STRUKTUR JEMBATAN
OLEH :
E1A1 14 016
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2018
1. Gambaran Singkat Mengenai Jembatan Prategang
Serat Bawah
b. Sistem prategang yang merupakan kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
mutu tinggi. Konsep ini merupakan kombinasi dua material yang
menggambarkan bahwa beton merupakan material yang menahan gaya tekan
dan baja merupakan material yang menahan gaya tarik. Kedua gaya tersebut
membentuk kopel gaya yang berfungsi untuk menahan gaya eksternal.
Gambar 3. Kombinasi Baja Mutu Tinggi dan Beton Mutu Tinggi
(Sumber: Desain Struktur Beton Prategang, T.Y. Lin & Ned H. Burns)
Dimana:
Wb : beban merata akibat gaya prategang
a. Pada kondisi transfer yaitu kondisi dimana belum terjadi kehilangan gaya
𝑃 𝑒𝑐𝑏 𝑀𝐷
fb = - 𝐴 𝑖 (1 + )+ ≤ 𝑓𝑐𝑖
𝑐 𝑟2 𝑆𝑏
b. Pada kondisi beban layan yaitu kondisi dimana telah terjadi kehilangan gaya
3) Abutment
Abutment merupakan bagian dari bangunan pada ujung-ujung
jembatan, yang memiliki fungsi sebagai pendukung untuk bangunan
struktur atas dan juga berfungsi untuk penahan tanah.
Abutment mempunyai bagian seperti, Abutment, Wing Wall, Pelat Injak
dan Back Wall.
Kawat baja (tendon) yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya
ada 3 macam, yaitu:
c. I Girder
Gambar 17. Balok girder yang sudah menjadi satu kesatuan dilakukan tusuk strand
sesuai dengan jumlah strand yang dibutuhkan masing-masing tendon
Gambar 19. Dilakukan pemasangan angker block (pengunci kabel) pada ujung kabel
tiap masing-masing tendon yang akan dilakukan stressing
Gambar 22. Pembacaan dilakukan pada tiap-tiap tendon dengan alat baca hidrolik
dengan memperhatikan nilai tegangan dan nilai elongasi yang ada pada data
stressing.
b. Pre-tensioning (pra-tarik)
Didalam sistem pratarik (Pre-tensioning), tendon lebih dahulu
ditarik antara blok-blok angker yang kaku (rigid) yang dicetak diatas
tanah atau didalam suatu kolom atau perangkat cetakan pratarik dan
selanjutnya dicor dan dipadatkan sesuai dengan bentuk serta ukuran yang
diinginkan.
Metode ini digunakan untuk beton-beton pracetak dan biasanya
digunakan untuk konstruksi-konstruksi kecil. Beton-beton pracetak
biasanya digunakan pada konstruksi-konstruksi bangunan, kolom-kolom
gedung, tiang pondasi atau balok dengan bentang yang panjang.
Adapun tahap urutan pengerjaan beton pre-tension adalah sebagai
berikut : Kabel tendon dipersiapkan terlebih dahulu pada sebuah angkur
yang mati (fixed anchorage) dan sebuah angkur yang hidup (live
anchorage). Kemudian live anchorage ditarik dengan dongkrak (jack)
sehingga kabel tendon bertambah panjang. Jack biasanya dilengkapi
dengan manometer untuk mengetahui besarnya gaya yang ditimbulkan
oleh jack. Setelah mencapai gaya yang diinginkan, beton dicor. Setelah
beton mencapai umur yang cukup, kabel perlahan-lahan dilepaskan dari
kedua angkur dan dipotong. Kabel tendon akan berusaha kembali ke
bentuknya semula setelah pertambahan panjang yang diakibatkan oleh
penarikan pada awal pelaksanaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya
gaya tekan internal pada beton. Oleh karena sistem pratarik besandar
pada rekatan yang timbul antara baja dan tendon sekelilingnya, hal itu
penting bahwa setiap tendon harus merekat sepanjang deluruh panjang
badan. Setelah beton mengeras, tendon dilepaskan dari alas prapenarikan
dan gaya prategang ditranfer ke beton.
c. Duct
Pembungkus strand dengan bahan dasar “galvanized zinc” yang
dibentuk berupa pipa berulir
e. Tendon
Seperti yang diketahui jembatan prategang mempunyai tendon.
