif (40%), setelah operasi bypass jantung (25-
50%), dan pada pasien penyakit kritis (15%). AF yang idiopatik (tanpa adanya gangguan
struktural jantung) pada pasien berusia kurang dari 60 tahun memiliki prognosis yang sangat
baik., tapi AF yang terjadi setelah operasi byspass jantung berhubungan dengan peningkatan
insiden stoke, aritmia yang mengancam jiwa, lama tinggal di ICU dan tinggal di rumah sakit.
EKG
Aktivitas atrial cepat (350-600 kali/ menit) dan depolarisasi ireguler bervariasi dalam
amplitude dan morfologi (gelombang fibrilasi). Respon ventrikel adalah iteguler.
Kebanyakan impuls atrial tidak dikonduksikan pada ventrikel, menghasilkan kecepatan
ventrikel 100-180 kali/ menit. Komples QRS biasanya sempit.
Gejala Klinis
AF lebih sering terjadi pada pasien dengan gangguan jantung (sebagian dengan
dilatasi atrial kiri) dan elektrofisiolofi atrial yang abnormal. Penyebabnya termasuk penyakit
jantung iskemik dan kelainan katup jantung, hipertensi, gagal jantung, tiroksikosis, dan
kecanduan alcohol. AF dapat juga terjadi setelah operasi jantung dan thoracotomy. AF dapat
berlangsung kronik, atau intermittent dengan serangan yang paroksismal. AF kronik memiliki
prognosis yang bururk. AF berhubungan dengan :
1. Efek pada hemodinamik. Denyut Ventrikel yang cepat dan kehilangan systole dari
atrial dapat meningkatakan pulmonary wedge pressure, ketika stroke volume dan
curah jantung menurun.
2. Emboli sistemik dan stroke. AF meningkatkan resiko untuk terkena stroke non-
hemoragik lima kali lipat.
3. Takikardiomiopati. Kardiomiopati reversibel sekunder dapat meningkatkan denyut
jantung.
Terapi
Reversi spontan dari AF sering terjadi. Terapi mungkin tidak diperlukan, dan strategi
selanjutnya bergantung pada status klinik pasien.
1. Hemodinamik tidak stabil dengan denyut ventrikel yang cepat : DC shock sinkronisasi
segera
2. Hemodinamik stabil, simptomatik dengan fungsi ventrikel kiri yang terdepresi : semi-
urgent DC shock atau terapi utnuk mengontrol kecepatan ventrikel sampai reverse
spontan terjadi. (amiodaron infus 5-7mg/kg BB selama 30 menit, diikuti dengan 50
mg per jam, atau digoksin 15 µg/kg IV selama 1 jam).
3. Hemodinamik stabil, simptomatik, fungsi ventrikel kiri normal : Kontrol kecepatan
ventrikel dengan amiodaron, digoksin, β-adrenergik bloker, atau verapramil
4. Hemodinamik stabil, dengan minimal atau tidak ada symptom : tidak ada terapi yang
segera. pada kebanyakan kasus akan reverse spontan dalam 24 jam.
Terapi untuk mengontrol kecepatan ventrikel dan mencegah stroke emboli. Oral
digoksin merupakan terapi pilihan, tapi obat ini tidak efektif mengontol kecepatan ventrikel
saat berolahraga. Penambahan dosis kecil β-adrenergik bloker atau verapramil mungkin
diperlukan. Jarang, ablasi pada his bundle dengan pemasangan pacu jantung permanen
dibutuhkan untuk kasus yang berat dan refrakter dengan terapi obat.
Antikoagulan harus diberikan pada semua pasien. Resiko untuk stroke emboli
meningkat dengan pembesaran atrial kiri > 45mm, gagal jantung kongestif, penyakit katup
jantung. Warfarin menurunkan insiden dari 8% menjadi 3%, meskipun intracranial hemoragi
terjadi 0,3% per tahun. Dosis rendah warfarin dengan INR 1,5-2,0 efektif dengan beberapa
komplikasi perdarahan. Resiko untuk peningkatan intrakanial hemoragi meningkat 6 kali
lipat dengan warfarin. Pasien di bawah 60 tahun dengan idiopatik AF memiliki insiden yang
sangat rendah untuk non-hemoragik stroke dan aspirin 325mg/ hari direkomendasikan. Pasien
di atas 75 tahun atau dengan diabetes, hipertensi, atau episode emboli sebelumnya, memiliki
insiden stroke sebesar 10%, dan harus mengkonsumsi warfarin.
