Anda di halaman 1dari 22

Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Di Dunia Industri

Contoh Keselamatan Kerja Pada Dunia Industri


A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami
perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan
sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak
memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.

B. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau
kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang
memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung
mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi,
seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain.
Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi
kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin,
tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan
keselamatan.
C. Contoh Kasus : Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik
“Bagian Pakaian Korban yang Tersangkut Puli Dinamo Yang Sedang Berputar”
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-
siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya tidak ada
yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban meninggal
dunia.
Analisa : TAHAPAN PENYEBAB
a. Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang
sedang berputar.
b. Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan
dan dalam memilih penggunaan pakaian kerja.
c. Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan perhatian
kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan
yang beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai, kurangnya kepekaan
pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerja.

CONTOH KASUS: TERSIRAM UAP AIR PANAS

“Seluruh bagian tubuh tersiram air panas 400 derajat Celcius saat membersihkan tangki gula
kristal”
Uraian Kejadian
Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik
tersebut. Tiba-tiba kran yang berada diatas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air
panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada
didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.Ke 4 pekerja
tewas, salah seorangnya menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah. Menurut salah
seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur kedalam tangki setelah tombol kran dibuka
oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan
didalam tangki tersebut belum selesai.

Analisa:
TAHAPAN PENYEBAB
Penyebab Umum
Lingkungan
Kran sumber air panas yang terbuka tombolnya secara tiba-tiba.

Penyebab Terperinci
Kelalaian rekan kerja (Operator Kran)
Sebelum membuka tombol kran air panas, operator tidak memeriksa di dalam tangki apakah
masih ada pegawai yang bertugas atau tidak.

Penyebab Pokok
Kebijakan Pabrik/Perusahaan
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar
tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai.
Kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerja.

ANALISA:
STRATEGI PENGENDALIAN
Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja
guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
Selama melakukan proses pekerjaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah
orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikuci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
Operator mesin ataupun alat produksi lainnya, sebaiknya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelum mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. Sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
Seluruh petugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab menjalankan
rencana penganggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.
http://www.scribd.com/doc/191298247/DKK-Contoh-Kasus-kecelakaan
KASUS KECELAKAAN KERJA

1. Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas


Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses,
Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu
pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator
kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi
insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek
Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5
pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran
yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan
mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika
dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno
dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun
mengalami luka parah.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah
tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui
jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena
semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui
wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut.
(Nanang Anna Nur/Sup).
Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan
alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki
risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang
bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga
operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian,
apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat
dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau
benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki
tersebut terdapat orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,
inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut,
menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan
tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian
kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak
akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini
masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan
yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.
Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja :
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari adanya
kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi
ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat
pelindung diri dan lingkungan kerja.
a. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan
keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang
kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang
ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan
untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak
boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.
Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko
kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka
faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
b. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu
longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan
yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya.
Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin
di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
c. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung
diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi
sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan
merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak
menyediakan alat pelindung diri tersebut.
d. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam suatu
ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak
mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan
banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan,
tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet
Saksono, 1988: 104-111).

Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif
pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi yang
berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri,
monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan beracun
atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno dan
Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

2. KECELAKAAN DI PIPER ALPHA


Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000 metrix tons di
laut utara yang memproduksi natural gas, crude oil, dan liquified petroleum gas (Nat Geo
source).
Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari
Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia
Jenis kecelakaan : ledakan
Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki

Kronologi peristiwa :
Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out atau
diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi kepada Supervisor saat
ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih belum selesai dan akan dilanjutkan besok
harinya. Tanpa ada yang menyadari, sebuah Permit yg lain dikeluarkan untuk pekerjaan lain,
dimana pekerjaan tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.

Akibatnya:
Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah
Berdasarkan desain dari platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat dengan lokasi
kebakaran dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi
emergency, dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu bertahan, maka
akhirnya CR tsb ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya berhasil mengirim berita mayday
yg diterima oleh rig-rig tetangga yaitu Claymore dan Tartans. Public Announcemnt gagal
dilakukan. Hingga pekerja- pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak menerima
instruksi lebih lanjut.
Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi.

Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena kebetulan
sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di switch ke
manual untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan air laut ini.

Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak
sukses dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut
berusaha menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig. Beberapa
ada yg terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran). Sayangnya
kebanyakan dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter.

Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg sedang terjadi
karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah jaringan pipa
distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat produksi minyak
yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah terbakar malah ditambah
bahan bakar yang bertekanan pula.

Gambar diambil dari sebual safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba menolong pada
saat kebakaran /ledakan pertama. Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api gagal
berfungsi untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan gangway nya ke
rig, namun sayangnya pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu 5 menit. Hingga akhirnya
terlambat.

Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang benderang
dari lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down produksinya.

Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore,
yang menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha. Manajer kedua
rig tetangga tersebut tidak berani mengambil keputusan menyetop produksi, karena konsekuensi
yang sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia harus menelepon manajer onshore untuk
mengkonfirmasi lebih dahulu. Sang asisten sudah teriak-teriak: "CAN WE JUST SHUT IT
DOWN NOW?!!! THERE IS A SECOND EXPLOSION!!!", akhirnya si manajer dengan
terbata-bata: "o okay shut it down....". Tapi sayang... sudah terlambat. Si platform besar itu
akhirnya meleleh akibat panas ribuan derajat Celcius.

3. Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik


Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,
korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel korban
memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang bukan area
lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah
tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban tercekik
ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-siap untuk
pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.
Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan
mengakibatkan korban meninggal dunia.
Analisa :
TAHAPAN PENYEBAB
· Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar
· Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih
penggunaan pakaian kerja.
· Penyebab Pokok
Kebijakan pabrik Perusahaan
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar
tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai
kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerj
Analisa :
Strategi Pengendalian
· memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja
guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
· selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah
orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
· Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
· Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab menjalankan
penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
· Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama
lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

Pencegahan yang efektif


Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator
keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif, sehat
dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan di
lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan.
Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri
berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab itu
masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di
sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia,
rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya
standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari
sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya,
terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak
aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya
pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan,
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-
faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang
disebut roda keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh
tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon
pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk
mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti
memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

DAFTAR PUSTAKA:
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan- kesehatan-
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://jamilboys.blogspot.com/2010/11/contoh-kecelakaan-kerja-industri.html
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://hukumindustri.blogspot.com/2010/03/usaha-usaha-pencegahan-terjadinya.html
2. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Teknis.
Ledakan yang terjadi di lantai 3 Gedung Puslabfor Mabes Polri Akibat Tabung Pemanas
Meledak
JAKARTA - Ledakan yang terjadi di lantai 3 Gedung Puslabfor Mabes Polri pukul 13.30
WIB. Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan kimia
dan menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakan pun terjadi
akibat tangki untuk tabung pemanas rusak.
"Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya, dia ahli kimia
kecelakaannnya karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus," kata Kapuslabfor
Mabes Polri, Brigjen Budiono di Mabes Polri, Jakarta Jumat (4/2/2011).
Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter. "Tangki untuk
tabung pemanas. Dia (Syarifuddin) sedang menganalisa logam. Akibat ledakan itu kaca pintu
rusak dan melukai tangannya," kata Budiono.
Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam.
Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luka lain selain Syarifuddin. "Dia Sendirian,
sementara kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet," kata
Budiono.
Analisa Kasus
Menurut saya, kecelakaan diatas adalah kecelakaan kerja akibat faktor teknis karena
kecelakaan tersebut terjadi disebabkan oleh ledakan tabung pemanas ketika sedang menganalisa
bahan kimia untuk menganalisa logam. Akibatnya tangan Syarifuddin terluka. Nah ini sebagai
akibat dari minimnya penerapan standar keselamatan kerja di kalangan pekerja. Yang pertama,
tidak melengkapi diri dengan alat-alat keselamatan kerja, padahal dengan perlengkapan
keselaman kerja merupakan alat antisipasi terhadap kemungkinan negatif yang timbul saat
bekerja. Kedua, tidak konsentrasi. Dan yang ketiga, kurang memperhatikan alat-alat yang
menunjang pekerjaannya, karena bekerja di laboratorium maka sebelum bekerja sudah
seharusnya memeriksa apakah alat yang akan kita gunakan layak pakai atau tidak, jika rusak
maka lebih baik tidak dipergunakan sebelum diperbaiki terlebih dahulu atau diganti dengan alat
yang baru. Oleh karena itu, dalam bekerja kita harus menerapkan secara tepat konsep-konsep
keselamatan kerja sebagai langkah antisipasi yang sangat penting bagi keamanan dan kesehatan
kita saat bekerja. Dengan langkah ini maka setidaknya kita telah mempersiapkan diri untuk
mencegah terjadinya kecelakaan tersebut.

3. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Alam.


Karyawan PT. Freeport Terjebak Longsor Di Lokasi Penambangan
Jayapura (15/5) — Dua karyawan PT Freeport yang terjebak longsoran di areal
Underground QMS Biggosan Mill 74, pada Selasa (14/5) sekitar Pukul 09.00 Wit kemarin,
dinyatakan tewas, yakni atas nama Andarias Msen dan Kenny Wanggai. Dimana dari 40 orang
karyawan yang tertimbun longsor, enam orang berhasil ditemukan, namun dua orang
dinyatakan tewas, sementara empat orang lainnya selamat dan kini sedang dirawat intensif di
rumah sakit setempat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua, Didi Agus Prihatno kepada
wartawan, di Jayapura, Rabu (15/5) mengatakan, longsor di areal PT Freeport adalah murni
kecelakaan kerja akibat fenomena alam. Longsoran terjadi di fasilitas pelatihan pertambangan
bawah tanah PT Freeport, tepatnya mill 74. Akibat adanya kejadian itu, ujar Didi, ada laporan
resmi dari PT Freeport, yang isinya adalah sekitar 40 pekerja tambang terjebak didalam areal
fasilitas pelatihan tambang bawah tanah di mill 74. Dimana sementara ini sedang dilakukan
upaya pencarian dan evakuasi. “Dari 40 orang, enam orang sudah terevakuasi, empat orang
dinyatakan hidup dan dua orang lainnya meninggal. Saat ini korban selamat sedang dirawat
secara intensif di rumah sakit setempat,” ujarnya.
Dikatakannya, disaat longsoran ini diatasi, kondisi 34 orang karyawan yang masih terjebak di
bawah tanah belum diketahui pasti, karena sampai saat ini masih dilakukan pencarian. “Yang
paling tahu adalah manajemen Freeport bukan kami, karena ini adalah kecelakaan kerja, maka
menjadi domainnya perusahaan.

Analisa Kasus
Menurut pendapat saya, kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kerja akibat dari faktor
alam karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan adanya longsoran di lokasi penambangan
yang menyebabkan 40 orang penambang terjebak di dalam longsoran tersebut. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja tersebut, sebaiknya perusahaan harus melakukan analisa dan riset
terlebih dahulu tentang keadaan alam yang ada di daerah tersebut meliputi cuaca dan keadaan
dan kontur tanah di tempat sekitar penambangan. Dan bagi penambang haruslah mengikuti
instruksi-instruksi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Diantaranya dengan
menggunakan helm, baju safety, sepatu boot dan membawa alat komunikasi yang berguna untuk
memberi tahu pekerja yang berada di atas bila terjadi longsoran.
DAFTAR PUSTAKA
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
 http://hafizhamuliani.blogspot.com/2012/03/tugas-saya-kasus-kecelakaan-kerja.html
 Berita SINDO.
Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT Freeport
Indonesia melakukan investigasi terkait kecelakaan yang terjadi di tambang terbuka grasberg.
Insiden itu memakan 4 korban jiwa dan 5 lainnya masih dalam perawatan.

Direktur Teknik dan Lingkungan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM,
Bambang Susigit mengatakan pihaknya sudah mengirimkan empat orang inspektur tambang ke
Freeport sejak 27 September kemarin.

"Tugas mereka mencari penyebab kecelakaan agar tidak terulang. Apabila ada kelalaian, kami
tidak merekomendasikan untuk dibawa ke ranah hukum karena inspektur tambang bukan
penyidik," kata Bambang, di Jakarta, Senin (29/09).

Dari laporan sementara, lanjut Bambang, kronologis kejadian yakni kecelakaan terjadi sekitar
pukul 07.22 WIT pada 27 September kemarin.