Tendon adalah baja dengan kekuatan tinggi untuk mentransfer gaya
prategang yang berfungsi menarik beton untuk menjadikan beton menjadi
elemen yang elastis. Letak tendon pada penampang terdapat pada bagian
dalam penampang dan bagian luar penampang (internal dan eksternal).
a. Tendon didalam penampang (Internal)
Gambar 27. Letak tendon : (a) Tendon didalam penampang. (b) tendon
diluar penampang.
penampang berbentuk :
Dimana :
b : lebar balok
h : tinggi balok
Segitiga = 1/36 bh3
Dimana :
b : lebar balok
h : tinggi balok
Lingkaran = 1/64 Л D4
Dimana :
D : diameter lingkaran
e. Momen yang bekerja pada beton ditinjau dari masing – masing bagian penampang.
f. Perhitungan tegangan harus memperhatikan tegangan ijin tekan dan tegangan ijin
tarik pada beton yang telah disyaratkan. Setelah itu, perhitungan tegangan mengacu
serata atas dan serata bawah seperti yang dijelaskan sebelumnya pada bagian
dengan satuan N/mm2 atau MPa. Adapun rumus dari tegangan yang digunakan
σ = M/w
Dimana :
M = Momen yang diakibatkan oleh beban (Nmm)
w = Tahanan momen (mm3)
Pengujian Jembatan
beban – beban di atas jembatan. Pada kondisi ini beban tidak bergerak. Beban
yang digunakan adalah beban truk. Pengujian ini biasanya dilakukan untuk
disebut tahap unloading. Pengujian ini menggunakan alat uji yaitu sensor.
beban dalam hal ini kendaraan dari satu sisi ke sisi lain dari jembatan. Sama
halnya dengan uji statik, uji dinamik jembatan juga dibantu dengan alat uji atau
dilakukan. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan model yang sesuai atau
dengan kata lain pengujian ini bertujuan untuk mengkalibrasi model. Model
yang dimaksud adalah jembatan dimana pemodelan dalam metode ini dibantu
oleh program. Metode ini sendiri merupakan gabungan dari pengujian yang
Beban yang digunakan adalah beban hidup yang berasal dari beban lalu lintas
yaitu beban truk dengan berat 27 ton. Pengujian dilakukan hanya untuk
alat uji berupa sensor tegangan yang diletakan pada bagian bawah dari gelagar
jembatan. Alat yang digunakan sebagai sensor tegangan adalah BDI Stra in
Suatu jembatan beton komposit, balok induk (main beam) dan balok
melintang (diafragma) beton pratekan precast sedangkan plat lantai jembatan
tebal 25 cm dari beton bertulang dicor setempat. Sketsa potongan memanjang
dan melintang seperti pada gambar dibawah ini.
Rencanakan dimensi balok induk tengah (h, a, b, t, ha, hb, dan seterusnya).
Luas baja prategang (AP) dan posisinya untuk ditengah-tengah bentangan
jembatan dengan persyaratan tidak diperbolehkan terjadi tegangan tarik pada
penampang baik pada saat stressing maupun pada saat layan (jembatan sudah
berfungsi).
Untuk perencanaan ini kehilangan gaya prategang total diperkirakan 20%.
Sehingga,
yb = 302291,67 / 4850
= 62,33 cm
yt = 120 – 62,33
= 57,67 cm
Momen Inersia balok terhadap c.g.c :
Perhitungan Properti Balok Komposit :
Lebar pelat efektif : BE ≤ ¼L = ¼ x 2330 = 582,5 cm
BE ≤ B = 175 cm (dipilih)
BE ≤ 16t + bf = 16 x 20 + 70 = 470 cm
Nb: Untuk lebar pelat efektif dipilih yang paling kecil
Tegangan tekan yang diijinkan pada saat layan, sesuai SNI 03-2874-2002
Fc = 0,60 x fc’ = 0,60 x 415 = 249 kg/cm2
Persyaratan tidak diijinkan adanya tegangan tarik disisi bawah balok, jadi :
PE = 250729,333 kg
Jadi tegangan tekan disisi atas balok : fbalok = 91,418 kg/cm2 ≤ Fc = 249
kg/cm2 OK
Tegangan tekan yang diijinkan pada pelat : Fcpelat = 0,6 x 207,5 = 124,5 kg/cm2
Jadi tegangan tekan disisi bawah balok : fcb = 28,708 kg/cm2 ≤ Fc = 249
kg/cm2 OK