K. Sindrom Pre-eksitasi
Sindrom pre-eksitasi adalah penambahan jalur aksesoris pada jalur AV. Istilah WPW
sindrom digunakan jika terdapat takikardi.
EKG
Selama irama sinus impuls atrial akan mencapai ventrikel melalui 2 jalur yaitu AV
node dan jalur aksesoris. Konduksi yang terakhir dari atrial ke ventrikel sebelum AV node,
emnghasilkan pre-eksitasi ventrikel dan PS yang pendek. Dalam mencapai ventrikel, impuls
pre-eksitasi tidak dikonduksikan melalui sistem konduksi special. Aktivasi awal ventrikel
akan lebih lambat sampai impuls dari AV node tiba. Depolarisasi ventrikel melalui AV node
dan jalur aksesoris akan menghasilkan fusion beat. Karakteristik EKG untuk WPW adalah
interval PR yang pendek, QRS yang lebar, gelombang delta dan gelombang T yang abnormal.
Polaritas gelombang delta pada EKG 12 lead dapat melokalisasi posisi anatomi dari jalur
aksesoris. Klasifikasikan menjadi tipe A ( kompleks positif di V1) dan tipe B ( kompleks
negatif di V1) tidak membantu.
Gejala Klinis
AVRT atau AF dapat terjadi pada WPW. Selama AVRT, impuls re-entry biasanya
berjalan turun AV node dan kembali melalui jalur aksesoris. gelombang delta tidak tampak.
Biasanya, impuls re-entry akan memotong pada sisi yang berlawanan secara langsung
(menuruni jalur aksesoris, dan naik melalui AV node), menghasilkan takikardi dengan QRS
yang lebar. Terapi sama dengan AVRT yaitu adenosine.
L. Ventrikel Takikardi
VT didefinisikan sebagai tiga atau lebih VEB dengan kecepatan lebih besar dari 130
kali/ menit, dan dapat mencapai 300 kali/ menit. VT yang lebih dari 30 detik dapat jadi
berkepanjangan. VT yang tidak berkepanjangan tidak memberikan gejala, tapi berhubungan
dengan meningkatnya mortalitas pada beberapa pasien seperti setelah miokard infark. VT
dapat bersifat monomorfik dengan morfologi QRS yang sama atau polimorfik.
VT Monomorfik
Ini adalah bentuk terbanyak pada VT. Berhubunagn dengan miokar infark
sebelumnya, dan sering memberikan gejala, seperti palpitasi, nafas yang pendek, nyeri dada,
atau sinkop. Ini dapat menyebabkan Cardiac arrest karena takikardi nya sendiri atau karena
berubah menjadi VF. Mekanisme yang tersering adalah re-entry sekunder menjadi aktivasi
miokard yang homogeny dan konduksi yang lambat melalui jaringan parut dari miokard
infark sebelumnya. Disosiasi AV ( aktivasi independen dari atrial dan ventrikel) terjadi pada
75% kasus, dimana konduksi retrograde dari ventrikel menuju atrial terjadi 25%. Disosiasi
AV adalah diagnostik untuk VT selama takikardi kompleks lebar, namun aktivitas atrial pada
EKG sulit ditemukan.
VT adalah penyebab terbangan untuk takikardi dengan kompleks QRS lebar (QRS>
120 ms), dan semua takikardi jenis ini harus diduga VT sampai diagnosis menyatakan lain.
Kesalahan diagnosis sering terjadi. SVT dengan konduksi aberen sering disalahdiagnosis
sebagai VT. Terapi yang salah dari diagnosis yang salah akan berakibat konsekuensi yang
fatal.
EKG
Kriteria lama ( QRS > 140 ms dan perubahan axis listrik yang ekstrim) tidak
menolong untuk diagnosis aritmia. Kriteria EKG baru membantu diagnosis yang akurat :
Terapi
1. Lignocaine 1,5-2,0 mg/kg IV selama 2-5 menit, diikuti oleh infus 4 mg/ menit untuk 1
jam, kemudian 2 mg/ menit untuk 2 jam, setelah itu 1 mg/ menit, merupakan obat
pilihan, meskipun efikasinya diragukan.
2. Sotalol 0,5-1,5 mg/kg IV selama 5-20 menit mungkin lebih efektif daripada
lignocaine.
3. Procainamide 6-13 mg/kg IV lambat (<50mg/ menit) menunjukkan lebih superior
dibanding lignocaine.
4. Amiodaron 5-7 mg/kg IV selama 30 menit, diikuti oleh infus 50 mf/ jam dapat juga
menterminasi VT, tapi tidak terlalu cepat.
Aritmia ini memiliki kecepatan ventrikel 200 kali/ menit atau lebih, Torsa de pointes
memiliki QT yang memanjang selama irama sinus, dan sering tampak gelombang U.
Gejala Klinis
Terapi
Ini sering secara tidak tepat disebut sebagai VT. Peningkatan automatisasi mungkin
bertanggung jawab atas mekanisme terjadinya aritmia ini.
EKG
Kompleks QRS lebar dengan kecepatan 60-110 kali/ menit. Kecepatan sinus sering hanya
sedikit lebih lambat dibandingkan aritmia, jadi irama yang dominan adalah AIVR intermiten
dan irama sinus. Fusion beat sering terjadi.
Gejala Klinis
Irama ini sering terjadi pada miokard infark inferior. AIVR sering disalah dioagnosis
menjadi VT. Biasanya AIVR sering menyebabkan hemodinamik tidak stabil, biasanya karena
kehilangan sistol arterial. Peningkatan denyut atrial baik dengan atropine atau paju jantung
atrial diperlukan.
N. Ventrikel Fibrilasi
EKG
Gejala Klinis
Terapi
Sesegera mungkin DC shock pada 200J, dan jika tidak efektif ulangi pada 200 dan
360 J. Jangan membuang-buang waktu dengan basic life support jika dapat dilakukan
defibrilasi dengan segera. Setelah itu Lignocaine IV harus segera diberikan, dan atasi faktor
pencetus. Bretylium dapat digunakan untuk VF rekuren.
EKG
EKG menunjukkan kompleks QRS yang lebar >120 ms, r(S)R pada ventrikel kanan di
lead V1 atau V2 (sering berbentuk M), dan S yang luas pada ventrikel kiri, khususnya pada
lead I dan V6. RBBB parsial sama kecuali durasi QRS 110-120ms.
EKG
Kompleks QRS lebar >120 ms, gelombang R primer dan sekunder (RR’, sering
berbentuk M pada leads ventrikel kiri, khususnya V6). Gelombang Q tidak pernah terlihat
pada leads ventrikel kiri. (miokard infark biasanya tidak dapat terdiagnosis dengan adanya
LBBB). LBBB parsial sama, hanya durasi QRS 110-120ms.
Gejala Klinis
LBBB sering berhubungan dengan penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner,
kardiomiopati, atau hipertrofi ventrikel kiri.
P. Hemiblocks
Bundle branch kiri dari His mengkonduksikan impuls ke anterior superior ventrikel
kiri melalui divisi anterior kiri, dank e posterior inferior ventrikel kiri melalui divisi posterior
inferior.
Left axis deviasi biasanya positif pada lead 1, dan negatif pada lead II dan III.
Left posterior hemiblock
Biasanya right axis deviasi, lead I negatif, dan lead III positif. Sebab lain untuk right
axis deviasi adalah hipertrofi ventrikel kanan.
Gejala Klinis
RBBB dengan left anterior hemiblok atau left posterior hemiblok mengindikasikan
defek konduksi ekstensif dan prognosis yang buruk, khususnya pada akut miokard infark.
Q. Hiperkalemi
Serum K yang tinggi dapat membuat perubahan pada EKG. Perubahan awal terdiri
dari T yang tinggi dengan penurunan amplitude gelombang P. Pelebaran kompleks QRS yang
progresif dapat membingungkan dengan RBBB. Cardiac arrest dapat terjadi.
R. Atrioventrikular Block
EKG
PR interval (dihitung dari awal gelombang P sampai awal onset dari QRS) lebih dari
200ms. Setiap gelombang P diikuti oleh QRS. PR interval mungkin memanjang. Gelombang
P tertutup oleh gelombang T sebelumnya.
Gejala Klinis
AV blok derajat pertama sering berhubungan dengan peningkatan reflek vagal, dan
juga berhubungan dengan obat khususnya digoksis, penyakit jantung iskemik (miokard infakr
inferior parsial), dan demam rematik. Biasanya tidak menyebabkan gejala dan tidak
membutuhkan terapi. Jika berhubungan dengan digoksin, obat harus dihentikan atau
diturunkan dosisnya.
AV blok derajat kedua
EKG
Gejala klinis
Kondisi ini secara umum tidak berbahaya, meskipun sering terjadi pada infark
inferior. Terapi jarang dibutuhkan.
Mobitz tipe II
Ini adalah kegagalan intermiten dari konduksi impalas atrial ke ventrikel tanpa
didahului peningkatan interval PR. Ratio antara konduksi dan non konduksi dari impuls atrial
bervariasi, setiap detik atau 4 impuls atrial dapat dikonduksikan (2:1 atau 4:1)
EKG
PR interval konstan. Disini selalu terdapat p-QRS yang konstan dengan ratio
gelombang P 3 atau 4 kali lebih sering daripada QRS.
Gejala Klinis
Aritmia ini terjadi ketika tidak ada impuls atrial yang mengkonduksi ventrikel,
kontraksi atrial dan ventrikel tidak ada hubungannya. SA node biasanya mendepolarisasi
atrial, ventrikel tergantung dari peacemaker lain yang terletak di bawah blok. Peacemaker
lain biasanya dari his bundle dengan kecepatan 40-60 kali/ menit atau lebih distal dari
jaringan ventrikel (kompleks QRS dengan kecepatan 20-40 kali/ menit)
EKG
EKG menunjukkan gelombang P normal yang secara komplit terpisah dari kompleks
QRS. Kecepatan QRS selalu signifikan lebih lambat daripada gelombang P.
Gejala Klinis
Penyebab yang tersering adalah fibrosis idiopatik dari sistem konduksi. penyebab lain
seperti infark miokars, penyakit katup jantung, operasi jantung dan kelainan kongenital dari
blok jantung komplit. Pacu jantung biasanya dibutuhkan untuk meningkatkan denyut jantung
dan curah jantung.
Pada bentuk kongenital, memiliki irama escape dengan denyut ventrikel yang relative
cepat, dan pasien mungkin asimptomatik untuk beberapa tahun.
S. Sinoatrial Block
SA blok terjadi ketika impuls yang berasal dari SA node tidak dapat ditransmisikan ke
seluruh atrial. Dua tipe secara klinis, yaitu SA blok derajat dua dan SA blok derajat tiga.
Seperti bradikardi yang lain, irama escape dapat terjadi.
EKG
EKG
Disini tidak ada gelombang P dengan terlihat garis isoelektrik pada EKG, sampai
irama escape terjadi atau irama sinus telah kembali.
Terapi
SA blok berhubungan dengan maneuver vagal yang berlebihan (muntah atau miokard
infark inferior). SA blok derajat dua dan tiga biasanya tidak membutuhkan terapi jika tidak
ada gejala. Jika curah jantung tidak adekuat, atropine 0,6 mg IV (diulang kalau perlu) atau
paju jantung atrial mungkin diperlukan.
Ini terdiri dari beberapa abnormalitas sinus node, termasuk sinus bradikardi, SA blok,
atau sinus arrest. Ketika sinus bradikardi atau SA blok terjadi, irama escape junctional sering
terjadi. Disini juga mungkin terdapat abnormalitas dari konduksi AV. AF paroksismal atau
atrial fluter mungkin terjadi dengan episode dari baradikardi ( bradikardi-takikardi sindrom).
Gejala Klinis
Bradikardi yang berhubungan dengan SSS akan mencetuskan pingsan atau hamper
pingsan. SSS sering tidak berhubungan dengan penyakit jantung struktural, tapi mungkin
terjadi pada jantung iskemik atau kelainan jantung kongenital.
Terapi
Klasifikasi :
1. Cardioinhibitory : Ventrikel asistol > 3s dengan pijat sinus karotis. Pacu jantung
biasanya akan mencegah bradikardi
2. Vasodepressor : Lebih sering terjadi hipotensi daripada bradikardi. Tidak memerlukan
alat pacu jantung.