Kendaraan operasi bermuatan sembilan orang yaitu satu pengemudi dan delapan penumpang
hendak menuju tambang quari atau tambang batu. Mereka merupakan pegawai maintenance
(perawatan) fasilitas pompa. Setibanya di persimpangan jalan mobil operasional itu berhenti di
lajur yang sesuai standar keamanan. Dia bilang peraturan keamanan tambang menyebutkan
kendaraan kecil harus mendahulukan kendaraan besar (haul truck) apabila berpapasan. Haul truk
itu datang dari lajur kiri dan hendak memutar arah.

"Kendaraan besar itu seharusnya berbelok lebih lebar, tapi tidak tahu kenapa belok lebih sempit
jadi ban depan truk melindas mobil kecil. Pengemudi kendaraan besar itu lalu menghentikan
laju,," tuturnya.

Dikatakannya penyebab haul truck tidak mengikuti standar yang telah ditetapkan, sedang dalam
proses investigasi. Pihak Kepolisian pun sudah mengamankan pengemudi tersebut untuk
dimintai keterangan lebih lanjut. "Aktivitas tambang terbuka dihentikan sementara selama proses
investigasi dan juga masa berkabung," ujarnya.
Tewas Terbelah Gergaji Mesin
Diterbitkan 10 Februari 2016 HUKUM & PERISTIWA

Kecelakaan kerja menimpa M. Yunus Abdullah (28), karyawan bagian P2 atau mesin
penggergajian (shawmill) untuk balok kayu PT Kutai Timber Indonesa (KTI), Kota Probolinggo.

Bapak satu anak ini tewas dengan tubuh terbelah setelah gergaji kayu yang digerakkan dengan
generator membelah tubuhnya. Bahkan sebagian tubuh korban menyangkut di beberapa bagian
mesin.

korban semasa hidup

Dugaan yang berkembang, warga Triwung Kidul RT 1/RW2, Kecamatan Kademangan, Kota
Probolinggo itu tergelincir dan masuk kamar gergaji. Dugaan lain, korban mengantuk saat
sedang bertugas memotong balok kayu.

“Ndak ada yang tahu persis kejadiannya.Soalnya dia shift malam. Kemungkinan antara jam 8
sampai 9 pada Senin (8/2) malam kejadiannya,” ujar Sugeng, warga Kelurahan Sukoharjo, Kota
Probolinggo, salah satu pegawai KTI.

Pantauan Memo X di kamar jenazah RSUD dr Mohammad Saleh, Kota Probolinggo,


tubuh korban tak utuh lagi. Bagian leher kiri ke bawah dan menyamping ke bagian selangkangan
sebelah kanan terpotong. Sedangkan isi perut nyaris seluruhnya keluar.

Sampai berita ini ditulis, polisi masih mendalami kasus tersebut. Belum bisa disimpukan korban
tewas akibat human error atau alasan lain. Sejumlah orang juga sedang dimintai keterangan.

“Malam itu juga kami lakukan olah TKP dan mensterilkan lokasi. Permintaan visum ke rumah
sakit juga kami lakukan,” ujar Kasatreskrim Polres Probolinggo Kota, AKP Trisno Nugroho.

Terpisah, Direktur Muda PT KTI, Sain Latif mengatakan, kecelakaan ini telah ditangani. Pihak
pabrik, masih menganalisa kejadian yang berakibat hilangnya nyawa salah satu pekerjanya ini.
“Sudah kami koordinasikan dengan keluarga. Langsung setelah kejadian dan tadi pagi (Selasa,
kemarin pagi). Kami sampaikan akan memenuhi semua hak-hak korban,” tegasnya.

Masih menurut Sain, bersama dengan kepolisian, pihaknya masih mencari tahu lebih lanjut
insiden maut itu. “Karena seharusnya, operator mesin tidak berada di dekat pisau pemotong,”
ujarnya.(dol)

\
Pria terjatuh ke dalam blender daging dalam kecelakaan mengerikan TomoNews
" Seorang pria telah meninggal setelah ia jatuh ke dalam pabrik pengolahan daging Oregon pada Sabtu
malam . " " Hugo Avalos Chanon 41 tahun Tukang Bersih-bersih sedang bekerja tak lama sebelum
tengah malam di Distributor Daging di Clackamas County . " " Dia dan karyawan lain dari Manajemen
Sanitasi DCS membersihkan peralatan pabrik . " " diyakini Chanon naik ke atas blender daging yang
sedang menyala ... ... Sebelum dia terpeleset dan jatuh . " "Alasan Mengapa ia berusaha untuk bekerja
sementara mesin masih berjalan tidak jelas." " Rekan kerja mendengar kecelakaan dan berlari untuk
menekan tombol berhenti darurat dengan harapan menyelamatkan nyawanya . " " Tapi mereka sudah
terlambat . Chanon meninggal hampir seketika . " " Pemadam kebakaran dipanggil pada pukul 11:45
untuk 'insiden kematian yang pasti' yang berarti tidak ada cara pria itu bisa selamat atas luka-lukanya." "
Fasilitas ini telah menjadi tempat kecelakaan dan pelanggaran lainnya , termasuk insiden tahun 2005 di
mana seorang karyawan kehilangan jari." -------------------------------------------------------------

Pekerja Pabrik Makanan Kaleng Tewas Dimasak dalam Oven


Raksasa

Sebuah perusahaan makanan kaleng asal California, AS, akhirnya setuju membayar 6 juta dollar AS atau
sekitar Rp 83 miliar untuk menyelesaikan sebuah kasus kriminal. Kasus itu terkait terperangkapnya
seorang pekerja perusahaan tersebut di dalam sebuah oven raksasa yang mengakibatkannya tewas
dimasak bersama berton-ton ikan tuna. Jose Melena, nama pekerja itu, tewas pada 2012 karena
terperangkap dalam oven dengan suhu 270 derajat celsius di pabrik makanan kaleng Bumble Bee Food
di Santa Fe Spring. Tragedi itu berawal ketika Melena masuk ke dalam oven raksasa itu untuk melakukan
pemeriksaan yang adalah bagian dari tugas rutinnya di perusahaan tersebut. Celakanya, rekan kerja
Melena tak mengetahui bahwa pria tersebut berada dalam oven. Sang rekan kerja lalu menuangkan
enam ton ikan tuna ke dalam oven tersebut. Akibatnya, Melena terperangkap dan ikut dimasak bersama
ikan-ikan itu. Jasad pria berusia 62 tahun itu ditemukan dua jam kemudian setelah oven raksasa itu
dimatikan dan dibuka. "Ini adalah cara mati yang paling buruk yang pernah saya ketahui," kata wakil
jaksa wilayah Hoon Chun. "Saya kira tiap orang akan memilih jika mereka harus memilih cara kematian.
Mereka akan memilih ditembak atau ditusuk ketimbang mati pelan-pelan dimasak dalam sebuah oven,"
tambah Chun. Chun menambahkan, Bumble Bee tidak memiliki prosedur keamanan yang bisa
mematikan mesin itu secara otomatis jika terdapat seorang pekerja di dalamnya. "Perusahaan juga tak
menyediakan jalan keluar darurat atau tempat bagi petugas lain untuk bisa terus mengawasi alat
tersebut," tambah Chun. Manajemen perusahaan, bersama direktur operasional Angel Rodriguez dan
mantan manajer keamanan, Saul Flores, dijerat tiga dakwaan karena melanggar aturan keamanan dan
keselamatan kerja. Manajemen Bumble Bee sepakat untuk menyatakan bersalah atas insiden itu,
kemudian harus memastikan standar keselamatan, termasuk menyediakan oven yang lebih modern
sehingga pekerja tak akan terperangkap di dalamnya. Sementara itu, keluarga mendiang Melena
mendapatkan bagian kompensasi sebesar 1,5 juta dollar atau hampir Rp 21 miliar. "Tentu saja tak ada
yang bisa mengembalikan ayah kami, dan ibu kami tak bisa lagi bertemu suaminya. Namun, banyak hal
yang bisa dilakukan untuk memastikan agar peristiwa semacam ini tak terulang lagi," demikian
pernyataan keluarga Melena. Pembayaran kompensasi yang dilakukan pabrik ikan kaleng Bumble Bee ini
adalah yang paling besar di California dalam kasus kematian karena kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai